• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Kompleks

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 34-43)

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

3. Gerakan Kompleks

Hasil dari tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran peer teaching meningkatkan keterampilan siswa dalam gerakan kompleks. Hal tersebut dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah siswa yang tuntas atau mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Walaupun pada siklus 1 jumlah siswa yang tuntas belum dapat memenuhi indikator keberhasilan, tetapi setelah adanya tindakan pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas dapat mencapai indikator keberhasilan. Adanya peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4. Peningkatan Keterampilan Siswa Penilaian Psikomotorik Klasifikasi Penilaian Gerakan Kompleks Antar Siklus

Ketuntasan Nilai

Pratindakan Siklus 1 Siklus 2 Capaian

Angka % Angka % Angka %

Tuntas 3 11 20 71 24 86

Tidak Tuntas 25 89 8 29 4 14

Tabel 4.4. menunjukkan keterampilan siswa yang dilihat dari penilaian psikomotorik klasifikasi penilaian gerakan kompleks sebelum adanya tindakan dan setelah adanya tindakan dengan metode pembelajaran peer teaching. Sebelum adanya tindakan, jumlah siswa yang tuntas dalam gerakan kompleks ini hanya berjumlah 3 anak atau sebesar 11%. Tetapi setelah adanya tindakan maka jumlah siswa yang tuntas semakin meningkat. Pada siklus 1 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 anak atau sebesar 71%, dan setelah adanya tindakan pada siklus 2 dapat meningkat lagi yaitu sebanyak 24 anak atau sebesar 86% telah tuntas pada gerakan kompleks ini. Jumlah tersebut telah mencapai indikator keberhasilan karena lebih dari 75%. Hasil peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada pada grafik berikut ini.

Gambar 4.15. Grafik Perbandingan Peningkatan Keterampilan pada Penilaian Psikomotorik Klasifikasi Penilaian Gerakan Kompleks Antar Siklus

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2015) 4. Kreatifitas

Kreatifitas merupakan klasifikasi penilaian yang terakhir, karena keterampilan siswa pada penilaian yang sebelumnya telah mengalami peningkatan maka pada kreatifitas ini juga ikut mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dalam mengerjakan soal yang ada setelah selesai mengerjakan apa yang ada diperintah maka mereka baru akan mengeluarkan

kreatifitas mereka dalam mengerjakan. Setiap tahap pada penelitian ini jumlah siswa yang tuntas dalam penilaian kreatifitas mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Peningkatan Keterampilan Siswa Penilaian Psikomotorik Klasifikasi Penilaian Kreatifitas Antar Siklus

Ketuntasan Nilai

Pratindakan Siklus 1 Siklus 2 Capaian

Angka % Angka % Angka %

Tuntas 0 0 18 64 26 93

Tidak Tuntas 28 100 10 36 2 7

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2015)

Tabel 4.5. menunjukkan keterampilan siswa yang dilihat dari penilaian psikomotorik klasifikasi penilaian kreatifitas sebelum adanya tindakan dan setelah adanya tindakan dengan metode pembelajaran peer teaching. Pada setiap tahap pelaksanaan tindakan jumlah siswa yang tuntas dalam kreatifitas mengalami peningkatan. Sebelum guru menerapkan model pembelajaran peer teaching semua siswa belum tuntas atau sebesar 100%. Setelah adanya tindakan pada siklus 1 terdapat siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tuntas adalah 18 anak atau sebesar 64%. Dan pada siklus 2 meningkat menjadi 26 anak atau sebesar 93% siswa telah mendapat nilai tuntas. Hasil peningkatan ketuntasan siswa pada kreatifitas juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.16. Grafik Perbandingan Peningkatan Keterampilan pada Penilaian Psikomotorik Klasifikasi Penilaian Kreatifitas Antar Siklus

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2015)

D. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa mengoperasikan ms. excel dalam mata pelajaran spreadsheet. Untuk mencapai tujuan tesebut diterapkan metode pembelajaran peer teaching. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksaan setiap siklus menggunakan materi yang berbeda, materi pada siklus 1 yaitu membuat jurnal umum dan pada siklus 2 membuat buku besar. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap kegiatan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015, 23 Maret 2015, dan 26 Maret 2015. Sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2015, 02 April 2015, dan 06 April 2015. Pembelajaran dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yaitu 2 kali 45 menit di laboratorium komputer SMK Wikarya Karanganyar.

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti telah melaksakan observasi awal untuk mengetahui bagaimana keadaan awal kelas yang akan digunakan untuk penelitian. Observasi tersebut dilakukan baik kepada siswa, guru dan fasilitas yang digunakan. Dari hasil observasi awal tersebut diketahui bahwa hasil

belajar siswa rendah. Masih banyak siswa yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran, sehingga kelas kurang kondusif. Terdapat siswa yang berbicara dengan teman selain materi pelajaran, adapula yang bermain internet mencari sesuatu yang lebih membuat mereka tertarik. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga menimbulkan rasa kurang percaya diri ketika mengerjakan soal latihan maupun uji kompetensi, dengan begitu maka hasil belajar siswa masih rendah. Pada kelas XB tersebut masih banyak yang mempunyai nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah, KKM pada program keahlian akuntansi yaitu 75.

Kurangnya variasi guru dalam pembelajaran juga mempengaruhi keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga diperlukannya variasi dalam pembelajaran. Guru belum pernah menerapkan pembelajaran secara berkelompok ataupun mencoba mencari metode yang lain dalam pembelajaran. Bagaimana keadaan siswa dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh guru dalam memberikan pembelajaran. Siswa akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran apabila seorang guru dapat membuat mereka tertarik untuk belajar terlebih dahulu. Di kelas XB SMK Wikarya dengan keadaan guru yang seperti itu maka siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu komputer yang ada di laboratorium jumlahnya kurang memadai, jadi dalam pembelajaran tidak semua siswa dapat menggunakan komputer sendiri. Mereka ada yang menggunakan satu komputer untuk dua anak, dengan begitu maka akan menambah ketidak seriusan mereka dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tersebut apabila kurang tertarik mengikuti pembelajaran maka akan lebih mudah mencari kegiatan yang lebih menarik, misalnya mereka akan bercerita dengan teman yang didekatnya.

Dari hasil observasi pada tes sebelum adanya tindakan, keterampilan siswa dalam mengoperasikan Ms. Excel masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mendapatkan nilai tuntas atau dibawah KKM. Keterampilan siswa yang dinilai berdasarkan ranah psikomotorik ini terdapat empat klasifikasi penilaian. Keempat klasifikasi penilaian tersebut yaitu kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan kompleks dan kreatifitas. Pada penilaian kesiapan siswa yang tuntas berjumlah 11 anak atau sebesar 39% dan yang tidak tuntas 17 anak atau sebesar 61%. Ketika siswa akan mengikuti ujian terlihat bahwa banyak siswa yang belum siap. Siswa-siswa belum menunjukkan kesiapannya dalam mengikuti ujian, masih banyak siswa yang berbicara dengan teman mengenai soal yang yang ada atau diluar ujian, sikap dan badan mereka belum menghadap ke komputer dengan baik. Pada penilaian gerakan terbimbing jumlah siswa yang tuntas 9 anak atau sebesar 32% dan yang tidak tuntas 19 anak atau sebesar 68%. Siswa belum dapat menguasai soal yang ada dan untuk mencontoh tabel dan format yang sudah ada masih banyak yang belum bisa, sehingga pekerjaan mereka masih banyak yang kurang tepat. Pada penilaian gerakan kompleks jumlah siswa yang tuntas sangatlah rendah, yaitu 3 anak atau sebesar 11% dan yang tidak tuntas 25 anak atau sebesar 89%. Hal tersebut diakibatkan penguasaan materi siswa masih rendah, mereka kurang memahami bagaimana cara dan langkah-langkah yang benar dalam mengerjakan soal. Masih banyak dari mereka yang belum dapat membuat rumus pada ms. excel dengan benar. Sedangkan pada penilaian kreatifitas belum ada siswa yang tuntas. Pada penilaian kreatifitas ini biasanya sangat dipengaruhi olehketiga penilaian sebelumnya. Apabila ketiga penilaian sebelumnya belun tuntas atau mereka belum selesai mengerjakan maka akan berakibat juga terhadap kreatifitas mereka.

Setelah mengetahui keadaan awal dari kelas tersebut, peneliti merencanakan untuk menggunakan metode pembelajaran peer teaching untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengoperasikan Ms. Excel. Kemudian peneliti mendiskusikan rencana tersebut bersama guru pengampu mata pelajaran spreadsheet yaitu bapak Agus Saptono. Setelah berdiskusi maka guru menyetujui apa yang telah peneliti rencanakan. Ketika sudah ada kesepakatan dengan guru maka peneliti menyusun RPP yang akan digunakan pada siklus 1. Pada siklus 1 materinya yaitu membuat jurnal umum, RPP tersebut dibuat berdasarkan rencana yang akan menggunakan metode pembelajaran peer teaching pada proses pembelajarannya. Selain RPP peneliti juga membuat instrumen penelitian lainnya yang berupa kisi-kisi, soal ujian, kunci jawaban dan penilain. Instrumen penelitian

tersebut sebelum digunakan didikusikan terlebih dahulu dengan guru yang mengampu.

Pada tindakan siklus 1 siswa dibagi menjadi empat belas kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua orang siswa, salah satu siswa menjadi tutor bagi teman yang satunya. Tutor tersebut telah ditentukan oleh guru bersama peneliti sebelum pembelajaran. Pemilihan tutor berdasarkan kemampuan siswa yang lebih dari teman yang lainnya, sikap siswa yang tidak egois dan mempunyai kemampuan untuk membimbing temannya serta disesuaikan dengan teman yang menjadi pasangannya dalam kelompok. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode peer teaching pada siklus 1 sudah baik, walaupun masih ada kekurangan. Siswa sudah bisa lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran di laboratorium sehingga akan dapat membuat mereka lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Walaupun masih tedapat siswa yang ramai berbicara diluar materi pembelajaran tetapi keadaan kelas sudah lebih efektif daripada ketika menggunakan metode konvensional. Beberapa siswa yang ditunjuk sebagai tutor belum dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, jadi guru masih harus memberikan arahan kepada mereka. Guru dalam memberikan bimbingan ke kelompok-kelompok masih kurang menyeluruh.

Hasil dari ujian pada akhir siklus 1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan siswa, karena jumlah siswa yang medapat nilai tuntas lebih banyak dibandingkan pada pratindakan. Untuk penilaian kesiapan jumlah siswa yang tuntas menjadi 25 anak atau sebesar 89% dan yang belum tuntas hanya 3 anak atau sebesar 11%. Hal ini dapat ditunjukkan dari kesiapan siswa mengikuti ujian, mereka sudah tidak banyak berbicara dengan keadaan badan siap menghadap komputer. Pada penilaian gerakan terbimbing, siswa yang tuntas berjumlah 25 anak atau sebesar 89% dan yang belum tuntas 3 anak atau sebesar 11%. Siswa telah memahami bagaimana caranya membuat berbagai format yang ada dalam tabel, sehingga dalam mengerjakan telah mendapatkan nilai yang baik. Pada kedua penilaian tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yaitu jumlah siswa yang tuntas atau mencapai KKM paling tidak 75%. Tetapi pada penilaian gerakan kompleks siswa yang tuntas berjumlah 20 anak atau sebesar 71% dan

yang belum tuntas sebanyak 8 anak atau sebesar 29%. Hal tersebut menunjukkan masih ada beberapa siswa yang mempunyai pemahaman yang kurang, sehingga dalam ujian belum dapat mengerjakan soal dengan benar. Pada penilaian kreatifitas siswa yang tuntas berjumlah 18 anak atau sebesar 64% dan yang belum tuntas berjumlah 10 anak atau sebesar 36%. Sehingga keterampilan siswa pada gerakan kompleks dan kreatifitas masih perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan.

Sebelum tindakan siklus 2 peneliti dan guru melakukan diskusi mengenai kekurangan pada siklus 1 sehingga dapat diperbaiki pada siklus 2. Kemudian membuat RPP dengan materi membuat buku besar untuk tindakan siklus 2 dan juga instrumen penelitian. Pada tindakan siklus dua kelompok yang digunakan tidak berubah hanya saja siswa diberi motivasi agar lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajibannya, dan guru lebih bisa memberikan perhatian kesemua kelompok yang ada. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 sudah lebih baik jika dibandingkan dengan siklus 1. Siswa telah melaksanakan kewajibannya dengan baik, terutama yang mempunyai tugas sebagai tutor. Mereka telah berhasil membentu temannya sehingga dapat memahami materi yang sedang dipelajari. Keadaan kelas telah berubah menjadi kondusif untuk belajar, mereka saling berdiskusi mengenai materi pembelajaran. Tidak ada siswa yang malu-malu untuk bertanya apabila mengalami kesulitn, mereka bertanya kepada tutornya, teman yang lain, guru atau peneliti. Dengan keadaaan yang seperti itu maka siswa akan memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga pada akhir pembelajaran mereka telah siap untuk melaksanakan ujian dan memdapatkan hasil yang maksimal.

Hasil dari siklus 2 menunjukkan bahwa keterampilan siswa semakin meningkat dibandingkan dengan hasil dari siklus 1. Pada siklus 2 penilaian kesiapan dan gerakan terbimbing sudah 100% siswa mendapatkan nilai tuntas. Nilai tersebut dapat menunjukkan bahwa mereka telah siap melaksanakan ujian karena mereka telah mempunyai bekal yang matang. Mereka dapat membuat tabel dan mencontoh format-format yang ada dan sesuai dengan soal, sehingga pada keterampilan gerakan terbimbing mereka mendapat nilai yang memuaskan. Pada

penilaian gerakan kompleks jumlah siswa yang tuntas adalah 24 anak atau sebesar 86% dan yang belum tuntas berjumlah 4 anak atau sebesar 14%. Sebagian besar siswa telah dapat memahami materi pada pembelajaran tersebut, sehingga mereka dapat mengerjakan soal sesuai dengan perintahnya dengan benar. Pemahaman siswa tersebut merupakan hasil mereka yang telah belajar dengan sungguh-sungguh. Sedangkan pada penilaian kreatifitas, siswa yang tuntas berjumlah 26 anak atau sebesar 93% dan yang belum tuntas hanya 2 anak atau 7%. Dari hasil tersebut maka keterampilan siswa pada keempat klasifikasi penilaian telah mencapai indikator keberhasilan. Maka dari itu penelitian ini hanya sampai siklus 2 dan tidak perlu adanya tindak lanjut lagi.

Keterampilan siswa dalam mengoperasikan Ms. Excel dapat dinilai sesuai dengan ranah psikomotorik. Sesuai dengan teori yang ada maka penilaian pada penelitian ini menggunakan penilaian psikomotorik dengan empat klasifikasi penilaian. Keempat klasifikasi penilaian tersebut adalah kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan kompleks dan kreatifitas. Pada penelitian ini keterampilan siswa dapat meningkat, hal ini dapat dilihat dari kenaikan persentase jumlah siswa yang tuntas pada pratindakan, siklus 1 dan siklus 2 pada keempat penilaian tersebut. Pada penilaian kesiapan peningkatannya adalah 39%, 89% dan 100%. Peningkatan pada penilaian gerakan terbimbing adalah 32%, 89% dan 100%. Penilaian gerakan kompleks peningkatannya 11%, 71% dan 86%. Sedangkan pada penilaian kreatifitas peningkatannya adalah 0%, 64% dan 93%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat mendukung teori yang dikemukakan oleh Suherman (2003) bahwa bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan, bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Dari hasil yang telah dijabarkan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu keterampilan mengoperasikan rumus Ms. Excel dalam mata pelajaran spreadsheet dapat meningkat melalui metode pembelajaran peer teaching. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puput

Pujiarti (2011), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa melalui penggunaan metode Tutor Sebaya. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator yaitu partisipasi siswa dalam diskusi kelas pada saat presentasi, partisipasi siswa pada diskusi kelompok, ketelitian dan ketepatan menyelesaikan soal, adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi baik dari domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 34-43)

Dokumen terkait