• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1.4 Gejala Klinis

Pembagian gejala klinis PAD yang paling banyak dipakai menurut

Fontaine Classification :

Tahap I : Asimptomatik

Tahap II : Caudicatio intermittent

Tahap III : Nyeri pada waktu istirahat atau pada waktu malam hari Tahap IV : Nekrosis atau terjadi gangrene (Scottish Intercollegiate

Guidelines Network, 2006 ; Lamina, 2005)

II.1.5. Diagnosis

ANKLE BRACHIAL INDEXS (ABI)

Diagnosis Peripheral Arterial Disease (PAD) ditetapkan berdasarkan nilai ABI < 0,90 (cut of point 0,9) pada kedua tungkai dengan sensitifitas 95% dan spesifisitas 99% signifikan dengan PAD menggunakan angiografi. ABI ditentukan dengan menggunakan alat

spygmomanometer dan hand-held Doppler device. Nilai ABI kanan dan

kiri dihitung dengan membagi tekanan sistolik pada dorsalis pedis dan posterior tibia atau pergelangan kaki (ankle) pada masing-masing tungkai dengan tekanan sistolik tertinggi pada kedua lengan atas (brachial). Dua nilai terburuk menentukan ABI pada tiap pasien (Mangiafico, 2006;

Scottish Intercollegiate Guideline network, 2006).)

Tabel 1. Interprestasi Nilai Ankle Brachial Indexs (ABI) > 1,30 Tidak ada kompresi pada pembuluh darah 0,91 – 1,30 Normal

0,41 – 0,90 PAD ringan sampai sedang 0,00 – 0,40 PAD berat

Dikutip dari : Mohler ER. 2003. Peripheral Arterial Disease Identification and Implication. Arch Intern Med.163:2306-2314

II.2. GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF II.2.1. Definisi

Kognitif adalah fungsi tingkat tinggi yang dihasilkan otak manusia, termasuk pemahaman dan penggunaan bahasa, presepsi visual dan konstruksi, kemampuan berhitung, attention (proses informasi), memori dan fungsi eksekutif seperti merencanakan, problem-solving dan self-

monitoring (The National MS Society, 1996)

Cognitive impairment adalah suatu terminologi umum yang

digunakan untuk menggambarkan penurunan kemampuan untuk berpikir, berkomunikasi, mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Seseorang yang mempunyai hendaya yang parah biasanya kehilangan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan makan (The National MS Society, 1996)

II.2.2. Faktor-faktor yang berperan dalam gangguan fungsi kognitif Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif antara lain hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung, diabetes melitus dan penyakit vaskuler perifer (Waldstein, 2003 ; Harrington, 2000 ; Knopman, 2001 ; Kilander, 1998 ; Elwood, 2002 ; Hassing, 2004).

Penyakit vaskuler seperti stroke meningkatkan resiko terjadinya demensi beberapa kali lipat, namun tidak semua penderita stroke menjadi demensia. Beberapa faktor yang mempengaruhi demensia vaskuler adalah umur, jenis kelamin, infark jantung, atrial fibrilasi, diabetes melitus, alkoholisme, merokok dan hiperkolesterolemia (Qiu, 2002 ; Elwood,2002 ; Rafnsson, 2007). Pandav pada tahun 2003 mendapatkan penurunan tekanan darah berhubungan terbalik dengan fungsi kognitif, makin rendah tekanan darah berakibatnya menurunnya fungsi kognitif pada suatu populasi di India dan Amerika Serikat (Pandav, 2003)

Studi terhadap pengaruh diabetes melitus terhadap fungi kognitif menghasilkan hasil yang bervariasi. Meskipun kebanyakan studi menemukan efek negatif diabetes melitus terhadap fungsi kognitif dan demensia (Knopman, 2001). Gregg pada tahun 2000 juga menyelidiki hal yang sama dengan kesimpulan dalam penelitiannya bahwa diabetes berhubungan dengan tingkat fungsi kognitif yang lebih rendah dan penurunannya lebih berat pada wanita usia tua (Gregg, 2000)

Beberapa studi cross sectional memperkirakan bahwa level kolesterol total yang tinggi dikaitkan dengan dengan resiko penyakit

Alzeimer, sementara itu, studi lain mendapatkan bahwa level kolesterol total yang rendah dikaitkan dengan resiko terjadinya demensia (Yaffe, 2002 ; Elias, 2005 ; Evans, 2000 ; Romas, 1999).

Beberapa peneliti menyelidiki pengaruh C-reactive protein dan D-

dimer dapat mempengaruhi penampilan gangguan kognitif pada penderita

dengan penyakit arterial perifer yang asimptomatis. Hal ini memperkuat teori inflamasi dan hiperkoagulabilitas juga dapat berimplikasi pada gangguan fungsi kognitif yang berhubungan dengan penyakit vaskuler perifer (Mangiafico, 2006)

II.2.3. Tanda awal Gangguan Fungsi Kognitif

Gejala awal adalah gangguan memori-simple forgetfullness. Kemudian dalam beberapa tahun kemudian, gangguan memori itu mulai dari jenis short term recent memory, mengganggu pada orientasi diri, bersifat ragu-ragu, tidak percaya diri, perubahan sikap pada kehidupan kebiasaan dan sosial sehari-hari, kemudian gangguan kognitif akan meluas, gangguan berbahasa, sulit mengingat kata-kata, gangguan presepsi visual dan kegagalan judgment (eksekutif) kesulitan melakukan pekerjaan rutin sebari-harinya, gangguan memori yang lebih lanjut yaitu ketidak mampuan menimpan dan recall ingatan pada kejadian tertentu, gangguan kalkulasi, visuospatial, praksis kemudian akan berlanjut terjadi perubahan tingkah laku, depresi, agitasi, delusi, ansietas, halusinasi kehilangan kendali diri, memori otobiografi menghilang, tidak mengenal

dirinya sendiri bisa diikuti kejang yang akan membutuhkan perawatan yang lama, didampingi perawat / caregivers, hal ini akan berlanjut penderita mutisme, inkontinesia dan akan berakhir dengan meninggal (Sjahrir, 1999)

Kognitif pada usia normal

Terbagi menjadi dua yaitu normal dimana tidak dijumpai adanya defisit memori dan Forgetfullness dimana subjek mengeluh adanya defisit memori tetapi tidak adanya bukti defisit memori ketika pemeriksaan dan tidak didapatkan defisit fungsi sosial dan pekerjaan (Smyer, 1999).

Mild Cognitive Impairment

Individu mendapat tanda awal kehilangan memori seperti tersesat jika berpergian, lupa akan pembicaraan rutin dan sulit menemukan kata- kata tepat untuk berkomunikasi, koleganya mengakui adanya penurunan dalam penampilan, masalah dalam berkonsentrasi, mengikuti petunjuk, dan mengatur keuangannya, adanya bukti objektif defisit memori dalam wawancara intensif (Smyer, 1999)

Gangguan Fungsi Kognitif moderate sampai severe : Tahapan dalam Demensia

Pada early demensia (tahap penurunan kognitif moderatly severe) penderita memerlukan asisten, kesulitan me-recall aspek mayor dalam

kehidupannya (alamat dan nomor telepon), disorientasi waktu, tidak memerlukan pendamping jika ke toilet atau makan tetapi sulit menemukan memilih pakaian (Smyer, 1999)

Pada middle demensia (tahap penurunan kognitif yang parah) penderita lupa nama tempatnya bernaung, tidak akan peduli akan kejadian yang baru terjadi maupun terhadap sekitarnya, tidak peduli akan musim, cuaca. Memerlukan pendamping dalam melakukan aktifitas sehari-harinya, hampir selalu memanggil namanya sendiri, teganggunya siklus siang dan malam hari. Terjadinya perubahan kepribadian dan emosional dapat disertai gejala-gejala psikiatri (Smyer, 1999).

Penderita dengan demensia lanjut (tahap penurunan fungsi kognitif yang sangat parah) kemampuan verbalnya semua hilang, sering tak dapat berbicara dan hanya mengguman. Terjadi inkotinesia urin dan memerlukan bantuan untuk makan dan kebersihan pribadi. Kehilangan kemampuan psychomotor skills dasar seperti berjalan, sehingga dikatakan bahwa otak tak dapat melakukan perintah kepada badan lagi (Smyer, 1999).

Dokumen terkait