• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-Macam Gaya Belajar

Dalam dokumen NANA INDRIANA NIRM (Halaman 34-47)

B. Gaya Belajar

2. Macam-Macam Gaya Belajar

Perbedaan gaya belajar menjadi pokok bahasan yang hampir selalu ada dalam pembahasan tentang belajar. perbedaan gaya belajar pada siswa merupakan sesuatu yang dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan individu siswa dalam proses belajar meskipun dalam kondisi dan proses pembelajaran yang sama. Scott, Dunn, Beaudry, dan Klavas sebagaimana disebutkan Sugiyono dan Hariyanto (2011) dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar menjelaskan bahwa penting bagi seorang guru untuk mengetahui gaya belajar siswa dan memadukan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa.9

Michael Grinder, pengaran buku: “Righiting

the Education Conveyor Belt” telah mengajarkan

gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak guru. Berdasarkan penelitianya, Michael Grinder menyatakan beberapa gaya belajar peserta didik, yaitu :

9MuhammadIrham & Novan Ardi Wiyani,Psikologi Pendidikan Teori

dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. ( Jakarta : Ar-Ruzz Media,

1) Visual

Visual menurut kamus bahasa indonesia berarti dapat dilihat dengan mata. Gaya belajar visual merupakan gaya belajar dengan cara melihat. Jika peserta didik didalam kelas, maka peserta didik tersebut lebih suka membaca buku dan memperhatikan ilustrasi yang ditampilkan oleh guru, maka peserta didik tersebut tergolong individu yang menyukai belajar dengan gaya visual. Selain itu peserta didik yang menyukai gaya belajar suka membuat catatan-catatan yang sangat baik dan rapi.

Ciri-ciri gaya belajar visual adalah : a. Rapi dan teratur

b. Berbicara dengan cepat

c. Lebih mudah mengingat dengan cara melihat d. Lebih suka membaca daripada dibacakan

e. Mengingat apa yang dilihat, bukan yang didengar

g. Mementingkan penampilan,baik dalam penampilan maupun persentase

h. Teliti terhadap detail

i. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik10

2) Auditorial

Auditorial berasal dari kata audioyang berarti sesuatu yang berhubungan dengan pendengaranya. Gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan cara mendengar. Jika peserta didik dikelas, maka ia lebih suka mendengar apa yang dikatakan oleh guru. peserta didik auditorial biasanya terfokus pada satu masalah dalam suatu waktu, mudah kehilangan konsentrasi ketika ada suara-suara ribut disekitarnya.

Ciri-ciri gaya belajar auditorial, antara lain :

a. Mudah mengingat dari apa yang didengarkan b. Mudah terganggu oleh keributan

c. Suka berbica, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

10EuisKarwati&DonniJuniPriansa, ManajemenKelas , (Bandung : Alfabeta, 2015), hlm. 189.

d. Bisamengulangiapayangdi dengarkanya e. Senang membaca keras dan mendengarkan f. Lebih suka musik dari pada seni

g. Sering berbica sendiri ketika sedang belajar

3) Kenestetik

Kenestetik berasal dari kata kinetik yang berarti gerak. Gaya belajar kenestetik adalah gaya belajar dengan gaya bergerak, bekerja, dan menyentuh (praktik langsung). Jika peserta didik tersebut belajar dikelas, maka ia akan aktif bertanya dan berdiskusi dengan temanya.

Ciri peserta didik yang bergaya kenestetik adalah :

a. Berbicara dengan perlahan

b. Menghafal dengan cara berjalan atau melihat

c. Belajar dengan memanipulasi dan praktek d. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak

bergerak.

e. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

f. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

g. Menanggapi perhatian fisik

h. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

i. Banyak menggunkan isyarat tubuh

Honey dan Mumford (1986), dimana mereka berhasil mengidentifikasi empat gaya belajar, seperti berikut ini :

a. Gaya Aktivis, belajar dengan menikmati pengalaman itu sendiri.

b. Gaya Reflektor, belajar dengan cara menghabiskan banyak waktu.

c. Gaya Teoritisian, belajar dengan cara membuat koneksi atau merumuskan gagasan abstrak dari pengalaman.

d. Gaya Pragmatis, belajar dengan menikmati kegiatan belajar yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan.11

11SudarwanDanim&Khairi, PsikologiPendidikan( Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 110.

Menurut Horney dalam Sugihartono dkk (2007), terdapat beberapa model atau pendekatan gaya belajar sebagai berikut :

a. Modalitas Belajar

Menurut model ini individu dalam belajar hanya memilih bagaimana cara belajar, apakah dengan cara melihat,mendengar,menyentuh/membentuk,atau melakukan aktivitas fisik saja terhadap apa yang sedang dipelajari.

b. Belajar sosial

Menurut model ini, dalam proses belajar individu akan melakukan aktivitas belajarnya melalui aktivitas belajar sendirian, belajar berdua, belajar kelompok dengan teman sebaya, belajar bersama-sama dengan kelompok atau komonitas tertentu, belajar dengan bantuan guru, atau bentuk-bentuk kombinasi belajar lainya.

c. Lingkungan Belajar

Menurut model ini, individu memiliki kecendrungan untuk memilih-milih terhadap situasi dan kondisi lingkungan tempat ia belajar.

d. Emosi Belajar

Menurut model ini, tipe-tipe lingkungan belajar yang berbeda, dan aktivitas selama proses pembelajaran akan memengaruhi motivasi, ketahanan, atau tanggung jawab individu dalam belajar.

e. Belajar Global dan Analitik

Menurut model ini, model pembelajaran wholist global merupakan pendekatan belajar yang mana individu memilih belajar dengan mengategorikan secara luas, mengamati secara komprehensif, dan berorientasi pada kelompok.12

Richard M. Felder dan Barbara A. Solomon (2009) mengemukakan beberapa jenis gaya belajar siswa sepeerti berikut ini :

1. Pelajar Aktif dan Reflektif

Dilihat dari sisi gaya belajar, siswa ada yang bergaya aktif dan ada pula yang reflektif. Perbedaan keduanya disajikan berikut ini.

12Muhammad Irham & Novan Ardi Wiyani, Psikologi Pendidikan

Teori dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruz

a. Pelajar aktif cenderung selalu aktif berusaha mempertahankan dan memahami keterangan terbaik dengan melakukanya sendiri. Dia pun sangat aktif membahas, menerapkan, menjelaskan kepada atau melakukan inisiasi untuk melibatkan teman-temanya. Pelajar reflektif lebih suka berfikir secara diam-diam terlebih dahulu tentang hal-hal atau fokus yang sedang dihadapinya.

b. Pelajar aktif memulai kerja dengan pertanyaan, “mari kitra coba dan melihat cara kerjanya”. Pelajar reflektif memulai kerja dengan pertanyaan, “mari kita pikirkan terlebih dahulu.”

c. Pelajar aktif cenderung lebih menyukai kerja kelompok, sebaliknya pelajar reflektif lebih suka bekerja sendirian.

d. Duduk mendengarkan ceramah tanpa melakukan aktivitas fisik apapun, tapi mencatat sulit bagi kedua jenis belajar, tetapi sangat sulit untuk pelajar yang aktif.

2. Pelajar Intuitif dan Sensorik

Siswa dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu siswa intuitif dan siswa sensorik. Baik siswa intuitif maupun sensorik, keduanya merupakan cara utama dalam menangkap, memahami, dan merepleksi atas subtansi pembelajaran. Keduanya tidak untuk dinilai mana yang baik atau mana yang jelek, melaikan sebatas kebiasan belajar.

a. Pelajar sensorik cenderung menyukai fakta-fakta pembelajaran, pelajar intuitif biasanya lebih memilih menemukan kemungkinan dan hubungan.

b. Pelajar sensorik sering memecahkan masalah dengan metode kerja yang ketat dan kompleks, tidak menyukai cara kerja dengan “kejutan”; pelajar intuitif tidak menyukai “inovasi” dan pengulangan.

c. Pelajar sensorik sangat tidak suka mengerjakan materi ujian yang tidak secara eksplesit diajarkan dikelas, sebaliknya pelajar intuitif relatif terbuka menerima bahan ujian, sungguhpun belum tercakup secara eksplisit di kelas.

d. Pelajar sensorik cenderung bersabar dengan detail hafalan maupun fakta-fakta dan melakukan pekerjaan dilaboratorium, sebaliknya pelajar intuitif mungkin lebih menyenangi konsep-konsep baru dan sering kali lebih nyaman dengan abstraksi dan formulasi matematis.

e. Pelajar sensorik cenderung lebih praktis dan berhati-hati dibandingkan dan pelajar intuitif; sebaliknya pelajar intuitif cenderung bekerja lebih cepat dan lebih inovatif dibandingkan dengan pelajar sendorik.

f. Pelajar sendorik tidak suka dengan program yang tidak memiliki hubungan nyata dengan dunia; sebaliknya pelajar intuitif tidak suka program melibatkan banyak menghafal dan perhitungan rutin.

3. Pelajar Visual dan Verbal

Dari persepektif intraksi antara siswa dengan objek atau bentuk sajian, pelajar dikategorikan menjadi dua, yaitu pelajar yang lebih menyukai sajian materi secara visual dan yang lebih menyukai sajian materi secara

verbal. Pelajar visual terbaik dalam mengingat apa yang mereka lihat, seperti foto, diagram, bagan alur, garis waktu, film, dan demonstrasi. Pembelajar verbal mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih banyak dari kata-kata dan penjelasan, baik tertulis maupun lisan. Setiap orang belajar lebih banyak ketika informasi disajikan baik secara visual maupun verbal. Pelajar visual sangat cepat jenuh jika hanya mendengarkan ceramah, membaca buku atau jurnal. Pelajar verbal sangat cepat jenuh jika hanya disodori gambar, bagan, grafik, atau bentuk fisik lainya. Disekolah atau perguruan tinggi metode ceramah, penugasan, membaca, dan sejenisnya amat lazim. Sayangnya, kebanyakan siswa merupakan manusia visual. Berarti sebagian besar siswa tidak mendapatkan sebanyak yang mereka lakukan jika persentase visual lebih banyak digunakan dikelas. Siswa yang baik mampu memproses informasi yang disajikan, baik secara visual maupun verbal.

4. Pelajar Sekuensial dan Global

Dilihat dari cara belajar menyerap ilmu, pelajar atau siswa dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu siswa yang belajar secara sekuensial dan siswa yang belajar secara gelobal. Siswa sekuensial cenderung berfikir runtut, sebaliknya siswa global cenderung berpikir acak atau lateral. Gaya belajar semacam ini tidak untuk dinilai mana yang baik dan mana yang buruk, melaikan sebatas cara belajar atau cara memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran.

a. Pelajar sekuensial cenderung memperoleh pemahaman dalam langkah-langkah berurutan atau linier. Mereka menikmati setiap langkah-langkah atau urutan penjelasan secara logis. Pelajar global cenderung belajar dalam lompatan besar, menyerap material pelajaran hampir secara acak tanpa melihat keterhubungan, dan kemudian tiba-tiba mendapatkanya.

b. Pelajar sekuensial cenderung mengikuti jalur tahapan-tahapan yang rijid dan logis dalam mencari solusi; sebaliknya pelajar global

dapat memecahkan masalah yang kompleks dengan cepat atau membuat sesuatu bersama-sama dengan cara baru setelah mereka memahami gambaran umum, tapi mereka mungkin mengalami kesulitan menjelaskan bagaimana melakukanya.

c. Pelajar sekuensial mungkin tidak sepenuhnya memahami urutan materi tetapi mereka tetap dapat melakukan sesuatu dengan itu, misalnya, memecahkan masalah pekerjaan rumah atau mengerjakan tes, karena mereka dapat memahami potongan-potongan pengetahuan dan pengalaman yang terhubung secara logis; sebaliknya pelajar global sangat mungkin tidak memiliki kemampuan berpikir yang berurutan secara baik, karena itu mungkin mengalami kesulitan yang serius sampai dengan mampu memiliki gambaran secara umum. d. Pelajar sekuensial mungkin tahu banyak

tentang aspek-aspek spesifik dari subjek, namun bukan tidak mungkin mereka akan mengalami kesulitan berkaitan dengan aspek yang berbeda dari subjek yang sama atau subjek yang berbeda; sebaliknya bagi pelajar

global, sangat mungkin setelah mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman, mereka masih kabur tentang rincian subyek.13

Dalam dokumen NANA INDRIANA NIRM (Halaman 34-47)

Dokumen terkait