• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Pengertian

Peran gender adalah peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki-laki diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental atau berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah, sedangkan perempuan melakukan peran yang bersifat ekspresif yang berorientasi pada emosi manusia (Megawangi 1999). Peran gender terbentuk melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai adaptasi, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan (Vries 2006). Diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis melainkan lebih disebabkan oleh faktor sosial budaya. Sebelum adanya teknologi alat-alat kontrasepsi, tugas utama perempuan adalah melahirkan, menyusui, dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Keadaan ini telah menciptakan institusi dimana division of labor menjadi suatu norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini, perempuan berperan sebagai figur ekspresif dan laki-laki sebagai figur instrumental. Dengan adanya penemuan teknologi, perempuan dapat mengatur jumlah anak yang dilahirkan dan tidak perlu menyusui lagi sehingga akan menghilangkan kendala biologis yang menghambat mereka bekerja di sektor-sektor yang tadinya didominasi kaum laki-laki. Perbedaan peran gender yang selama ini berlangsung bukan disebabkan perbedaan nature laki-laki dan perempuan melainkan disebabkan oleh konstruksi sosial budaya (Megawangi 1999).

Scanzoni (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), membedakan pandangan peran gender menjadi dua bagian, yaitu :

1. Peran gender tradisional. Pandangan ini membagi tugas secara kaku berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender tradisional tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. Istri diharapkan mengakui kepentingan dan minat suami adalah untuk kepentingan bersama dalam arti lain kekuasaan kepemimpinan dalam keluarga berada ditangan suami.

2. Peran gender modern. Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar. Cara pandang ini melahirkan konsep androgini dalam diri individu. Androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku secara instrumental maupun ekspresif tanpa terikat pada jenis kelaminnya (Lamanna 1981 diacu dalam Supriyantini 2002).

Adanya cara pandang yang lebih modern pada laki-laki dan perempuan membentuk munculnya konsep androgini dalam diri individu. Menurut Lamana (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku tanpa terikat pada jenis kelaminnya sehingga dapat melakukan berbagai peran secara fleksibel.

Peran Gender dalam Keluarga

Kehidupan rumah tangga jika dilihat dari aktivitasnya terdiri atas 2 unit pekerjaan, yaitu pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan pasar. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup anggotanya baik barang maupun jasa. Pekerjaan pasar adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh upah di pasar tenaga kerja (Guhardja et al 1992). Guhardja et al (1992) mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis pekerjaan, yaitu :

1. Berbelanja bahan makanan dan memasak.

2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan makan dan minum.

3. Membersihkan dan memelihara rumah. 4. Mencuci pakaian.

5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga. 6. Mengasuh, merawat, dan mendidik anak.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), mendefinisikan pembagian kerja atau pembagian peran berdasarkan gender adalah sebagai kerja atau peran yang diwajibkan oleh masyarakat kepada perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah maupun di dalam komunitas. Di dalam keluarga, perempuan berperan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mengurus anak dan suami, memasak, mencuci,

membersihkan rumah, dan lain-lain. Laki-laki berkewajiban melindungi anggota keluarga dan mencari nafkah untuk semua anggota keluarga. Dengan adanya pembagian tugas yang baik dan seimbang antara laki-laki dan perempuan maka perbedaan gender tidaklah menjadi suatu masalah karena peran perempuan dan laki-laki akan menguntungkan kedua belah pihak.

Peran gender dalam keluarga juga berkaitan dengan harapan terhadap peran dan tugas yang disepakati antara ayah dan ibu. Harapan dan tugas ayah adalah untuk memiliki fisik yang kuat, mampu mencari nafkah, dan mampu melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Sedangkan harapan dan tugas ibu adalah dapat menyiapkan anak-anak secara fisik dan emosional serta sebagai pendidik anak-anak. Dengan demikian terjadi ”gap” yang besar dari harapan peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu. Gap tersebut kemudian berdampak pada perilaku orang tua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender (Day et al 1995 diacu dalam Puspitawati 2006)

Peran Gender dalam Masyarakat

Merrey & Baviskar (1998) ; Simatauw et al (2001) ; Mugniesyah (2002) diacu dalam Fausia & Nasyiah (2005), membedakan peranan perempuan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor formal dan informal.

2. Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya.

3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) mencakup kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat, volunter, dan tanpa upah. Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar dan meningkatkan status/kekuasaan.

Hasil penelitian Hartoyo et al (2003) diacu dalam Puspitawati (2006) pada keluarga miskin di kota Bogor dan hasil penelitian Tambingon (1999) diacu dalam Puspitawati (2006) melaporkan bahwa pembagian kerja aktivitas domestik sebagian besar dilakukan oleh ibu, seperti perawatan fisik anak, pemeliharaan rumah tangga, menyediakan makanan, dan lain-lain. Penelitian Sukesih (2001) diacu dalam Puspitawati (2006), pembagian kerja aktivitas publik di sektor ekonomi sebagian besar dilakukan oleh suami, sedangkan aktivitas sosial kemasyarakatan dilakukan oleh istri dan suami. Banyak sedikitnya lot (kekuasaan atau hak-hak) yang diperoleh laki-laki atau perempuan tergantung persepsi individu. Persepsi ini tergantung pada kondisi, aspirasi, dan kebutuhan (Megawangi 1999). Persepsi perempuan tentang ketertinggalannya dalam kehidupan publik menyebabkan perempuan berusaha untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).

Dokumen terkait