• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Sosial Yang Dialami Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19 di HKBP Gedung Johor. Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Isolasi Sosial Yang Dialami Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19 di HKBP Gedung Johor. Medan"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)Isolasi Sosial Yang Dialami Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19 di HKBP Gedung Johor. Medan. SKRIPSI Disusun oleh : Eva Angelia Kristina Marpaung 170901003. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI MEDAN 2021.

(2) Isolasi Sosial Yang Dialami Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19 di HKBP Gedung Johor. Medan. SKRIPSI. Diajukan Oleh: EVA ANGELIA KRISTINA MARPAUNG 170901003. Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021.

(3)

(4)

(5)

(6) ABSTRAK. Pandemi Covid-19 merupakan sebuah penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Covid-19 sangat rentan menyerang lansia dikarenakan imunitas lansia dan beberbagai macam penyakit bawaan yang sudah dimiliki lansia merupakan faktor pendorong Virus ini menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat khususnya lansia. Diterapkannya aturan new normal diberbagai tempat secara khusus di Gereja HKBP Gedung Johor dengan menerapkan aturan khusus bagi lansia yaitu adanya larangan beribadah di rumah ibadah warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan penyakit bawaan yang berisiko tinggi terhadap Covid-19.Dimana peraturan ini membuat lansia tersebut mengisolasi diri dan beribadah secara mandiri di rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana isolasi sosial lansia akibat situasi pandemi Covid-19 di gereja HKBP gedung johor dan untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan religiusitas lansia akibat situasi pandemi Covid-19 di gereja HKBP gedung johor, kecamatan Medan johor. Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia yang mengisolasi diri akibat situasi pandemi Covid-19 dan dengan diberlakukannya aturan new normal di gereja HKBP Gedung johor menyebabkan lansia merasa kesepian karena lansia kurang terlibat pada interaksi sosial dan aktivitas sosial yang biasa mereka lakukan dalam organisasi dan komunitas lansia di gereja tersebut. Meskipun dalam situasi mengisolasi diri, lansia tetap melakukan upaya untuk tetap meningkatkan religiusitas mereka dengan cara beribadah menggunakan kertas acara atau dengan cara mengikuti ibadah secara online. Kata Kunci: Pandemi Covid-19, Isolasi Sosial, Lansia, Perubahan Sosial. i.

(7) ABSTRACT The Covid-19 pandemic is a disease that can cause death. Covid-19 is very vulnerable to attack the elderly because the immunity of the elderly, and various kinds of congenital diseases that the elderly already have are the driving factors for this virus to become a serious threat to society, especially the elderly. The implementation of the new normal rules in various places, specifically at the HKBP Johor Building Church by applying special rules for the elderly, such as the prohibition of worshiping in houses of worship for elderly people who are prone to contracting disease, as well as people with congenital diseases who are at high risk of Covid-19, this makes the elderly isolate themselves and worship independently at home. The purpose of this study was to find out how the social isolation for the elderly due to the Covid-19 pandemic situation at the HKBP Gedung Johor Church and to find out what efforts that are made to increase the religiosity of the elderly due to the Covid-19 pandemic situation at the HKBP Johor Church, Medan Johor sub-district, Medan. The method used in this research is qualitative with descriptive approach, where data collection is done by interview, observation, and documentation. The results showed that the elderly who isolated themselves due to the Covid-19 pandemic situation and with the enactment of new normal rules at the HKBP Johor Church caused the elderly to feel lonely because the elderly were less involved in social interactions and social activities that they usually do in organizations and in the elderly community at church. Even though in a situation of self-isolation, elderly stay to make efforts to continue to improve their religiosity by worshiping using event paper or by participating in online worship. Keywords: Covid-19 Pandemic, Social Isolation, Social Transformation, elderly. ii.

(8) KATA PENGANTAR Puji Syukur yang teramat dalam dalam kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih setianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ISOLASI SOSIAL YANG DIALAMI LANSIA AKIBAT SITUASI PANDEMI COVID-19 DI HKBP GEDUNG JOHOR.MEDAN ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat guna meperoleh gelar sarjana sosial (S,Sos) dari program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti sangat berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan untuk karya selanjutnya. Penulis juga mengucapkan termikasih yang teramat mendalam kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dan dukungan yang baik, baik dengan sentuhan kata-kata penguatan, dukungan moril dan materil. Dengan demikian penulis mengucapkan terimaksih kepada: 1. Ibu dan Ayah atas cinta kasihnya kepada saya. Ibu Tiaslan br. Marbun dan bapak Liston Marpaung yang mengizinkan anak perempuan. kalian. satu-satunya. merantau. dan. menempuh. pendidikan di perguruan tinggi Negeri Sumatera Utara, penulis sangat bangga memiliki orang tua seperti kalian yang rela jatuh bangun untuk memberi saya motivasi, semangat, mendukung penuh keinginan serta cita-cita saya menjadi seorang sarjana. Tidak ada yang bisa mengganti jasa kalian dalam hidup saya. Semoga kalian berdua selalu dalam lindungan Tuhan, dan semoga kalian selalu di berikan kebahagiaan, dijauhkan dari segala marabahaya. iii.

(9) dan diberikan kekuatan. Tanpa doa mereka, penulis tidak akan pernah sampai pada tahap ini 2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Husni Thamrin S.Sos.,M.SP selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Dr. Harmona Daulay, M,Si yang selalu menginspirasi penulis. Beliau merupakan Ketua Departemen Sosiologi, sekaligus menjadi dosen penasehat Akademik saya yang kini sudah naik jabatan menjadi Dekan III di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman organisasi yang penulis lakukan dengan arahan yang diberikan beliau mulai dari Society dan juga olimpiade Sosisologi yang memberikan dampak positif bagi penulis, tanpa bentuan beliau mungkin penulis tidak akan punya kesempatan memiliki pengalaman berharga dalam hal organisasi. Semoga ibu tetap dalam keadaan sehat. 5. Bapak Drs.T. Ilham Saladin, MSP selaku sekertaris program studi sosiologi yang sudah memberikan yang terbaik untuk prodi kita, semoga bapak dalam keadaan sehat dan bahagia selalu. Amin 6. Ibu Dra. Ria Manurung.M.Si selaku dosen pembimbing dan juga sosok yang memperkenalkan penulis untuk melakukan penelitian lapangan pertama kalinya diluar penulisan skripsi penulis. Banyaknya pengalaman luar biasa yang beliau berikan kepada penulis. Serta penulis ucapkan terimakasih yang mendalam atas. iv.

(10) ilmu pengetahuan yang diberikan serta kesabaran yang luar biasa dalam membimbing saya selama perjalanan studi dan penulisan skripsi ini. Penulis belajar semangat juang yang luar biasa dari ibu dimana saat ibu membimbing, saat itu juga ibu sedang menulis untuk S3 nya. Semoga ilmu yang ibu dapatkan bermanfaat dan ibu tetap dalam lindungan Tuhan yang maha Esa. 7. Bapak Dr. Nurman Achmad,S.Sos.,M.Soc.Sc selaku Dosen Anggota Penguji penelitian saya, meskipun beliau merupakan dosen Antropologi, namun saran dan arahan beliau sangat membantu. penulis. dalam. menyelesaikan. tugas. akhir. ini.. Masukannya yang luar biasa, memberi saran tanpa menjatuhkan, sikap bapak yang tenang dalam memberikan arahan dan semangat sangat membuat penulis berkesan. Penulis sangat beruntung ketika bapak menjadi dosen penguji penelitian saya, meskipun awalnya saya sangat deg-degan karena saya tidak begitu mengenal bapak saat menguji (karena bukan dosen yang mengajar di jurusan), saya berusaha mencari informasi terkait bapak kepada mahasiswa Antropologi, dan rata-rata jawaban mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap bapak sehingga saya sedikit lebih tenang. Semoga Tuhan yang maha kuasa memberikan segala yang terbaik buat bapak dan keluarga, kebetulan anak pertama bapak ini adalah senior saya di Sosiologi yang sedang melanjutkan studi S2 nya di Jogja. Semoga ilmunya bermanfaat bagi banyak orang,. v.

(11) 8. Dosen-Dosen Sosiologi yang sudah memberikan saya ilmu pengetahuan, bimbingan serta motivasi selama perkuliahan antara lain Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA; Prof. Dr. Sismudjito, Ph.D; Prof Riza Buana M.Phil, Ph.D; Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si; Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, M.Si; Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si; Ibu Dr. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si; Bapak Henri Sitorus, S.Sos., M.Sc; Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si; Ibu Dra. Linda Elida, M.Si; Bapak Drs. Terang Kita Brahmana, M.SP; Bapak Drs. Mukhtar Efendi Harahap, M.SP; dan Bapak Bisru Hafi, S.Sos., M.Si. 9. Bang Rahman yang merupakan dosen baru yang belum pernah masuk dalam matakuliah saya, namun memiliki jiwa terbuka sehingga penulis banyak bertanya terkait skripsi penulis, dan beliau sangat ramah menanggapinya sehingga penulis nyaman saat bertukar pikiran dengan beliau. Semoga abang diberikan segala yang terbaik dan abang sukses selalu, dipermudah jodoh dan rezekinya, serta kesehatannya. Kebetulan adik beliau merupakan teman saya ketika duduk di bangku SMA (Sekolah Menengah Pertama) di Pekanbaru. Hal ini menyadarkan saya bahwa Dunia ini sempit, tapi saya bersyukur atas ilmu yang bermanfaat yang telah abang berikan kepada saya. 10. Kak Ernita, kak Tiwi dan Bang Abel yang telah penulis sibukkan dengan urusan berkas-berkas hingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 Sosiologi.. vi.

(12) 11. Abang saya yaitu Enra Alexander Marpaung, Erlando Tigor Marpaung yang sudah membantu menghibur serta membantu ayah dan ibu saya dalam memberikan uang bulanan kepada saya, saya mengucapkan terimakasih semoga kalian dalam keadaan sehat serta murah rezekinya, dan untuk kedua adik saya yaitu Edo Satriawan Marpaung dan Evan Petrus Marpaung semoga kalian dalam keadaan sehat serta lancar selalu dalam studinya dan tercapai segala harapan serta doa-doa kita. Amin 12. Teman seperjuangan saya yaitu Sosisologi angkatan 2017 yang sudah memberikan saya pengalaman, ilmu, canda tawa, dan juga motivasi- motivasi yang mampu memberikan saya semangat yang luar biasa 13. Sahabat saya Rapita Sari Hutabarat, Elsa Febriana Sidauruk, Mei Marbun, Febriani Siburian, Reba Sitanggang, Elma Lili Berutu, Eklesya Simatupang, Chintya Kusri, Assifa, Dwi Bayu, Hamdani Manurung, Rizal Sidiq, Wiranty Raflesya, Sulastri Mega, Wahyu Dian Desnita dan sahabat-sahabatku lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kalian semua selalu dalam keadaan sehat dan studi serta harapan dan cita-cita kita dapat tercapai dengan baik 14. Tim Sonak Malela yaitu Enra Alexander, Erlando Marpaung, Yuliana Santa Napitupulu, Wahyu Dian Desnita, Vito Napitupulu, Alfonsus Munthe, Edo Satriawan, Evan Petrus Marpaung, Huanju. vii.

(13) Yosua, Lauren Pardede, Debora Megawati Pardede yang selalu menghibur dan mendoakan saya atas kelancaran penulisan saya 15. UKM-KMK PEMA FISIP USU yang selalu memberikan doa dan sangat rajin menanyakan. kabar serta selalu memberikan saya. semangat dalam menjalani proses penulisan skripsi 16. Teman- teman kelompok kecil rohani saya “Caecilia” yang selalu memberikan sharing dan pengalaman berharga yang dapat membuat penulis selalu bersyukur dalam menjalani hidup, semoga kalian semua dalam keadaan sehat khususnya untuk kakak Elisabet yang. memimpin. kelompok. semoga. dipertemukan. dengan. jodohnya, dan diberikan segala yang baik untuk kakak, terimakasih atas sharing Firman yang selalu kakak persiapkan untuk kami ( Elma, Elsa, Reba, Eva, Febri) 17. Senior-senior. saya. yang. sangat. berkontribusi. membantu. membimbing saya dalam mengerjakan skripsi saya terkhusus Kak Nooratika, Kak Hasnah, Kak Cristy, kak Shania, Kak Yohana, Kak Putri, dan senior-senior lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga kalian diberikan kelancaran dalam menjalani hidup, diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah. 18. Lansia-lansia HKBP Gedung Johor yang sudah menjadi informan penulis, terimakasih yang melimpah atas informasi dan respon baik yang diberikan serta doa-doa yang luarbiasa yang diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan membalas kebaikan-kebaikan kalian. viii.

(14) 19. Gereja HKBP Gedung Johor Tercinta, jaya selalu dalam menanam kebaikan,. dan. teruslah. berkembang. untuk. mengajak. dan. memotivasi Jemaat agar selalu mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai juruslamat yang hidup. Amin 20. Hayn yang selalu memberikan semangat, doa, dan yang membantu penulis dalam memperbaiki jaringan dan komputer penulis pada saat ujian seminar proposal, saya sangat berterimakasih atas kontribusinya dalam hidup saya, semoga diberikan kelancaran dalam penulisan skripsinya, sehat selalu dan sukses dimasa yang akan datang. Amin 21. Pihak-pihak yang memberikan semangat, dorongan dan doa yang tidak dapat sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimaksih yang mendalam kepada kalian, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan yang maha kuasa Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skipsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Terimakasih Medan, 2021. Penulis, Eva Angelia Kristina Marpaung. ix.

(15) DAFTAR ISI. ABSTRAK ............................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 12 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 13 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 13 1.4.1 Manfaat Secara Akademis ...................................................... 13 1.4.2 Manfaat Teoritis ...................................................................... 13 1.4.3 Manfaat Praktis ...................................................................... 13 1.5 Definisi Konsep ................................................................................. 14 1.5.1 Isolasi Sosial ........................................................................... 14 1.5.2 New Normal ............................................................................ 15 1.5.3 Lansia ...................................................................................... 16 1.5.4 Pandemi Covid-19 .................................................................. 17 1.5.5 Gereja HKBP .......................................................................... 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 19 2.1. Social Distancing ........................................................................... 19 2.2. Kebijakan Lembaga Gereja dan Keterasingan............................... 19 2.3. Lansia dan Kelompok Lansia ........................................................ 26 2.4. Usaha Adaptasi Masyarakat .......................................................... 28 2.5. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 39 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 39 3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................ 40 3.3 Unit Analisis ................................................................................... 41 3.4 Informan ......................................................................................... 41 3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 42 1. Observasi ................................................................................... 42 2. Wawancara ................................................................................ 42 3. Dokumentasi .............................................................................. 42 3.6 Interpretasi Data .............................................................................. 44 3.7 Jadwal Kegiatan .............................................................................. 45 BAB IV INTERPRETASI DATA DAN HASIL PENELITIAN ...... 47 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 47 4.1.1. Sejarah Gereja HKBP Gedung Johor .................................. 48 4.1.2 Sejarah Berdirinya punguan Lansia ...................................... 52 4.1.3. Visi dan Misi Berdirinya Punguan Lansia ........................... 52 4.1.4. StrukturPunguan Lansia Gereja HKBP Gedung Johor ........ 53 4.1.5 Fasilitas Gereja HKBP Gedung Johor .................................. 53 4.2. Profil Informan ............................................................................ 54 4.2.1. Informan Kunci .................................................................... 55. x.

(16) 4.2.2. Informan Utama ................................................................... 60 4.3.Penerapan Isolasi Sosial Terhadap Lansia dan Adaptasi Lansia Menghadapinya ......................................... 69 4.3.1. Penerapan Isolasi Sosial Terhadap Lansia dan Adaptasi Lansia Menghadapinya ........................ 69 4.3.1.1.Rutinitas Kegiatan Dilembaga Gereja Sebelum Pandemi Covid-19 .................... 70 4.3.1.2. Tujuan Mengikuti Punguan Lansia ........ 76 4.3.1.3 Pandangan Lansia Mengenai Covid-19 ... 82 4.3.2. Realita yang Harus Dihadapi Lansia Ketika Dilaksanakan Pembatasan Sosial .................... 84 4.3.2.1. Pembatasan Interaksi diruang Publik............. 85 4.3.2.2. Melakukan Kegiatan Dipusatkan Dirumah ... 87 4.3.2.3. Belajar Menggunakan Teknologi Komunikasi................................... 93 4.3.2.4. Makna Ibadah Menurut Lansia ...................... 96 4.3.2.5. Melakukan Mimikri Sosial ............................ 97 4.3.2.6. Mengalami Hambatan Melakukan Mimikri Sosial ............................ 99 4.3.3. Proses Alienasi yang Terjadi Pada Lansia ................. 101 4.3.3.1. Ketidakberdayaan .......................................... 102 4.3.3.2. Perasaan Tidak Berarti (Meaninglessnes) ..... 103 4.3.3.3. Tidak Adanya Norma .................................... 104 4.3.3.5. Terisolasi Secara Sosial ................................. 106 4.3.4. Usaha yang Dilakukan Untuk Melakukan Interaksi Sosial ........................................................... 108 4.3.4.1. Interaksi Sosial Dengan Lingkungan ............ 109 4.3.4.2. Menjaga Kohesi Punguan Lansia .................. 111 4.3.5. Analisis Keterasingan Sosial yang Dihadapi Punguan Lansia di Gereja HKBP Gedung Johor ........ 113 4.3.6. Analisis Adaptasi Sosial yang Dilakukan Punguan Lansia di Gereja ......................................... 117 BAB V PENUTUP ................................................................................. 122 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 122 5.2. Saran ............................................................................................ 123 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 126 LAMPIRAN .......................................................................................... 130 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Profil Informan ................................................................... 68 Tabel 4.2. Matriks Penerapan Isolasi Sosial Terhadap Lansia dan Adaptasi Lansia Menghadapinya .................................. 83 Tabel 4.3. Matriks Realitas yang Harus Dihadapi Lansia Ketika Dilaksanakan Pembatasan Sosial ........................................ 100 Tabel 4.4. Matriks Proses Alienasi yang Terjadi Pada Lansia ............ 107 Tabel 4.5. Usaha yang Dilakukan Untuk Melakukan Interaksi Sosial .................................................. 112. xi.

(17) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Covid- 19 (Corona Viruse Desease) merupakan sebuah penyakit baru, penyakit ini merupakan bagian pandemi Covid-19 yang saat ini menyerang Indonesia bahkan menyebar ke seluruh bagian di Dunia. Beberapa Negara sudah terkena dari dampak virus ini, diantaranya adalah China, Italia, Amerika Serikat, Singapura dan Negara- negara lainnya. Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 maret 2020, ketika adanya acara di Jakarta dan adanya. kabar bahwa 2 orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga. Negara Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut mereka mengeluh demam, batuk dan sesak nafas. Angka kematian mencapai 3.087 atau 2,3 persen dengan angka kesembuhan 45.726 orang. (Dani, 2020). Kebijakan yang dilakukan oleh Menteri kesehatan nomor 9 tahun 2020 mengenai PSBB dan instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021 mengenai PPKM (Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Kegiatan ini adalah upaya yang dilakukan untuk memutus rantai penularan Virus Covid-19. Berbagai perubahan yang terjadi seperti memenjarakan diri menjadi perubahan yang terjadi secara instan mempengaruhi perilaku kolektif masyarakat. Perubahan interaksi sosial yang terjadi akibat wabah Covid- 19 membentuk pola hidup baru di masyarakat, pembatasan secara fisik, pembatasan belanja, pembatasan pekerjaan di kantor yang harus diubah menjadi WFH ( Work from home) dengan menggunakan teknologi, pembatasan pada sektor publik dan. 1.

(18) aktivitas peribadatan keagamaan, bahkan lembaga- lembaga pendidikan seperti sekolah juga terpaksa ditutup dan dilakukan secara online di rumah. Masyarakat telah hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Perubahan interaksi sosial ini terjadi akibat aturan- aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya dan di tetapkannya Undang-undang mengenai larangan berkumpul dan membuat kerumunan di situasi pandemi Covid-19 (Dani, 2020). Normal baru adalah cara hidup baru atau cara baru dalam menjalankan aktivitas hidup di tengah situasi pandemi Covid-19. Normal baru ini dianggap sebagai alternatif atau kebijakan Nasional untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Normal baru diberlakukan karena masyarakat berhubungan dengan kegiatan distribusi dan konsumsi. Selain itu mengingat masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang berketuhanan, masyarakat yang sopan santun, menghargai pendapat orang lain, dan masyarakat yang murah senyum sehingga kondisi sosial masyarakat juga membutuhkan interaksi, berinteraksi dalam menjalankan kegiatan ekonomi, kegiatan sehari- hari, maupun interaksi dalam menjalankan ibadah. Kebijakan normal baru ini di buat tentu saja karena mempertimbangkan kegiatan ekonomi dan konsumsi, serta mempertimbangkan kegiatan keagamaan yang tidak mungkin terus menerus dilakukan secara online. Secara Teori dan Teknis, normal baru dilakukan dengan cara tidak berjabat tangan, kebiasaan memakai masker bila keluar rumah dan membiasakan diri dengan mencuci tangan serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Hal ini dibuat agar terhindar dari penularan virus Covid-19 (Habibi, Andrian.2020). 2.

(19) Penelitian yang dilakukan oleh Amirulloh yang menyatakan bahwa situasi pandemi Covid-19 telah merampas dan mengubah aktivitas dan cara berinteraksi dan berkumpul manusia yang semula bertatap muka menjadi tatap layar dengan daring. Namun pada hakikatnya situasi tatap layar tidak dapat menggantikan aktivitas interaksi fisik tatap muka, karena pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi secara nyata ( Amirulloh.2020) Pemerintah telah menetapkan keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Keputusan Presiden tersebut menetapkan Covid-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan menetapkan KKMCOVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perudang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan COVID-19 yang berdampak pada kerugian baik harta benda dan meluasnya cakupan yang sudah terkena dampak pandemi ini dan sangat mempengaruhi aspek sosial ekonomi masyarakat Indonesia telah dikeluarkan juga keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang penetapan bencana non alam penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai bencana Nasional. (Kementerian Kesehatan RI,2020). Kehidupan new normal di berlakukan di gereja HKBP Gedung johor, yang semula gereja ini tutup sementara waktu dan tidak ada manusia yang boleh melakukan kegiatan apapun baik anak-anak, orang tua, remaja dan dari berbagai jenis golongan usia lainnya. Namun setelah diberlakukannya new normal, gereja sudah mulai dibuka dimana dalam memasuki rumah ibadah ini, seluruh jemaat harus mengikuti protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan yang. 3.

(20) dilakukan terlebih dahulu sebelum memasuki gereja. Tempat pencuci tangan sudah di buat di halaman gereja, dimana sudah tersedia sabun, dan kran air. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh yang dilakukan oleh pihak gereja yang sudah dipilih. Jemaat mengukur suhu sebelum memasuki gereja, bagi jemaat yang tidak mengikuti aturan,dan jemaat yang suhu tubuhnya diatas 37,5 derajat. tidak. diperkenankan untuk memasuki gereja. Di dalam gereja dan selama ibadah berlangsung, jemaat yang hadir, duduk dalam keadaan yang berjarak sesuai tempat duduk yang sudah disediakan. Jemaat gereja dilarang menduduki tempat duduk yang sudah diberi tanda silang, tanda silang pada tempat duduk sudah di atur agar jemaat gereja tetap menjaga jarak selama duduk di dalam gereja. Ibadah berlangsung lebih singkat dari ibadah biasanya. Selesai ibadah, biasanya jemaat gereja akan berjabat tangan sambil mengucapkan “Selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati” dan ada juga yang berpelukan. Hal ini sudah menjadi tradisi setelah ibadah selesai, namun di situasi pandemi, pihak gereja menghimbau para jemaat untuk tidak saling berjabat tangan, berpelukan, atau melakukan kegiatan apapun yang memicu kontak fisik, dan atau bahkan berkumpul. Semua jemaat gereja di himbau untuk tetap menjaga jarak dan langsung pulang ke rumahnya masing-masing. New Normal yang diberlakukan di gereja, berlaku kepada seluruh jemaat gereja, terkecuali jemaat gereja anak-anak dan terkhusus Lansia, untuk itu peneliti menfokuskan penelitian kepada masyarakat lansia Gereja yang mengisolasi diri akibat situasi pandemi Covid-19. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik. Indonesia. Nomor:. SE.. 15. Tahun. 2020,. tentang. panduan. penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan. 4.

(21) masyarakat produktif dan aman Covid di masa pandemi dengan ketentuan Point nomor 5 h menyatakan melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan penyakit bawaan yang berisiko tinggi terhadap Covid-19. Dimana peraturan ini membuat lansia tersebut harus tetap beribadah di rumah dan tidak dibenarkan untuk ikut dan hadir mengikuti ibadah atau seluruh rangkaian kegiatan di gereja, dikarenakan seperti yang diketahui Covid-19 sangat rentan menular lansia. Bagi lansia yang tetap ingin melakukan ibadah, atau pelayanan khusus, petugas gereja yang akan mendatangi mereka ke rumah mereka masing-masing. Sebelum adanya pandemi Covid-19 lansia sangat aktif mengikuti seluruh kegiatan yang dibuat oleh gereja. Adanya organisasi atau punguan khusus lansia yang di bentuk di gereja, dan banyaknya rangkaian kegiatan yang dilakukan seperti paduan suara khusus lansia dan masih banyak lagi, namun setelah pandemi Covid-19 ini hadir, seluruh kegiatan gereja khusus lansia terpaksa harus diberhentikan, seperti senam sehat lansia yang biasa dilaksanakan sekali semiggu yaitu setiap sabtu pagi pukul 06:00 WIB, koor (paduan suara) khusus lansia, pemeriksaan kesehatan yang biasa dilakukan setiap sebulan sekali di gereja, bahkan wisata rohani yang menjadi agenda gereja juga ditiadakan untuk sementara waktu. Interaksi sosial yang dilakukan lansia melalui aktivitas sosial yang disalurkan dengan adanya organisasi khusus lansia yang didirikan gereja membuat lansia saling berinteraksi, memotiasi satu sama lain, saling memberi semangat, saling berbagi cerita dan pengalaman hidup, bersenda gurau, bernyanyi bersama memuji Tuhan dengan lagu pujian yang sudah disediakan, beribadah bersama dan melakukan banyak aktivitas-aktivitas yang membangkitkan. 5.

(22) semangat hidup lansia kini terhenti akibat pandemi Covid-19 dengan diterapkannya aturan yang dikeluarkan oleh menteri agama yaitu larangan beribadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit Covid-19 hal ini dipandang sebagai sesuatu yang terasing. Berbagai strategi diupayakan pimpinan gereja agar lansia tetap dapat beribadah kepada Tuhan, salah satunya melakukan mimikri sosial atau penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi lingkungan sekitar agar dapat bertahan. Dalam tulisan Reza Amarta (2021) menyatakan istilah mimikri merupakan perwujudan hasrat masyarakat untuk beradaptasi dan menempatkan diri sesuai dengan kehendak situasional waktu tertentu. Wujud mimikri sosial yang dilakukan lansia adalah dengan mengikuti aturan yang diberlakukan oleh pihak gereja karena diberlakukannya pembatasan usia yang dapat hadir dalam ibadah membuat lansia terpaksa harus mengikuti ibadah mandiri di rumah dengan berbagai macam cara yaitu menggunakan teknologi HP untuk Youtube streaming, dan menggunakan kertas acara yang sudah dibagi-bagikan oleh sintua wijk kepada masing-masing lansia di tempat kediamannya.(Unik Hanifa Salsabila.2020). Strategi mimikri yang dilakukan oleh lansia pada situasi pandemi Covid-19 menjadi pilihan yang rasional karena hanya dengan demikian mereka akan terhindar dari penularan Covid-19 yang membahayakan. Kesepian ketergantungan.. merupakan Karena. suatu. seiring. masalah. berjalannya. yang usia. berkaitan. orang. akan. dengan semakin. membutuhkan respon emosional dari keluarganya sehingga lansia yang dapat menggunakan teknologi dan informasi di era pandemi tentu saja bisa dengan bebas terhubung ke gereja dan dapat mengetahui segala informasi dengan cepat.. 6.

(23) Lansia yang dapat beradaptasi dengan teknologi bisa dengan bebas bertukar pikiran dengan teman-temannya menggunakan teknologi dan informasi, sehingga lansia perlu mendapatkan pemahaman bahwa perkembangan tidak mungkin terelakkan sehingga lansia perlu mengenal, mempelajari dan menggunakan berbagai fasilitas yang berkembang. Lansia yang tidak dapat menggunakan teknologi, akan tersingkir dan mengalami kesulitan dalam kehidupannya seharihari. Mempelajari dan menggunakan teknologi ternyata memberi kesempatan bagi para lanjut usia untuk tetap beraktivitas sesuai dengan kondisi lanjut usia, karena teknologi menjanjikan kemudahan. Lansia yang aktif dan produktif akan membuat mereka tetap eksis. Pada akhirnya, eksistensi lanjut usia membuat lanjut usia bahagia di era pandemi Covid-19. (Maria Josepha.2017) Peneliti tertarik pada Gereja HKBP Gedung Johor yang ada di kota medan, dikarenakan gereja ini sangat memperhatikan jemaat lansia. Asumsi peneliti dilandaskan oleh aktifnya organisasi lansia yang masih berjalan dan terpaksa terhenti akibat situasi pandemi Covid-19. Banyaknya jemaat gereja (lansia) yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gereja tentu saja membuat lansia tersebut menjadi lebih bermotivasi dalam menjalani hidup. Dalam penelitian Lucky(2018), kesepian pada lansia disebabkan oleh adanya kecenderungan pergeseran model keluarga Indonesia dari bentuk extended family (keluarga luas) menjadi nuclear family (keluarga inti) diartikan oleh kaum muda sebagai keluasan dalam belajar dan berkarir serta membangun keluarga secara mandiri dan jauh dari orang tua. Seiring bertambahnya usia anak, teman dan orang-orang terdekat semakin sibuk, dimana orang tua kurang mendapatkan perhatian sehingga jalinan komunikasi semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan lansia terpaksa memilih. 7.

(24) untuk menjalani hidup sendiri, mencari aktivitas yang sifatnya privacy dan melepas. ketergantungannya. kepada. anak-anaknya.. Lansia. yang. kurang. mendapatkan dukungan sosial akan menghindari kontak sosial. (Ade Sesiani, Lucky. 2018) Andini, (2013) menyatakan berdasarkan hasil survei angkatan Nasional (SAKERNAS) tahun 2009, ditemukan bahwa sebanyak 47,44 persen lansia indonesia masih bekerja, 0,41 persen sedang mencari pekerjaan, 27,88 persen mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya sekitar 24,27 persen. Tingginya persentase lansia yang bekerja menunjukan bahwa lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun disisi lain dapat mengindikasikan. bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah,. sehingga lansia masih harus bekerja. Dilihat dari lapangan pekerjaan, di daerah perkotaan. mayoritas. bekerja. pada. sektor. perdagangan. (35,47. persen),. pertanian(32,07 persen) dan jasa kemasyarakatan (13,55 persen), sedangkan jika dilihat dari daerah pedesaan hampir 80 persen lansia bekerja di sektor pertanian, pedagang (99,71 persen) dan industri (5,42 persen). Pendidikan lansia termasuk rendah, sebagian besar hanya sampai kepada tingkat SD dengan jenis pekerjaan yang paling dominan adalah pertanian. Alasan penduduk lansia yang masih bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan, sedangkan alasan penduduk lansia tidak bekerja adalah karena kondisi badan yang sudah tidak kuat lagi. Penduduk lansia yang tidak memiliki tanggungan tapi masih bekerja, mereka memiliki alasan bahwa apabila mereka tidak bekerja atau tidak melakukan aktivitas apapun, badan mereka terasa sakit sehingga mereka perlu melakukan aktivitas bekerja. 8.

(25) Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan diatas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji perihal isolasi sosial yang dipandang sebagai bentuk keterasingan lansia akibat situasi pandemi Covid-19 di Gereja HKBP Gedung Johor,Medan. Situasi pandemi Covid-19 jelas sangat mengubah seluruh tatanan masyarakat terutama menyebabkan isolasi sosial bagi lansia yang rentan terkena wabah Covid-19. Hal ini tentu saja menghambat interaksi lansia kepada teman-temannya dan adanya perasaan kesepian yang dirasakan lansia akibat situasi ini. Menurut tulisan Reza (2021) Penjarakan sosial tidak semestinya dimaknai untuk mengurung diri, sehingga tidak produktif dan cenderung masif. Penjarakan sosial dimaknai sebagai penjagaan jarak sosial bukan membatasi dan menutup diri. Ketakutan yang berlebihan akan menginternalisasi diri dengan pikiran negatif. Pikiran negatif ini yang akan membahayakan karena mengurangi imunitas tubuh, seperti rasa panik yang berlebihan, emosi, cemas, dan hal lainnya yang dapat melemahkan tubuh. Berpikir positif merupakan kunci untuk meningkatkan imunitas tubuh. Berdasarkan pemaparan diatas maka menunjukan bagaimana isolasi sosial menyebabkan keterasingan yang dialami lansia akibat situasi pandemi Covid-19 dimana adanya kondisi ketika manusia menjauhkan diri dari sesuatu, sesama manusia, budaya, Tuhan, bahkan dirinya sendiri, dan bagaimana upaya peningkatan religiusitas pada lansia akibat menghadapi pandemi Covid-19 di gereja HKBP Gedung Johor medan menjadi kajian yang menarik untuk dikaji. Adapun judul skripsi yang peneliti buat adalah “isolasi sosial lansia akibat situasi Pandemi Covid-19 di HKBP gedung johor. Medan”. 9.

(26) 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana lansia menghadapi isolasi sosial yang diberlakukan di gereja dengan diterapkannya larangan beribadah bagi lansia yang rentan terhadap penularan Covid-19 di Gereja HKBP Gedung Johor? 2. Bagaimana upaya para lansia untuk meningkatkan religiusitas yang mengalami isolasi sosial dari komunitasnya di Gereja HKBP Gedung Johor 1.3. Tujuan Penelitian 1. untuk mengetahui bagaimana isolasi sosial lansia akibat situasi pandemi Covid19 di gereja HKBP gedung johor. Medan 2. untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan religiusitas. lansia akibat. situasi pandemi Covid-19 di gereja HKBP gedung johor, kecamatan Medan johor. Medan 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian sudah selesai dirancang dan di tulis. Adapun penelitian ini memiliki manfaat yaitu 1.4.1. Manfaat Secara Akademis Penelitian ini diharapkan memperkaya atau menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai referensi serta perbandingan untuk kajian isolasi sosial pada lansia selanjutnya.. 10.

(27) 1.4.2. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis untuk menambah wawasan secara ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial dan ilmu politik serta memperkaya penelitian serupa yang telah ada sebelumnya dan referensi bagi penelitianpenelitian berikutnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.4.3. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan peneliti untuk mengetahui isolasi sosial lansia akibat situasi pandemi Covid-19 di gereja HKBP medan. 1.5. Definisi Konsep 1.5.1 Isolasi Sosial Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono. Y. (2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan adanya usaha menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Sedangkan menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) menyatakan bahwa isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, adanya perasaan ditolak,. 11.

(28) tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain di sekitarnya. Dalam konteks penelitian ini isolasi sosial yang dimaksud adalah Isolasi merajuk kepada pemisahan dari kontak sosial atau kekeluargaan, keterlibatan dengan komunitas atau aksesnya terhadap pelayanan. Isolasi sosial adalah faktor risiko utama bagi lansia. kurangnya hubungan dapat menimbulkan perasaan hampa dan depresi. Isolasi sosial yang dirasakan dan dialami lansia dikarenakan adanya pembatasan interaksi sosial dimana manusia harus bertemu dengan orang lain melalui pergaulan di masyarakat. Bertemunya seseorang dengan orang lain, kemudian akan saling berbicara, bekerja sama dan mencapai tujuan sehingga terjadi komunikasi sosial. Komunikasi sosial adalah hubungan orang perorangan, atau orang dan kelompok, dimana untuk mencapai komunikasi sosial harus melakukan kontak sosial baik secara langsung yaitu bersentuhan fisik, maupun secara tidak langsung. Lansia terpaksa harus melakukan pembatasan tersebut dikarenakan situasi pandemi covid-19 yang sangat rentan terhadap lansia, dimana seperti yang kita ketahui lansia memiliki temperatur tubuh yang naik turun, sistem kekebalan tubuh juga mengalami penurunan, sehingga lansia terpaksa mengisolasi diri dari interaksi dan kontak sosial secara. langsung, hal ini tentu saja demi. menyelamatkan lansia dari penularan Virus Covid-19 yang bisa menyebabkan kematian. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan lansia untuk sementara waktu di hentikan, bahkan lansia untuk sementara waktu di himbau untuk tidak mengikuti ibadah selama Pandemi Covid-19 dan mengisolasi diri.. 12.

(29) 1.5.2 New Normal New normal adalah keadaan atau kebiasaan baru yang harus dilakukan masyarakat untuk mengatisipasi penularan Covid-19. Masyarakat harus menjalani dan melaksanakan kegiatan sehari-hari serta melakukan segala aktivitas hidup berdampingan dengan Coid-19. Hal ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat secara perlahan. Normal baru berhubungan dengan perilaku dan kebiasaan individu dan masyarakat secara lebih luas dalam menghadapi pandemi Covid-19. Secara teori dan teknis kebiasan baru ini adalah dengan cara enggan bersalaman atau berjabat tangan di gantikan dengan kebiasaan baru yaitu menggunakan siku sebagai pengganti telapak tangan, memakai masker bila keluar rumah dan mengunjungi tempat-tempat umum. Tidak hanya itu, mencuci tangan dan menjaga jarak saat memasuki sebuah toko atau fasilitas lainnya juga merupakan bagian dari kebiasaan baru yang dilakukan masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19 Dalam konteks penelitian ini kebiasaan baru yang di maksud adalah kebiasaan baru yang di lakukan lansia akibat situasi pandemi Covid-19, baik itu kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari maupun kebiasaan baru dalam beribadah di situasi pandemi Covid-19. 1.5.3 Lansia Lansia merupakan singkatan dari lanjut usia dimana pada fase ini lansia akan mengalami penurunan akal, dan penurunan fisik, yang ditandai dengan berbagai penyakit yang akan menyerang, perubahan fisik, mental, dan psikologi. Menjadi lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan, dimana seseorang akan menua sesuai dengan proses kehidupan. Menjadi tua tentu saja kita akan. 13.

(30) mengalaminya sebagai proses yang alami, dimana kita akan kehilangan jaringanjaringan untuk memperbaiki diri sehingga menarik diri dari masyarakat kita anggap sebagai alternatif ampuh untuk menjalani kehidupan baru menunggu kematian. Batasan lansia menurut organisasi kesehatan Dunia (WHO) ada empat tahap, yang pertama usia pertengahan atau disebut dengan middle age yaitu 45 tahun hingga 49 tahun, yang kedua lanjut usia atau disebut dengan elderly yaitu 60 hingga 74 tahun, ketiga lanjut usia tua atau disebut dengan old yaitu 75 tahun hingga 90 tahun, dan yang terakhir usia sangat tua atau disebut very old yaitu usia di atas 90 tahunan. Dalam penelitian ini saya mengambil lansia yang berusia dari 60 tahun hingga usia yang sangat tua yaitu 84 tahun sesuai dengan penelitian yang saya lakukan di lapangan. 1.5.4 Pandemi Covid-19 Dalam istilah kesehatan, pandemi berarti terjadinya wabah suatu penyakit yang menyerang banyak korban jiwa, dimana akibat penyakit ini banyak orang meninggal Dunia. Penyakit Covid-19 menular dan menyerang banyak korban serempak di berbagai Negara. Kasus Covid-19, badan kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyakit ini sebagai pandemi karena seluruh warga Dunia berpotensi terkena infeksi penyakit ini. Dengan ditetapkannya status global pandemi WHO menginformasikan bahwa covid-19 merupakan darurat Internasional, artinya di setiap rumah sakit dan klinik di seluruh Dunia disarankan untuk dapat mempersiapkan diri menangani pasien yang terjangkit penyakit tersebut. Dalam konteks penelitian ini pandemi Covid-19 adalah awal mula terjadinya dan terciptanya konsep new normal yang berlaku di Indonesia. Akibat pandemi Covid-19 banyak hal yang berubah mulai dari cara berinteraksi sampai kepada. 14.

(31) berubahnya sikap dan perilaku masyarakat dalam menghadapi Pandemi Covid-19 ini 1.5.5 Gereja HKBP Huria kristen batak protestan (HKBP) adalah gereja yang beraliran kristen protestan, Gereja ini resmi berdiri pada 7 Oktober 196. Dimana yang menjadi jemaat gereja ini adalah seluruh kalangan, seperti anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan juga lansia. gereja ini biasanya dihadiri dan beranggotakan orang-orang yang berasal dari suku batak, namun tidak menutup kemungkinan di seluruh suku bangsa boleh mengikuti ibadah di gereja ini. Di gereja HKBP ini, terdapat organisasi khusus lansia, dimana gereja merupakan tempat atau wadah dimana mereka berkumpul dan melakukan interaksi dan komunikasi sosial. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan lokasi penelitian di HKBP Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dan yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah kepada jemaat lansia yang berada di Gereja HKBP Gedung Johor tersebut.. 15.

(32) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Social Distancing Social distancing adalah pembatasan jarak sosial yang mana berarti menjaga jarak antara diri sendiri dengan orang lain dimana upaya ini dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19. Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit menular dimana social distancing bertujuan untuk membatasi kegiatan sosial orang agar tidak melakukan kontak fisik dan membuat keramaian. Penerapan sosial distancing dilakukan dengan cara tidak berjabat tangan, serta senantiasa memperhatikan dan menjaga jarak setidaknya 1-2 meter saat melakukan interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang dalam keadaan sakit atau berisiko tinggi menderita Covid-19. Contoh lain dalam penerapan social distancing yang umum dilakukan adalah bekerja di rumah (work from home), belajar di rumah bagi siswa dan mahasiswa, tidak membuat acara yang mengundang kerumunan, tidak mengunjungi orang sakit dan masih banyak lagi. Social distancing adalah tindakan menghindari yang paling mungkin dilakukan oleh setiap orang guna terhindar dari penularan virus tersebut. (Arief Kresna.2020) Melihat angka kematian yang disebabkan oleh Covid-19, pemerintah membuat peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai berikut 1. Social distancing. 16.

(33) Social distancing merupakan pembatasan sosial dimana setiap individu diharapkan untuk menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain.kebijakan ini dibuat untuk mencegah penularan penyakit Covid-19 2. Isolasi dan Karantina Isolasi adalah memisahkan orang sudah terkena Virus (sakit) dan orang yang belum tertular Virus (sehat). Sedangkan karantina memisahkan dan membatasi kegiatan orang yang sudah terpapar Virus. namun. belum. menunjukan. gejala.. Kebijakan. ini. menganjurkan masyarakat melakukan karantina di rumah dengan mengisolasi mandiri selama 14 hari. Dimana dalam karantina atau isolasi mandiri masyarakat dihimbau untuk menjalani pola hidup sehat, tidak bertemu dengan orang lain, dan menjaga jarak dari orang-orang yang tinggal bersama di rumah 3. Lockdown Adanya kebijakan lockdown di beberapa daerah tentu saja mempengaruhi interaksi sosial masyarakat, dimana segala aktivitas yang biasa dilakukan di luar rumah kini terjadi sebaliknya. Masyarakat melakukan ibadah, mengerjakan tugas kantor/sekolah di rumah. Artinya semula menghadapi ruang sosial yang luas berubah menjadi dua jenis ruang yaitu institusi kecil seperti ruang keluarga dan ruang maya atau Virtual society. Dalam hal ini tentu saja akan terjadi banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat.. 17.

(34) Rumah yang awalnya adalah sebagai tempat bersantai, dengan adanya locdown maka rumah akan menjadi fungsi ganda yaitu tempat bersantai dan tempat bekerja(fungsi produksi) atau melakukan aktivitas kantor/sekolah. Bukan suatu perkara yang mudah dalam menghadapi perubahan tersebut, hal ini akan menimbulkan konflik baru dan menimbulkan ketegangan karena lama berkumpul dalam sebuah ruang yang sama dengan aktivitasaktivitas baru yang seharusnya di kerjakan di luar rumah kini sepenuhnya di alihkan di rumah. 4. PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) Kebijakan ini dibuat oleh kementrian kesehatan pada daerah tertentu, jika dalam lingkungan tersebut sudah banyak terkena wabah ini, maka daerah tersebut harus melakukan pembatasan sosial berskala besar untuk mengurangi penularan Virus ini. 5. Pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) ODP di mana gejala yang muncul hanya salah satu, dan melakukan isolasi di rumah. Interaksi masyarakat terhadap orang yang dalam pengawasan tentu saja menimbulkan prasangka-prasangka negatif, dan. orang-orang. cenderung. menjauhi. orang. yang. dalam. pengawasan, sedangkan pada PDP sudah ada gejala demam maupun gangguan pernafasan, dan dilakukan rawat inap di rumah sakit. 18.

(35) 2.2. Kebijakan Lembaga Gereja dan Keterasingan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:SE. 15 Tahun 2020 mengenai panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman Covid-19 di masa pandemi dengan ketentuan point nomor 5h menyatakan melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan penyakit bawaan yang berisiko tinggi terhadap Covid-19. Aturan dan kebijakan ini membuat lansia harus tetap berdiam diri di rumah dan dihimbau untuk melakukan isolasi diri sehingga lansia terpaksa menjauhkan diri dari gereja dan komunitasnya. Kegiatan ibadah yang semula dilakukan dengan cara datang langsung ke rumah ibadah dimana dalam aktivitasnya melakukan interaksi sosial, kontak sosial, dan komunikasi sosial. Kehadiran pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang dialami jemaat gereja HKBP Gedung Johor Medan dimana jemaat selalu berinteraksi dan melakukan kerjasama dalam suatu komunitas. Interaksi sosial adalah syarat utama dalam aktivitas sosial. Menurut Soekanto (2012), suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Lansia akan melakukan kontak sosial dan komunikasi di gereja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, dan saling berinteraksi dan saling bertukar pikiran, berbagi cerita, dan pengalaman yang dapat menguatkan satu sama lain, canda gurau dan bahkan masih banyak lagi. Interaksi sosial yang dilakukan jemaat adalah dengan berjabat tangan bila bertemu teman sekomunitas maupun diluar komunitas, berpelukan, tegur sapa dan bertatapan secara langsung. Pinquart dan Sorenson (2002) mengungkapkan bahwa. 19.

(36) frekuensi kontak dengan teman-teman lebih berhubungan dengan kepuasan hidup lansia daripada memiliki kontak dengan anak-anak. Sejak diberlakukan aturan kebijakan kementerian agama yang bertujuan untuk melindungi masyarakat akibat wabah tersebut dimana pemerintah mengharuskan lembaga gereja membuat keputusan yang sejalan dengan hal ini, mengingat adanya jemaat yang berusia lanjut mengikuti kebaktian di gereja. Aturan inilah yang membuat lansia dan anak-anak berada di rumah dan tidak mengikuti kebaktian seperti biasa, dan dihimbau untuk mengisolasi diri. Isolasi sosial menurut penelitian Ayu Diah Amalia (2013) merujuk pada tidak adanya hubungan dengan orang lain, seseorang dengan jumlah sosial yang sedikit dapat dikatakan terisolasi. Rasa kesepian tidak secara langsung dihubungkan dengan isolasi sosial, orang yang terisolasi secara sosial bukan mutlak dikatakan merasa kesepian. Isolasi merajuk kepada pemisahan dari kontak sosial atau kekeluargaan, keterlibatan dengan komunitas atau aksesnya terhadap pelayanan. Isolasi sosial adalah faktor risiko utama bagi lansia. kurangnya hubungan dapat menimbulkan perasaan hampa dan depresi. Orang-orang yang memiliki koneksi dan hubungan sosial yang positif tidak akan terpengaruh dengan masalah sehari-hari yang ia miliki, mereka tidak bergantung. Namun sebaliknya, lansia yang tidak memiliki hubungan sosial yang baik akan menjadi terisolir, terabaikan dan akan depresi. Kurangnya koneksi dengan orang lain akan menyebabkan persepsi negatif mengenai dirinya, merasa kurang puas dengan kehidupan dan sering sekali merasa kurang motivasi Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono. Y. (2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain. 20.

(37) menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan adanya usaha menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Lansia terpaksa harus melakukan pembatasan tersebut dikarenakan situasi pandemi covid-19 yang sangat rentan terhadap lansia. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan lansia untuk sementara waktu di hentikan, bahkan lansia untuk sementara waktu di himbau untuk tidak mengikuti ibadah selama Pandemi Covid-19 dan mengisolasi diri. Interaksi sosial merupakan syarat utama dalam melakukan hubungan sosial, tanpa adanya interaksi maka individu dan kelompok, individu dan individu tidak akan mendapatkan koneksi secara emosional. Interaksi sosial dapat dilakukan dengan komunikasi verbal dimana pesan yang disampaikan dapat disampaikan secara langsung (face to face) atau dengan melalui perantara media sosial yang dibantu oleh perkembangan teknologi saat ini. Adanya komunikasi verbal kita dapat mengungkapkan perasaan, emosi, pikiran, gagasan dan fakta serta bertukar informasi dan menjelaskannya sehingga dapat saling bertukar perasaan dan pikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dengan interaksi sosial dan komunikasi yang dilakukan masyarakat, akan membentuk jaringan sosial. Jaringan sosial digunakan sebagai salah satu strategi untuk berkehidupan sosial di masyarakat, lembaga, kelompok dan sebagainya.(Ruddy Agusyanto.2014). jaringan sosial dapat dilihat berdasarkan suku, agama, ras dan lingkup pertemanan atau pergaulan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhaifurrakhman Abas pada tahun 2019 menyatakan bahwa hubungan sosial yang baik merupakan kunci. 21.

(38) kebahagiaan. Sebuah tim peneliti dari Universitas Harvard menyatakan bahwa satu hal yang dapat membuat anda bahagia secara abadi adalah hubungan sosial yang sehat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hubungan sosial memiliki pengaruh yang kuat pada tingkat kebahagiaan dan kesehatan manusia secara keseluruhan dimana hubungan sosial yang baik akan membantu manusia merasa bahagia sepanjang hidupnya. Menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang terdekat juga sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Mempertahankan hubungan yang baik adalah bentuk perawatan diri. Sebab ketika seseorang memiliki dukungan sosial yang baik, seseorang tersebut menurunkan risiko kerusakan mental seiring bertambahnya usia (Dhaifurrakhman Abas. Medcom.id. (2019) Pembatasan interaksi sosial para lansia dari komunitasnya menurut Seeman yang akan terjadi adalah keterasingan. Nusroh Dinilah (2018) Menurut Seeman alienasi yaitu keadaan seseorang yang menarik diri atau terisolasi dari orang lain dimana ia memiliki perasaan keterasingan, rasa terlepas, terpisah, ketiadaan rasa hangat atau relasi persahabatan dengan orang lain. Alienasi atau keterasingan adalah kondisi ketika manusia menjauhkan diri atau menjauhkan diri dari sesuatu, sesama manusia, budaya, Tuhan, atau bahkan dengan dirinya sendiri. Didalam individu yang teralienasi terjadi penghayatan atas dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana penghayatan atas benda-benda. Menurut Fromm (Nana Sutikna.1996) alienasi sebagai modus kehidupan pada manusia dalam menghayati dirinya, sebagai suatu yang asing. Manusia telah terpisah dari dirinya sendiri sebagai pusat dunianya, pencipta tindakannya sendiri, sebaliknya tindakan atau. 22.

(39) akibat dari hal tersebut telah berbalik menjadi sesuatu yang di patuhinya. (Nana Sutikna, 1996) Keterasingan berarti kehilangan dorongan hati untuk bergaul, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol terhadap tindakan kehilangan otonomi dan menghancurkan potensi individu itu sendiri. Jika seseorang tidak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan peranan yang ia mainkan, maka ia terasing dari peranan tersebut. Sebagai contoh peranan warga Negara, maka dapat dikatakan bahwa peranan ini dalam masyarakat Barat memerlukan keikutsertaan minimal dalam politik yakni dengan memberikan suara pada pemilihan. Jadi, orang yang tidak memberikan suara dilihat sebagai terasing dari peranan memberi suara sebagai warga Negara (David Berry,2003) Keterasingan Menurut Erich Formm adalah pengalaman hidup yang dimiliki oleh individu yang merasakan dirinya sebagai sosok terasing. Ia merasa terasing dengan dirinya sendiri, ia tidak merasa dirinya sebagai pusat dunianya dan pencipta aktivitas-aktivitasnya sendiri, tetapi semua tindakan dan dampaknya menjadi majikannya, yang ia taati dan dituruti. Menurut Rosyadi (2006) manusia yang teralienasi adalah orang-orang yang beraktivitas sebagai mesin mekanis, ia hidup tapi mati. Bekerja berdasarkan penyembahan dan menyerah total tanpa kreativitas yang otonom. Formm memandang alienasi adalah sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang semestinya seperti hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Alienasi kerap diartikan sebagai keadaan tersendiri, terpisah dan terpencil dari rekan lama. Alienasi dipakai untuk mengacu kepada. 23.

(40) perasaan terkucil dari seorang individu terhadap masyarakat, alam dan orang lain, atau bahkan dirinya sendiri. (Rahmadya, Putra.2017) Alienasi diri merupakan salah satu bentuk alternatif pilihan dari berbagai macam karakter orientasi sosial individu didalam usahanya dalam memenuhi esensi, hakekat dan martabat kemanusiaanya. Pilihan tersebut sangat merugikan bagi diri seorang individu yang bersangkutan, karena akan memunculkan dampak ketidakberdayaan, ketiadaan norma dan isolasi sosial, yang mana akan berdampak pada pribadi yang egoistis, pesimis, penuh kebencian, pencemas dan rasa ketidakberdayaan yang tinggi. (Rahmadya, Putra.2017) Pada dasarnya perasaan terasing akan muncul apabila individu merasa tidak mampu berbuat sesuatu untuk mewujudkan eksistensi dirinya. Dimana adanya perasaan terkucil dari lingkungan sosialnya. Isolasi dan kesepian membuat lansia tidak terhubung dengan orang lain dan komunitasnya, sehingga lansia tidak dapat memberi makna pada dirinya sendiri. Kondisi ini dilihat sebagai individu yang mengalami alienasi. Apabila lansia tetap boleh beribadah dan berkumpul dengan komunitasnya maka lansia akan merasa dihargai dan memiliki motivasi karena dalam komunitas ia dapat berbagi pengalaman, sehingga hubungan yang dibangun lebih bermakna. Ketika hubungan bermakna dapat terbentuk, individu akan terhindar dari perasaan terasing. Keterasingan menurut Seeman(1959) adalah pengalaman terisolasi dari kelompok atau kegiatan dimana seseorang harus terlibat dalam kegiatan tersebut. Keterasingan berarti kehilangan dorongan untuk bergaul, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol terhadap tindakan otonomi dan menghancurkan potensi individu tersebut.. 24.

(41) Aspek-aspek alienasi Menurut Seeman alienasi yaitu keadaan seseorang yang menarik diri atau terisolasi dari orang lain dimana ia memiliki perasaan keterasingan, rasa terlepas, terpisah, ketiadaan rasa hangat atau relasi persahabatan dengan orang lain. adapun beberapa aspek yang mempengaruhi keterasingan menurut Seeman yaitu: 1. Ketidakberdayaan adalah suatu perasaan bahwa kejadian dari akibat yang terjadi pada seseorang dikontrol dan ditentukan oleh orang yang memiliki kekuasaan eksternal diluar dirinya, kontrol yang dimaksud adalah kekuatan yang dikendalikan oleh orang lain dan bukan dirinya sendiri. 2. Perasaan tidak berarti (Meaninglessness) adalah perasan terjadi suatu kejadian yang tidak dapat dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang akan sulit ditebak 3. Tidak adanya norma adalah suatu perasaan bahwa tujuan- tujuan yang tidak diakui secara sosial diperlukan untuk mencapai maksud yang diakui secara sosial sehingga muncul anggapan bahwa seorang individu tidak harus terikat pada nilai dan standar moralitas yang berlaku di lingkungannya 4. Terisolasi secara sosial adalah suatu perasaan kesendirian, penolakan dan terpisah dari nilai kelompok atau hubungan antara anggota kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan timbul perasaan penarikan diri dari kehidupan sosialnya dan tidak adanya rasa memiliki. 25.

(42) 5. Keterasingan diri adalah perasaan yang muncul pada diri individu bahwa segala aktivitas yang dilakukan tidak menguntungkan dirinya, sehingga munculnya perasaan. bahwa segala yang. dilakukannya semata-mata bukan keinginan sendiri dan adanya perasaan tidak adanya kepuasan pribadi. 2.3. Lansia dan Kelompok Lansia Lansia (lanjut usia) merupakan kelompok usia tua yang rentan dengan berbagai masalah kesehatan. Semua orang pada hakekatnya akan mengalami dan akan sampai kepada fase ini. Fase ini adalah fase terakhir atau bisa juga dikatakan sebagai periode penutup dalam kehidupan. Ketika memasuki fase menua, baik pria dan wanita akan mengalami penurunan degeneratif sehingga secara perlahanlahan seseorang yang memasuki tahap ini secara perlahan akan memposisikan diri atau bahkan akan menarik diri dari segala hubungan interaksinya di masyarakat. (Yoga, 2016) Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1965 lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Sedangkan Undangundang Nomor.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, penduduk lanjut usia adalah penduduk berusia 60 tahun keatas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),kelompok lansia dilihat dari adanya batasan lanjut usia yang meliputi: 1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) Usia antara 60-74 tahun. 26.

(43) 3. Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Streotip yang dimiliki pada lansia adalah mereka dianggap lemah dan tidak berdaya. Lansia dianggap sebagai beban keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Hal ini ada karena melihat lansia yang hidupnya sangat tergantung kepada keluarga, lansia adalah manusia yang tidak produktif dan membebani. Dengan adanya streotip demikian, maka lansia harus dilindungi sehingga perawatan yang dilakukan kepada lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar dan penuh cinta. Perawatan yang dilakukan kepada lansia diharapkan mampu. meningkatkan. kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik. Pembentukan kelompok sosial khusus lansia dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup lansia, dimana didalamnya akan terjadi interaksi sosial, dan komunikasi sosial. Kelompok sosial merupakan satu kelompok yang terdiri dari satu atau dua atau bahkan lebih dimana diantara mereka melakukan interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Menurut Roland Freedman CS kelompok sosial adalah organisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kekuatan yang diterima dan disetujui oleh semua anggotanya. (Ahmadi,2007). Secara umum kelompok sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Primary group dan secondary group. Kelompok itu menjadi primer karena masih saling kenal, pertalian darah, dan persahabatan, sekunder karena sifatnya yang didasari kerjasama atas hitungan untung rugi. 27.

(44) 2. Gemeinschaft. didasari. ikatan. batin. dan. alamiah,. sedangkan. gesellschaft karena ikatan lahiriah yang mekanis seperti perjanjian dagang, anggota organisasi, karyawan, dan sebagainya 3. Formal group dan indormal group. Dimana formal karena hubungan yang di sengaja diciptakan, maka setiap orang dalam organisasi itu mempunyai dan memiliki kedudukan, sedangkan jika hubungan itu karena pertemuan yang dilakukan secara berulang secara pribadi maka disebut sebagai informal atau clique 4. Membership. dan. reference. group. hal. ini. karena. berusaha. mengidentifikasikan dirinya pada kelompok dimana ia bukan anggota. Misalnya orang yang tidak berhasil menjadi mahasiswa mencoba berperilaku mirip mahasiswa 5. In-group dan out-group seperti RT, mahasiswa, pegawai negeri swasta, dan sebagainya.. 2.4. Usaha Adaptasi Masyarakat Perubahan selalu terjadi didalam masyarakat, perubahan tersebut selalu dinamis. Perubahan dapat kita rasakan jika kita membandingkan keadaan dalam beberapa waktu yang lampau dengan keadaan sekarang. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menuju kemajuan atau kemunduran (Novia Darlis. 2011). Kehadiran. pandemi. Covid-19 membawa. perubahan. kehidupan. didalam. masyarakat. Faktor penyebab terjadinya perubahan adalah Penyebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang berada disekitar manusia. Untuk menghadapi perubahan manusia selalu melakukan adaptasi. Adaptasi merupakan sesuatu yang. 28.

(45) mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan atau dilakukan oleh individu terhadap lingkungannya. (Nooratika, 2020). Adaptasi sosial budaya adalah suatu proses penyesuaian baik penyesuaian yang dilakukan individu terhadap lingkungan yang berupa mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, dan juga dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan, dimana individu atau kelompok terus menerus menyesuaikan diri dengan norma yang ada, proses perubahan ini dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan dimana mereka hidup. Karena itu istilah adaktif dikaitkan dengan kemampuan menyesuaikan diri manusia didalam suatu lingkungan, tingkah laku adaktif dapat diketahui dari proses adaktif individu dan kelompok individu baik berkaitan dengan masalah lama maupun baru tanpa disertai perasaan cemas. Di dalam adaptasi. juga. terdapat. pola-pola. dalam. penyesuaian. diri. dengan. lingkungan.Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan mimikri sosial. Mimikri sosial menurut Reza Amarta Yoga (2021) menyatakan bahwa istilah mimikri merupakan perwujudan hasrat masyarakat untuk beradaptasi dan menempatkan diri sesuai dengan kehendak situasional waktu tertentu. Mimikri merupakan ungkapan tentang sesuatu yang berbeda dari apa yang sesungguhnya terjadi dimana terjadi perbedaan kenampakan antara yang ditunjukan dan yang mungkin sesungguhnya ada dibaliknya. Mereka hampir sama tetapi tidak benarbenar sama dikarenakan sifat mimikri yang mencoba meniru, maka di bangun dengan kostruksi ambivalen (kepentingan artikulatif kedua pihak).. 29.

(46) Perubahan sosial dalam proses peribadatan di gereja HKBP Gedung Johor. Medan dialami para lansia, tata ibadah yang menjadi rutinitas selama ini maupun aktivitas komunitas lansia harus diputuskan dalam kehidupan interaksi mereka. Aktivitas tata ibadah yang biasanya dilakukan dengan cara komunikasi verbal, tatap muka, namun kondisi situasi Covid-19 mengharuskan dilakukan melalui bantuan teknologi dimana lansia dapat mengikuti ibadah seperti biasanya. Proses adaptasi mengikuti mimikri sosial adalah proses mempertahankan kebiasaan yang sudah ada, yaitu mengikuti tata ibadah atau kegiatan ritual dari ajaran agama melalui kebaktian. Dimana gereja mencoba mempertahankan keadaan ini melalui kegiatan diruang virtual dengan cara ibadah live streaming yang bisa dilakukan di rumah. Rumah menjadi gereja kecil yang terhubungkan melalui virtual dan para lansia dipaksa untuk tetap mengikuti kebaktian di rumah sebagaimana lansia melakukan peniruan kegiatan ibadah seperti yang dilakukan di gereja. Aturan tata ibadah juga yang selama ini diberikan di gereja untuk tata tertib kegiatan, proses upacara ibadah juga diberikan kepada lansia dengan tujuan tetap melakukan ibadah sesuai dengan yang telah dilakukan selama ini seperti menggunakan pakaian formal, berprilaku sopan saat mengikuti ibadah berlangsung namun secara teori, tindakan sosial dalam melakukan mimikri sosial dianggap gagal karena dilakukan tanpa adanya norma yang mengatur. Dalam menjaga keberlangsungan aturan ibadah yang harus dilakukan oleh lansia, maka ibadah dilakukan melaui live streaming dimana seluruh tata ibadah sama dengan yang dilakukan oleh lansia adalah mimikri sosial dimana menurut pandangan Yoga (2021) mimikri sosial adalah perwujudan hasrat masyarakat untuk beradaptasi dan menempatkan diri sesuai dengan kehendak situasional waktu tertentu. Tujuannya. 30.

(47) untuk menjaga kesinabungan tata ibadah yang telah menjadi aturan dari lembaga gereja. Dalam merespon aturan yang ditetapkan pemerintah dan lembaga gereja akan membentuk berbagai tindakan yang akan dilakukan oleh masyarakat terkhusus lansia dalam melakukan proses adaptasi mimikri sosial. Tindakan sosial merupakan perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuannya. Sebagai contoh, sejak masih kecil manusia sudah melakukan tindakan sosial seperti berbagi dengan teman sepergaulannya, memberi sumbangan kepada pengemis. Tindakan sosial yang dilakukan manusia didapatkan melalui proses belajar dan pengalaman yang didapatkannya melalui orang lain. Bila proses belajarnya dilakukan dengan baik maka manusia itu akan melakukan tindakan yang sama seperti apa yang sudah dipelajarinya begitu juga sebaliknya. Dalam merespon perubahan yang muncul akibat mimikri sosial, Weber menyatakan ada beberapa tipe tindakan yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya, yaitu: 1. Tindakan tradisional adalah tindakan yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan terus menerus dari generasi ke generasi 2. Tindakan Afektif yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi dan orientasi emosional individu. Tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan ini bersifat spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.. 31.

(48) 3. Rasionalitas instrumental adalah tindakan yang ditujukan pada pencapaian yang secara rasional diperhitungkan dan diupayakan sendiri oleh individu yang bersangkutan. Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan pada pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang digunakan untuk mencapainya. 4. Rasionalitas nilai adalah tindakan rasional yang dilakukan berdasarkan alasan dan tujuan yang ada kaitannya dengan nilai yang diyakini secara personal tanpa memperhitungkan prospek yang berkaitan dengan hasil atau gagalnya tindakan tersebut. Pada tindakan sosial ini, sang aktor telah memiliki suatu komitmen terhadap nilai-nilai tertentu, sehingga ia akan melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan untung-rugi yang akan diterimanya. Sebagai makhluk hidup berkelompok menurut Gerungan (2002) dalam tulisan Megasari, Purnawan, Pradipta (2017) solidaritas yang tinggi terbentuk karena adanya kepercayaan anggota-anggota terhadap anggota lain dalam melaksanakan tugasnya secara baik. Kepercayaan tersebut sangat terpengaruhi oleh pengalaman anggota kelompok dalam situasi yang sulit. Semakin tinggi solidaritas kelompok akan terasa semakin kokoh interaksi sosialnya Maka manusia selalu berusaha menjadi anggota kelompok untuk menjaga keberadaan kelompok maka anggota kelompok akan menjaga keberlangsungan kelompoknya yaitu kohesi sosial. 32.

(49) Tindakan sosial yang dilakukan sebagai strategi mempertahankan kelompok dan tetap mempertahanakan kohesi sosial dimana kondisi kesatuan yang kuat dan didalamnya terdapat kerjasama atau kekompakan yang terdiri dari kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat atau kelompok untuk tinggal di dalamnya dan aktif sebagai bagian dari kelompok. kohesi sosial mencakup perasaan kebersamaan, kepercayaan sosial dan kerjasama yang bersifat timbal balik serta keharmonisan sosial. Karakteristik kohesi sosial menurut Mitchell (1994) kohesi sosial yaitu: 1. Komitmen individu untuk norma dan nilai umum 2. Saling ketergantungan yang muncul karena adanya niat untuk berbagi 3. Individu yang mengidentifikasi dirinya dengan grup tertentu. Menurut Emile Dhurkeim (1975) kohesi sosial merupakan hasil dari hubungan individu dan lembaga. Terdapat sistem solidaritas yang secara terstruktur membentuk secara alami dengan didedikasikan dengan adanya aktor yang kuat dalam kelompok sosial. 2.5. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan dan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dimana penelitian tersebut dapat dujadikan acuan referensi, perbandingan maupun sebagai dasar pemilihan topik. Masing-masing pemilihan tersebut akan penulis paparkan sebagai berikut. 33.

(50) 1. Ayu Diah Amalia (2013) – Kesepian dan Isolasi sosial Yang Dialami Lanjut Usia: Tinjauan Dari Perspektif Sosiologis Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya masalah kesepian yang dialami dan dirasakan lansia akibat kondisi kurangnya hubungan sosial yang terjadi pada lansia. Dari perspektif sosiologis yang menggunakan pendekatan teoritis kesepian di fokuskan pada konteks sosial dimana individu mengembangkan hubungan jaringan sosial. Jaringan sosial diharapkan mampu mengurangi kesepian pada lansia. Isolasi yang dialami lansia merujuk pada pemisahan dari kontak sosial, keterlibatan dengan komunitas atau akses terhadap pelayanan.seseorang terisolasi tanpa rasa kesepian dan merasa kesepian tapi tidak terisolasi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Diah Amalia, (2013) adalah sama- sama mengetahui isolasi dan adanya rasa kesepian yang dialami oleh lansia akibat pemisahan kontak sosial dan keterlibatan dengan komunitas sehingga lansia mengalami rasa kesepian. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, sehingga data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian yang dilakukan Ayu diah adalah tokoh yang dijadikan kajian dalam meneliti, ayu diah menggunakan tokoh Herbert Blumer dimana interaksionisme simbolik merujuk pada sifat khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung antar manusia, dengan analisnya bahwa kondisi yang mengakibatkan kesepian dan kondisi isolasi sosial pada lansia lebih disebabkan pada faktor. 34.

(51) individu. Dimana lansia kurang terlibat pada interaksi sosial dalam suatu komunitas yang berakibat pada kurangnya koneksi sosial. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah menggunakan tokoh G.H Mead. Dengan menggunakan analisis bahwa kondisi yang menyebabkan lansia merasa kesepian dan kondisi isolasi sosial pada lansia disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang memaksa lansia terpisah dari komunitasnya.. 2. Umi Romayati Keswara,(2017) – Hubungan Interaksi Sosial Lansia Dengan Kesepian Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Usia Lanjut Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hubungan sosial dan hubungan interpersonal pada lansia sangat mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan emosional pada lansia. Keterlibatan lansia terhadap sosialnya akan berdampak positif pada kesejahteraan emosional dan kesehatan fisik yang dapat diprediksi menurunkan resiko kematian pada lansia. Interaksi sosial yang dilakukan lansia merupakan hubungan timbal balik, dimana mereka akan saling mempengaruhi dan saling bertukar pikiran. Interaksi bisa terjadi jika memenuhi syarat yaitu adanya komunikasi dan kontak sosial yang berlangsung antara individu dengan kelompok, kelompok dan kelompok, atau sesama individu, dimana mereka saling mempengaruhi, mengubah ataupun memperbaiki sehingga semakin rendah interksi sosial pada lansia maka akan semakin tinggi pula rasa kesepian yang akan dialami lansia. Disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses dimana. 35.

(52) dilakukannya hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok sehingga di harapkan interaksi yang baik akan mempengaruhi tingkat kesepian pada lansia. Adanya rasa kesepian yang dirasakan oleh lansia dikarenakan interaksi sosial yaitu hubungan interpersonal yang kurang, sehingga semakin lansia memiliki interaksi sosial yang kurang, maka semakin tinggi pula rasa kesepian yang dialami lansia tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Romayati Keswara adalah adanya rasa kesepian yang dialami lansia akibat kurangnya interaksi sosial yang dilakukan. lansia baik secara. individu, maupun secara kelompok, sehingga semakin lansia kurang dalam melakukan interaksi sosial, maka semakin tinggilah rasa kesepian yang dialami lansia. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Romayati adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian survey analitik dan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah lansia di UPT Panti sosial lanjut usia kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan atau penelitian ini dilakukan di panti jompo. 3. Endang Mei Yunalia, (2015)- Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Isolasi Sosial : Menarik Diri Pada Lansia Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dimana hasil survei yang dilakukan oleh Endang pada Januari 2015 yang dilakukan di Unit. 36.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Situasi pandemi Covid-19 seperti ini, pembelajaran daring diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid-19 terdapat

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa 84,1% lansia mampu berkomunikasi baik selama pandemic COVID di Kab. Kemampuan komunikasi yang baik pada penelitian ini yaitu

Jika dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia, data di atas menunjukkan terdapat peningkatan waktu dalam menonton drama Korea selama masa pandemi, maka tentunya

Mengamati situasi dan kondisi perpustakaan pada masa pandemi covid-19 Hasil observasi yang peneliti lakukan menunjukan bahwa kondisi Dinas Perpustakaan Kabupaten Hulu

Saya rutin mengonsumsi beras organik selama 2 tahun terakhir; Dalam situasi pandemi Covid-19, beras organik lebih sehat untuk dikonsumsi; Meskipun harganya lebih mahal karena

Dari hasil analisis pada penelitian ini, didapatkan bahwa penerapan jaga jarak sosial selama pandemi COVID-19 dengan tingkat ansietas pada lansia yang tinggal di STW Ria Pembangunan

Kesimpulan Hasil penelitian di dapatkan dari analisis faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi di masa pandemi Covid-19 pada pembangunan Gedung Kuliah Terpadu

Sejalan juga dengan hasil penelitian Soesanto, 2021 yang mengungkapkan bahwa dukungan keluarga kepada lansia hipertensi untuk melakukan perawatan kesehatan di masa pandemi covid-19 dari