• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

2. Gaya Hidup

Gaya Hidup adalah suatu gagasan yang dipercayai oleh seseorang untuk menggambarkan perilaku dari individu satu dengan yang lainnya. Gaya Hidup cenderung disebut dengan modernitas, dimana tindakan dan perilaku seseorang yang berbeda-beda dapat terlihat. Gaya Hidup yang dijalani oleh kelompok sosial biasanya menunjukkan perilaku yang ekspresif yang berbeda pula Chaney (2009).

Gaya hidup dapat diartikan sebagai pola hidup suatu individu didunia yang ditandai dengan aktivitas atau kegiatan, minat, dan opini nya (Kotler dan Keller, 2008:224). Seiring berkembangnya teknologi dan informasi mengakibatkan terjadinya perubahan pada gaya hidup yang dialami oleh masyarakat. Dengan berkembangnya zaman, minat beli konsumen juga mengalami peningkatan. Masyarakat memiliki kebutuhan yang beragam

sehingga perusahaan pun harus mampu memenuhi kebutuhan

konsumennya dengan cara menghasilkan atau menghadirkan produk baik berupa barang maupun jasa yang diinginkan konsumen. Dengan meningkatnya perubahan gaya hidup mungkin pemasar kurang mampu menganalisis secara cepat kemauan dari konsumen, tetapi kebutuhan dan keinginan konsumen harus dikedepankan oleh pemasar agar konsumen merasa puas. Perilaku dari konsumen berbeda-beda, oleh karena itu jika pemasar ingin menguasai pangsa pasar, maka pemasar harus mampu

memahami perilaku dari konsumen yang tentunya tidak terlepas dari gaya hidup yang penting untuk diperhatikan.

Menurut (Ayu Agustin : 2012) terdapat dua kategori aktivitas individu yang menjadi elemen gaya hidup yaitu waktu wajib dan waktu bebas.Waktu ‘wajib’ adalah waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan seperti memenuhi kebutuhan makan dan tidur, mengurus keluarga, mengurus pekerjaan rumah, mengurus rumah tangga, bekerja dan lain-lain. Sedangkan aktivitas pada waktu bebas adalah dimana individu dapat melakukan kegiatan yang diinginkannya atau dapat memilih sendiri. Yaitu: a. Aktivitas waktu luang

Dalam konteks gaya hidup, aktivitas waktu luang dapat mencerminkan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Dalam aktivitas waktu luang, individu dapat melakukan pilihannya sendiri yang dapat memperlihatkan minat juga sepenting apa aktivitas yang dilakukan bagi hidupnya.

Terdapat beberapa faktor yang terkait dengan aktivitas waktu luang seperti: pekerjaan, pendapatan, pendidikan, tingkat pendapatan yang dimiliki juga akan mempengaruhi banyaknya uang yang dipergunakan dalam kegiatan aktivitas waktu luang. Selain dari itu pendapatan juga menentukansegala tindakan individu dalam memanfaatkan waktu luang, karena aktivitas waktu luang juga dibatasi oleh pendapatan atau tingkat ekonomi dari suatu individu.

Terkait pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kelas menengah mempunyai kesempatan untuk menggunakan beragam keperluan yang dibutuhkan dalam aktivitas waktu luang karena kelompok kelas menengah memiliki pendapatan yang cukup dilihat dari tingkat

pendidikan dan pekerjaan mereka yang cukup bagus. Seiring berkembangnya zaman, orientasi kelas menengah ini kemudian bergeser, kini tidak hanya berfokus kepada kebutuhan pokok sehari-hari, tetapi lebih ke kebutuhan tersier dimana lebih mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi ditengah masyarakat seperti mengikuti trend fashion, liburan keliling dunia, membeli smarthphone terbaru, mencoba kuliner orang-orang luar dinegara mereka, dan lain-lain.

b. Gaya berjilbab dan busana fashionable

Konsumsi dari penampilan dapat di manifestasikan dengan cara berbusana. Busana menjadi komoditas yang di fetishkan terhadap masyarakat kapitalis, dimana mengarah kepada hubungan sosial yang terdapat peran maupun status sosial dilihat dari busana yang kita pakai (Barnard : 2009)

Rouse menyatakan bahwa busana dapat dengan mudah menunjukkan posisi maupun status ekonomi dari seseorang. Menurut Rouse label dan logo merupakan salah satu cara untuk menujukan minat beli seorang konsumen (dalam Barnard, 2009: 158). Label serta merek pakaian terkenal yang memiliki nilai dan harga yang fantastis dapat memberikan pengaruh

prestisius dan juga mampu memperkuat posisi sosial maupun ekonomi

yang tinggi bagi kelompok ekonomi menengah yang mampu membelinya sebab komunikasi visual dibidang fashion dapat mengekspresikan “lebih” dibandingkan komunikasi verbal (Barnard, 2009: 25).

Di Indonesia, beragam cara berbusana dan gaya berjilbab dari masyarakat dibandingkan orang-orang diluar negeri seperti negara timur tengah. Beragam variasi gaya berjilbab yang tentunya lebih trendy atau

fashionable seperti jilbab panjang, jilbab yang dipasangkan dengan cadar,

juga jilbab hits-hits keluaran terbaru yang kini marak di tengah masyarakat. Dengan munculnya jilbab yang lebih trendy dan juga hits, sehingga busana dituntut untuk “up to date”. Didalam dunia fashion juga terus mengalami perkembangan yang dinamis. jika tidak melakukan inovasi pada pakaian maka busana yang tidak up to date akan dengan mudah bergeser karena kurangnya minat dari konsumen dan menyebabkan ketidaklakuan pada busana tersebut. Maka dari itu, telah dihadirkan penawaran yaitu karakter Islam yang lebih modern tetapi juga tidak melupakan konsep syariahnya. Dengan demikian, di Indonesia, jilbab kini berperan penting dan juga popularitasnya semakin memuncak, jilbab kini mampu mengubah pendapat ataupun pandangan masyarakat yang sebelumnya dipandang lebih tradisional dan menimbulkan fundamentalisme agama, namun kini telah berubah jilbab tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang tradisional melainkan bersifat modern yang positif dan tanpa harus meninggalkan sisi keagamaan atau religius (Prasetia : 2009).

Fungsi dari Busana yaitu sebagai representasi sosial pemakaiannya. Dengan representasi sosial mampu memperkenalkan suatu produk kepada konsumen. Maka dari itu, dengan adanya hal tersebut dapat membantu individu untuk memahami suatu objek sosial dan dapat mengomunikasikan nya kepada individu lainnya.

Hijab telah menjadi simbol dari gaya hidup dari seorang muslimah yang memiliki latar belakang status sosial menengah dengan selera fashion nya yang tinggi. Adanya fashion ditandai dengan menunjukkan posisi sosial dari suatu kelompok dimana terdapat tiga aturan yang berlaku dalam

fashion, yakni prinsip pemborosan, prinsip kepuasan, untuk menggantikan

busana setiap saat yang bergantung pada “kekuatan uang” yang dimiliki dan juga dapat menunjukkan bahwa seseorang tersebut mampu atau dapat memenuhi keinginanya.

Menurut Sunarto, terdapat tiga indikator gaya hidup seseorang yaitu sebagai berikut (Mandey, 2009:93):

a) Kegiatan (Activity) adalah apa yang dikerjakan konsumen, produk apa yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. Walaupun kegiatan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung.

b) Minat (Interest) adalah objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus kepadanya. Interest dapat berupa kesukaan, kegemaran dan prioritas dalam hidup konsumen tersebut. Minat merupakan apa yang konsumen anggap menarik untuk meluangkan waktu dan mengeluarkan uang. Minat merupakan faktor pribadi konsumen dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

c) Opini (Opinion) adalah pandangan dan perasaan konsumen dalam menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan sosial. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

3. Keputusan Pembelian Konsumen a. Pengertian Keputusan Pembelian

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya, baik kebutuhan dalam bentuk produk maupun jasa. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka konsumen akan melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan dilihat dari kondisi yang dihadapi. Pertimbangan sangat mempengaruhi keputusan pembelian dari seorang konsumen terhadap suatu barang atau produk, biasanya konsumen akan memikirkan berulang kali terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan agar dapat memperoleh kepuasan tersendiri untuk suatu produk yang dibelinya. Banyaknya suatu produk yang disediakan oleh pemasar juga menjadi pertimbangan konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong dalam Zoeldhan (2012) keputusan pembelian merupakan suatu langkah konsumen mengambil keputusan pembelian dimana konsumen benar menentukan pilihannya. Kebebasan diberikan kepada konsumen untuk menentukan produk yang diinginkannya, tentunya terdapat alasan konsumen membeli produk tersebut. Pada dasarnya, konsumen menentukan keputusan untuk membeli dan menggunakan produk tidak hanya sekedar fungsi dan tujuan awalnya, melainkan karena terdapat nilai sosial, emosional nya dan kepuasan tersendiri yang terdapat dalam suatu produk.

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Zoeldhan (2012) Keputusan pembelian merupakan terdapat pilihan lebih dari dua atau beberapa dalam

menentukan sebuah keputusan, dimana seseorang menentukan

konsumen juga tidak terlepas dari keinginan konsumen terkait dengan tempat pembelian kebutuhannya yang berupa produk ataupun jasa.

Ada tiga indikator dalam menentukan keputusan pembelian (kotler, 2012), yaitu:

1. Kemantapan pada sebuah produk Pada saat melakukan pembelian, konsumen memilih salah satu dari beberapa alternatif. Pilihan yang ada didasarkan pada mutu, kualitas dan faktor lain yang memberikan kemantapan bagi konsumen untuk membeli produk yang dibutuhkan. Kualitas produk yang baik akan membangun semangat konsumen sehingga menjadi penunjang kepuasan konsumen.

2. Kebiasaan dalam membeli produk Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam melakukan pembelian produk yang sama. Ketika konsumen telah melakukan keputusan pembelian dan mereka merasa produk sudah melekat dibenaknya bahkan manfaat produk sudah dirasakan. Konsumen akan merasa tidak nyaman jika membeli produk lain.

3. Kecepatan dalam membeli sebuah produk Konsumen sering mengambil sebuah keputusan dengan menggunakan aturan (heuristik) pilihan yang sederhana. Heuristik adalah sebuah proses proses yang dilakukan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat, menggunakan sebuah pedoman umum dalam sebagian informasi saja. b. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen yaitu dimana konsumen merencanakan keputusan untuk melakukan pembelian serta memanfaatkan, mengatur proses pembelian produk yang berupa barang maupun jasa. Perilaku konsumen termasuk

kedalam faktor yang berpengaruh terhadap terciptanya keputusan pembelian juga penggunaan dan pemanfaatan produk (Lamb, Hair dan McDaniel, 2006 : 188).

Engel et al dalam Dani (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen pada dasarnya merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Maka dalam kehidupan sehari-hari, keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen didasarkan pada pertimbangan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Memahami konsumen dan proses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan antara lain: membantu manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar teoritis bagi peneliti dalam menganalisis konsumen, membantu legislatif dan pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan, dan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor psikologi, sosiologi, dan ekonomi yang memengaruhi perilaku manusia.

Teori perilaku menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi individu dengan lingkungan. Demikian juga dalam model perilaku konsumen, keadaan lingkungan, dan individu yang bersangkutan memegang peranan penting dalam menentukan perilakunya diarahkan kepada konsumen.

c. Tahap-tahap pengambilan keputusan konsumen

Pengambilan keputusan konsumen merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan

barang yang ditawarkan. Tahap-tahap proses keputusan pembelian (Philip Kotler, 2005:204).

1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Proses pembeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu ini.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan objek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli objek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu tinggal mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

3. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang banyak hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian

tentang beberapa alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya.

4. Keputusan Membeli

Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak. Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merek, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan/ Patronage motive), faktor-faktor apakah yang menentukan kesan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen.

5. Perilaku Setelah Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau tidak ada kepuasan. Ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya. Untuk mencapai keharmonisan dan meminimalkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih banyak lagi melakukan evaluasi sebelum membeli.

d. Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

Kotler dan Armstrong dalam Dani (2009) menyatakan “keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis pembeli, serta strategi pemasaran”.

1) Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

2) Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen, perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok acuan. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Ini merupakan kelompok dimana orang tersebut ikut serta dan berinteraksi. Sebagian merupakan kelompok

primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang mana orang tersebut secara terus-menerus berinteraksi dengan mereka.

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan dari pelanggan sasaran mereka. Orang-orang secara signifikan dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka paling sedikit melalui tiga cara. Kelompok acuan menghubungkan seorang individu dengan perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga memengaruhi sikap dan konsep diri (self concept) seseorang karena biasanya dia berhasil untuk “menyesuaikan diri” dengan kelompok tersebut. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk keseragaman yang mungkin memengaruhi pilihan produk dan merek actual seseorang (Thamrin dan Francis ; 2013).

3) Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

Konsumsi juga dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup keluarga. Para pemasar sering memilih kelompok siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.

4) Faktor Psikologis

Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.

B. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris merupakan salah satu bagian indikator dalam persyaratan karya tulis ilmiah, dimana dalam tinjauan empiris menjelaskan tentang hasil penulisan karya tulis ilmiah terdahulu, sebagai salah satu penarikan interpretasi dari karya tulis ilmiah dan berfungsi sebagai landasan untuk memperoleh hasil penulisan karya tulis ilmiah yang relevan dan objektif. Berikut Penelitian Terdahulu:

Rima Hardiyanti (2012). Tentang “Komunitas Jilbab Kontemporer Hijabers di Kota Makassar”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Hijabers muslim Makassar memiliki gaya berpakaian tersendiri yang lebih kontemporer karena jauh dari kesan kolot dan lebih stylish meski berhijab. Gaya bahasa dan teks yang mereka gunakan pun punya ciri tersendiri yakni berusaha memadukan bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris agar terkesan keren dan mengikuti zaman meski berbasis agama atau lebih dikenal dengan bahasa gaul. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah sama-sama meneliti di Kota Makassar. Adapun perbedaannya ialah penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, sedangkan penelitian saya menggunakan metode analisis kuantitatif.

Riskiyana Ulfa (2014. Tentang “Pengaruh Hijabers Community terhadap Gaya Hidup dan Keputusan Pembelian Hijab pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Hijabers Community berpengaruh signifikan terhadap gaya hidup, gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian hijab, hijabers community berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian hijab pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya

lakukan adalah variabel yang diteliti adalah Hijabers Community dan Gaya Hidup. Perbedaannya, penelitian ini menggunakan analisis data Structural Equation Modeling (SEM) sedangkan penelitian saya menggunakan analisis data kuantitatif.

Devi Indrawati (2015). Tentang “Pengaruh Citra Merek dan Gaya Hidup Hedonis terhadap Keputusan Pembelian Jilbab “Zoya”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Citra merek dan Gaya Hidup hedonis berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah variabel X berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Perbedaan penelitian ini ialah di teliti di Kota Surabaya sedangkan penelitian saya di teliti di Kota Makassar.

Cindi Purnama Sari (2016). Tentang “Pengaruh Hijabers Community dan Gaya Hidup terhadap Minat Beli Jilbab Merek Elzatta”. Kesimpulan dari penelitian ini ialah Hijabers Community sebagai komunitas yang dapat dikatakan modern dan ber fashionable ini akan menentukan sebuah minat beli seseorang atau customer dalam pembelian jilbab pada merek Elzatta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah variabel X nya adalah Hijabers Community dan Gaya Hidup. Perbedaannya ialah penelitian ini variabel Y nya adalah Minat Beli Jilbab Merek Elzatta sedangkan penelitian saya variabel Y nya adalah Pembelian Hijab.

Khairun Nisa, Rudianto (2017). Tentang “Trend Fashion Hijab Terhadap Konsep Diri Hijabers Komunitas Hijab Medan”. Kesimpulan dari penelitian ini

ialah Hijab tidak hanya menjadi kewajiban bagi wanita muslim

akan tetapi hijab juga menjadi trend yang digemari oleh para wanita muslim dan mampu memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai seperti apa konsep wanita muslim yang sesuai dengan ajaran dan kaidah agama Islam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah meneliti tentang Hijabers.

Perbedaan penelitian ini ialah menggunakan analisis data kualitatif sedangkan penelitian saya menggunakan analisis data kuantitatif.

C. Kerangka Konsep

Perilaku konsumen secara definisinya ialah tindakan seseorang dalam memenuhi kebutuhan, mengonsumsi, serta menghabiskan barang dan jasa. Proses yang didahului oleh keputusan dan dari hal yang mempengaruhinya lalu, dilanjutkan dengan tindakan tersebut.

Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu terdiri dari faktor internal seperti persepsi, pembelajaran dan pengalaman, memori, motif, kepribadian, emosi, sikap, gaya hidup, daya beli dan faktor eksternal yang terdiri dari budaya, status sosial, kelompok acuan, keluarga, kegiatan pemasaran (Supranto, 2003).

Komunitas sosial dianggap salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan keputusan. Hijabers Community merupakan komunitas yang beranggotakan perempuan beragama Islam dan beberapa kegiatan yang dilakukan adalah bersama-sama berbagi kebaikan, belajar untuk mendalami cara-cara berjilbab dan mengajak perempuan muslim lain untuk menggunakan hijab.

Hijabers Community, sebuah wadah komunitas wanita muslimah yang

dibentuk pada tanggal 27 Maret 2011 di Jakarta, oleh 30 wanita berjilbab dengan latar belakang profesi dan kehidupan yang berbeda. Berkumpul bersama untuk berbagi visi mereka untuk membentuk sebuah komunitas yang akan mengakomodasi kegiatan yang terkait dengan jilbab dan muslimah.

Hijabers Community hadir sebagai wujud strategi yang diharapkan

kehadiran komunitas ini dipandang sebagai salah satu bentuk strategi pemasaran memperkenalkan inovasi perusahaannya kepada masyarakat.

Berikut merupakan Kerangka Konsep peneliti:

Gambar 2.1

Kerangka Konsep

D. Hipotesis

H1 : Diduga Hijabers Community berpengaruh positif dan signfikan terhadap keputusan pembelian hijab pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi manajemen angkatan 2017 H2 : Diduga Gaya Hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian hijab pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi manajemen angkatan 2017

Hijabers Community (X1) Indikator: 1. Identitas 2. Nilai 3. Aktivitas (Kartajaya, 2010)

Pembelian Hijab (Y) Indikator: 1. Kemantapan pada sebuah produk 2. Kebiasaan dalam membeli produk 3. Kecepatan dalam membeli sebuah produk (Kotler, 2012) Gaya Hidup (X2) Indikator: 1. Kegiatan (Activity) 2. Minat (Interest) 3. Opini (Opinion) (Mandey, 2009)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana metode penelitian deskriptif ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di masyarakat dalam hal ini gaya hidup, trend jilbab ala

Hijabers Community dan keputusan pembelian hijab mereka.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dokumen terkait