• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK KARYA A.T. MAHMUD

3.1 Pengantar

Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. Gaya bahasa itu menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran manusia.

Tiap pengarang mempunyai gaya bahasa sendiri. Hal ini tergantung dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya bahasa (termasuk gaya bahasa) merupakan cap seorang pengarang. Meskipun tiap pengarang mempunyai gaya dan cara tersendiri dalam melahirkan pikiran, namun ada sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan. (Pradopo, 1993: 93).

Bila kita melihat secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan diri sendiri. Entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian dan sebagainya.

Dalam penulisan lagu anak- A.T.Mahmud mempunyai gaya tersendiri. A.T.Mahmud sering mengulang-ngulang kata-kata yang sama dalam beberapa lagunya.

Pada bab III ini diuraikan jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat pada lagu anak karya A.T.Mahmud. Dalam pembahasan ini dikemukakan jenis gaya bahasa tersebut adalah(i) Paralelisme, (ii) Tautologi, (iii) Epizeuksis, (iv) Anafora, (v) Aliterasi, (vi) Asonansi, (vii) Hiperbol, (viii) Repetisi dan (ix) Mesodiplosis.

3.2 Paralelisme

Paralelisme merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. (Keraf, 1984:126). Paralelisme (persejajaran) ialah mengulang isi kalimat yang maksud tujuannya serupa. Kalimat yang berikut hanya dalam satu atau dua kata berlainan dari kalimat yang mendahului (Pradopo, 1993: 97).Gaya bahasa paralelisme terdapat dalam lagu “Ambilkan Bulan,” dan “Pelangi”.

(64) Ambilkan Bulan

(a) Ambilkan bulan, Bu (b) Ambilkan bulan, Bu

(c) Yang slalu bersinar di langit (d) Di langit bulan benderang (e) Cahyanya sampai ke bintang (f) Ambilkan bulan, Bu

(g) Untuk menerangi tidurku yang lelap (h) Di malam gelap

(65) Pelangi

(a) Pelangi, pelangi alangkah indahmu (b) Merah, Kuning, Hijau di langit yang biru (c) Pelukismu agung siapa gerangan

Pada contoh (64), lagu“Ambilkan Bulan” mengandung gaya bahasa paralelisme. Terdapat di baris (64a) Ambilkan bulan, Bu dan (64b) Ambilkan

Bulan, Bu dan (65f) Ambilkan bulan, Bu.

Pada contoh (65), lagu “Pelangi”mengandung gaya bahasa paralelisme. Terdapat di baris (65a) Pelangi, pelangi alangkah indahmu dan baris (65d)

Pelangi, pelangi ciptaan Tuhan.

3.3 Tautologi

Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan hal atau keadaan dua kali; maksudnya supaya arti kata atau keadaan itu lebih mendalam bagi pembaca atau pendengar. Sering kata yang dipergunakan untuk mengulang itu tidak sama, tetapi artinya sama atau hampir sama. Misalnya: Silih berganti tiada henti; tiada kuasa tiada berdaya (Pradopo, 1993:95). Tautologi terdapat pada contoh lagu yang berjudul “Kereta Apiku” dipaparkan di bawah ini:

(66) Kereta Apiku

(a) Kreta apiku lari dengan kencang (b) Melintas sawah bukit serta ladang (c) Angin mengejar mencoba menghadang (d) Kreta apiku laju bagai terbang

(e) Larilah cepat hai kereta apiku (f) Bawa ku segra ke tempat kutuju (g) Jika kau tampak kampung halamanku (h) Bunyilah nyaring seruling kretamu

Pada contoh (66), lagu “Kereta Apiku” mengandung gaya bahasa Tautologi. Gaya bahasa tautologi terdapat pada baris (66c) Angin mengejar

baris tersebut mengumpamakan kereta api bergerak cepat sehingga angin yang mencoba mengejar dan menghadang pun tidak bisa mengejarnya.

3.4 Epizeuksis

Epizeuksis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Gaya bahasa epizeuksis terdapat pada lagu “ Taman Kanak-Kanak”, “Ambilkan Bulan” dan “Amelia” yang dipaparkan sebagai berikut:

(67) Taman Kanak-Kanak (a) Taman yang paling indah (b) Hanya taman kami (c) Taman yang paling indah (d) Hanya taman kami

(e) Tempat bermain, berteman banyak (f) Itulah taman kami

(g) Taman kanak-kanak

(68) Ambilkan Bulan (a) Ambilkan bulan, Bu (b) Ambilkan bulan, Bu

(c) Yang slalu bersinar di langit (d) Di langit bulan benderang (e) Cahyanya sampai ke bintang (f) Ambilkan bulan, Bu

(g) Untuk menerangi tidurku yang lelap (h) Di malam gelap

(69) Amelia

(a) O Amelia gadis cilik lincah nian

(b) Tak pernah sedih riang selalu sepanjang hari (c) O Amelia gadis cilik ramah nian

(d) Di mana mana Amelia temannya banyak (e) O Amelia banyak sungguh kelakarmu (f) Tak jemu-jemu tanya sana tanya sini (g) O Amelia banyaj sungguh gaya gerakmu

(h) Menari-nari sambil nyanyi senang sekali

Pada contoh (67) , lagu “Taman Kanak-Kanak”terdapat perulangan lirik

“Taman yang paling indah” sebanyak dua kali. Perulangan lirik “ Hanya taman kami” sebanyak dua kali. Lirik “Taman yang paling indah” terdapat di baris

(67a) dam baris (67c). Lirik “ Hanya taman kami” terdapat di baris (67b) dan baris (67d) .

Pada contoh (68), lagu “Ambilkan Bulan” terdapat mengulangan lirik

“Ambilkan Bulan, Bu” sebanyak tiga kali. Terdapat di baris pertama (68a) Ambilkam Bulan, Bu . Baris (68b) Ambilkan Bulan, Bu.Baris (68f) Ambilkan

Bulan, Bu.

Pada contoh (69), lagu “ Amelia” terdapat pengulangan lirik “O Amelia” sebanyak empat kali. Terdapat dari baris (69a) O Amelia gadis cilik lincah nian, baris (69c) O Amelia gadis cilik ramah nian, baris (69e) O Amelia banyak sungguh kelakarmu dan baris (69g) O Amelia banyak sungguh gaya gerakmu. 3.5 Anafora

Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat (Tarigan, 1985:192). Menurut Ratna (200:442) anafora adalah kata atau kelompok kata diulang pada baris berikutnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anafora adalah perulangan kata pertama yang sama pada kalimat berikutnya. Gaya bahasa anafora terdapat pada lagu “ Naik Turun” “ Tidurlah” dan “Bagaimana”.

(70) Naik Turun

(a) Naik tangga sampai ke atas (b) Turun tangga sampai ke bawah (c) Naik tangga jangan berlari (d) Turun tangga berhati-hati (71) Tidurlah

(a) Tidurlah sayangku (b) Tidurlah manis

(c) Tidurlah yang nyenyak (d) Jangan menangis

Pada contoh (70), lagu “Naik Turun” terdapat pengulangan lirik pada kata pertama pada tiap kalimat berikutnya. Kata pertama yang mengalami perulangan yaitu lirik “ Naik tangga” . Lirik tersebut ada di baris (70a) Naik

tangga sampai ke atas dan baris (70c) Naik tangga jangan berlari . Kata kedua

yang mengalami perulangan yaitu lirik “ Turun tangga” . Lirik tersebut ada di baris (70b) Turun tangga sampai ke bawah dan (70c) Turun tangga berhati-hati.

Pada contoh (71), lagu “Tidurlah” terdapat pengulangan lirik “Tidurlah” pada kata pertama pada tiap kalimat berikutnya. Lirik tersebut ada di baris (71a)

Tidurlah sayangku baris (71b) Tidurlah manis dan baris (71c) Tidurlah yang

3.6 Aliterasi

Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau penekanan.Misalnya :Takut titik lalu tumpah . Keras keras kerak kena air lembut juga .Gaya bahasa aliterasi terdapat dalam lagu

“ Pemandangan” ,“ Tari Rebana” , “ Awan Putih” ,“ Ketupat Lebaran” dan “Rotiku”.

(72) Pemandangan

(a) Memandang alam dari atas bukit (b) Sejauh pandang ku lepaskan (c) Sungai tampak berliku (d) Sawah hijau membentang (e) Bagai pemadani di kaki langit (f) Gunung menjulang berpayung awan (g) Oh indah pemandangan

(73) Tari Rebana

(a) Cing cing gemerincing

(b) Suara rebana berbunyi nyaring (c) Cing cing gemerincing

(d) Kaki melangkah beriring-iring

(e) Lenggok yang serentak dengan lenggak berirama (f) Hati siapapun akan senang melihatinya

(74) Awan Putih

(a) Kulhat awan putih seputih kapas (b) Arak berarak di langit luas (c) Andai ku dapat ke sana terbang (d) Akan ku raih ku bawa pulang

(a) Ketupat ketupat hidangan lebaran

(b) Di makan dengan sambal dan berkuah santan (c) Enak nya enak nya ketupat lebaran

(d) Apa lagi kalau Ibu yang menghidangkan (76) Rotiku

(a) Rotiku persegi empat (b) Kulitnya berwarna coklat (c) Kututup rapat-rapat

(d) Supaya jangan di makan lalat

Pada contoh (72), lagu “Pemandangan” mengandung gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat di baris (72a) Memandang alam dari atas

bukit dan baris (72e) Bagai pemadani di kaki langit. Kedua baris terdapat

pengulangan konsonan “t” pada kata bukit dan langit. . Pada baris (72f) Gunung

menjulang berpayung awandan baris (72g) Oh indah pemandangan.Kedua baris

tersebut terdapat pengulangan konsonan “n” pada kata awan dan pemandangan. Pada contoh (73) , lagu “ Tari Rebana” mengandung gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada di baris (73a) Cing cing gemerincing, baris (73b) Suara rebana berbunyi nyaring, baris (73c) Cing cing gemerincingdan baris (73d) Kaki melangkah beriring-iring Keempat baris terdapat pengulangan konsonan “ng” pada kata gemerincing, nyaring dan iring.

Pada contoh (74), lagu “Awan Putih” mengandung gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada baris (74a) kulihat awan seputih kapas, baris (74b) arak berarak di langit luas,baris (74c) andai ku dapat ke sana terbang dan baris (74d) akan ku raih ku bawa pulang. Pada baris (74a) dan baris (74b) terdapat pengulangan konsonan “s” pada kata kapas dan luas.Pada baris (74c) dan baris (74d) terdapat pengulangan konsonan “ng” pada kata terbang dan pulang.

Pada contoh (75), lagu “Ketupat Lebaran” mengandung gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada baris (75a) ketupat ketupat hidangan

lebarandan baris (75b) di makan dengan sambal dan berkuah santan, baris (75c)

enak nya enak nya ketupat lebarandan baris (75d) apa lagi kalau Ibu yang

menghidangkan.Pada baris (75a), (75b), (75c) dan (75d) terdapat pengulangan

konsonan “n” pada kata lebaran, santan, lebaran dan menghidangkan.

Pada contoh (76) , lagu “Rotiku” mengandung gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada baris (76a) rotiku persegi empat, baris (76b)

kulitnya berwarna coklat, (76c) ku tutup rapat-rapatdan baris (76d) supaya

jangan di makan lalat.Pada baris (76a), (76b), (76c) dan (76d) terdapat

pengulangan konsonan “t” pada kata empat, coklat, rapat dan lalat. 3.7 Asonansi

Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan.Misalnya Ini

muka penuh luka siapa punya. (Keraf, 1984: 130). Gaya bahasa asonansi terdapat

dalam lagu “ Aku Anak Gembala” , “Bagaimana” , “Tas Ku Yang Baru” (77) Aku Anak Gembala

(a) Aku adalah anak gembala (b) Selalu riang serta gembira (c) Karena aku senang bekerja

(d) Tak pernah malas ataupun lenggah (e) Tra la la la la la

(f) Setiap hari ku bawa ternak (g) ke pandang rumput di kaki bukit (h) rumputnya hijau subur dan banyak (i) ternak ku makan tak pernah sdikit (j) tra la la la la la la la

(78) Bagaimana

(a) Bagaimana bertepuk tangan beginilah caranya (b) Bagaimana berjalan beginilah caranya

(79) Tas Ku Yang Baru

(a) Lihatlah lihatlah tas ku yang baru (b) Tempat aku menyimpan pensil buku

Pada contoh (77), lagu “Aku Anak Gembala” terdapat pengulangan bunyi vokal yang sama. Terdapat pada baris (77a) Aku adalah anak gembala, baris (77b) selalu riang serta gembira, baris (77c) karena aku rajin bekerja. Ketiga baris tersebut, terdapat pengulangan bunyi vokal “a” di baris yang berbeda pada kata gembala, gembira dan bekerja .

Pada contoh (78), lagu “ Bagaimana” terdapat perulangan bunyi vokal “a” yang sama. Pengulangan bunyi vokal “a” terletak pada kata yang sama tetapi di baris yang berbeda. Pada baris (78a) Bagaimana bertepuk tangan beginilah

caranya dan baris (78b) Bagaimana berjalan beginilah caranya. Kedua baris

tersebut terdapat pengulangan bunyi vokal “a” di kata bagaimana dan caranya. Pada contoh (79), lagu “ Tas Ku Yang Baru”terdapat perulangan bunyi vokal yang sama. Terdapat pada baris (79a) Lihatlah lihatlah tas ku yang baru dan baris (79b) Tempat aku menyimpan pensil buku. Kedua baris tersebut terdapat pengulangan bunyi vokal “u” di kata ku, baru, aku dan buku. Pengulangan bunyi vokal “u” terletak pada baris yang berbeda. Pada kata ku dan baru terletak pada baris (79a) . Pada kata aku dan buku terletak pada baris (79b).

3.8 Hiperbol

Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pertanyaan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 1984:135). Gaya bahasa hiperbol terdapat pada lagu, “Ambilkan Bulan”, “Kereta Apiku” “Jika” dan “Bulan Telah Terbit”

(80) Ambilkan Bulan (a) Ambilkan bulan, Bu (b) Ambilkan bulan, Bu

(c) Yang slalu bersinar di langit (d) Di langit bulan benderang (e) Cahyanya sampai ke bintang (f) Ambilkan bulan, bu

(g) Untuk menerangi tidurku yang gelap (h) Di malam gelap

(81) Kereta Apiku

(a) Kreta apiku lari dengan kencang (b) Melintas sawah bukit serta ladang (c) Angin mengejar mencoba menghadang (d) Kreta apiku laju bagai terbang

(e) Larilah cepat hai kreta apiku (f) Bawa ku segra ke tempat kutuju (g) Jika kau tampak kampung halamanku (h) Bunyilah nyaring seruling kretamu

(82) Jika

(a) Jika aku merpati aku pun terbang tinggi (b) Menuju awan putih lalu turun kembali

(83) Bulan Telah Terbit

(a) Bagai pelita kencana tampak sinar merekah (b) Terang menjadi terang langit

(c) bumi bermandi cahya

Pada contoh (80), lagu “Ambilkan Bulan”mengandung gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa hiperbol ada di baris (80a), (80b) dan (80f) Ambilkan

Bulan, Bu.

Pada contoh (81), lagu “Kereta Apiku” mengandung gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa hiperbol ada di baris (81a) Kreta apiku lari dengan kencang , baris (81d) Kreta apiku laju bagai terbang

Pada contoh (82), lagu “Jika” mengandung gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa hiperbol ada di baris (82a) Jika aku merpati aku pun terbang tinggi

Pada contoh (83), lagu “Bulan Telah Terbit” mengandung gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa hiperbol ada di baris ( 83c) Bumi bermandi cahya

3.9 Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984:127). Gaya bahasa repetisi terdapat dalam lagu “ Tangan Di Mana”, “Buai Buai” dan “ Libur Tlah Tiba” .

(84) Tangan Di Mana (a) Tangan di pinggang (b) Tangan di pinggang (c) Tangan di bahu (d) Tangan di bahu (e) Tangan di atas (f) Tangan di atas (g) Tangan di bawah (h) Tangan di bawah

(85) Buai Buai

(a) Buai buai anak ku

(b) Buai buai permata hati Ibu

(c) Hari pun malam di luar pun lenggang (d) Pejamkan matamu sayang

(86) Libur Tlah Tiba (a) Libur Tlah Tiba (b) Libur Tlah Tiba (c) Hore hore hore

(d) Simpanlah tas dan buku mu (e) Lupakan keluh kesahmu (f) Libur tlah tiba

(g) Libur tlah tiba (h) Hatiku gembira

Pada contoh (84), lagu “ Tangan Di Mana” mengandung gaya bahasa repetisi. Terlihat dari pengulangan lirik pertama yang selalu diulang di bait selanjutnya. Pengulangan tersebut terdapat pada baris (84a) dan (84b) Tangan di

pinggang . Baris (84c) dan Baris (84d) Tangan di bahu.Baris (84e) dan Baris

(84f) Tangan di atas. Baris (84g) dan Baris (84h) Tangan di bawah .

Pada contoh (85), lagu “ Buai Buai” mengandung gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi terdapat pada pengulangan kata “Buai Buai” di baris (85a) Buai Buaianak ku dan baris (85b) Buai buai permata hati Ibu.

Pada contoh (86), lagu “Libur Tlah Tiba” mengandung gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi terdapat pada pengulangan kata “ Libur Tlah

3.10 Mesodiplosis

Mesodiplosis adalah repetisi di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada lagu “Terima Kasih. Ya Tuhan” dan “Pelanduk dan Kelinci”

(87) Terima Kasih, Ya Tuhan (a) Terima kasih, Ya Tuhan (b) Atas kasih sayang Mu (c) Atas kasih sayang Mu (d) Terima Kasih, Ya Tuhan

(88) Pelanduk dan Kelinci (a) Di hutan ada rumah (b) Didiami pelanduk

(c) Datang kelinci berlari, mengetuk pintu

(d) Pelanduk, pelanduk tolonglah, nanti aku di tembak (e) Kelinci, kelinci masuklah

(f) Ulurkan tanganmu, ulurkan tanganmu

Pada contoh (87), lagu “Terima Kasih, Ya Tuhan” mengandung gaya bahasa mesodiplosis. Gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada baris (87b) dan (87c) Atas kasih sayang.

Pada contoh (88), lagu “Pelanduk dan Kelinci” mengandung gaya bahasa mesodiplosis. Gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada baris (88d) pelanduk, pelanduk tolonglah, nanti aku di tembak , baris (88e) Kelinci, kelinci masuklah dan baris (88f) Ulurkan tanganmu, ulurkan tanganmu.

Berikut dipaparkan tabel mengenai gaya bahasa pada lagu anak karya A..T.Mahmud :

NO GAYA BAHASA LAGU

1 Paralelisme Ambilkan Bulan

Pelangi

2 Tautologi Kereta Apiku

3 Epizeuksis Taman Kanak-Kanak Ambilkan Bulan Amelia 4 Anafora Naik Turun Tidurlah Bagaimana Libur Telah Tiba

5 Aliterasi Pemandangan Tari Rebana Awan Putih Ketupat Lebaran Rotiku 6 Asonansi

Aku Anak Gembala Bagaimana

Tas Ku Yang Baru

7 Hiperbol

Ambilkan Bulan Kereta Apiku Jika

Bulan Telah Terbit

8 Repetisi

Tangan Di Mana Buai Buai Libur Telah Tiba

9 Mesodiplosis Terima Kasih, Ya Tuhan Pelanduk dan Kelinci

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah pada penelitian mengenai topik dan gaya bahasa pada lagu anak karya A.T.Mahmud. Semua permasalahan tersebut sudah dibahas pada bab II dan bab III.

Dalam pembahasan Bab II dapat disimpulkan bahwa topik yang terdapat pada lagu anak karya A.T.Mahmud dibagi ke dalam lima belas topik besar yaitu (i) Alam, (ii) Binatang, (iii) Kendaraan, (iv) Keluarga, (v) Teman, (vi) Kebersihan, (vii) Tempat, (viii) Rasa Syukur & Perlindungan, (ix) Tari & Musik, (x) Nasionalisme, (xi) Tubuh, (xii) Makanan, (xiii) Benda, (xiv) Pencapaian dan (xv) Cita-cita. Lagu yang bertopik alam sebanyak dua puluh dua lagu. Lagu yang bertopik binatang sebanyak delapan lagu. Lagu yang bertopik kendaraan sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik keluarga sebanyak enam lagu. Lagu yang bertopik teman sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik kebiasaan sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik tempat sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik rasa syukur dan perlindungan sebanyak dua lagu. Lagu yang bertopik tari dan musik sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik nasionalisme ada satu lagu. Lagu yang bertopik tubuh sebanyak dua lagu. Lagu yang bertopik benda sebanyak tiga lagu. Lagu yang bertopik pencapaian ada satu lagu. Terakhir, lagu yang bertopik cita-cita ada satu lagu.

Dalam pembahasan bab III, ditemukan sembilan gaya bahasa pada lagu anak karya A.T.Mahmud, yaitu (i) Paralelisme, (ii) Tautologi, (iii) Epizeuksis, (iv) Anafora, (v) Aliterasi,(vi) Asonansi, (vii) Hiperbol, (viii) Repetisi dan (ix) Mesodiplosis. Lagu yang menggunakan gaya bahasa paralelisme sebanyak dua lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa tautologi ada satu lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa epizeuksis sebanyak tiga kali. Lagu yang menggunakan gaya bahasa anafora sebanyak tiga lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa aliterasi sebanyak lima lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa asonansi sebanyak tiga lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa hiperbol sebanyak empat lagu. Lagu yang menggunakan gaya bahasa repetisi sebanyak tiga lagu. Terakhir, lagu yang menggunakan gaya bahasa mesidoplosis ada dua lagu.

4.2 Saran

Setelah semua permasalahan dijawab, ada beberapa saran yang bisa diajukan. Penerlitian ini hanya terbatas pada topik dan gaya bahasa pada lagu anak karya A.T.Mahmud. Oleh karena itu, masih banyak hal lain di luar topik dan gaya bahasa dari pencipta lagu anak-anak lain yang belum diteliti.

Dokumen terkait