• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Definisi Konsep

1.5.5 Gereja HKBP

berubahnya sikap dan perilaku masyarakat dalam menghadapi Pandemi Covid-19 ini

1.5.5 Gereja HKBP

Huria kristen batak protestan (HKBP) adalah gereja yang beraliran kristen protestan, Gereja ini resmi berdiri pada 7 Oktober 196. Dimana yang menjadi jemaat gereja ini adalah seluruh kalangan, seperti anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan juga lansia. gereja ini biasanya dihadiri dan beranggotakan orang-orang yang berasal dari suku batak, namun tidak menutup kemungkinan di seluruh suku bangsa boleh mengikuti ibadah di gereja ini. Di gereja HKBP ini, terdapat organisasi khusus lansia, dimana gereja merupakan tempat atau wadah dimana mereka berkumpul dan melakukan interaksi dan komunikasi sosial. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan lokasi penelitian di HKBP Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dan yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah kepada jemaat lansia yang berada di Gereja HKBP Gedung Johor tersebut.

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Social Distancing

Social distancing adalah pembatasan jarak sosial yang mana berarti menjaga jarak antara diri sendiri dengan orang lain dimana upaya ini dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19. Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit menular dimana social distancing bertujuan untuk membatasi kegiatan sosial orang agar tidak melakukan kontak fisik dan membuat keramaian. Penerapan sosial distancing dilakukan dengan cara tidak berjabat tangan, serta senantiasa memperhatikan dan menjaga jarak setidaknya 1-2 meter saat melakukan interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang dalam keadaan sakit atau berisiko tinggi menderita Covid-19. Contoh lain dalam penerapan social distancing yang umum dilakukan adalah bekerja di rumah (work from home), belajar di rumah bagi siswa dan mahasiswa, tidak membuat acara yang mengundang kerumunan, tidak mengunjungi orang sakit dan masih banyak lagi.

Social distancing adalah tindakan menghindari yang paling mungkin dilakukan oleh setiap orang guna terhindar dari penularan virus tersebut. (Arief Kresna.2020)

Melihat angka kematian yang disebabkan oleh Covid-19, pemerintah membuat peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai berikut

1. Social distancing

17

Social distancing merupakan pembatasan sosial dimana setiap individu diharapkan untuk menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain.kebijakan ini dibuat untuk mencegah penularan penyakit Covid-19

2. Isolasi dan Karantina

Isolasi adalah memisahkan orang sudah terkena Virus (sakit) dan orang yang belum tertular Virus (sehat). Sedangkan karantina memisahkan dan membatasi kegiatan orang yang sudah terpapar Virus namun belum menunjukan gejala. Kebijakan ini menganjurkan masyarakat melakukan karantina di rumah dengan mengisolasi mandiri selama 14 hari. Dimana dalam karantina atau isolasi mandiri masyarakat dihimbau untuk menjalani pola hidup sehat, tidak bertemu dengan orang lain, dan menjaga jarak dari orang-orang yang tinggal bersama di rumah

3. Lockdown

Adanya kebijakan lockdown di beberapa daerah tentu saja mempengaruhi interaksi sosial masyarakat, dimana segala aktivitas yang biasa dilakukan di luar rumah kini terjadi sebaliknya.

Masyarakat melakukan ibadah, mengerjakan tugas kantor/sekolah di rumah. Artinya semula menghadapi ruang sosial yang luas berubah menjadi dua jenis ruang yaitu institusi kecil seperti ruang keluarga dan ruang maya atau Virtual society. Dalam hal ini tentu saja akan terjadi banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

18

Rumah yang awalnya adalah sebagai tempat bersantai, dengan adanya locdown maka rumah akan menjadi fungsi ganda yaitu tempat bersantai dan tempat bekerja(fungsi produksi) atau melakukan aktivitas kantor/sekolah. Bukan suatu perkara yang mudah dalam menghadapi perubahan tersebut, hal ini akan menimbulkan konflik baru dan menimbulkan ketegangan karena lama berkumpul dalam sebuah ruang yang sama dengan aktivitas-aktivitas baru yang seharusnya di kerjakan di luar rumah kini sepenuhnya di alihkan di rumah.

4. PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar)

Kebijakan ini dibuat oleh kementrian kesehatan pada daerah tertentu, jika dalam lingkungan tersebut sudah banyak terkena wabah ini, maka daerah tersebut harus melakukan pembatasan sosial berskala besar untuk mengurangi penularan Virus ini.

5. Pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP)

ODP di mana gejala yang muncul hanya salah satu, dan melakukan isolasi di rumah. Interaksi masyarakat terhadap orang yang dalam pengawasan tentu saja menimbulkan prasangka-prasangka negatif, dan orang-orang cenderung menjauhi orang yang dalam pengawasan, sedangkan pada PDP sudah ada gejala demam maupun gangguan pernafasan, dan dilakukan rawat inap di rumah sakit

19

2.2. Kebijakan Lembaga Gereja dan Keterasingan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:SE. 15 Tahun 2020 mengenai panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman Covid-19 di masa pandemi dengan ketentuan point nomor 5h menyatakan melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan penyakit bawaan yang berisiko tinggi terhadap Covid-19. Aturan dan kebijakan ini membuat lansia harus tetap berdiam diri di rumah dan dihimbau untuk melakukan isolasi diri sehingga lansia terpaksa menjauhkan diri dari gereja dan komunitasnya.

Kegiatan ibadah yang semula dilakukan dengan cara datang langsung ke rumah ibadah dimana dalam aktivitasnya melakukan interaksi sosial, kontak sosial, dan komunikasi sosial. Kehadiran pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang dialami jemaat gereja HKBP Gedung Johor Medan dimana jemaat selalu berinteraksi dan melakukan kerjasama dalam suatu komunitas. Interaksi sosial adalah syarat utama dalam aktivitas sosial. Menurut Soekanto (2012), suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Lansia akan melakukan kontak sosial dan komunikasi di gereja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, dan saling berinteraksi dan saling bertukar pikiran, berbagi cerita, dan pengalaman yang dapat menguatkan satu sama lain, canda gurau dan bahkan masih banyak lagi.

Interaksi sosial yang dilakukan jemaat adalah dengan berjabat tangan bila bertemu teman sekomunitas maupun diluar komunitas, berpelukan, tegur sapa dan bertatapan secara langsung. Pinquart dan Sorenson (2002) mengungkapkan bahwa

20

frekuensi kontak dengan teman-teman lebih berhubungan dengan kepuasan hidup lansia daripada memiliki kontak dengan anak-anak.

Sejak diberlakukan aturan kebijakan kementerian agama yang bertujuan untuk melindungi masyarakat akibat wabah tersebut dimana pemerintah mengharuskan lembaga gereja membuat keputusan yang sejalan dengan hal ini, mengingat adanya jemaat yang berusia lanjut mengikuti kebaktian di gereja.

Aturan inilah yang membuat lansia dan anak-anak berada di rumah dan tidak mengikuti kebaktian seperti biasa, dan dihimbau untuk mengisolasi diri. Isolasi sosial menurut penelitian Ayu Diah Amalia (2013) merujuk pada tidak adanya hubungan dengan orang lain, seseorang dengan jumlah sosial yang sedikit dapat dikatakan terisolasi. Rasa kesepian tidak secara langsung dihubungkan dengan isolasi sosial, orang yang terisolasi secara sosial bukan mutlak dikatakan merasa kesepian. Isolasi merajuk kepada pemisahan dari kontak sosial atau kekeluargaan, keterlibatan dengan komunitas atau aksesnya terhadap pelayanan. Isolasi sosial adalah faktor risiko utama bagi lansia. kurangnya hubungan dapat menimbulkan perasaan hampa dan depresi. Orang-orang yang memiliki koneksi dan hubungan sosial yang positif tidak akan terpengaruh dengan masalah sehari-hari yang ia miliki, mereka tidak bergantung. Namun sebaliknya, lansia yang tidak memiliki hubungan sosial yang baik akan menjadi terisolir, terabaikan dan akan depresi.

Kurangnya koneksi dengan orang lain akan menyebabkan persepsi negatif mengenai dirinya, merasa kurang puas dengan kehidupan dan sering sekali merasa kurang motivasi

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono. Y.

(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain

21

menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan adanya usaha menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Lansia terpaksa harus melakukan pembatasan tersebut dikarenakan situasi pandemi covid-19 yang sangat rentan terhadap lansia. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan lansia untuk sementara waktu di hentikan, bahkan lansia untuk sementara waktu di himbau untuk tidak mengikuti ibadah selama Pandemi Covid-19 dan mengisolasi diri.

Interaksi sosial merupakan syarat utama dalam melakukan hubungan sosial, tanpa adanya interaksi maka individu dan kelompok, individu dan individu tidak akan mendapatkan koneksi secara emosional. Interaksi sosial dapat dilakukan dengan komunikasi verbal dimana pesan yang disampaikan dapat disampaikan secara langsung (face to face) atau dengan melalui perantara media sosial yang dibantu oleh perkembangan teknologi saat ini. Adanya komunikasi verbal kita dapat mengungkapkan perasaan, emosi, pikiran, gagasan dan fakta serta bertukar informasi dan menjelaskannya sehingga dapat saling bertukar perasaan dan pikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dengan interaksi sosial dan komunikasi yang dilakukan masyarakat, akan membentuk jaringan sosial.

Jaringan sosial digunakan sebagai salah satu strategi untuk berkehidupan sosial di masyarakat, lembaga, kelompok dan sebagainya.(Ruddy Agusyanto.2014).

jaringan sosial dapat dilihat berdasarkan suku, agama, ras dan lingkup pertemanan atau pergaulan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhaifurrakhman Abas pada tahun 2019 menyatakan bahwa hubungan sosial yang baik merupakan kunci

22

kebahagiaan. Sebuah tim peneliti dari Universitas Harvard menyatakan bahwa satu hal yang dapat membuat anda bahagia secara abadi adalah hubungan sosial yang sehat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hubungan sosial memiliki pengaruh yang kuat pada tingkat kebahagiaan dan kesehatan manusia secara keseluruhan dimana hubungan sosial yang baik akan membantu manusia merasa bahagia sepanjang hidupnya. Menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang terdekat juga sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Mempertahankan hubungan yang baik adalah bentuk perawatan diri. Sebab ketika seseorang memiliki dukungan sosial yang baik, seseorang tersebut menurunkan risiko kerusakan mental seiring bertambahnya usia (Dhaifurrakhman Abas. Medcom.id.

(2019)

Pembatasan interaksi sosial para lansia dari komunitasnya menurut Seeman yang akan terjadi adalah keterasingan. Nusroh Dinilah (2018) Menurut Seeman alienasi yaitu keadaan seseorang yang menarik diri atau terisolasi dari orang lain dimana ia memiliki perasaan keterasingan, rasa terlepas, terpisah, ketiadaan rasa hangat atau relasi persahabatan dengan orang lain. Alienasi atau keterasingan adalah kondisi ketika manusia menjauhkan diri atau menjauhkan diri dari sesuatu, sesama manusia, budaya, Tuhan, atau bahkan dengan dirinya sendiri.

Didalam individu yang teralienasi terjadi penghayatan atas dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana penghayatan atas benda-benda. Menurut Fromm (Nana Sutikna.1996) alienasi sebagai modus kehidupan pada manusia dalam menghayati dirinya, sebagai suatu yang asing. Manusia telah terpisah dari dirinya sendiri sebagai pusat dunianya, pencipta tindakannya sendiri, sebaliknya tindakan atau

23

akibat dari hal tersebut telah berbalik menjadi sesuatu yang di patuhinya. (Nana Sutikna, 1996)

Keterasingan berarti kehilangan dorongan hati untuk bergaul, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol terhadap tindakan kehilangan otonomi dan menghancurkan potensi individu itu sendiri. Jika seseorang tidak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan peranan yang ia mainkan, maka ia terasing dari peranan tersebut. Sebagai contoh peranan warga Negara, maka dapat dikatakan bahwa peranan ini dalam masyarakat Barat memerlukan keikutsertaan minimal dalam politik yakni dengan memberikan suara pada pemilihan. Jadi, orang yang tidak memberikan suara dilihat sebagai terasing dari peranan memberi suara sebagai warga Negara (David Berry,2003)

Keterasingan Menurut Erich Formm adalah pengalaman hidup yang dimiliki oleh individu yang merasakan dirinya sebagai sosok terasing. Ia merasa terasing dengan dirinya sendiri, ia tidak merasa dirinya sebagai pusat dunianya dan pencipta aktivitas-aktivitasnya sendiri, tetapi semua tindakan dan dampaknya menjadi majikannya, yang ia taati dan dituruti. Menurut Rosyadi (2006) manusia yang teralienasi adalah orang-orang yang beraktivitas sebagai mesin mekanis, ia hidup tapi mati. Bekerja berdasarkan penyembahan dan menyerah total tanpa kreativitas yang otonom. Formm memandang alienasi adalah sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang semestinya seperti hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Alienasi kerap diartikan sebagai keadaan tersendiri, terpisah dan terpencil dari rekan lama. Alienasi dipakai untuk mengacu kepada

24

perasaan terkucil dari seorang individu terhadap masyarakat, alam dan orang lain, atau bahkan dirinya sendiri. (Rahmadya, Putra.2017)

Alienasi diri merupakan salah satu bentuk alternatif pilihan dari berbagai macam karakter orientasi sosial individu didalam usahanya dalam memenuhi esensi, hakekat dan martabat kemanusiaanya. Pilihan tersebut sangat merugikan bagi diri seorang individu yang bersangkutan, karena akan memunculkan dampak ketidakberdayaan, ketiadaan norma dan isolasi sosial, yang mana akan berdampak pada pribadi yang egoistis, pesimis, penuh kebencian, pencemas dan rasa ketidakberdayaan yang tinggi. (Rahmadya, Putra.2017)

Pada dasarnya perasaan terasing akan muncul apabila individu merasa tidak mampu berbuat sesuatu untuk mewujudkan eksistensi dirinya. Dimana adanya perasaan terkucil dari lingkungan sosialnya. Isolasi dan kesepian membuat lansia tidak terhubung dengan orang lain dan komunitasnya, sehingga lansia tidak dapat memberi makna pada dirinya sendiri. Kondisi ini dilihat sebagai individu yang mengalami alienasi. Apabila lansia tetap boleh beribadah dan berkumpul dengan komunitasnya maka lansia akan merasa dihargai dan memiliki motivasi karena dalam komunitas ia dapat berbagi pengalaman, sehingga hubungan yang dibangun lebih bermakna. Ketika hubungan bermakna dapat terbentuk, individu akan terhindar dari perasaan terasing. Keterasingan menurut Seeman(1959) adalah pengalaman terisolasi dari kelompok atau kegiatan dimana seseorang harus terlibat dalam kegiatan tersebut. Keterasingan berarti kehilangan dorongan untuk bergaul, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol terhadap tindakan otonomi dan menghancurkan potensi individu tersebut.

25

Aspek-aspek alienasi Menurut Seeman alienasi yaitu keadaan seseorang yang menarik diri atau terisolasi dari orang lain dimana ia memiliki perasaan keterasingan, rasa terlepas, terpisah, ketiadaan rasa hangat atau relasi persahabatan dengan orang lain. adapun beberapa aspek yang mempengaruhi keterasingan menurut Seeman yaitu:

1. Ketidakberdayaan adalah suatu perasaan bahwa kejadian dari akibat yang terjadi pada seseorang dikontrol dan ditentukan oleh orang yang memiliki kekuasaan eksternal diluar dirinya, kontrol yang dimaksud adalah kekuatan yang dikendalikan oleh orang lain dan bukan dirinya sendiri.

2. Perasaan tidak berarti (Meaninglessness) adalah perasan terjadi suatu kejadian yang tidak dapat dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang akan sulit ditebak

3. Tidak adanya norma adalah suatu perasaan bahwa tujuan- tujuan yang tidak diakui secara sosial diperlukan untuk mencapai maksud yang diakui secara sosial sehingga muncul anggapan bahwa seorang individu tidak harus terikat pada nilai dan standar moralitas yang berlaku di lingkungannya

4. Terisolasi secara sosial adalah suatu perasaan kesendirian, penolakan dan terpisah dari nilai kelompok atau hubungan antara anggota kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan timbul perasaan penarikan diri dari kehidupan sosialnya dan tidak adanya rasa memiliki

26

5. Keterasingan diri adalah perasaan yang muncul pada diri individu bahwa segala aktivitas yang dilakukan tidak menguntungkan dirinya, sehingga munculnya perasaan bahwa segala yang dilakukannya semata-mata bukan keinginan sendiri dan adanya perasaan tidak adanya kepuasan pribadi.

2.3. Lansia dan Kelompok Lansia

Lansia (lanjut usia) merupakan kelompok usia tua yang rentan dengan berbagai masalah kesehatan. Semua orang pada hakekatnya akan mengalami dan akan sampai kepada fase ini. Fase ini adalah fase terakhir atau bisa juga dikatakan sebagai periode penutup dalam kehidupan. Ketika memasuki fase menua, baik pria dan wanita akan mengalami penurunan degeneratif sehingga secara perlahan-lahan seseorang yang memasuki tahap ini secara perperlahan-lahan akan memposisikan diri atau bahkan akan menarik diri dari segala hubungan interaksinya di masyarakat.

(Yoga, 2016)

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1965 lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Sedangkan Undang-undang Nomor.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, penduduk lanjut usia adalah penduduk berusia 60 tahun keatas.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),kelompok lansia dilihat dari adanya batasan lanjut usia yang meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) Usia antara 60-74 tahun

27

3. Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.

Streotip yang dimiliki pada lansia adalah mereka dianggap lemah dan tidak berdaya. Lansia dianggap sebagai beban keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

Hal ini ada karena melihat lansia yang hidupnya sangat tergantung kepada keluarga, lansia adalah manusia yang tidak produktif dan membebani. Dengan adanya streotip demikian, maka lansia harus dilindungi sehingga perawatan yang dilakukan kepada lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar dan penuh cinta.

Perawatan yang dilakukan kepada lansia diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik.

Pembentukan kelompok sosial khusus lansia dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup lansia, dimana didalamnya akan terjadi interaksi sosial, dan komunikasi sosial. Kelompok sosial merupakan satu kelompok yang terdiri dari satu atau dua atau bahkan lebih dimana diantara mereka melakukan interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Menurut Roland Freedman CS kelompok sosial adalah organisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kekuatan yang diterima dan disetujui oleh semua anggotanya. (Ahmadi,2007).

Secara umum kelompok sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Primary group dan secondary group. Kelompok itu menjadi primer karena masih saling kenal, pertalian darah, dan persahabatan, sekunder karena sifatnya yang didasari kerjasama atas hitungan untung rugi

28

2. Gemeinschaft didasari ikatan batin dan alamiah, sedangkan gesellschaft karena ikatan lahiriah yang mekanis seperti perjanjian dagang, anggota organisasi, karyawan, dan sebagainya

3. Formal group dan indormal group. Dimana formal karena hubungan yang di sengaja diciptakan, maka setiap orang dalam organisasi itu mempunyai dan memiliki kedudukan, sedangkan jika hubungan itu karena pertemuan yang dilakukan secara berulang secara pribadi maka disebut sebagai informal atau clique

4. Membership dan reference group hal ini karena berusaha mengidentifikasikan dirinya pada kelompok dimana ia bukan anggota.

Misalnya orang yang tidak berhasil menjadi mahasiswa mencoba berperilaku mirip mahasiswa

5. In-group dan out-group seperti RT, mahasiswa, pegawai negeri swasta, dan sebagainya.

2.4. Usaha Adaptasi Masyarakat

Perubahan selalu terjadi didalam masyarakat, perubahan tersebut selalu dinamis. Perubahan dapat kita rasakan jika kita membandingkan keadaan dalam beberapa waktu yang lampau dengan keadaan sekarang. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menuju kemajuan atau kemunduran (Novia Darlis. 2011).

Kehadiran pandemi Covid-19 membawa perubahan kehidupan didalam masyarakat. Faktor penyebab terjadinya perubahan adalah Penyebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang berada disekitar manusia. Untuk menghadapi perubahan manusia selalu melakukan adaptasi. Adaptasi merupakan sesuatu yang

29

mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan atau dilakukan oleh individu terhadap lingkungannya. (Nooratika, 2020). Adaptasi sosial budaya adalah suatu proses penyesuaian baik penyesuaian yang dilakukan individu terhadap lingkungan yang berupa mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, dan juga dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan, dimana individu atau kelompok terus menerus menyesuaikan diri dengan norma yang ada, proses perubahan ini dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan dimana mereka hidup. Karena itu istilah adaktif dikaitkan dengan kemampuan menyesuaikan diri manusia didalam suatu lingkungan, tingkah laku adaktif dapat diketahui dari proses adaktif individu dan kelompok individu baik berkaitan dengan masalah lama maupun baru tanpa disertai perasaan cemas. Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam penyesuaian diri dengan lingkungan.Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan mimikri sosial.

Mimikri sosial menurut Reza Amarta Yoga (2021) menyatakan bahwa istilah mimikri merupakan perwujudan hasrat masyarakat untuk beradaptasi dan menempatkan diri sesuai dengan kehendak situasional waktu tertentu. Mimikri merupakan ungkapan tentang sesuatu yang berbeda dari apa yang sesungguhnya terjadi dimana terjadi perbedaan kenampakan antara yang ditunjukan dan yang mungkin sesungguhnya ada dibaliknya. Mereka hampir sama tetapi tidak benar-benar sama dikarenakan sifat mimikri yang mencoba meniru, maka di bangun dengan kostruksi ambivalen (kepentingan artikulatif kedua pihak).

30

Perubahan sosial dalam proses peribadatan di gereja HKBP Gedung Johor.

Medan dialami para lansia, tata ibadah yang menjadi rutinitas selama ini maupun aktivitas komunitas lansia harus diputuskan dalam kehidupan interaksi mereka.

Aktivitas tata ibadah yang biasanya dilakukan dengan cara komunikasi verbal, tatap muka, namun kondisi situasi Covid-19 mengharuskan dilakukan melalui bantuan teknologi dimana lansia dapat mengikuti ibadah seperti biasanya. Proses adaptasi mengikuti mimikri sosial adalah proses mempertahankan kebiasaan yang sudah ada, yaitu mengikuti tata ibadah atau kegiatan ritual dari ajaran agama melalui kebaktian. Dimana gereja mencoba mempertahankan keadaan ini melalui

Aktivitas tata ibadah yang biasanya dilakukan dengan cara komunikasi verbal, tatap muka, namun kondisi situasi Covid-19 mengharuskan dilakukan melalui bantuan teknologi dimana lansia dapat mengikuti ibadah seperti biasanya. Proses adaptasi mengikuti mimikri sosial adalah proses mempertahankan kebiasaan yang sudah ada, yaitu mengikuti tata ibadah atau kegiatan ritual dari ajaran agama melalui kebaktian. Dimana gereja mencoba mempertahankan keadaan ini melalui

Dokumen terkait