• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Sistem drainase bawah-tanah tertutup, sebuah sistem drainase bawah tanah tertutup menerima limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa ke luar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota, atau cekungan sedimen dan bak penampung pada tapak.

3) Sistem drainase bawah-tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, alternatif sistem drainase ini, memiliki keuntungan seperti halnya sistem drainase tertutup bawah tanah yang menggunakan pengendalian eroasi pada tapak, tetapi kerusakan di luar tapak dapat dihindari.

Gambar 4.55 Sistem drainase bawah tanah tertutup Sumber: Hasil Analisis.2009

Saluran pengumpul air hujan pada tapak

Saluran pembuangan air hujan kota Ke sungai

Kolam dalam penampungan

4) Sistem kombinasi drainase tertutup untuk daerah yang diperkeras dan drainase terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras, pada sistem drainase ini, limpasan dari ruang terbuka dikumpulkan pada saluran drainase permukaan sementara limpasan dari daerah yang diperkeras dikumpulkan di dalam sistem drainase tertutup.

Gambar 4.56 Sistem drainase bawah tanah tertutup dengan penampungan pada tapak Sumber: Hasil Analisis.2009

Ke sungai

Saluran pembuangan air hujan kota Kolam penampungan

air hujan

Saluran pembuangan air hujan pada tapak

Saluran pembuangan air hujan pada tapak

Pelepasan dari saluran pembuangan air hujan pada tapak

Saluran pembuangan air hujan pada tapak

U

Gambar 4.57 Sistem drainase kombinasi Sumber: Hasil Analisis.2009

Saluran pembuangan air hujan kota Kolam penampungan air hujan Saluran pengumpul drainase permukaan Gorong-gorong Saluran pembuangan air hujan pada tapak Saluran pengumpul drainase permukaan

Ke sungai

U

4.5.2.5 Sistem Pembuangan Sampah

Analisis pada sistem pembuangan sampah ada dua alternatif, yaitu: 1) Melalui tong sampah yang kemudian di tampung di tempat pembuangan sampah sementara, baru kemudian diangkut ke TPA atau di olah sendiri jadi pupuk kompos.

2) Melalui lubang biopori khusus untuk sampah-sampah organik rumah tangga, secara otomatis akan menjadi pupuk kompos.

4.5.2.6 Sistem Pembuangan Air Kotor

Analisis pada sistem pembuangan air kotor ada tiga alternatif, yaitu:

1) Melalui drainase atau gorong-gorong yang kemudian ditampung melalui sumur resapan.

Tong sampah pasar TPS TPA

Pengolahan sampah

Diagram 4.58 Skematik sistem pembuangan sampah alternatif 1 Sumber: Hasil Analisis.2009

pupuk kompos

Tong sampah pasar Dipilih sampah organik rumah tangga Di masukkan lubang biopori

Menjadi pupuk kompos

Diagram 4.59 Skematik sistem pembuangan sampah alternatif 2 Sumber: Hasil Analisis.2009

2) Melalui drainase atau gorong-gorong akan tetapi air langsung di arahkan atau di buang ke saluran pembuangan air hujan kota menuju sungai.

3) Melalui lubang biopori sebagai wujud pemakaian teknologi baru yang ramah lingkungan, yaitu air disalurkan melalui lubang

berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm (1 meter) didalamnya di isi dengan dedaunan atau rumput yang nantinya akan mengalami proses pelapukan.

4.5.2.7 Sistem Keamanan

Pada kasus perancangan objek studi (pasar) yang merupakan bangunan umum dengan tingkat pemakaian bangunan secara terus-menerus dengan banyak pengguna di dalamnya, maka perencanaan sistem keamanan untuk keselamatan bangunan harus diperhatikan dengan baik. Adapun sistem keamanan yang ada pada perancangan objek pasar yaitu:

Gambar 4.60 Sketsa penampang lubang resapan biopori Sumber: Ariestio, Lubang Resapan Biopori.2007

1. Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suatu cara atau sistem pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa harta benda, kerusakan lingkungan, korban nyawa manusia dan terganggunya masyarakat disekitar bangunan.

Pada perancangan objek studi (pasar), kelengkapan alat pencegahan kebakaran yang dipergunakan, yaitu:

a. Hidran kebakaran

Hidran kebakaran merupakan suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan penggunaan air. Hidran kebakaran dapat berupa hidran kebakaran dalam gedung dan di halaman bangunan. Di mana jumlah pemakaian hidran kebakaran pada suatu bangunan harus ditentukan dari klarifikasi bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut.

b. Tabung Pemadam Kebakaran (APAR)

Sebagai kelengkapan peralatan pencegah kebakaran dalam suatu bangunan, perlu ditambahkan alat-alat pemadam kebakaran praktis yang dapat dilakukan penggunaannya oleh setiap pengguna bangunan, yaitu tabung pemadam kebakaran. Tabung ini umumnya dilatakkan pada tempat umum yang strategis dan mudah terjangkau oleh pengguna bangunan.

c. Sprinkler

Jika kebakaran terjadi pada suatu bangunan yang kesulitan dalam mengadakan pemadaman, maka diperlukan alat pemadam kebakaran yang bersifat otomatis. Dalam hal ini alat pencegah kebakaran yang dipergunakan pada perancangan objek studi adalah sprinkler.

2. Bahaya Kriminal

Mengantisipasi adanya bahaya kriminal yang terjadi pada objek (pasar), maka perlu adanya sistem pengendalian bahaya kriminal dengan melakukan beberapa cara, yaitu:

a. Melalui monitor pemantau (CCTV) yang akan dipasang pada beberapa sudut bangunan.

b. Menggunakan sistem alarm otomatis. c. Keamanan Pasar (security).

Gambar 4.61 Sistem pencegah kebakaran Sumber: http://www.uplink.or.id/re-fire-hydrant/-13k

3. Bahaya Bencana Alam

Untuk menghindari dan meminimalkan segala kerugian yang disebabkan oleh bencana alam yang tak bisa diprediksi kapan datangnya, maka perlu dilakukan pengantisipasian dan penanggulangan terhadap bahaya bencana alam pada objek (pasar) dengan suatu sistem perlindungan bangunan yang tepat.

 Bahaya Gempa

Sistem yang digunakan untuk menanggulangi bahaya gempa yang bisa merobohkan dan menghancurkan seluruh struktur bangunan, maka perlu menerapkan sistem dilatasi pada objek rancangan (pasar) berupa pemisahan antara kolom penyambung dengan blok bangunan yang lain. Pemisahan kolom dengan kolom yaitu berjarak antara 10-15 cm.

 Bahaya Banjir

Untuk menanggulangi terjadinya bencana banjir pada objek rancangan (pasar), maka lokasi bangunan diletakkan pada bagian tapak yang agak tinggi dari pada area sekitarnya atau lantai bangunan agak di tinggikan dari dasar tapak, selain itu penambahan gorong-gorong sebagai aliran air hujan serta menerapkan sistem biopori disekitar tapak bangunan.

 Bahaya Petir

Sebagai antisipasi terhadap bahaya petir, maka diperlukan sistem perlindungan bahaya petir yaitu sistem Franklin / Konvensional,

berupa batang yang runcing dari bahan copper spit dan di pasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda dalam tanah yang dihubungkan dengan control box untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan.

4.5.2.8 Sistem Transportasi

Sistem transportasi pada objek rancangan (pasar), bisa diterapkan beberapa cara dengan menganalisis kesesuaian dan kegunaannya pada objek rancangan.

 Lift atau Elevator

Transportasi ini beroperasi secara vertikal dalam bangunan dan memiliki sudut kerja 180 derajat. Biasa digunakan pada bangunan tingkat tinggi minimal 3-4 lantai, biaya pemasangan dan pengoperasiannya pun mahal. Sedangkan objek rancangan (pasar) yang hanya berlantai dua belum memenuhi standar pemasangan lift dan kurang sustainable karena biayanya terlalu mahal, maka dapat diambil kesimpulan kurang tepat apabila diterapkan pada objek rancangan.

 Escalator dan Conveyor

Sistem transportasi berupa tangga otomatis (Moving Walk) yang beroperasi secara vertikal diatas sudut 0 derajat. Biasa digunakan pada bangunan tingkat tinggi dan biaya pengoperasiannya pun cukup mahal. Karena objek rancangan berupa pasar tradisional

yang tingginya cuma dua lantai, maka bisa diambil kesimpulan kurang cocok apabila diterapkan di objek rancangan.

 Tangga manual dan Ramp

Sistem transportasi ini bersifat umum karena hampir semua bangunan menerapkan sistem tangga manual, selain biayanya yang murah dan pemasangannya tidak sulit. Sedangkan ramp digunakan pada bangunan-bangunan tertentu yang memerlukan ramp sebagai wujud kepedulian sosial terhadap disable person (orang cacat). Karena objek rancangan berupa pasar tradisional yang menerapkan tema sustainable architecture, maka dapat di ambil kesimpulan cocok apabila diterapkan pada objek rancangan sebagai sistem transportasi.

Gambar 4.62 Escalator dan Conveyer Sumber: Sistem bangunan tinggi

Gambar 4.63 Tangga manual dan Ramp Sumber: Neufert, 2002

Dokumen terkait