• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pulau Buru (9,599 km2), panjang (140 km) dan lebar (90 km) dengan puncak bukit/gunung tertingginya adalah Kan Palatmada (2,429 m). Terdapat 3 (tiga) blok pegunungan yang masing-masing dipisahkan oleh struktur kelurusan lembah. Pada bagian barat tapak Kan Palatmada dengan ketinggian diatas 2000 m,dimana dibatasi oleh lembah depresi Sungai Nibe - Danau Rana dan Sungai Wala. Pada blok tengah dengan ketinggian diatas 1000 m yang dibentuk oleh Teluk Kayeli dan Lembah Apu, Blok selatan dibentuk oleh Lembah Kalua dengan gunung Batabual (1,731 m).

Keberadaanya di antara tiga kota penting di Indonesia Timur (Makasar, Manado/Bitung dan Ambon) dan dilalui Sea Line III, telah menempatkan Kabupaten Buru pada posisi yang strategis. Kabupaten Buru mempunyai luas sekitar 7,594.98 Km². Sebagian besar wilayahnya berada pada pulau Buru. Bila ditinjau dari luasnya menurut kecamatan, maka kecamatan terbesar adalah Kecamatan Air Buaya (4,534 Km² atau 59.70 % dari luas kabupaten), kemudian diikuti oleh Kecamatan Waeapo (1,232 Km² atau 16.22 % dari luas kabupaten) dan terkecil terdapat pada Kecamatan Bata Bual (292.60 Km² atau 3.85 % dari luas kabupaten), lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas Daerah Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Buru. Kecamatan Luas Area

(km2) Persentase terhadap luas kabupaten Namlea 951.15 12.52 Waeapo 1232.60 16.23 Waplau 585.23 7.70 Batabual 292.60 3.85 Air Buaya 4534.00 59.69

Sumber. Buru dalam angka, 2013

Kondisi Fisografi dan Topografi Wilayah

Bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi (makro relief), yaitu dataran, pantai, perbukitan dan pegunungan termasuk di dalamnya dataran tinggi (plateau / pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi. Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak curam dengan kemiringan lereng > 40 % yang meliputi luas 15.43% dari keseluruhan luas daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi kawasan ini adalah elevasi rendah berlereng bergelombang dan agak curam serta elevasi sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di bagian Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di sekitar Gunung Kepala Madan. Sedangkan di bagian Timur terutama di sekitar Sungai Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.

Klimatologi

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, desa-desa di kabupaten Buru merupakan desa pesisir sehingga memiliki suhu

udara yang relatif tinggi. Pada tahun 2012, suhu udara berkisar antara 21.20°C sampai 33.60°C. Suhu udara maksimum terdapat pada bulan September 2012 (33.60°C), sedangkan suhu udara minimum terdapat pada bulan Juni (21.20°C).

Kabupaten Buru mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata- rata berkisar antara 81.2 %. Suhu minimum dan maksimum, serta kelembaban udara rata-rata pada tahun 2012. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi, dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan.

Rata-rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 10.00 mm (bulan November) sampai 348.0 mm (bulan Juli). Pada tahun 2012, rata-rata kecepatan angin per bulan di kabupaten Buru berkisar antara 3 hingga 25 knot. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 25 knot

Geologi

Kondisi Geologi di Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :

(1). Satuan Litostratigrafi Kabupaten Buru disusun oleh Batuan Metamorfosa/malihan, yang dituutp oleh batuan sedimen baik selaras maupun tidak selaras di atasnya, sertabatuan terobosan/intrusi yang memotong batuan metamorfosa dan batuan sedimen` diatasnya.

(2). Struktur Geologi Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa batuan tertua di Pulau Buru adalah Kompleks, metamorfosa/malihan regional dinamotermal yang berumur Pra Tersier (Permo). Poros Lipatan (antiklin dan sinklin) yangberarah Barat laut – Tenggara menunjukkan bahwa tekanan gaya Kompressoal berasal dari Timur laut – Barta daya untuk batuan yang berumur Pra Tersier. Kemudian pda tersier pola arah umum perlipatan menjadi Timur – Barat, yang berarti bahwa arah gaya Kompressional berarah Utara – Selatan, hal ini menunjukkan adanya rotasi dari Pra Tersier ke Tersier.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan juga. Hal ini dikarenakan dengan di identifikasinya penggunaan lahan, maka dapat diketahui potensi lahan yang akan dikembangkan untuk komoditas unggulan pertanian. Adapun penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Gambar 4.

Penggunaan lahan di Kabupaten Buru terdiri dari hutan mangrove, hutan primer, hutan sekunder, kawasan transmigran, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, perkebunan, pertanian lahan kering, sawah, semak belukar, rawa, permukiman/lahan terbangun, semak belukar rawa, tubuh air dan bandara/pelabuhan. Kawasan yang paling luas adalah semak belukar dengan luas 167.399,13 ha atau 34,57 % dari total luas wilayah Kabupaten Buru, sedangkan untuk kawasan yang paling kecil adalah kawasan rawa dengan luas hanya 7,96 ha atau 0,002 %. Untuk sebaran luas dari keseluruhan penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 4 Penggunaan Lahan Kabupaten Buru

Tabel 3 Sebaran Luas Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Buru 2013 Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Hutan Primer 63,657 13.15 Hutan Sekunder 150,692 31.12 Semak Belukar 167,399 34.57 Perkebunan 293 0.06 Pemukiman/Lahan Terbangun 1,382 0.29 Lahan Terbuka 3,020 0.62 Padang Rumput 46,951 9.70 Tubuh Air 1,362 0.28 Hutan Mangrover 5,650 1.17

Semak Belukar Rawa 9,899 2.04

Pertanian Lahan Kering 20,946 4.33

Kebun Campuran 3,712 0.77

Sawah 5,438 1.12

Bandara dan Pelabuhan 79 0.02

Pemukiman Transmigrasi 3,728 0.77

Rawa 7 0.00

Total 484.223 100

Sumber : Peta penggunaan lahan Kabupaten Buru, 2013 Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kependudukan

Penduduk Kabupaten Buru pada tahun 2012, terhitung jumlah penduduk sebesar 115,004 jiwa, dimana 58,036 jiwa berjenis kelamin laki- laki dan 56,968

jiwa perempuan. Penyebaran penduduk kabupaten Buru kurang merata. Hal ini terlihat dari angka kepadatan penduduk yang berbeda secara signifikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Daerah yang terpadat penduduknya adalah kecamatan Namlea (Tabel 4).

Tabel 4 Distribusi Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Buru

Kecamatan Persentase penduduk Kepadatan penduduk per km2

Namlea 34.31 41.49

Waeapo 32.25 30.12

Waplau 8.99 34.29

Batabual 6.78 26.67

Air Buaya 17.67 4.48

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013

Dataran Waeapo pada awal '70-an menjadi salah satu tempat pemukiman bagi para Tapol/Napol kasus G30S. Dan kemudian pada awal '80-an mulai dibuka untuk unit-unit pemukiman transmigrasi dan sampai sekarang menjadi lumbung padi untuk Pulau Buru. Perkembangan desa yang menjadi pemukiman transmigran di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Penduduk Unit Transmigrasi di Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru

Nama Desa Tahun

Penempatan

Jumlah

KK Keterangan

Desa Waenatat (Ex. Unit A) 1978/1980 675 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waegeren (Ex. Unit B) 1978/1980 606 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waetele (ex. Unit C) 1981/1981 375 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waekasar (Ex. Unit D) 1981/1982 417 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Parbulu (Ex. Unit E) 1981/1982 412 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Debowae (Ex. Unit F) 1981/1982 418 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waetina (Ex. Unit G) 1982/1983 408 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waetina (ex. Unit H) 1982/1983 408 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Grandeng (Ex. Unit I) 1982/1983 323 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waeleman (Ex. Unit J) 1982/1983 320 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Waeflan (Ex. Unit K) 1995/1996 225 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Wabloy (Ex. Unit N SP 1) 1999/2000 240 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Kubalahin (Ex. Unit SP 2) 1999/2000 475 Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru Desa Awilinan (Ex. UPT A Karamat) - - Sudah Diserahkan Ke PemKab Buru UPT. M. Debowae (Wamsait) 1998/1999 484 Masih Dibina

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013

Ketenagakerjaan

Berdasarkan data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012 terlihat bahwa jumlah angkatan kerja di kabupaten Buru sebesar 47,103 jiwa, dimana 46,148 jiwa tergolong aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) atau sekitar 97.97 %. Dengan demikian, angkatan kerja kabupaten Buru yang belum terserap pasar kerja tahun 2012 sebesar 955 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Buru

Jenis Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah I. Angkatan Kerja 30,734 16,369 47,103 1. Bekerja 30,247 15901 46,148

2. Pengangguran 487 468 955

II. Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya

5,932 18,992 24,924

Total 36,666 35,361 72,027

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013 Sosial Pendidikan

Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui jalur pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk mengecap pendidikan yang seluas-luasnya, terutama penduduk pada kelompok umur 7 sampai 24 tahun yaitu kelompok usia sekolah.

Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun mengumpulkan data mengenai pendidikan, salah satunya melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Beberapa informasi tentang pendidikan yang dikumpulkan dalam Susenas antara lain mengenai penduduk usia sekolah (7–24 tahun), kemampuan baca-tulis, dan status sekolah seperti yang disajikan pada Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 7 Penduduk Usia 7 sampai 24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Buru

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki + Perempuan

7 – 12 97.56 97.37 97.47

13 – 15 85.87 86.12 86.12

16 – 18 78.31 60.84 60.84

19 – 24 18.80 17.25 17.25

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013

Tabel 8 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis di Kabupaten Buru

Kemampuan Baca Tulis Laki-laki Perempuan Laki + Perempuan

Huruf Latin 46.13 44.43 45.30

Huruf Lainnya 0.46 0.24 0.35

Huruf Latin + Lainnya 47.28 43.14 45.26

Tidak Bisa Baca Tulis 6.13 12.19 9.09

Total 100.00 100.00 100.00

Tabel 9 Persentase Penduduk Berumur 7 sampai 24 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Buru

Jenis Kelamin Tidak/Belum

Pernah Sekolah Masih Sekolah

Tidak Sekolah Lagi

Laki-laki 5.55 17.85 27.87

Perempuan 7.46 15.22 26.05

Total 13.01 33.07 53.92

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013

Kemiskinan dan keterisolasian masih merupakan kendala utama dalam dunia pendidikan. Masyarakat masih lebih mementingkan kebutuhan untuk konsumsi makanan dibandingkan pendidikan apalagi jika untuk memperoleh fasilitas pendidikan dibutuhkan biaya yang tinggi dan akses transportasi yang sulit dijangkau. Tak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan yang mudah dijangkau baik dari segi jarak maupun biaya sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan penduduk suatu daerah. Sebaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buru, 2012

Kecamatan TK SD/MI SLTP/MTs SMA/MA/SMK

Namlea 13 25 10 7 Waeapo 11 56 14 6 Waplau 4 16 5 2 Batabual - 10 7 2 Air Buaya 4 35 10 3 Total 32 142 46 20

Sumber : Buru Dalam Angka, 2013 Kesehatan

Faktor kesehatan menjadi satu dari tiga indikator penting penunjang pembangunan manusia karena tingkat produktivitas manusia secara langsung dapat tergali secara optimal apabila daya tahan tubuhnya sedang maksimal. Hal ini berarti pada saat seseorang sehat, aktivitas seperti bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga, berolahraga, maupun aktivitas lainnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik dibandingkan saat kondisi tubuhnya sedang sakit.

Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu, dari tahun ke tahun pemerintah membangun sarana kesehatan yang dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang diperlukan.

Tabel 11 memperlihatkan penyebaran fasilitas dan tenaga kesehatan di Kabupaten Buru. Terlihat bahwa rumah sakit yang ada di Kabupaten Buru hanya satu buah dan terletak di ibu kota kabupaten, yaitu di Kecamatan Namlea. Oleh karena itu, Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu sangat berperan dalam melayani penduduk yang berada di kecamatan-kecamatan lain. Selain rumah sakit yang hanya terletak di Kecamatan Namlea hal ini juga terlihat pada jumlah tenaga kesehatan daam hal ini dokter yang hanya ada di Ibukota Kabupaten Buru.

Tabel 11 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Buru Kecamatan R S Puske smas (Inap) Pus kes mas Pus tu Dokter Ahli Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat Umum Perawat Gigi Namlea 1 0 2 3 3 8 1 44 126 2 Waeapo 0 1 3 19 0 0 0 25 58 0 Waplau 0 0 1 7 0 0 0 5 11 0 Batabual 0 1 0 4 0 0 0 3 6 0 Air Buaya 0 1 1 10 0 0 0 8 27 0 Total 1 3 7 43 3 8 1 85 228 2

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013

Gambaran Sektor Pertanian

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia umumnya dan kabupaten Buru pada khususnya. Peranan sektor pertanian ini dapat dilihat dari kontribusinya pada PDRB Kabupaten Buru yaitu sebesar 44.61 % di tahun 2012, dengan penyerapan tenaga kerja yang relatif cukup besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu, Kabupaten Buru dijadikan lumbung hasil pertanian di Provinsi Maluku.

Tanaman Pangan

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor pada sektor pertanian. Sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai. Luas panen padi sawah di tahun 2012 mencapai 10,425.00 ha dengan produksi mencapai 48,168.5 ton gabah kering giling produksi ini mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya yaitu 2011 sebanyak 52,500 ton gabah kering giling. Data lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 5.

Gambar 5 Produksi Padi Sawah Kabupaten Buru Tahun 2009 - 2012 Produksi sayur di Kabupaten Buru terdiri dari cabai, bawang merah, tomat, bayam, kubis, kangkung, labu siam, terong, kacang panjang, dan buncis. Pada tahun 2012 luas panen cabai 88.89 ha, bawang merah 40.94 ha, tomat 107.67 ha.

45620,40 46386,18 52500,00 48168,50 42000,00 44000,00 46000,00 48000,00 50000,00 52000,00 54000,00 2009 2010 2011 2012 Pro d u ksi (t o n ) Tahun

Untuk lebih lengkapnya, hasil panen tanaman sayur-sayuran dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Buru

Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Padi sawah 10,425 48,168.50 46.20 Padi Ladang 252.00 575.60 23.83 Jagung 282.95 643.02 22.72 Ubi Kayu 495.20 6,424.73 129.74 Ubi Jalar 178.40 1,429.29 80.40 Kacang Tanah 168.75 304.29 13.76 Kacang Hijau 75.40 103.29 13.76 Kacang Kedelai 68.50 88.21 12.87

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013

Tabel 13 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran di Kabupaten Buru

Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Cabai 88.89 204.46 24.48 Bawang Merah 40.94 125.02 30.54 Tomat 107.67 314.52 29.21 Bayam 34.53 34.06 10.27 Kol-Kubis 25.96 131.73 52.00 Kangkung 51.54 183.5 35.96 Labu Siam 32.71 104.09 31.67 Terong 78.73 233.07 29.48 Kacang Panjang 67.57 199.05 29.48 Buncis 77.94 227.08 29.28

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013

Tabel 14 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah di Kabupaten Buru

Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Alpokat 23.40 22.78 10.82 Mangga 93.73 249.26 26.59 Nangka 57.75 183.87 31.84 Durian 61.75 264.67 42.86 Jeruk 42.93 71.03 16.55 Pepaya 25.31 39.73 15.7 Rambutan 14.07 43.87 31.18 Pisang 232.54 694.88 29.88

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013

Produksi buah di kabupaten Buru terdiri dari alpokat, mangga, nangka, durian, jeruk, pepaya, rambutan, dan pisang disajikan pada Tabel 14. Produksi

buah terbanyak yang dihasilkan di kabupaten Buru adalah pisang yaitu mencapai 694.88 ton, diikuti kemudian oleh durian dan mangga masing-masing mencapai 264.67 ton dan 249.26 ton.

Perkebunan Rakyat

Produksi cengkih, kelapa, coklat, dan jambu mete masih mendominasi di kabupaten Buru. Data lebih rinci disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Buru

Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Kelapa 4,494.20 2,977.90 11.80 Kopi 129.43 95.85 9.03 Kakao 6,882.90 4858.00 10.44 Jambu Mete 1,217.33 815.68 10.28 Cengkih 1,194.34 857.84 11.67 Pala 342.07 124.99 9.50

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013 Kehutanan

Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan areal penggunaan lain. Luas kawasan lindung sampai dengan tahun 2012 sebesar 106,580.53 ha. Luas kawasan budidaya mencapai 352,002.63 ha yang terdiri dari hutan produksi terbatas sebesar 111,279.28 ha, hutan produksi tetap 106.895,66 ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi sebesar 133,827.69 ha. Sampai dengan tahun 2012, luas areal penggunaan areal tercatat sebesar 26,505.89 ha (Tabel 16).

Tabel 16 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Buru

Uraian Luas

I. Kawasan Lindung Hutan lindung

a. Hutan Lindung (HL) 99,827.25

b. Suaka Alam dan Pelestarian Alam (SA) 6,753.28 II. Kawasan Budidaya

a. Hutan produksi terbatas 111,279.28

b. Hutan produksi tetap 106,895.66

c. Hutan produksi yang dapat dikonversi 133,827.69 III. Areal Penggunaan Lain (APL) 26,505.89 Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013

Peternakan

Pada tahun 2012 untuk golongan ternak besar populasi sapi tercatat di Dinas Pertanian sebanyak 16.684 ekor, kerbau 3.867 ekor, dan kuda 591 ekor. Untuk golongan ternak kecil, populasi terbanyak adalah kambing yaitu 16.493 ekor, sedangkan babi 2.434 ekor. Pada ternak unggas, populasi itik tercatat sebanyak 362.821 ekor dan ayam buras 1.640.583 ekor. Produksi daging yang

berasal dari pemotongan ternak pada tahun 2012 untuk daging sapi adalah sebesar 298 ton, sedangkan daging kambing 80 ton (Tabel 17).

Tabel 17 Populasi, Jumlah yang Dipotong dan Produksi Daging Ternak/Unggas di Kabupaten Buru

Ternak dan

Unggas Populasi

Jumlah Yang

Dipotong Produksi Daging (ton)

Sapi 16,684 1,986 298,00 Kerbau 3,867 263 49,00 Kuda 591 - - Kambing 16,493 6,668 80,00 Babi 2,434 1,760 44,00 Ayam Buras 1,640,583 2,555,546 235,00 Itik 362,821 167,134 165,00

Sumber : Kabupaten Buru dalam angka, 2013 Perikanan

Dengan konsumsi ikan laut yang cukup tinggi di kabupaten Buru, maka sub sektor ini sangat penting untuk diperhatikan. Rumah Tangga Perikanan (RTP) di kabupaten Buru masih tergolong tradisional dengan perahu penangkap ikan yang masih didominasi perahu tanpa motor. Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten Buru banyak yang mengusahakan perikanan laut (Tabel 18).

Tabel 18 Rumah Tangga Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buru Kecamatan Budidaya Perikanan Laut

Tambak Kolam Namlea 9 0 2,011 Waeapo 0 0 1,832 Waplau 0 45 728 Batabual 0 0 1,934 Air Buaya 0 21 1,226

Dokumen terkait