• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN

B. GAMBARAN UMUM

Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas 1 provinsi dan 15 kabupaten/kota dipimpin oleh Gubernur Dr. S. H. Sarundajang dan Wakil Gubernur Dr. Djouhari Kansil, MPd, sesuai pilkada tahun 2010 lalu mempunyai visi “MEWUJUDKAN SULAWESI UTARA YANG BERBUDAYA, BERDAYA SAING, DAN SEJAHTERA” dan misi untuk mewujudkan visi sebagai berikut:

1. Mengembangkan suasana kondusif dalam mempraktekkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari hari.

2. Menerapkan clean government dan good governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

3. Mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan disiplin.

4. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi dan kepastian hukum, dan hak azasi manusia.

5. Memberdayakan dan meningkatkan peran perempuan dan perlindungan anak.

6. Mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berdaya saing tinggi.

7. Mewujudkan masyarakat yang sehat dengan harapan hidup yang panjang.

8. Mengelola secara optimal sumberdaya alam Sulawesi Utara secara berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup.

9. Memberdayakan ekonomi lokal dan regional berbasis kerakyatan. 10. Meningkatkan peran pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi lokal,

regional dan global.

11. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab.

12. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan.

13. Menurunkan pengangguran, kemiskinan, dan mengurangi masalah-masalah sosial.

Dalam mewujudkan visi dan misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tersebut, BPKP dengan paradigmanya sebagai pengawas internal pemerintah, sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi :

a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

b. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;

d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan;

e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan :

a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

c. penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;

e. penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya; f. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1. memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan, dan sebagainya;

2. meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;

3. pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain;

4. meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.

C. URAIAN HASIL PENGAWASAN

1. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN

Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, menteri keuangan selaku pemegang sebagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara, para menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran, dan para gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah (Pasal 30, 31, dan 32 serta Penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).

Adapun indikator kualitas akuntabilitas keuangan ditunjukkan dari opini auditor eksternal (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah, yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang komponennya meliputi neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Opini BPK secara bertingkat terdiri dari Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP).

Dampak dari diperolehnya opini selain WTP dari hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah antara lain:

a. Kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam menunjang keberhasilan program kerja pemerintah

b. Timbulnya konotasi atau persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

c. Timbulnya konotasi atau persepsi publik akan masih rendahnya kompetensi SDM pemda dalam pengelolaan keuangan daerah.

d. Timbulnya konotasi atau persepsi publik bahwa sistem perencanaan anggaran yang belum baik atau belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain dari opini BPK terhadap laporan keuangan pemda, kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan juga dapat dilihat dari Laporan Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta hasil audit eksternal auditor terhadap kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD yang menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance (GCG) BUMD.

1.1. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dari hasil audit BPK atas LKPD tahun 2013 di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, terdapat 5 LKPD yang memperoleh opini WTP, 7 LKPD memperoleh opini WDP, dan 4 LKPD memperoleh opini TW. Persentase jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP dibandingkan dengan seluruh LKPD yang diaudit BPK pada LKPD tahun 2013 masih kecil, yaitu sebesar 31,25. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011 – 2013

No. Jenis Opini

Jumlah Pemda 2011 2012 2013 1. WTP 1 6,25% 2 12,50% 5 31,25% 2. WDP 3 18,75% 8 50,00% 7 43,75% 3. TW 2 12,50% 2 12,50% 4 25,00% 4. TMP 10 62,50% 4 25,00% 0 0,00% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK tahun buku 2011, 2012 dan 2013. Keterangan : WTP: Wajar Tanpa Pengecualian; WDP: Wajar Dengan Pengecualian;

TMP: Tidak Memberikan Pendapat; dan TW: Tidak Wajar

Dilihat dari tren perkembangan opini BPK setiap Pemda, dapat disimpulkan bahwa sampai dengan LKPD tahun 2013, sesuai

kualitas opini BPK maka sepuluh pemda mengalami peningkatan (Kab. Minahasa dari TW menjadi WDP, Kota Tomohon dari WDP menjadi WTP, Kab. Minahasa Selatan dari TMP menjadi TW, Kab. Minahasa Tenggara dari TMP menjadi TW, Kab. Bolaang Mongondow dari TMP menjadi TW, Kota Kotamobagu dari WDP ke WTP, Kab. Bolaang Mongondow Utara dari TMP menjadi WDP dan Kab. Sangihe dari TMP menjadi WDP, Kab. Bolaang Mongondow Timur dari WDP menjadi WTP, Kab. Kepulauan Sangihe dari TMP menjadi WDP, Kab. Kepulauan Siao Tagulandang Biaro dari WDP menjadi WTP), 5 pemda memperoleh opini yang sama (tetap), dan hanya 1 pemda mengalami penurunan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Per Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011 – 2013 dan Target Opini 2014 No. Nama Pemda

Opini BPK

2012 2013 TARGET 2014 1. Prov. Sulut WTP Naik WDP Turun WDP Tetap 2. Kota Manado WDP Naik WDP Tetap WDP Tetap 3. Kab. Minahasa TW Turun WDP Naik WDP Tetap 4. Kota Bitung WTP Tetap WTP Tetap WTP Tetap 5. Kota Tomohon WDP Naik WTP Naik WTP Tetap 6. Kab. Minut WDP Naik WDP Tetap WDP Tetap 7. Kab. Minsel TMP Tetap TW Naik TW Tetap 8. Kab. Mitra TMP Tetap TW Naik WDP Naik 9. Kab. Bolmong TMP Turun TW Naik TW Tetap 10. Kota Kotamobagu WDP Naik WTP Naik WTP Tetap 11. Kab. Bolmut TMP Tetap WDP Naik WDP Tetap 12. Kab. Bolsel WDP Naik WDP Tetap WTP Naik 13. Kab. Boltim WDP Naik WTP Naik WTP Tetap 14. Kab. Kep. Talaud TW Naik TW Tetap WDP Naik 15. Kab. Kep. Sangihe TMP Tetap WDP Naik WTP Naik 16. Kab. Kep. Sitaro WDP Tetap WTP Naik WTP Tetap

Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK tahun buku 2011, 2012 dan 2013. Keterangan : WTP: Wajar Tanpa Pengecualian; WDP: Wajar Dengan Pengecualian;

TMP: Tidak Memberikan Pendapat; dan TW: Tidak Wajar.

Dilihat dari kondisi dan kesiapan pemda selama tahun 2014, untuk LKPD Tahun Anggaran 2014, ditargetkan 4 pemda

memperolehpeningkatan opini LKPD (Kab. Minahasa Tenggara dari TW menjadi WDP, Kab. Bolaang Mongondow Selatan Bolsel dari WDP menjadi WTP, Kab. Kepulauan Talaud dari TW menjadi WDP dan Kab. Kepulauan Sangihe dari WDP menjadi WTP), dan untuk 12 pemda yang lain opini LKPD-nya masih tetap.

Belum diperolehnya opini WTP dari BPK menunjukkan bahwa pelaporan keuangan pemda masih belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK RI, disebabkan adanya:

a. Kelemahan sistem pengendalian intern, meliputi pengelolaan anggaran dan barang milik negara/daerah belum dilaksanakan dengan tertib, penatausahaan pendapatan pajak dan retribusi daerah yang tidak tertib dan belanja hibah serta bansos yang belum didukung dengan laporan pertanggungjawabannya.

b. Ketidaktaatan terhadap ketentuan meliputi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, serta pengelolaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta pertanggungjawaban belanja yang tidak didukung bukti yang memadai.

c. Penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemda, serta kurangnya persiapan pemda dalam rangka penyusunan laporan keuangan berbasis akrual.

1.2. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan BUMD

BUMD di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2014 berjumlah 15 unit, terdiri dari 1 unit BUMD Perbankan, 10 unit PDAM, dan 4 unit Perusahaan Daerah.

Terhadap laporan keuangan BUMD tahun buku 2013 dan 2012 di Provinsi Sulawesi Utara, hanya satu BUMD yang diberikan opini oleh eksternal auditor, yaitu PT Bank Sulut, dengan opini WTP.

Untuk laporan keuangan tahun 2011 dan 2012, terdapat 1 BUMD yang memperoleh opini WTP, 3 BUMD yang memperoleh opini WDP, dan 1 BUMD yang memperoleh opini Disclaimer. Perkembangan opini eksternal auditor atas laporan keuangan BUMD tahun 2010 sd 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Perkembangan Opini Eksternal Auditor atas Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

No.

Nama BUMD Opini Terhadap Laporan Keuangan Tahun 2011 dan 2010 2012 dan 2011 2013 dan 2012 1 PT Bank Sulut WTP WTP WTP

2 PDAM Kota Tomohon TA TA TA

3 PDAM Duasudara Bitung WDP WDP BA

4 PDAM Kab Minahasa WDP Disc TA

5 PDAM Kab Minahasa Utara TA TA TA 6 PDAM Kab Minahasa Selatan TA TA TA 7 PDAM Kab Bolaang

Mangondow

Disc WDP BA

8 PDAM Kab Kepulauan Sangihe WDP WDP BA 9 PDAM Kab Siau Tagulandang

Biaro

TA TA TA

10 PDAM Kab Talaud TA TA TA

11 PDAM Kota Manado TA TA TA

12 PD Pasar Manado TA TA TA

13 PD Pembangunan Kota Manado

TA TA TA

14 PD Klabat TA TA TA

15 PD Pasar Kota Tomohon TA TA TA

Keterangan: diolah dari berbagai sumber Catatan :

WTP : Wajar Tanpa Pengecualian WDP : Wajar Dengan Pengecualian Disc : Disclaimer

BA : Belum Diaudit (BUMD meminta audit namun instansi audit belum melakukan audit) TA : Tidak Diaudit

Data pada Tabel 3 menunjukkan penurunan akuntabilitas pelaporan keuangan BUMD di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013.

1.3. Evaluasi LAKIP

Dari hasil evaluasi Kemenpan & RB, BPKP dan Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara atas LAKIP tahun 2013, tidak terdapat pemda yang memperoleh peringkat “Baik”.

Secara umum hasil evaluasi pelaporan kinerja Pemda tahun 2013 menunjukkan belum tedapat kemajuan dibandingkan dengan tahun 2012. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) khususnya untuk pemda dengan kategori LAKIP kurang dan sangat kurang. Perkembangan hasil evaluasi pelaporan kinerja pemda oleh Kemenpan & RB, BPKP dan Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011- 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Perkembangan Evaluasi LAKIP di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011 – 2013 No. Hasil Jumlah Pemda 2011 2012 2013 1. Memuaskan - - - - - - 2. Sangat Baik - - - - - - 3. Baik - - - - - - 4. Cukup 1 6,25% - - 2 12,50% 5. Kurang 2 12,50% 2 12,50% 6 37,50% 6. Sangat Kurang 7 43,75% 1 6,25% 1 6,25% 7. Belum Diterima Hasilnya - - 10 62,2% 7 43,75% 8. Tidak dievaluasi 6 37,5% 3 18,75% - - Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Sumber : Laporan Bulanan Bidang APD Tahun 2014 & Laporan Evaluasi LAKIP Inspektorat Prov. Sulut 2014

1.4. Kompilasi dan Analisis LKPD

Dalam rangka menyediakan informasi mengenai akuntabilitas keuangan daerah, kekayaan daerah, dan kinerja keuangan seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, BPKP melakukan kompilasi dan analisis LKPD untuk mengetahui rasio pertumbuhan dan rasio keuangan selama dua tahun terakhir. Perkembangan hasil kompilasi Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara tahun anggaran 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5

Kompilasi Neraca Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012– 2013

Uraian 2012(Rp Juta) 2013(Rp Juta) Rasio Pertumbuhan Aset lancar 1.260.665 1.458.653 15,71 Investasi Jangka Panjang 494.238 578.875 17,12 Aset Tetap 14.144.698 16.166.396 14,29

Dana Cadangan - - 0,00

Aset Lainnya 412.998 1.141.864 176,48 Total Aset 16.316.522 19.345.659 18,56 Kewajiban Jangka Pendek 238.277 205.556 -13,73 Kewajiban Jangka Panjang 8.300 5.300 -36,14 Total Kewajiban 246.558 210.856 -14,48 Ekuitas Dana Lancar 1.021.375 1.253.074 22,69 Ekuitas Dana Investasi 15.043.635 17.891.735 18,93 Ekuitas Dana Cadangan - - 0,00 Total Ekuitas Dana 16.069.455 19.135.802 19,08 Total Kewajiban dan

Ekuitas

16.315.168 19.345.659 18,57

SILPA 971.384 1.242.898 27,95

Dari tabel 5 dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Secara umum, total aset seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara mengalami kenaikan sebesar 18,56% dan terjadi penurunan total kewajiban rata-rata sebesar 14,48%. b. Rasio aset lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka

pendek. (Aset lancar Rp1.260.665 juta/Hutang Jangka Pendek Rp238.277 juta) tahun 2012 sebesar 529,07%, sedangkan tahun 2013 sebesar 709,61%. Dengan demikian dari tahun 2012 ke tahun 2013 menunjukkan adanya kenaikan.

c. SILPA tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat kenaikan sebesar Rp271.514 juta atau 27,95%. Hal ini menunjukan secara total,seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdapat kenaikan sisa uang pada akhir tahun. Kenaikan SILPA terbesar dari tahun 2012 ke tahun 2013 terdapat pada Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 174,96%, yang nilainya dari Rp13.062 juta menjadi Rp35.918 juta.Dan rasio penurunan SILPA yang terbesar dari tahun 2012 ke tahun 2013 terdapat pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sebanyak 44,03%, yang nilainya dari Rp34.410 juta menjadi Rp19.258 juta.

Tabel 6 Kompilasi LRA Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012–2013 Uraian 2012 (Rp Juta) 2013 (Rp Juta) Rasio Kenaikan/ (Penurunan) PAD 1.027.981 1.284.523 24,96 Pendapatan Transfer 8.151.057 9.237.116 13,32 Lain-lain Pendapatan yang Sah 13.806 6.024 -56,36 Jumlah Pendapatan 9.192.845 10.515.206 14,38 Belanja Operasi 6.830.471 7.642.489 11,89 Belanja Modal 1.973.262 2.271.343 15,11 Belanja Tak Terduga 24.793 12.715 -48,71 Jumlah Belanja 8.828.527 9.926.948 12,44 Jumlah Transfer ke

Kab/Kota/Desa

198.825 256.501 29,01 Jumlah Belanja dan Transfer 9.027.352 10.183.450 12,81 Penerimaan Pembiayaan 834.749 968.784 16,06 Pengeluaran Pembiayaan 30.783 88.593 187,80 Pembiayaan Netto 805.793 893.638 10,90 Belanja Pegawai 4.531.523 4.829.675 6,58

Sumber :Laporan Kompilasi dan Analisa Kinerja Keuangan Daerah

Dari tabel di atas, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

a. Secara umum, PAD seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara mengalami kenaikan yang signifikan yakni sebesar 24,96%, namun demikian jika PAD sebesar Rp1.284.523 juta dibandingkan dengan Jumlah Pendapatan sebesar Rp10.515.206 juta, diperoleh rasio sebesar 12,22%. Pendapatan Transfer sebesar Rp9.237.116 juta dibandingkan dengan Jumlah Pendapatan sebesar Rp10.515.206 juta diperoleh rasio sebesar 87,85%. Hal ini menunjukkan bahwa dana pembiayaan pembangunan di wilayah Sulawesi Utara masih tergantung dari Pendapatan Transfer. Kenaikan PAD terbesar dari tahun 2012 ke tahun 2013 terdapat pada Kabupaten Minahasa Tenggara sebesar 84,15%, yang nilainya dari Rp4.844 juta menjadi Rp8.920 juta.

b. Belanja Modal sebesar Rp2.271.343 juta dibandingkan dengan Jumlah Belanja sebesar Rp9.926.948 juta di tahun 2013 menunjukkan rasio yang masih kecil yaitu sebesar 22,88%.Apabila dibandingkan dengan rasio tahun 2012

sebesar 22,35% (Belanja Modal Rp1.973.262 juta/Jumlah Belanja Rp8.828.527 juta) trennya menunjukkan perubahan yang tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi belanja pemda di wilayah Sulawesi Utara untuk investasi infrastruktur dan aset lainnya masih rendah. Sementara itu, rasio Belanja Operasi sebesar Rp7.642.489 juta dibandingkan dengan Jumlah Belanja sebesar Rp9.926.948 juta menunjukkan rasio sebesar 76,99% pada tahun 2013 dan menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan rasio tahun 2012 (Belanja Operasi Rp6.830.471 juta/Jumlah Belanja Rp8.828.527 juta) sebesar 77,37%. c. Belanja Tak Terduga tahun 2013 dibandingkan dengan

tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp12.077 juta atau 48,71%.

d. Pembiayaan netto tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp87.845 juta atau 10,90%.

1.5. Kapasitas SDM APIP

Proses pelaporan keuangan daerah memerlukan kapasitas SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintah dan/atau sistem pengelolaan keuangan daerah serta Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Pada kenyataannya, hal tersebut masih menjadi kendala di beberapa pemda, dimana kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan dan APIP yang kompeten masih sangat kurang, sebagaimana disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7

Hasil Pemetaan SDM Pengelola Keuangan dan APIP pada Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2014

No. Pemda

Jumlah SDM Pengelola Keuangan dan APIP Tahun 2014 Pengelola Keuangan APIP

D3 Akuntansi/M anajemen S1/D4 Akuntansi/M anajemen D3 Akuntansi/ Manajemen S1/D4 Akuntansi/M anajemen 1. Prov. Sulut 64 43 - - 2. Kota Manado 3 39 - - 3. Kab. Minahasa 1 6 - 9 4. Kota Bitung 4 64 - - 5. Kota Tomohon 71 108 - - 6. Kab. Minut - - 1 20 7. Kab. Minsel 38 26 - - 8. Kab. Mitra - 25 1 16 9. Kab. Bolmong 7 23 - 8 10. Kota Kotamobagu 11 54 - 7 11. Kab. Bolmut 16 12 - - 12. Kab. Bolsel 7 23 - 12 13. Kab. Boltim - 15 1 4

14. Kab. Kep. Talaud 1 15 1 -

15. Kab. Kep. Sangihe 4 21 - 7

16. Kab. Kep. Sitaro 8 26 1 7

Jumlah 235 500 5 90

Sumber: Keterangan Kepala Dinas PPKAD/Bagian Keuangan dan BKD

1.6. Pembinaan BPKP Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda, pada tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara secara proaktif telah bekerja sama dengan pemda dalam upaya menuju opini WTP yang didasarkan pada 16 Memorandum of Understanding (MoU)pada masing-masing pemda di wilayah Sulawesi Utara.

Upaya tersebut menjadi prioritas penugasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, mengingat sampai dengan LKPD tahun 2013 masih banyak Pemda yang belum memperoleh opini WTP dari BPK RI.

Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemda, antara lain dalam bentuk:

a. Asistensi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

b. Asistensi Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

c. Asistensi Penyusunan APBD (RAPBD) termasuk perubahan anggaran (RAPBD-P)

d. Asistensi Penatausahaan Keuangan Daerah

e. Asistensi Penerapan SIMDA (Keuangan, BMD, Gaji dan Pendapatan)

f. Asistensi/Bimtek pendampingan penyusunan laporan keuangan

g. Asistensi reviu laporan keuangan pemerintah daerah dengan inspektorat kabupaten/kota.

Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara tersebut apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya telah mengalami kenaikan. Kegiatan BPKP tersebut tersaji seperti pada Tabel 8.

Tabel 8

Perkembangan Kegiatan Pembinaan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara atas atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda

Tahun 2012– 2014

No. Kegiatan Jumlah Penugasan

2012 2013 2014 1. Asistensi Penerapan SPIP 8 10,81% 21 21,43% 10 9,35 2. Asistensi Penerapan SAKIP 1 1,35% 2 2,04% 6 5,61 3. Asistensi Penyusunan Anggaran 7 9,46% 10 10,20% 11 10,28 4. Asistensi Penatausahaan Keuangan

Daerah

26 35,14% 16 16,33% 9 8,41

5. Asistensi Penerapan SAKD 1 1,35% 0 0,00% 16 14,95 6. Asistensi Penerapan SIMDA 25 33,78% 41 41,84% 46 42,99 7. Asistensi Reviu LKPD 6 8,11% 8 8,16% 9 8,41 Jumlah 74 100% 98 100% 107 100% Sumber: Buku Monitoring Penugasan Bidang APD

Pendampingan BPKP terhadap pemerintah daerah dalam menjalankan Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Tahun 2013, yaitu pada Pemerintah Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota

Kotamobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, berdampak pada peningkatan opini dari WDP di tahun 2012 menjadi WTP di Tahun 2013, termasuk Kota Bitung yang dapat mempertahankan opini WTP sejak tahun 2011.

Namun pada beberapa pemda,antara lainPemerintah Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan masih terdapat Rencana Tindak Pengendalian (RTP) di tahun 2013 yang belum ditindaklanjuti, sehingga berdampak opini yang diberikan oleh BPK tidak meningkat, dan berdampak langsung pada timbulnya beberapa permasalahan di tahun 2013.

1.7. Pembinaan BPKP Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan BUMD / RSUD

Pembinaan BPKP kepada BUMD/RSUD didasarkan pada MOU dengan 12 BUMD/RSUD dari total 25 BUMD/RSUD. MoU dengan BUMD dan RSUD mencakup kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis manajemen pengelolaan keuangan, Good Corporate Governance (GCG), penyusunan Laporan Keuangan, Key Performance Indikator (KPI), bimbingan teknis persyaratan administratif Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dan audit/reviu/evaluasi pada BUMD dan RSUD yang berada pada masing-masing pemda.

Rincian kerjasama BPKP dan BUMD/RSUD selengkapnya pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9

Cakupan Layanan Pengawasan BPKP Terhadap BUMD dan RSUD di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2009– 2012

No.

Nama BUMD Sudah MoU (SM)/Belum MoU (BM)

Lingkup Kegiatan Dalam MoU Audit, Reviu dan Evaluasi Sosialisasi dan Bimtek Manajemen Pengelolaan Keuangan, GCG, LK, KPI, dll Bimtek PPK BLUD 1 PT Bank Sulut (BPD) SM -

2 PDAM Kota Tomohon SM -

3 PDAM Dua Sudara Bitung SM -

4 PDAM Kab Minahasa SM -

5 PDAM Kab Minahasa Utara SM -

6 PDAM Kab Minahasa Selatan SM -

7 PDAM Kab Bolaang Mangondow SM -

8 PDAM Kab Kepulauan Sangihe SM -

9 PDAM Kab Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)

SM -

10 PDAM Kab Talaud SM -

11 PDAM Kota Manado SM -

12 PD Pasar Manado BM - - -

13 PD Pembangunan Kota Manado BM - - -

14 PD Klabat BM - - -

15 PD Pasar Kota Tomohon BM - - -

16 RSUD Bitung SM - -

17 RSJ Prof Dr Ratumbuysang Manado BM - -

18 RSUD DR Sam Ratulangi Tondano BM - -

19 RSUD Liunkendage Tahuna BM - -

20 RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mangondow

BM - -

21 RSUD Walanda Maramis Kab Minahasa Utara

BM - - -

22 RSUD Noongan Provinsi Sulut BM - - -

23 RUSD Tagulandang Kab Sitaro BM - - -

24 RSUD Minahasa Selatan BM - - -

25 RSUD Kabupaten Talaud BM - -

Saat ini, BPKP sedang mengupayakan MoU penguatan tata kelola dan penyiapan persyaratan administratif PPK-BLUD pada RSJ Prof. Dr. Ratumbuysang, RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, dan RSUD Noongan Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 10

Kegiatan Pengawasan Dalam Rangka Peningkatan Tatakelola BUMD/BLUD

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2012 -2014

No. Kegiatan

Frekuensi (kali) 2012 2013 2014 1. Sosialisasi dan Bimtek PPK BLUD pada

RSUD

3 7 6

2. Bimtek SAK-ETAP 4 4 9

4. Pengembangan Sistem Akuntansi 3 2 - 5. Pendampingan Penyusunan RKAP - 1 4

6. Sosialisasi GCG - 4 1

7. Diagnostic Assessment GCG 1 - -

8. Penyusunan KPI 1 1 1

9. Pendampingan Penyusunan LK 3 1 1 7. Bimtek Penyusunan Business Plan PDAM - - 1

Jumlah 16 20 23

Dokumen terkait