BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Gangguan Temporomandibula yang Berhubungan dengan
2.3.1 Gangguan Sendi Temporomandibula
Gangguan sendi temporomandibula memiliki gejala utama dan disfungsi terkait adanya perubahan fungsi kondilus dan diskus. Terjadinya disfungsi berhubungan dengan pergerakan kondilus dan dilaporkan sebagai sensasi clicking pada sendi. Sensasi ini umumnya konstan, berulang, dan terkadang bersifat progresif. Adanya rasa sakit bukan merupakan gejala utama gangguan sendi temporomandibula.25
Salah satu penyebab gangguan sendi temporomandibula adalah akibat adanya perubahan pada kompleks kondilus-diskus. Perubahan kompleks kondilus-diskus terjadi akibat kerusakan fungsi rotasi normal diskus pada kondilus. Hilangnya fungsi pergerakan normal dari diskus terjadi akibat adanya pemanjangan ligamen kolateral diskal dan lamina retrodiskal inferior. Etiologi yang umum terjadi adalah trauma. Trauma yang terjadi dapat berupa makrotrauma seperti pukulan pada rahang atau
mikrotrauma yang berhubungan dengan hiperaktivitas otot kronis atau ketidakstabilan ortopedi.25
Salah satu contoh perubahan kompleks kondilus-diskus adalah dislokasi sendi. Dislokasi sendi terjadi akibat longgarnya diskus karena pemanjangan atau robeknya ligamen sehingga letak diskus berubah dari posisi normal ke puncak kondilus. Dislokasi sendi terdiri dari dislokasi sendi dengan redusi dan dislokasi sendi tanpa reduksi. Reduksi adalah kemampuan pasien dalam memanipulasi rahang untuk mereposisi kondilus kembali ke tepi posterior diskus artikularis.25
Dislokasi sendi akan mengakibatkan terjadinya keterbatasan pembukaan mulut. Pada dislokasi sendi dengan reduksi, terjadi perubahan jalur pembukaan mulut sehingga jarak pembukaan mulut yang sebelumnya terbatas menjadi normal. Adapun pada dislokasi sendi tanpa reduksi, pembukaan mulut berkisar antara 25 sampai 30 mm. Jika pada insisivus mandibula diaplikasikan suatu tekanan yang ringan, mulut akan terbuka sedikit lebih lebar.25
Gangguan sendi temporomandibula juga dapat terjadi akibat adanya inkompabilitas struktural permukaan artikulasi. Faktor penyebab utama terjadi inkompabilitas struktural ini adalah makrotrauma. Pukulan pada rahang dan gigi dapat mengakibatkan benturan pada permukaan artikulasi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada permukaan sendi.25
Salah satu contoh inkompabilitas struktural permukaan artikulasi adalah adhesi. Adhesi merupakan perlekatan sementara permukaan artikulasi dan dapat terjadi antara kondilus dan diskus (ruang sendi inferior) atau antara diskus dan fossa (ruang sendi anterior). Meskipun adhesi bersifat sementara, jika dibiarkan adhesi dapat mengarah ke kondisi yang lebih permanen. Adhesi terjadi akibat perkembangan jaringan ikat diantara permukaan artikulasi pada fossa atau kondilus dan juga pada diskus atau pada jaringan yang mengelilinginya.25
Ketika adhesi terjadi diantara diskus dan fossa, translasi normal kompleks kondilus-diskus akan terhambat. Pergerakan kondilus hanya terbatas pada gerakan rotasi. Pembukaan mulut pada pasien hanya berkisar antara 20 sampai 30 mm. Adapun adhesi yang terjadi diantara diskus dan fossa akan menghambat pergerakan
rotasi yang normal, sementara gerakan translasi tetap berlangsung normal. Pasien-pasien yang mengalami kondisi ini tetap dapat membuka mulut dengan normal, tetapi timbul perasaan kaku saat pembukaan mulut akan mencapai maksimal.25
2.4 Cara Pengukuran Pembukaan Mulut Maksimal
Jarak interinsisal selama pembukaan mulut digunakan sebagai pengukuran pembukaan mulut maksimal dalam banyak studi. Pengukuran jarak interinsisal ini memiliki keuntungan berupa titik ukur yang relatif lebih permanen dan lebih mudah ditentukan.4,12
Beberapa metode dan instrumentasi yang digunakan untuk mengukur jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal antara lain pengukuran linear menggunakan penggaris,3,5,11,15 kaliper,4 atau Willis Bite Gauge,2 goniometer mandibula,16 serta instrumen opto-elektrik.14
2.4.1 Penggaris
Pengukuran dengan penggaris dilakukan dengan meletakkan penggaris di antara tepi insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula dimana hasil pengukuran dicatat dalam satuan milimeter.3,5,11,15
Gambar 3. Pengukuran jarak interinsisal
pem-bukaan mulut maksimal
meng-gunakan penggaris yang sudah dikali-brasi15
2.4.2 Kaliper
Kaliper merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur dimensi linear (panjang) suatu objek dengan akurasi mencapai sepersepuluh milimeter atau lebih. Pengukuran jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal menggunakan kaliper merupakan metode pengukuran yang aman dan sederhana untuk dilakukan dan memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat.4
Gambar 4. Kaliper (dok.)
Pada penelitian Kumar, dkk (2012) pada anak-anak usia 6-12 tahun, pengukuran jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal dilakukan dengan menggunakan kaliper Vernier yang sudah dimodifikasi. Kaliper Vernier yang sudah dimodifikasi ini lebih ringan, mudah digunakan dan tidak menakutkan khususnya untuk anak-anak.4
Gambar 5. Pengukuran jarak inter-insisal pembukaan mu-lut
maksimal dengan menggunakan kaliper Vernier yang sudah dimodifikasi.4
2.4.3 Willis Bite Gauge
Willis Bite Gauge juga digunakan untuk mengukur jarak antara tepi insisal
insisivus sentralis maksila dan mandibula saat mulut terbuka maksimal dimana hasil pengukuran dicatat dalam satuan milimeter.2
Gambar 6. Pengukuran jarak inter-insisal pembukaan mulut maksimal dengan meng-gunakan Willis Bite Gauge2
2.4.4 Goniometer Mandibula
Goniometer mandibula merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sudut pembukaan mulut dimana hasil pengukurannya dicatat dalam satuan derajat. Pengukuran pembukaan mulut maksimal secara linear merupakan suatu metode yang mudah dan dapat diandalkan untuk mengevaluasi mobilitas sendi temporomandibula. Akan tetapi, hasil pengukuran pembukaan mulut secara linear memiliki keterbatasan karena dipengaruhi oleh panjang mandibula. Pengukuran sudut pembukaan mulut menggunakan goniometer mandibula tidak dipengaruhi oleh panjang mandibula sehingga lebih dapat diandalkan untuk mengevaluasi sendi temporomandibula.16
Gambar 7. Goniometer (kiri) dan pengukuran sudut pembukaan mulut menggunakan goniometer (kanan)16
2.4.5 Instrumen Opto-Elektrik
Instrumen opto-elektrik merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencatat pergerakan mandibula. Selama pencatatan, sampel diminta untuk membuka mulutnya selebar mungkin dan kemudian menutup mulutnya. Pergerakan mandibula dicatat selama 30 detik selama pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Dengan menggunakan instrumen opto-elektrik, pembukaan mulut maksimal dan pergerakan kondilar dapat diukur secara tiga dimensi.14