• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara)

Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Adapun pokok-pokok pikiran dalam pelaksanaan Gerbang Swara, yaitu:

1. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) berarti membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung jawab kemanusiaan di mana setiap manusia hakikatnya mencintai daerahnya, mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun ke arah yang lebih baik.

2. Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan membangun daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) akan menggugah dan menggali:

a. Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat, antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat dijadikan sumber daya pembangunan.

b. Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal di luar Desa ataupun Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Pada umumnya masing-masing desa/kelurahan mempunyai simpatisan di luar desa tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan yang dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan kebangsaan.

4. Menumbuhkan pola pikir dari bawah, dari dusun/lingkungan dan desa/kelurahan sebagai basis pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

5. Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia. Mendinamisir lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang di tengah-tengah masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan Natolu, Serayan, Aron sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuanya itu dapat dikembangkan untuk digerakkan/diarahkan dalam rangka membangun daerah Kabupaten Serdang Bedagai ini.

6. Mempercepat terwujudnya Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang pancasilais, religius, modern dan kompetitif.

7. Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika kemajemukan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam secara optimal.

8. Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya dengan prinsip Dari, Oleh dan untuk Masyarakat (DOM).

Pokok-pokok pikiran di atas telah tampak jelas menunjukkan bahwa Gerbang Swara mengandalkan peranan masyarakat dalam pembangunan sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik serta hasil pembangunan dapat dijaga dan

dirawat oleh masyarakat setempat. Pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai pun mempunyai arah, tujuan dan sasaran yang jelas.

Adapun arah pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu:

a. Melakukan pemulihan (recovery) secara bersungguh-sungguh bagi segenap permasalahan pembangunan yang terjadi.

b. Melakukan percepatan pembangunan di segala bidang, dengan tetap memperhatikan konsistensi terhadap lingkungan hidup dan sustainabilitas (berkelanjutan) pembangunan itu sendiri.

Sedangkan tujuan dari Gerbang Swara yaitu untuk mewujudkan tercapainya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sasaran dari Gerbang Swara meliputi:

a. Melestarikan semangat dan jiwa gotong royong dalam membangun desa/ kelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi kekuatan dan kesatuan bangsa.

b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki kecintaan terhadap desa/ kelurahan dan kampung halaman.

c. Mewujudkan peranan lembaga-lembaga yang ada di desa/kelurahan (BPD, LKMD, Lembaga Agama, Adat, Lembaga Masyarakat lainnya) dalam rangka penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan desa di setiap desa/kelurahan.

Gerbang Swara ini mempunyai landasan hukum yang dituangkan dalam Instruksi Bupati Serdang Bedagai Nomor 04 Tahun 2005 tanggal 19 Desember 2005 tentang Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara). Di dalam Instruksi Bupati tersebut diminta agar seluruh aparat jajaran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk:

a. Mensosialisasikan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) kepada seluruh jajarannya beserta seluruh lapisan masyarakat.

b. Secara terpadu menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan ini dengan seluruh instansi pemerintah bersama-sama masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai, BUMN, perusahaan swasta termasuk masyarakat luar Kabupaten Serdang Bedagai sebagai simpatisan untuk membangun Kabupaten Serdang Bedagai baik melalui kegiatan Jumat bersih maupun kegiatan sadar lingkungan dan kegiatan pembangunan lainnya.

c. Melaksanakan pengadministrasian yang tertib dan berkesinambungan serta melakukan sosialisasi setiap tahunnya.

d. Mempersiapkan dukungan dana melalui APBD Kabupaten Serdang Bedagai setiap tahun berjalan sesuai dengan kemampuan Keuangan Daerah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian Agung Witjaksono (2004) yang berjudul “Partisipatif dalam Pembangunan Desa Miskin” dengan studi kasus berlokasi di Desa Benjor Kecamatan Tumpang Malang Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa tujuan dari

pembangunan masyarakat desa adalah menciptakan kondisi untuk tumbuhnya suatu masyarakat yang bertumbuh dan berkembang dengan terjadinya pembelajaran dan kemandirian, agar masyarakat dapat dan mampu menetralisir belenggu-belenggu sosial seperti adat, tradisi, budaya dan cara bersikap hidup yang dapat menahan laju perkembangan. Strategi partisipasi masyarakat harus mencakup hal-hal pokok berikut:

1. Harus ada komitmen (political will) yang tegas dan jelas. Upaya peran serta harus dilakukan dengan langkah-langkah nyata, dan dalam skala yang memadai untuk menggerakkan proses transformasi dan memecah belenggu ketertinggalan dan kekurangberdayaan. Kebijaksanaan dan tindakan basa-basi, yang bersifat simbolis apalagi sporadis harus dihindari. Upaya ini harus dilakukan secara berlanjut dan berdampak luas serta langsung kepada masyarakat dalam peningkatan aspek fisik, sosial, dan ekonomi.

2. Upaya itu harus terarah dan ditujukan langsung kepada yang dirancang untuk mengatasi masalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. itu harus mengikutsertakan masyarakat mulai tahap awal sampai tahap pelaksanaan oleh masyarakat atau kelompok yang menjadi sasaran.

Sedangkan penelitian Ari Djatmiko (2004) yang berjudul “Identifikasi Hubungan Faktor-faktor Kemampuan dan Kemauan Masyarakat dengan Tingkat Partisipasinya dalam Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2K2P)” dengan studi kasus di Kelurahan Sukapura, Cigondewah Kidul, Cibangkong, dan Kebun Jeruk menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh kemampuan dan

kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program. Faktor kemampuan masyarakat yang berhubungan dengan tingkat partisipasi adalah kemampuan bersikap dan bertindak, organisasi sosial kemasyarakatan dan kemampuan mengorganisasikan diri dalam program. Sedangkan indikator kemauan masyarakat yang memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi adalah interaksi dan komunikasi, persepsi terhadap kegiatan kolektif sebelumnya dan perspektif terhadap program. Penelitian ini didukung oleh penelitian Fadly Usman (2004) yang berjudul “Partisipatif (= aktif berperanserta): Perspektif Masyarakat Awam dan Ke-ajegan-nya dalam Proses Perencanaan” dengan lokasi penelitian di sekitar tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa masyarakat masih bisa berpartisipasi dalam proses perencanaan dalam skala apapun walaupun peran serta masyarakat tidak lebih dari “ada”, tetapi tetap harus ada karena hal ini merupakan proses pembelajaran dan pendidikan panjang pada masyarakat Indonesia mengenai lingkungan dan tempat tinggal mereka sendiri.

Dokumen terkait