• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUMKABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

Kondisi geografis

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luas 111.987 ha yang disahkan dengan Undang Undang No 30/2008 merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Secara geografis Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak diantara 00o 22‟ 545” LU dan 123o

028‟ 59,2” BT

(Gambar 3).

Sistem pertanian Justifikasi Input Output

Lahan Basah (PS)

sistem pertanian dimana lahan-lahan yang secara biofisik sesuaiuntuk pengembangan lahan sawah yang memerlukan pengairan terus menerus selama pertumbuhannya yang dapat diperoleh secara alamiah maupun secara teknis. Komoditas padi sawah dengan kelas kesesuaian lahan S1 Komoditas padi sawah Lahan Kering Tanaman Pangan (TP)

sistem pertanian yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam sepanjang tahun atau sepanjang waktu yang ditanami tanaman pangan

Kelas kesesuaian lahan S1, S2 dan S3 untuk tanaman pangan Padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, Ubi jalar, ubi kayu

Lahan Kering Tanaman

Tahunan (TT)

sistem pertanian yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam sepanjang tahun atau sepanjang waktu yang ditanami tanaman tahunan

Komoditas tanaman tahunan dengan kelas kesesuaian lahan S1,S2 dan S3 untuk tanaman perkebunan Cengkeh, kelapa, kakao,kopi,lada

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Secara administratif Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri dari 5 (lima) kecamatan, tetapi penelitian ini hanya dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Bintauna, Kecamatan Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dan Kecamatan Dumoga Barat, Kecamatan Sangtombolang, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow

2. Sebelah Timur : Kecamatan Modayag Barat, Kecamatan Modayag dan Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

3. Sebelah Selatan : Teluk Tomini

4. Sebelah Barat : Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo

Kependudukan

Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebanyak 57.975 jiwa, terdiri dari laki-laki 30.793 jiwa dan perempuan 27.182 jiwa. Dengan luas wilayah di empat kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sekitar 111.987 ha yang didiami oleh 57.975 jiwa maka rata‐rata tingkat kepadatan pendudukKabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah sebanyak 47 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di KecamatanBolaang Uki 50 jiwa/km2 sedangkan terendah di Kecamatan Pinolosian Tengah 17 jiwa/ km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bolaang Uki 19.465 jiwa, jadi penduduk terkonsentrasi di kecamatan ini. Data tentang jumlah, sebaran dan kepadatan penduduk kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menurut kecamatan dikemukakan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Tahun 2010.

Kecamatan Penduduk (jiwa) Luas (ha) Kepadatan (jiwa/km2) Desa Bolaang Uki 19.465 39.037,4 49,48 23 Pinolosian 9.027 26.828,4 31,57 9 Pinolosian Tengah 5.199 22.394,8 17,21 6 Pinolosian Timur 7.207 23.726,4 32,48 9 Jumlah 57.975 111.987,0 30,00 65

Sumber : BPS, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ( 2010).

Dari 80 orang petani responden yang diambil, usia rata-rata 45 tahun (80%) dengan pendidikan terakhir umumnya Sekolah Dasar (56%). Tabel 5 memberikan gambaran umum mengenai kondisi usia para petani responden.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa kondisi usia para petani responden sebagian besar pada usia produktif (usia kerja) yaitu umur 30 – 50 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang untuk mengembangkan lagi usahatani yang sudah ada. Faktor pendidikan juga sangat memegang peranan penting dalam suatu manajerial usaha. Hal ini berpengaruh pada kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh alternatif usahatani.

Hal ini serupa dengan yang dilaporkan oleh Puspadi et al.(2005), bahwa terdapat hubungan (korespondensi) antara tingkat pendidikan petani dengan jenis usahatani utama yang dikelola. Petani yang tingkat pendidikannya rendah cenderung memilih usahatani pangan, sedangkan petani yang tingkat pendidikannya relatif tinggi berada pada usahatani campuran. Hal ini terkait dengan kemajuan pola pikir yang dimiliki oleh para petani.

Tabel 5. Distribusi Petani Responden Menurut Usia dan Pendidikan Usia Persentase (%) 20 – 30 tahun 10 31 – 40 tahun 36 41 – 50 tahun 44 > 50 tahun 10 Jumlah 100 Pendidikan Persentase (%) SD 56 SLTP 24 SLTA 16 Diploma/ Sarjana 4 Jumlah 100

Iklim dan Hidrologi

Kondisi iklim yang relatif iklim tropis, suhu 20oC – 32oC dengan curah hujan rata-rata 1500 mm. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Pinolosian yang disajikan pada Tabel 6, curah hujan rata-rata tahunan 1.445 mm – 4.829 mm, curah hujan bulanan tertinggi 482,8 mm pada bulan Juni dan terendah 53,4 mm pada bulan November.

Tabel 6. Data Iklim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Bulan Curah Hujan (mm) Suhu (oC) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kecepatan Angin (km/jam) Evapotranpirasi (mm/hr) Januari 152,0 22,6 91 39 1,60 4,4 Februari 115,5 26,1 92 40 1,55 4,2 Maret 150,0 26,7 92 41 1,66 4,5 April 185,2 27,1 91 49 1,80 4,7 Mei 269,6 26,6 92 47 2,19 4,6 Juni 482,8 25,9 92 46 2,18 3,7 Juli 472,7 25,6 93 53 2,65 3,9 Agustus 262,6 24,6 89 43 3,75 4,7 September 205,3 25,1 87 50 3,33 4,8 Oktober 73,3 26,0 85 46 3,06 5,3 Nopember 53,4 27,3 87 56 2,36 5,3 Desember 106,1 27,1 87 55 1,64 4,5 Rata-rata 210,8 25,9 0,89 47,08 2,31 4,55

Menurut pembagian tipe hujan Oldeman dan Darmiyati (1977) (Lampiran 8), wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan termasuk ke dalam tipe hujan C2. Tipe hujan C2 adalah wilayah dengan jumlah bulan basah (BB) 5 bulan dan bulan kering (BK) 2 bulan. Bulan basah(BB) adalah bulan dengan curah hujan rataan > 200 mm/bulan, bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan rataan antara 200 – 100 mm/bulan. dan bulan kering (BK) memiliki rataan curah hujan < 100 mm/bulan.

Suhu udara bulanan berkisar antara 26,6oC– 28,0oC dengan suhu rata-rata 25,9oC. Suhu terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan November dan Desember. Pada dasarnya pola sebaran suhu udara mengikuti pola lamanya penyinaran matahari. Lamanya penyinaran matahari dapat menyebabkan suhu udara meningkat.

Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu tertentu. Keadaan ini sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan, suhu udara dan jumlah kandungan air.Kelembaban udara tertinggi di wilayah penelitian terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 93%, dan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Oktoberyaitu sebesar 85%.

Penyinaran matahari dinyatakan dalam perbandingan antara lama penyinaran matahari yang terukur dengan cara teoritis atau dalam persen (%).Maksimum penyinaran terjadi pada bulan November (56%) dan minimum pada bulan Januari (39%). Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktudengan kisaran 1,55 – 3,75 m/detik dan arah angin umumnya dari Barat.

Tingkat evapotranspirasi cukup tinggi dengan rata-rata tahunan 4,6 mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada bulan Oktober– November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan Juni yang mencapai 3,7 mm/hari.

Topografi

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai topografi wilayah berbukit-bukit, pegunungandan sebagian kecil adalah daratan rendah bergelombang.

Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Sulawesi Lembar Kotamobagu Skala 1:250.000 (Afandi 1981), formasi geologi yang mendominasi wilayah studi adalah batuan gunung api (Oligo Miocene volcanic dan Poly Pleistocene volcanics, Tmv) dan batuan terobosan diorit (Tertiary Intrusive), serta sedimen aluvial (Quarternary Alluvium). Batuan gunung api pada umumnya tersebar di sebagian besar wilayah, Data sekunder BBSDLP tahun 2012(Tabel 8) memperlihatkan bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatanmempunyai 14 satuan lahan yang terdiri dari empatyaitu Grup Aluvial, Marin,Fluvio-Marin dan Volkan.Jenis tanah di daerah penelitian diklasifikasikan dari tingkat ordo sampai subgroup seperti disajikanpada Tabel 7.

(1) Entisols

Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan struktur dengan susunan horison AC dan bersolum tipis. Tanah berkembang dari bahan induk endapan pasir, endapan liat dan lumpur. Penyebaran tanah ini banyak dijumpai pada landform pesisir pasir, pesisir lumpur dan dataran banjir dengan relief datar. Berdasarkan kondisi drainase dan teksturnya, Entisols di daerah penelitian dibedakan kedalam 2 subordo, yaitu Aquents dan Psamments. Subordo Aquents dibedakan atas Grup Fluvaquents dan Endoaquents. Grup Fluvaquents dibedakan atas Subgrup Sulfic Fluvaquents, Typic Fluvaquents.Grup Endoaquents dibedakan atas Typic Endoaquents. Subordo Typic Psammaquents, sedangkan subordo Psamments dibedakan atas Subgrup Typic Udipsamments.

Tabel 7. JenisTanah di Daerah Penelitian

No Ordo Subordo Grup Subgrup

1 Entisols Aquents Fluvaquents Sulfic Fluvaquents Typic Sulfaquents Endoaquents Typic Endoaquents Psamments Psammaquents Typic Psammaquents

Udipsamments Typic Udipsamments 2 Inceptisols Aquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts

Udepts Eutrudepts Aquic Eutrudepts Typic Eutrudepts 3 Andisols Udands Hapludands Typic Hapludands 4 Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs 5 Mollisols Udolls Hapludolls Pachic Hapludolld Sulfic Fluvaquents merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak teratur pada sebagian besar panampangnya.Tanah lapisan bawah memiliki bahan sulfidik (pirit) yang ditunjukkan oleh adanya reaksi kuat terhadap cairan H202.

Typic Sulfaquentsmerupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak teratur pada sebagian besar panampangnya.

Typic Endoaquents merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium pada Landform dataran banjir dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat.

Typic Psammaquents adalah Aquents yang mempunyai tekstur kasar (pasir berlempung atau lebih kasar). Penyebarannya terutama pada Landform pesisir

pasir dengan relief datar (lereng 0-3%). Struktur tanah berbutir lepas, konsistensi tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah terhambat.

Typic Udipsamments dicirikan oleh tekstur kasar (pasir berlempung atau lebih kasar). Penyebarannya terutama pada Landformpesisir pasir dengan relief datar (lereng 0-3%). Tekstur tanah pasir halus sampai pasir, struktur tanah berbutir lepas konsistensi tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah baik. (2) Inceptisols

Inceptisols merupakan tanah-tanah yang telah terjadi alterasi, perubahan warna, ada bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum memenuhi syarat argilik atau terdapat karatan pada tanah-tanah yang berdrainase terhambat. Penyebaran Inceptisols di daerah penelitian pada Landform dataran banjir, dataran koluvial, dataran fluvio-marin, intrusi volkan, dataran volkan hingga pegunungan volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung. Di daerah penelitian terdapat Subordo Aquepts dan Udepts. Subordo Aquepts berkembang dari bahan induk aluvium dan aluvium marin, dan terdapat pada lahan datar atau cekung, sehingga proses reduksi dan oksidasi dominan, yang dicirikan dengan tanah yang sudah berkembang dan warna tanah terdapat karatan. Subordo ini dibedakanke dalam Grup Endoaquepts dengan Subgrup Typic Endoaquepts. Sedangkan Subordo Udepts mempunyai posisi lebih tinggi dengan drainase baik, berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit, memiliki rejim kelembaban tanah udik (tidak terdapat bulan kering selama 90 hari berturut-turut) dan dibedakan kedalam Subgroup Aquic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts

Typic Endoaquepts berkembang dari bahan indukaluvium (endapan liat). Penyebarannya terutama pada Landform dataran dataran banjir, dataran koluvial dan dataran fluvio-marin dengan relief datar (lereng 0-3%). Solum tanah tergolong sedang sampai dalam, tekstur liat, konsistensi lekat dan plastis, drainase terhambat.

Aquic Eutrudepts berkembang dari bahan induk aluvium. Penyebarannya hanya dijumpai pada Landform dataran koluvial dengan relief agak datar (lereng 1-3%). Tanah ini mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung berpasir di lapisan atas dan lempung liat berpasir di lapisan bawah, struktur gumpal, konsistensi agak lekat dan agak lekat, drainase baik. Pada lapisan tanah paling bawah terdapat kondisi tanah jenuh air (akuik). Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (> 50%).

Typic Eutrudepts berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit. Penyebarannya cukup luas, dijumpai terutama pada Landform dataran koluvial, intrusi volkan, dataran volkan hingga pegunungan volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung. Tanah ini mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung berliat di lapisan atas dan liat di lapisan bawah, struktur gumpal, konsistensi lekat, drainase baik. Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (>50%).

(3) Andisols

Andisols merupakan tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk abu/tuf volkan. Tanah ini memiliki sifat tanah andik yang dicirikan oleh bobot isi tanah

rendah (<0,9 g/cm3), retensi fosfat sangat tinggi (>85%), dan Al/Fe oksalat tinggi (> 2%). Tanah umumnya telah mengalami alterasi, perubahan warna, ada bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum memenuhi syarat argilik. Penyebaran Andisols di daerah penelitian terutama pada Landformpegunungan volkan dan kerucut anakan volkan dengan relief berbukit sampai bergunung. Tanah ini hanya dibedakanke dalam Subordo Udans dan Group Hapludans dan dibedakan ke dalam 1 (satu) Subgrup, yaitu: Typic Hapludands.

Typic Hapludands berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit. Tanah ini mempunyai solum dalam (>100 cm), tekstur lempung berdebu, struktur granular, konsistensi gembur, tidak lekat dan tidak plastis, drainase baik. Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0).

(4) Alfisols

Alfisols adalah tanah-tanah yang memiliki horison iluviasi liat silikat yang memenuhi persyaratan argilik dengan kejenuhan basa tinggi (>35%). Alfisols di daerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit, terbentuk pada Landform dataran volkan hingga pegunungan volkan, dan intrusi volkan dengan relief bergelombang (lereng 8-15%) hingga bergunung (lereng >40%). Tanah ini hanya dibedakan ke dalam satu Subordo yaitu Udalfs dan Group Hapludalfs dan dibedakan ke dalam 1 (satu) Subgrup, yaitu: Typic Hapludalfs.

Typic Hapludalfs dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Tekstur liat, struktur gumpal, konsistensi lekat dan plastis. Reaksi tanah agak masam (pH 5,0-6,0), kejenuhan basa tinggi (>50%).

(5) Mollisols

Mollisols adalah tanah-tanah yang dicirikan oleh adanya epipedon molik yang ditunjukkan oleh lapisan atas tebal dan berwarna gelap akibat adanya akumulasi bahan organik yang terus menerus. Tanah ini dicirikan juga oleh

adanya kejenuhan basa yang tinggi (≥50%) pada seluruh lapisannya. Mollisols didaerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit. Penyebarannya terutama pada Landform perbukitan volkan dengan relief berbukit (lereng 25-40%). Tanah ini hanya dibedakan1 (satu) Subordo yaitu Udolls, dan Group Hapudolls, dan satu Subgrup, yaitu: Pachic Hapludolls.

Pachic Hapludolls dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Lapisan atas tanah tebal dan berwarna hitam. Tekstur lempung berliat hingga liat, struktur granuler hingga

gumpal, konsistensi gembur, lekat dan plastis. Reaksi tanah agak masam (pH 5,0-6,0), kejenuhan basa tinggi (>50%).

Penggunaan Lahan

Lahan pemukiman di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagian besar tersebar di sepanjang pesisir pantai, kecuali desa-desa Modisi dan Iligon yang berada di area perbukitan. Permukiman yang berada di pesisir pantai tersebar di kedua sisi jalan selatan trans Sulawesi. Berdasarkan jumlah penduduknya dan kepadatannya (Tabel 4) untuk Kecamatan Bolaang Ukimerupakan kecamatan yang terbanyak dan terpadat penduduknya.

Pemanfaatan lahan bagi kegiatan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagian besar digunakan bagi tanaman jagung dan padi sawah. Tanaman lainnya adalah kacang tanah, ubi kayu, kacang hijau, padi ladang, kedelai dan ubi jalar. Sebagian dari tanaman-tanaman tersebut ditanam dalam sistem tumpang sari dengan tanaman kelapa.

Tanaman perkebunan yang mendominasi lahan perkebunan di kawasan ini adalah tanaman kelapa dan cengkeh dan tanaman lainnya adalah kakao, kopi dan lada.Lahan perkebunan kelapa terluas berada di Kecamatan Bolaang Uki dan lahan perkebunan cengkeh terluas berada di Kecamatan Pinolosian.

Sawah yang terdapat di daerah penelitian pada umumnya adalah sawah tadah hujan yang sumber airnya adalah air hujan, namun pada saat musim kemarau, petani menggunakan sungai kecil untuk mengairi lahan mereka dengan menggunakan pompa air. Lahan sawah di tanam 2 – 3 kali dalam setahun dan selebihnya diberakan. Areal pertanaman sawah terluas berada di Kecamatan Pinolosian (Lampiran 3).

Penggunaan lahan tegalan termasuk di dalamnya ladang yang terdapat pada daerah dataran dan daerah berlereng dengan kebutuhan air sepenuhnya tergantung dari air hujan. Umumnya penduduk membuka ladang di dekat pemukiman, tetapi ada juga yang membuka ladang pada wilayah berlereng tanpa usaha konservasi, sehingga mempercepat terjadinya kerusakan lahan. Biasanya ladang ditanami tanaman pangn seperti jagung dan palawija.

Kebun campuran merupakan lahan pertanian yang ditanami beberapa jenis tanaman pangan dan tahunan. Biasanya terletak dekat atau di sekitar pemukiman penduduk. Penyebaran kebun campuran ini juga cukup luas.

Penggunaan lahan perkebunan biasanya ditanami dengan tanaman cengkeh, kelapa, kakao, kopi dan lada. Perkebunan kelapa hampir tersebar di semua wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sedangkan perkebunan cengkeh tersebar di wilayah Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.

Semak belukar merupakan lahan yang didominasi oleh tumbuhan jenis pohon-pohonan dan bercampur dengan jenis perdu dan alang-alang. Areal yang ditumbuhi semak belukar cukup luas, baik di dataran maupun perbukitan. Lahan ditumbuhi semak belukar antara lain merupakan bekas tebangan atau tegalan (ladang) yang telah ditinggalkan.

Hutan di daerah penelitian masih sangat luas, penyebarannya hampir di semua kecamatan ada, terutama di wilayah perbukitan dan pegunungan berlereng curam. Hutan juga ada yang berada di daerah dataran khususnya hutan mangrove yang berada dipesisir pantai di daerah penelitian.

Dokumen terkait