• Tidak ada hasil yang ditemukan

GARIS BESAR KITAB ADAB AL-ALIM WA-AL MUTA’ALLIM DAN

NILAI KARAKTER YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA A.Garis Besar Isi Kitab Adab al-‘Alim wa-al Muta’allim

Kitab ini membahas tentang akhlak atau sopan santun antara pendidik dengan anak didik. Karena dalam pembelajaran seorang pendidik harus memahami anak didiknya, dan sebaliknya anak didik juga harus mempunyai rasa hormat kepada pendidik. Melihat betapa pentingnya hal tersebut, maka K.H. Hasyim Asy‟ari menyusun sebuah risalah yang berisi tentang akhlak-akhlak yang harus diketahui oleh setiap pendidik dan anak didik. Karena akhlak dalam mencari sebuah ilmu menurut beliau sangat menentukan derajatnya didalam memahami sebuah ilmu yang sedang dipelajari. Dalam risalah ini beliau sajikan runtutan- runtutan akhlak yang harus ditempuh oleh setiap pendidik dan anak didik.

Walaupun sulit untuk menerapkan kesemuanya, akan tetapi beliau berharap dapat menjadi suatu bahan renungan dan ingatan, betapa pentingnya sebuah akhlak dalam pencapaian sebuah ilmu yang bermanfaat.

Dalam kitab ini terbagi menjadi delapan bab, antara lain :

1. Bab Pertama. Pada bab ini beliau menjelaskan tentang keutamaan pendidikan. terdiri dari tiga pasal, meliputi pasal tentang keutamaan ilmu dan ulama, pasal tentang keutamaan belajar dan mengajar, dan pasal yang menjelaskan bahwa keutamaan ilmu hanya dimiliki ulama yang mengamalkan ilmunya.

48

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari keutamaan menuntut ilmu dapat diambil dalilnya dari Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11.

َلِٕق ةَذِإََ ۖ ْمُكَل ُ َّللَّٱ ِحَظْفَٔ ۟ةُُحَظْفٱَف ِضِل ََٰجَمْلٱ ِّف ۟ةُُحَّظَفَس ْمُكَل َلِٕق ةَذِإ ۟ةَُُٰٓىَمةَء َهِٔذَّلٱ تٍََُّٔأَََٰٰٓٔ

َنُُلَمْعَس تَمِح ُ َّللَّٱََ ۚ ٍز ََٰجَرَد َمْلِعْلٱ ۟ةُُسَُأ َهِٔذَّلٱََ ْمُكىِم ۟ةُُىَمةَء َهِٔذَّلٱ ُ َّللَّٱ ِعَفْزَٔ ۟ةَُشُشوٱَف ۟ةَُشُشوٱ

رٌزِٕخَخ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-

lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Mujadalah :11).

Salah satu keutamaan ilmu dan orang yang berilmu menurut K.H. Hasyim Asy‟ari adalah dia berada di golongan para ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya kecuali untuk kebaikan yang ditujukan kepada Allah, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim ;

َهِْٔذَّلة َهِْٕقَّشُمْلة ِرةَزِح َّلَِّة ْمٍِِمْلِعِح َهِْٕلِمتَعْلة ِءتَمَلُعْلة ِّقَح ِّف ٌَُُتَمَّوِة ًِِلٌَْةََ ِمْلِعْلة ِلْضَف ْهِم

ِمِْٕعَّىلة ِرتَّىَجِح ًَِْٔ ِل َّفْلِّشلةََ ِمِْٔزَكْلة ُ ًَْجََ ًِِح ةَُّ َ َف

Salah satu keutamaan ilmu dan orang yang berilmu adalah dia berada di golongan para ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya kecuali untuk kebaikan yang hanya ditujukan kepada Allah dan Allah akan mendekatkan mereka ke surga an-naim (Asy‟ari : 22).

49

2. Bab Kedua. Pada bab kedua ini beliau menjelaskan tentang akhlak yang harus dipegang oleh anak didik. Dalam bab kedua ini beliau menuliskan sepuluh macam akhlak yang harus dimiliki oleh anak didik dalam sebuah pembelajaran, tentunya dengan harapan setelah kesepuluh akhlak tersebut, anak didik dapat lebih mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik.

Sepuluh macam akhlak yang harus diperhatikan oleh anak didik menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim pada halaman 24-28, adalah :

a.

ٍقُلُخ ٍءُُطََ ٍد ِقَ ٍءُُطََ ٍ َظَحََ ِّلِ ََ ِضَوَدََ ِّ َ ِّلُك ْهِم ًَُخْلَق َزٍَِّ ُٔ ْنَة َد

Membersihkan hatinya hal-hal kotor, seperti bujukan-bujukan, prasangka buruk, dengki, keyakinan yang rendah dan akhlak yang buruk.

b.

َّلَجََ َّشَ ِ ًَْجََ َ ِ ْقُٔ ْنَأِح ِمْلِعْلة ِجَلَ ِّف َذَِّّٕىلة َهِظْحُٔ ْنَة

Memurnikan niat dalam mencari ilmu untuk menuju kepada Allah. c.

ًَُحتَخَ ِمْلِعْلة ِلِْٕ ْحَشِح َرِدتَخُٔ ْنَة

Bersegera dalam menghasilkan ilmu (menggunakan kesempatan waktu mudanya).

d.

ِضَْٕعْلة َنْدَة َّلَ ِزْخَّ لتِخَف َزَّظََٕس تَمِح ِصتَخِّللةََ ِرُُْقْلة َهِم َعَىْقَٔ ْنَة

50

e.

ِيِزُمُ ْهِم َٓقَح تَم َمِىَشْغَََٔ ِيرِتٍََوََ ًِِلَْٕل َرتَقََْأ َمِظْقُٔ ْنَة

Hendaklah pandai-pandai mengatur waktunya, baik di waktu malam maupun siang harinya yang tersisa dalam umurnya.

f.

َثْزَشلةََ َلْك َْلَّة َلِّلَقُٔ ْنَة

Menyederhanakan makan dan minum. g.

ًِِوْأَ ِعِْٕمَج ِّف ِ تَِٕش ْخِ ْلَّةََ ِعَرَُْلتِح ًَُظْفَو َذِخ ةَؤُٔ ْنَة

Bersikap wirai dan berhati-hati dalam segala perilaku. h.

ِصةَُُحلْة ِ ْعُ ََ ِدَدَ َخْلة ِثتَخْطَة ْهِم ٌَِٓ ِّشَّلة ِمِ تَ َمْلة َاتَمْعِشْطِة َلِّلَقُٔ ْنَة

Menyedikitkan makanan dan minuman yang dapat menyebabkan kemalasan dan kelemahan.

i.

ًِِىٌَْذََ ًِِوَ َح ِّف رٌرَزَ ًُْقَحْلَٔ ْمَلتَم ًَُمَُْو َلِّلَقُٔ ْنَة

Menyedikitkan waktu untuk tidur selagi tidak merusak dan membahayakan kesehatan baik badan maupun hati.

j.

ِرَزْشُعْلة َ ُزْشُٔ ْنَة

Meninggalkan pergaulan yang kurang bermanfaat.

3. Bab Ketiga. Bab ini menjelaskan tentang akhlak anak didik terhadap seorang pendidik. Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari akhlak anak didik terhadap pendidik terbagi menjadi dua belas uraian. Kedua belas uraian (Asy‟ari : 29-43) tersebut ialah :

51

a.

ُجِظَشْكَََٔ ًُْىَ َمْلِعْلة ُذُخْأَٔ ْهَمِْٕف َّلة َعَس َ َزِْٕ َشْظَََٔ َزَ َّىلة َ ِّ َقُٔ ْنَة ِجِلتَ ِل ِّغَخْىَٔ

ًُْىِم ِثةَدَ ْاةََ ِ َ ْخَ ْاة َهْظُح

Memilih seorang pendidik dan meminta kepada Allah agar dipilihkan seorang guru yang darinya ia dapat memperoleh ilmu dan akhlak yang bagus.

b.

ُقَط ُُْٔ ْهَّمِم ًَُلََ ٍع َ ْ ِة ُ تَمَس ِذَِّٕ ْزَّشلة ِ ُُلُعلْة َّلَ ًَُل ْهَّمِم ُ َّْٕشلة َنُُْكَٔ ْنَة ُ ٍَِشْجَٔ

ًِِح

Bersungguh-sungguh dan yakin bahwa guru yang dipilihnya memiliki ilmu syariat dan dapat dipercaya.

c.

ِيِرُُْمُة ِّف ًِِ َْٕشِل َدتَقْىَٔ ْنَة

Selalu mendengarkan dan memperhatikan apa yang telah dijelaskan oleh pendidik.

d.

ِاتَمَكلْة َذَجَرَد ًِِْٕف َ ِقَشْعَََٔ ِمِْٕ َعَّشلةََ ِا َ ْجِ ْلَّة ِهَْٕعِح ًَِْٕلِة َزُ ْىَٔ ْنَة

Memandang pendidik dengan pandangan kemuliaan, rasa hormat, dan meyakini bahwa gurunya memiliki derajat yang sempurna.

e.

ًِِستَمَم َ ْعَحََ ًِِستََّٕح ًدَّ ُم ًَُلُُْ ْ َٔ ْنَةََ ًَُلْضَف ًَُل َضْىَٔ َلَََّ ًُْقَح ًَُل َ ِزْعَٔ ْنَة

Mengetahui apa yang menjadi hak-hak pendidik, tidak melupakan keutamaannya, dan senantiasa mendoakannya semasa hidup maupun setelah wafatnya.

f.

ِ َّْٕشلة َهِم ُرُ ْ َس ٍدَُْفَج َّلَ َزَّخَ َشَٔ ْنَة

Bersabar terhadap kekerasan guru.

52

g.

ُيةَ ْحََ ِ َّْٕشلة َنتَك رٌءةََُط ِنةَذْبِشْظِح َّلَِّة ِّ تَعْلة ِضِلْجَمْلة ِزَْٕ ِّف ِ َّْٕشلة َّلَ َلُخْ َٔ َلَّ ْنَة

ِيِزَْٕ ًَُعَم َنتَكََ

Tidak menemui pendidik ketika berada ditempat umum kecuali dengan izin dari pendidik, baik ketika pendidik dalam keadaan sendiri maupun dengan orang lain.

h.

ِعُُشُخََ ِعُُضُحََ ِعُ ةََُشِح تًعِّحَزَشُم َضِلْجَََٔ ِثةَدَ ْاتِح ِ َّْٕشلة َ تَمَة َضِلْجَٔ ْنَة

Ketika duduk berhadapan dengan pendidik, hendaklah anak didik duduk dengan dengan rapi, sopan, dan juga tenang.

i.

ِنتَكْم َ ْلَّة ِرْ َقِح ِ َّْٕشلة َعَم ًَُحتَ ِخ َهِظْحُشْوَة

Berbicara dengan sopan dan lembut ketika bersama pendidik. j.

ٍدَ ِاتَف ََْة ٍذَلَبْظَم ِّف تًمْكُح ُزُكْذَٔ َ َّْٕشلة َعِمَط

Mendengarkan semua penjelasan yang disampaikan pendidik k.

ٍاةَؤُط ِثةََُج ََْة ٍذَلَبْظَم ِ ْزَ َّلِة َ َّْٕشلة َقِخْظَٔ َلَّ ْنَة

Jangan menyela ketika pendidik sedang menjelaskan atau sedang menjawab sebuah pertanyaan.

l.

ِهِْٕمَْٕلتِح ًَُلََتَىَس ًإَْٔ َ َّْٕشلة ًَُلََتَو ةَذِة

Menggunakan anggota badan yang kanan apabila hendak

menyerahkan sesuatu kepada pendidik.

4. Bab Keempat. Bab keempat menjelaskan akhlak anak didik terhadap pelajaran dan segala yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Pada bab ini K.H. Hasyim Asy‟ari menguraikan menjadi tiga belas penjelasan, yaitu (Asy‟ari : 43-55) :

53 a.

ًِِىَْٕ ِ ْزَفِح َأَ ْخَٔ ْنَة

Memulai belajar ilmu dari yang bersifat fardhu „ain. b.

ًِِىَْٕ َ ْزَف َعَخْشَٔ ْنَة

Mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung fardhu „ain. c.

ِءتَمَلُعلْة َهَْٕح ِ َ ِشْخلَّة ِّف ِاتَغِشْ ِلَّْة َهِم ِيِزْمَة ِءةَ ْشْحِة ِّف َرَذْحَٔ ْنَة

Mendiskusikan dan berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama.

d.

ًِِ ْفِح َلْخَق ُيُ َزْقَٔ تَم َحَّحَ َٔ ْنَة

Mentashihkan apa yang telah dibaca sebelum dihafalkan, baik dengan pendidik maupun dengan orang lain yang anak didik yakini.

e.

ِمْلِعلْة ِعتَمِظِل َزِّكَخُٔ ْنَة

Mempelajari ilmu pelajaran ketika masih pagi buta. f.

ِذَمِاَة ْلة ِذَعَلتَ ُمْلة َعَم ِرةَزِ َشْحُمْلتِح ًَُستَ ُُفْحَم َ َزَ ةَذِة

Ketika menjelaskan sebuah pelajaran hendaknya dengan diringkas dan senantiasa mengulang-ulang pelajaran secara terus menerus.

g.

َهَكْمَة ةَذِة ِءةَزْقَلَّْةََ ِصِرْ َس ِّف ًِِ َْٕ َذَقَلَح َ ِشْلَٔ ْنَة

Berteman dengan orang yang lebih pintar, dan bacakanlah ilmu padanya apabila memungkinkan supaya ia menyimaknya.

h.

َهِْٔزِ تَحْلة َّلَ ُمِّلَظُٔ ِ َّْٕشلة ِضِلْجَم ِّف َزَضَح ةَذِة

Ketika menghadiri sebuah majlis, hendaknya mengucapkan salam kepada mereka yang hadir.

54

Tidak malu-malu ketika menanyakan hal-hal yang belum dipahami. j.

ًَُل َْ ِي ْهَم تَ ِر ِزَْٕغِح تٍََْٕلَ َ َّ َقَشَٔ َ َف ًَُشَحَُْو ُِٓ ةَزُٔ ْنَة

Menunggu giliran (dalam metode sorogan) dan jangan mendahului temannya yang lain apabila belum mendapatkan izin.

k.

ًِِ َْٕ َعَم ًِِحةَدَة ِّف ًَُس ٌَََْٓ ِ َّْٕشلة ََّْ َٔ َهَْٕح ًُُطُُلُج َنُُْكَٔ ْنَة َأ

Membacakan pelajaran dihadapan pendidik dan menetapi sikap sopan santun.

l.

َزَشْحَة ًُُكُزْشَٔ َلَّ َّّشَح ٍثتَشِك َّلَ َزُخْظَٔ ْنَة

Mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan secara terus menerus.

m.

ِلُْٕ ْحَّشلة ِّف ُذَخِلتَّ لة َجِ ْزُٔ ْنَة

Menanamkan semangat untuk meraih sukses dalam belajar.

5. Bab Kelima. Bab kelima menjelaskan tentang akhlak yang harus ada bagi pendidik. Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari hal ini terdiri atas dua puluh penjelasan (Asy‟ari : 55-70), yakni :

a.

ِذَِّٕو َ َعلْةََ ِّزِّظلة ِّف ّلتعس ِ َذَخَقةَزُم َمِْٔ ُٔ ْنَة

Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, baik ketika dalam keadaan samar maupun nyata.

b.

ًِِلتَعْفَةََ ًِِلةَُْقَةََ ًِِستَىَكَطََ ًِِستَكَزَح ِعِْٕمَج ِّف ّلتعس ًَُفَُْخ َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa takut kepada Allah dalam segala keadaan gerak, diam, ucapan-ucapan, dan tindakannya.

55 Senantiasa bersikap tenang. d.

َعَرَُْلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap wira‟i. e.

ِعُُ ة ََُّشلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap tawadhu‟. f.

َعُُشُ ْلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap khusyu‟.

g.

َّلتَعَس ِ َّلَ ِيِرُُْمُة ِعِْٕمَج ِّف ًَُلُِْٔعَس َنُُْكَٔ ْنَة

Mengadukan segala permasalahannya kepada Allah. h.

ِذََُِّْٕٔواة ِ َزْ ِ ْلَّة َّلِة ًِِح ُلَّصََُشَٔ تًمْلُط ًَُمْلِ َلَعْجَٔ َلَّ ْنَة ُّد

Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih keduniawiaan semata. i.

ًأَىْحِة َمِّ َعُٔ َلَّ ْنَة

Tidak selalu memanjakan murid j.

تَْٕوُّ لة ِّف ِ ٌُُشلتِح َقَّلَ َشَٔ ْنَة

Berperilaku zuhud dalam kehidupan dunia. k.

تٍَِشَلِْٔذَرََ ِجِطتَكَملْة ِئِْٕوَد ْهَ َ َ تَخَشَٔ ْنَة

Berusaha menghindari hal-hal yang rendah dan hina. l.

ٍدَ ُزُم َ َقَو َهَّمَضَشَٔ ًإَْٔ ُلَعْفَٔ َ َف ِمٍَُّشلة َعِ ةََُم َجِىَشْجَٔ ْنَة

Menghindari tempat-tempat kotor dan maksiat. m.

ِ َ ْطِلَّْة ِزِاتَعَشِح ِ تَِٕقلْة َّلَ َ ِفتَحُٔ ْنَة

Menjaga untuk tetap didalam syariat Islam. n.

ِهَىُّظلة ِرتٍَْ ِتِح َ ُُْقَٔ ْنَة

56

Senantiasa mengamalkan sunnah Nabi. o.

ِنتَظِللْةََ ِجْلَقلْتِح َّلتَعَس ُ َزَكَذََ ِنَةْزُقْلة َدََ َ ِس َ ِس َ َُٕف

Senantiasa membaca al-Qur‟an dan berdzikir kepada Allah dengan hati maupun lisan.

p.

ِ َ َّظلة ِءتَشْفِةََ ًِْجَُلْة ِذَق َ َ ْهِم ِ َ ْخَ ْلَّة َ ِرتَكَمِح َصتَّىلة َلِمتَعُٔ ْنَة

Bersikap ramah, ceria dan suka menebar salam kepada manusia. q.

ِذَبِْٔدَزْلة ِ َ ْخَلَّْة َهِم ُيَزٌِتَ َّمُط ًَُىِ تَح َزٍَِّ ُٔ ْنَة

Membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan yang rendah dan tidak disukai Allah.

r.

ِلَمَعلْةََ ِمْلِعْلة ِدتَِٔدْسِة َّلَ َ ْزِ لْة َمِْٔ ُٔ ْنَة

Menumbuhkan semangat dalam menambah ilmu dan amal. s.

ًَُمَلْعَٔ َلَّتَم ِدَدتَفِشْطِة ْهَ َ ِكْىَشْظَٔ َلَّ ْنَة

Tidak menyalahgunakan ilmu serta tidak menyombongkannya. t.

ِ ِىْ َّشلتِح َلِغَشْشَٔ ْنَة

Membiasakan diri untuk menulis.

6. Bab Keenam. Bab keenam menjelaskan tentang akhlak pendidik ketika akan dan saat mengajar. Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari yang perlu diperhatikan pendidik disaat mengajar adalah (Asy‟ari : 71-80) :

a.

ِضَخَ لْةََ ِصَ َحلْة َهِم َزٍََّ َشَٔ

Mensucikan diri dari hadas dan kotoran. b.

ِذَقِاَلَّْة ًِِحتَِٕط َهَظْحَة ُضَخْلَََٔ ُجََّٕ َشَََٔ َ َّ َىَشَٔ

57 c.

َّلتَعَس ِ َّلِة َثَّزَقَس ًِِمِْٕلْعَشِح َُِْْىَٔ ْنَة

Niat beribadah kepada Allah ketika mengajarkan ilmunya kepada anak didik.

d.

َّلتَعَس ِ ِ تَكْحَة َ ِْٕلْخَسََ

Menyampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah. e.

ِمْلِعْلة َهِم ِدتَِٔدْسِ ْلَّةََ

Membiasakan diri untuk selalu menambah ilmu pengetahuan. f.

َهِْٕحِلتَّ لة ِ َلَّظلِل ِءتَ ُّ لةََ َّلتَعَس ِ ِزْكِذ َّلَ ِعتَمِشْجِ ْلَّةََ

Mengawali pembelajaran dengan doa dan mendoakan para ulama yang telah meninggal.

g.

َهِْٔزِ تَحْلة َّلَ ُمَّلَظُٔ ًَِْٕلِة َلَصََ ةَذِتَف

Mengucapkan salam kepada anak didik ketika datang dalam majlis. h.

ِ ْحَّضلة ِدَزْظَكََ ِ ةَشِملْة ِهَ َ ِ تَخُِٕلََ

Tidak bergurau dan banyak tertawa. i.

ِصتَعُو ََْة ِجَضَ ََْة ِ ْ َ ََ ِعُُْج َزْقََ َصِّرَ ُٔ َلَّ

Tidak mengajar dalam keadaan lapar, marah, ngantuk dan sebagainya. j.

َهِْٔزِ تَحلْة ِعِْٕمَجِل ةًسِرتَح ُضِلْجَََٔ

Dalam majlis seorang pendidik harus mengambil tempat yang strategis.

k.

ِ ةَزِشْحِلَّْة ِ ِْٔشَم ِهْظُحََ ًِْجَُلْة ِذَق َ َ ََ ِ َ َكلْة ِهْظُحِح ْمٍُُمِزْكََُٔ

Menyampaikan materi dengan ramah, tegas, lugas, dan tidak sombong.

58 l.

َ َزْ َاْة َ َّ َق ُصَُْرُّ لَة ْرَدَّ َعَشْوَةََ

Mendahulukan materi yang dianggap penting. m.

َ ِلَذ ِعِ َُْم ِّف َّلَِّة ٍدَ ِ تَف َّلَ َمَّلَكَشَٔ ََْة ِ تَقَم ِّف َضَحْخَٔ َلَََّ

Tidak menjelaskan pelajaran atau berbicara kepada anak didik kecuali sesuai dengan tingkatan kelasnya.

n.

ِ َغلَّلة ِهَ ًَُظِلْجَم ُنُُْ َٔ

Menciptakan suasana yang kondusif. o.

ِذَجتَحلْة ِرْ َق َّلَ ةً ِاةَس تًعْفَر ًَُسَُْص َعَفْزََٔلَّ

Tidak mengeraskan suara dengan lantang tanpa adanya suatu keperluan.

p.

ِِْرْدَة َلَّ ََْة ُمَلْ َة َلَّ َاتَق ًُْمَلْعَٔ تًّمَ َلِبُطْذِة

Bersikap terbuka terhadap pertanyaan anak didik apabila terdapat materi yang belum dipahaminya.

q.

تٌَُدُُْ ْقَم ََْة ًَُل تٌَةَدتَ ٍذَلَبْظَم ِّف ٌَََُُ َءتَج ْنِةََ

Mengulangi kembali pelajaran jika ada anak didik yang ketinggalan. r.

ًَُلَأَط ٍاَؤُط تَٔتَقَح ٍ َحَة ٍضْفَو ِّف َنتَك ْنِة

Memberi kesempatan pada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

7. Bab Ketujuh. Bab ketujuh menjelaskan tentang akhlak pendidik ketika bersama anak didik. Pada bab ini K.H. Hasyim Asy‟ari membagi atas empat belas pembahasan, yakni (Asy‟ari) :

59

Berniat untuk belajar dan mengajar karena Allah. b.

ِعْزَّشلة ِءتَْٕحِةََ ِمْلِعلْة ُزْشَو

Berniat untuk menyebarkan ilmu dan menghidupkan syari‟at Islam. c.

ًِِظْفَىِل َّجِحُٔتَم ِمْلِعلْة ِجِلتَ ِل َّجِحُٔ ْنَة

Seorang pendidik hendaknya mencintai muridnya seperti halnya mencintai dirinya sendiri.

d.

ًِِمٍِْْٕفَس ِّف ِ ُّفَلَشلة ِهْظُح ََ ًِِمِْٕلْعَس ِّف ِءتَقْلِءلَّْة ِذَلٍُُُْظِح ًَُل َحَمْظَٔ ْنَة

Tepat dalam penggunaan metode dalam mendidik anak didik dan kata-kata yang baik dalam memahamkan pelajaran kepada anak didik. e.

ٍقْفِزِح ُيتَصَّْة ِ َّْٕشلَة

Memotivasi anak didik.

f.

ِرتَ ُُْفْحَملْة ِرَدتَ ِة ِرتَقََْ ْاة ِ ْعَح ِّف ِزَخَلَ لة ْهِم َجُلْ َٔ ْنَة

Memberikan latihan-latihan yang dapan menunjang pemahaman anak didik terhadap pelajaran.

g.

ًَُشَقَ ًَُلِمَشْحَٔ تَم ََْة ًَُلتَح ًِِْٕضَشْقَٔ تَم َ َُْف ِلِْٕ ْحَس ِّف َجِلتَّ لة َ َلَط ةَذِة

Selalu memperhatikan kemampuan anak didik.

h.

ِ ْعَح َّلَ ْمٍِِضْعَح ِلِْٕضْفَس ِذَخَلَ لِل َزٍَِ ُٔ َلَّ ْنَة

Tidak pilih kasih diantara anak didiknya. i.

ًِِح َلِمتَعُٔ تَم َ ٌَتَعَشَٔ ْنَة

Mengembangkan minat bakat anak didik. j.

ًِِشَِٕو ِ ِلَخ ِ َ َعِل ُجِلتَّ لة َمُّلَعَس ْهَ َعِىَشْمَٔ َلَّ ْنَة

60 k.

ْمٍَُخِاتَ ُزُكْذَََٔ ْمٌِِزِ تَحِل َدَّدََُشَٔ ْنَة

Cinta kasih terhadap yang hadir, dan mencari kabar apabila ada anak didik yang tidak hadir.

l.

ًَِْٕلَ َزَّظََٕس تَمِح ِذَخِلَّ لة ِحِلتَ َم ِّف ُمِلتَعلْة َّعْظَٔ ْنَة

Hendaknya pendidik membantu memecahkan masalah. m.

ِلِ تَفلْة تًمَِّٕط َلَّ ِذَخِلَّ لة َهِم َّ ُك َجِ تَ ُٔ ْنَة

Menasehati anak didik dengan keutamaan. n.

ٍ ِ ْزَشْظُم َّلُكََ ِجِلتَّ لة َعَم َعَ ةََُشَٔ ْنَة

Bersikap arif, bijaksana dan tawadhu terhadap siapa saja yang meminta petunjuk.

8. Bab Kedelapan. Bab kedelapan sebagai bab yang terakhir berisi tentang penjelasan secara umum terhadap kitab dan segala hal yang ada hubungan dengannya (cara mendapatkan, meletakkan dan menulisnya). Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari hal ini ada lima akhlak yang harus diperhatikan dalam pembelajaran (Asy‟ari : 80-95), yakni :

a.

ٍءةَزِشِح ًَُىَكْمَة تَمِح تٍََْٕلِة ُعتَشْحُملْة ِجُشُكلْة ِلِْٕ ْحَشِح َِّىَشْعَٔ ْنَة ِمْلِعلْة ِجِلتَ ِل ِّغَخْىَٔ

ِمْلِعلْة ِلِْٕ ْحَس رٌذَلَة تٍََّوَ ِلَّ ٍذَِٔرتَ ََْة ٍدَرتَج ِءتَفِاْةََ

Menganjurkan anak didik agar memiliki buku pelajaran yang diajarkan, apabila tidak mampu untuk membelinya, hendaklah meminjam kepada temannya.

b.

ِْٓغَخْىَََٔ تٍَِْٕف ًُْىِم َرَزَ َلَّ ْهَّمِم تٍَِْٕف ًَِْٕلَ َرَزَ َلَّ ْهَمِل ِثتَشِكْلةِ دَرتَ ِة ُّجَحَشْظُٔ

ُيُّدُزَََٔ َ ِلَذ ِزِْٕعَشْظُمْلِل

61

Memberikan izin ketika ada teman yang akan meminjam buku pelajaran, sebaliknya bagi peminjam harus menjaga barang tersebut, mengembalikan dan berterima kasih.

c.

ِرتَخِشْ تِح ِجُشُكلْة ُعْ ََ تً َُْزُفَم ِ ْرَ ْلَّة َّلَ ًَُعَضُٔ َ َف ًَُعَلَت ََْة ٍثتَشِك ْهِم َ َظَو ةَذِة

ْمٍِِشَل َ َجََ تٍَِْٕفِّىَ ُمََْة تٍَِْٕفْزَ ََ تٍَِمُُلُ

Meletakkan buku pada tempat yang terhormat, dengan

memperhitungkan keagungan kitab dan ketinggian keilmuan penyusunannya.

d.

ًِِظِٔرةَزَكََ ًِِحةَُْحَة ُجِسْزَسََ ًَُ َطََََ ُيَزِخَةََ ًَُلَََّة َ َّقَفَس ُيةَزَشْ ِةََْة تًحتَشِك َرتَعَشْطِة ةَذِة

ًِِقةَرََْة َحَّفَ َسََ

Periksa terlebih dahulu apabila membeli atau meminjam buku, lihat bagian awal, tengah dan akhir buku.

e.

َّلُك َئَ ْخَََٔ ٍدَرتٍََ َّلَ َنُُْكَٔ ْنَة ِّغَخْىََٕف ِذَِّٕ ْزَّشلة ِ ُُْلُعلْة ِجُشُك ْهِم ًإَْٔ َ َظَوةَذِة

ِمِْٕحَّزلة ِهَمْحَّزلة ِ ِمْظِح ِزَحتَشِكِح ٍثتَشِك

,

َهَّمَضَشَس ٍذَخْ ُ ِح ًأَُْ ْخَم ُثتَشِكْلة َنتَك ْنِتَف

ًِِلُُْطَر َّلَ ِ َ َّظلةََ ِدَ َّ لةََ َّلتَعَس ِ َ ْمَح

Bila menyalin buku pelajaran syariah, hendaknya dalam keadaan suci, kemudian diawali dengan basmalah, sedang menyalinnya muliailah dengan hamdalah dan shalawat Nabi.

Demikian pemaparan K.H. Hasyim Asy‟ari mengenai akhlak atau sopan santun dalam proses pembelajaran yang harus dijaga baik oleh pendidik maupun anak didik yang disampaikan dalam kitab Adab al-„Alim wa-al

62

Muta‟allim. Dari pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari diatas sudah jelas bahwa beliau ingin diantara pendidik dan anak didik selalu ada rasa hormat dan saling menyayangi, begitupun antar sesama anak didik. Bahkan K.H. Hasyim Asy‟ari juga memberikan arahan tentang bagaimana tata cara berakhlak kitab atau buku pelajaran yang digunakan dalam menunjang pembelajaran.

B.Nilai-nilai Karakter yang Terkandung dalam Kitab Adab al-Alim wa-al

Muta’allim.

Ada beberapa nilai yang terkandung dalam kitab karya K.H. Hasyim Asy‟ari ini, yang pasti juga menjadi hal-hal penting dalam proses pembelajaran. Sehingga perlu bagi pelajar untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang harus diketahui. Berikut nilai-nilai yang terkandung kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allimkarya K.H. Hasyim Asy‟ari :

1. Takwa kepada Allah SWT

Tentu dalam pembelajaran, baik pendidik maupun anak didik harus selalu mengedepankan rasa ketakwaannya kepada Allah. Karena bagaimanapun juga Allah lah menentukan hasil daripada usaha yang telah dilakukan oleh manusia.

Takwa adalah takut kepada azab Allah, yang menimbulkan suatu konsenkuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (Shaleh, 2002 : 1).

Hal ini disampaikan juga oleh K.H. Hasyim Asy‟ari melalui kitab karya beliau sebagaimana berikut ini :

63

ًِِلتَعْفَةََ ًِِلةَُْقَةََ ًِِستَىَكَطََ ًِِستَكَزَح ِعِْٕمَج ِّف َّلتَعَس ًَُفَُْخ َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa takut kepada Allah dalam segala gerakan, diam, ucapan- ucapan dan tindakan (Asy‟ari : 55).

2. Kemurnian Niat

Dalam lingkungan Islam, niat menjadi tolak ukur seberapa kuat keseriusan dalam mencari ilmu. Bahkan semua perilaku manusia disesuaikan dengan niatnya, sesuai dengan hadis Nabi,

ََُِوتَّم ٍئِزْمة ِّلُكِلتَمَّوِةََ ِرتَِّٕىلتِح ُاتَمْ َ ْلَّة تَمَّوِة

Sesungguhnya segala amal perbuatan dengan niat, dan akan dibalas sesuai dengan niatnya. (HR. Bukhari Muslim).

Dalam kitab Adab al-Alim wa-al Muta‟allim dijelaskan oleh K.H. Hasyim Asy‟ari bahwasanya dalam pembelajaran dibutuhkan kemurnian niat,

َّلَجََ َّشَ ِ ًَْجََ َ ِ ْقُٔ ْنَأِح ِمْلِعلْة ِجَلَ ِّف َذَِّّٕىلة َهِظْحُٔ ْنَة

Dalam mencari ilmu, hendaknya dia memurnikan niatnya karena untuk menuju Allah (Asy‟ari : 25).

3. Hati yang Bersih

Dalam proses pembelajaran tentunya harus dengan hati yang bersih. Menjauhkan diri dari penyakit-penyakit hati, seperti halnya bujukan, mencacat, dengki, su‟udzan (berburuk sangka), keyakinan yang rendah maupun su‟ul khuluk (akhlak yang jelek).

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari penting bagi pendidik maupun anak didik untuk mensucikan hatinya dari penyakit-penyakit hati. Hak ini tidak lain karena untuk meraih kesuksesan dalam pembelajaran.

64

ٍقُلُخ ِءُُْطََ ٍدَذِقَ ِءُُْطََ ٍ َظَحََ شٍّلِ ََ ٍضَوَدََ شٍّ َ ِّلُك ْهِم ًَُخْلَق َزٍَِّ ُٔ ْنَة

Membersihkan hati dari hal-hal yang kotor, seperti bujukan-bujukan, prasangka buruk, dengki, keyakinan yang rendah dan akhlak yang buruk (Asy'ari : 24).

4. Sabar

Sabar menjadi salah satu yang terpenting dalam proses mencari ilmu. Karena dalam mencari ilmu sudah pasti akan ada cobaannya, baik dalam bentuk fisik maupun material. Sehingga dalam pembelajaran dibutuhkan fisik yang sehat dan bekal yang cukup.

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari sebagaimana dalam kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim, beliau mengingatkan betapa pentingnya sabar disaat mencari ilmu, sabar terhadap cobaan yang ada baik fisik ataupun materiil.

ِ َْٕشلة ْهِم ُرُ ْ َس ٍدَُْفَج َّلَ َزَّخَ َشَٔ ْنَة

Bersabar terhadap kekerasan guru (Asy‟ari : 31).

5. Qana‟ah

Qana‟ah merupakan sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidakpuas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qana‟ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada didirinya adalah kehendak Allah (http://www.scribd.com/doc/24471330/Perilaku-Terpuji-Qanaah-Dan-

65

Tasamuh). Dalam kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim, K.H. Hasyim Asy‟ari menyampaikan betapa pentingnya rasa qanaah ini.

ِضَْٕعلْة َنْدَة َّلَ ِزْخَّ لتِخَف َزَّظََٕس تَمِح ِصتَخِّللةََ ِرُُْقلْة َهِم َعَىْقَٔ ْنَة

Bersabar dan qanaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan (Asy‟ari : 25).

6. Tirakat

Di lingkungan pesantren sering kali mendengar istilah tirakat, karena kehidupan di pesantren para santri sering bertirakat dalam menuntut ilmu agama maupun ilmu umum, karena dunia pesantren percaya bahwa dalam proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan cara yang hedonis, sehingga harus dilakukan dengan tirakat tersebut. Tirakat lebih sering diartikan dengan menahan hawa nafsu atau berpuasa (https://id.wikipedia.org/wiki/Tirakat).

ِصةَُُّحْلة ِ ْعُ ََ ِدَدَ َخْلة ِثتَخْطَة ْهِم ٌَِٓ ِّشَّلة ِمِ تَ َملْة َاتَمْعَشْطِة َلِّلَقُٔ ْنَة

Menyedikitkan makanan dan minuman yang dapat menyebabkan kemalasan dan dapat menyebabkan kelemahan (Asy‟ari : 27)

7. Wira‟i

Wira‟i merupakan sikap berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum Islam. Menghindari hal-hal yang makruh dan menjauhi segala sesuatu yang syubhat. Berlaku wira'i merupakan rahasia diri agar seseorang terhindar dari sesuatu yang haram. Orang yang wira'i (berhati-hati) berarti orang yang menjaga dirinya dari sesuatu yang

66

membuatnya tergoda oleh bujukan setan. Selalu mengingat akan kebesaran Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Menurut Samarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin menjelaskan bahwa wira‟i adalah berhati-hati dalam melakukan hukum, menghindari barang subhat, takut menghindari haram.

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran pendidik maupun anak didik harus bisa berhai-hati dalam hal apapun, untuk menghindarkan dari hal-hal yang bisa mengganggu kesuksesan pembelajaran.

ِعَرَُْلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap wira‟i(Asy‟ari : 55).

8. Tawadhu‟

Tawadhu‟ adalah tidak memandang pada diri sendiri lebih dari orang lainnya, bahkan memandangnya sama-sama, dan tidak menonjolkan diri (Masy‟ari, 2008 : 66).

Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya dalam proses pembelajaran hendaknya bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap anak didik dan juga pendidik. Tawadhu‟ merupakan sikap hormat dari anak didik kepada seorang pendidik, sehingga anak didik akan selalu merasa hormat terhadap pendidik. Bagi pendidik juga harus memiliki rasa tawadhu‟, karena rasa tawadhu‟ merupakan cara untuk

67

menjauhkan diri dari sifat sombong. Sehingga pendidik juga akan mempunyai rasa hormat kepada siapapun.

Dalam kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari ini dijelaskan juga, yakni :

َعُُّْ ََُّشلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap tawadhu‟ (Asy‟ari : 55 ).

9. Khusyu‟

Khusyu‟ artinya kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan di hadapan ilahi yang dapat melenyapkan

keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati

(https://eidariesky.wordpress.com/2010/06/25/definisi-dan-pengertian- khusyu/).

Memang dalam pembelajaran ilmu pengetahuan tidak akan bisa dipahami ketika diikuti dengan gurauan yang berlebihan, sehingga K.H. Hasyim Asy‟ari menekankan dalam proses pembelajaran hendaklah dengan kekhusyukkan.

َعُُْشُ ْلة َ ِس َ ُٔ ْنَة

Senantiasa bersikap khusyu‟(Asy‟ari : 55).

10. Bijaksana

Dalam menuntut ilmu sudah pasti akan ada perbedaan-perbedaan pendapat, hal ini karena setiap manusia mempunyai cara pandang yang berbeda, sehingga menghasilkan pendapat yang berbeda. Maka dari itu,

68

diperlukan sifat bijaksana yang digunakan untuk mengkontrol hati dan pikiran. Sehingga tetap tenang dalam menghadapi kondisi yang sesulit apapun.

Dalam hal ini, K.H. Hasyim Asy‟ari memberikan penekanan agar mempunyai sikap bijaksana yang telah dijelaskan di dalam kitabnya.

ِءتَمَلُعلْة َهَْٕح ِ َ ِشْخِلَّْة ِّف ِاتَغِشْ ِ ْلَّة َهِم ِيِزْمَة ِءةَ ِشْحِة ِّف َرَذْحَٔ ْنَة

Mendiskusikan dan berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama (Asy‟ari : 45-46).

11. Zuhud

Zuhud merupakan salah satu cara untuk meninggalkan kemewahan duniawi, sehingga dalam proses belajar tidak akan memusingkan hal-hal yang berkaitan dengan duniawi. Zuhud juga sikap berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat. Karena dianggap penting dalam proses pembelajaran, Ada tiga tanda kezuhudan yang ada pada seseorang. Pertama, tidak gembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena ada hal yang hilang. Kedua, sama saja disisinya orang yang mencela dan orang yang mencacinya. Ketiga, hendaknya ia bersama Allah dan hatinya lebih banyak didominasi oleh lezatnya keta‟atan, karena hati tidak dapat terbebas sama sekali dari cinta; cinta dunia atau cinta Allah (Hawwa, 1998 : 329). K.H. Hasyim Asy‟ari pun mengingatkan agar selalu bersifat zuhud dalam proses pembelajaran.

69

تَْٕوُّ لة ِّف ِ ٌُُشلتِح َقَّلَ َشَٔ ْنَة

Berperilaku zuhud dalam kehidupan dunia (Asy‟ari : 58-89).

12. Etos Kerja yang Kuat

Tentu dalam proses pembelajaran dibutuhkan tekad yang kuat, karena sudah pasti dalam hal ini akan ditemui beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran.

Etos kerja tersebut terkandung gairah semangat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin (Tasmara, 2002 : 15). Dalam hal ini, K.H. Hasyim Asy‟ari menjelaskan melalui kitab beliau yang berbunyi,

ِلَمَعْلةََ ِمْلِعلْة ِدتَِٔدْسِة َّلَ َ ْزِ ْلة َمِْٔ ُٔ ْنَة

Menumbuhkan semangat dalam menambah ilmu dan amal (Asy‟ari : 66- 68).

70

Dokumen terkait