• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERPURUKNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERPURUKNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Homepage: http://pusdikra-publishing.com/index.php/jrss TERPURUKNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA

PANDEMI COVID-19

Aswaruddin 1

1 Mahasiswa Doktor Manajemen Pendidikan Islam UIN Sumatera Utara

Penulis Korespondensi: Aswaruddin, E-mail: [email protected]

Informasi Artikel Dikirim Revisi Diterima ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitasn pendidikan di indonesia pada masa pandemi covid-19. Jenis penelitian kualitatif deskriftif. Hasil dari tulisan ini yaitu: dengan masih banyaknya kelemahan dan kekurangan pendidikan nasional, berbagai pihak perlu segera membenahi dan mereformasi dunia pendidikan sebagai bentuk investasi sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing dalam era Global. Pendidikan memegang peran besar untuk mempersiapkan bangsa ini menuju masa depan yang semakin sarat dengan permasalahan-permasalahan baru dan muncul silih berganti. Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi Indonesia yang memiliki ribuan pulau. Bagaimana teknologi dapat digunakan, bagaimana penyediaan akses internet pada daerah-daerah terpencil dimana barang elektronik tanpa akses internet masih menjadi suatu kemewahan. Ini merupakan tantangan bagi semua pihak, saat ini kita harus bekerja keras bersama bagaimana membawa teknologi menjawab permasalahan nyata yang terjadi pada siswa yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maupun teknologi yang berada di daerah-daerah terpencil.

Kata Kunci Pendidikan, Indonesia, Covid-19

Panduan Sitasi Aswaruddin. (2021). Terpuruknya Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19. Cybernetics: Journal Educational Research and Social Studies, 1(1). 36-50 https://doi.org/10.25217/ji.vxix.xxxx

PENDAHULUAN

Sejarah membuktikan bahwa pendidikan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam proses kemerdekaan. Pendidikan memunculkan golongan cendekiawan yang menjadi penggerak dalam melawan penjajahan. Jadi sejak zaman dahulu kala, pendidikan adalah sarana perjuangan, dan untuk mendapatkan pendidikan itu sendiri merupakan perjuangan.

Tampaknya saat ini pun sebagian anak bangsa masih harus berjuang mendapatkan pendidikan. Lihatlah, anak-anak yang berada di desa-desa yang belum memiliki infrastruktur yang memadai; mereka harus berjuang melewati sungai yang mengalir, jembatan yang tidak layak pakai, sampai harus berjalan jauh untuk dapat mendapatkan ilmu pengetahuan. Tujuannya tentu saja ingin menjadi manusia yang lebih baik, paling tidak lebih baik dari orangtuanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan hidupnya. Pandemi Covid-19 membuat sebagian anak bangsa tersebut harus lebih keras lagi berjuang untuk mengejar ketertinggalan.

(2)

Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) kurang memihak pada sebagian orang khususnya yang tinggal di wilayah yang disebut "tiga T" --tertinggal, terluar dan terdepan dari wilayah Indonesia. Mahalnya pembelian kuota sampai ketidakmerataan akses internet di Indonesia merupakan beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PJJ

Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilaksanakan pada 5-8 Agustus 2020 menyebutkan, 92% siswa dan mahasiswa di Indonesia mengalami kendala sepanjang penerapan PJJ. Ada sekitar 24% warga tidak memiliki akses internet, selebihnya 76% memiliki akses internet. Kemudian terdapat 67% masyarakat terbebani dengan biaya yang dikeluarkan pada program pembelajaran daring atau belajar dari rumah selama pandemi corona.

Berdasarkan temuan survei tersebut, 50% responden menjawab cukup berat, 17% responden menjawab sangat berat dan 26% sedikit berat. Sedangkan responden yang menjawab tidak berat hanya 6%, lalu tidak menjawab 1%.

Data Kemendikbud sebelumnya mencatat puluhan juta murid harus belajar di rumah dengan metode PJJ. Setidaknya terdapat 68.729.037 murid yang belajar di rumah. Siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah/sederajat paling banyak yaitu 28.587.688 murid yang belajar jarak jauh. Disusul Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/sederajat sebanyak 13.086.424 murid yang belajar di rumah.

Pendidikan merupakan modal utama yang harus dimiliki setiap manusia, hal ini menjadi penting karena pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak akan pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa pendidikan harus diletakkan pada bagian terpenting dalam suatu bangsa. Pertama, untuk perkembangan ekonomi bangsa. Pada Pendidikan, peserta didik mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dan berkompetensi dalam bidang ekonomi. Kedua, sebagai perbandingan nilai investasi. Nilai balik yang diberikan dari perbandingan total biaya yang digunakan untuk membiayai pendidikan lebih kecil dengan total pendapatan yang diperoleh ketika memasuki dunia kerja. Ketiga, Fungsi sosial, politik dan budaya. Kontribusi pendidikan terhadap pengembangan SDM, perkembangan politik, sikap dan keterampilan kewarganegaraan, serta untuk perkembangan budaya Indonesia.

Pendidikan adalah suatu modal penting dalam hidup manusia apalagi genarasi bangsa, dengan pendidikan yang cukup, wawasan, pengetahuan yang luas akan mampu menyiapkan generasi muda yang berkualitas yang mampu membangun bangsa dan negara ini lebih baik.tentu saja pendidikan, kemampuan, wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan. Di dalam bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang wajib pada kehidupan manusia, secara sadar ataupun tidak sadar manusia hidup dalam keadaan berpendidikan meskipun tidak berada pada lembaga pendidikan formal.

(3)

Pendidikan merupakan usaha sadar terencana yang dilaksanakan oleh guru terhadap siswa, agar siswanya secara aktif mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan memiliki tujuan supaya peserta didik mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh diri, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Hal ini didukung oleh UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I, ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan dan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Pendidikan adalah media yang sangat memiliki posisi penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Pelaksanaan pendidikan yang baik yang sesuai dengan kondisi perkembangan dunia secara global dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahan dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur pendidikan formal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. (Mulyasa, 2004)

Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Konsep pendidikan tersebut akan semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena mereka harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik yang terjadi saat ini maupun yang akan datang.

Secara total, pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Berbagai elemen (komponen) yang terlibat dalam pendidikan perlu dikenali agar pendidikan dapat terlaksana secara teratur. Pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen peserta didik (siswa), pendidik (guru), dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Hubungan antara elemen peserta didik (siswa) dengan pendidik seharusnya tidak bersifat satu arah saja, tetapi berupa penyampaian informasi dari guru kepada peserta didik.

Keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya individu yang cakap dan mandiri melalui suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku individu menuju hal yang lebih baik. (Listiyani & Widayati, 2012). Keberhasilan pendidikan merupakan salah satu hal yang menentukan

(4)

perkembangan suatu negara menuju kemandirian dalam semua bidang kehidupan. Oleh karena itu, negara kita mencantumkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu tujuan nasional yang wajib diperjuangkan oleh seluruh elemen kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban ini berarti bahwa seluruh elemen negara harus berupaya untuk turut menyukseskan pendidikan di Indonesia.

Saat ini bidang pendidikan semakin mengalami kemajuan, sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan dari segi ilmu dan teknologi. Pendidikan di sekolah-sekolah juga mengalami perubahan dan pembaharuan seperti pada bidang kurikulum, metodologi pengajaran, peralatan, dan penilaian pendidikan bahkan terjadi juga dalam bidang administrasi, organisasi, dan personal (Hamalik, 1994). Diperlukan adanya pengembangan dari penggunaan alat bantu mengajar di sekolah maupun di lembaga pendidikan lainnya untuk mendukung keberhasilan pendidikan di suatu negara dan juga pengembangan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran (Muhson, 2010).

Muhibin Syah (2010) mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Walaupun hakikat belajar tidak selalu dalam konteks di dalam kelas, namun dapat digeneralisasikan bahwa adanya proses perubahan tingkah laku akibat dari belajar terjadi pada saat seorang siswa menerima pengajaran dari guru/dosen dalam lingkup sekolah maupun perguruan tinggi, dari tingkat dasar, menengah hingga tingkat atas. Hal ini mengindikasikan bahwa keberhasilan pendidikan sangat didukung oleh keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal I Ayat (20)). Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh tiga aspek utama yaitu peserta didik (siswa), pendidik (guru) dan sumber belajar (materi/bahan ajar). Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa aspek–aspek pendukung seperti sekolah, orang tua dan lain sebagainya juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Semua elemen ini harus saling mendukung proses pembelajaran. Aspek pendidik (guru) sebagai pihak yang berperan sebagai fasilitator diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, menyenangkan dan inovatif serta menimbulkan perasaan nyaman bagi siswa untuk memahami bahan ajar. Aspek peserta didik (siswa) sebagai pihak yang menjadi subjek pembelajaran, diharapkan dapat memahami materi pelajaran secara utuh sehingga dapat memanfaatkan ilmu yang dipelajari dengan semestinya. Aspek ketiga (sumber belajar) merupakan media yang berperan sebagai perantara tersampaikannya materi. Ketiga aspek ini tidak dapat saling menggantikan satu sama lain. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung.

Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah membuktikan bahwa sering ditemui berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar

(5)

dari masalah ini disebabkan oleh belum adanya keselarasan antara ketiga aspek utama dalam proses pembelajaran yang telah disebutkan di atas. Beberapa bentuk dari masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran diantaranya; verbalisme, salah tafsir, perhatian tidak berpusat, tidak terjadinya pemahaman, dan tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep (Wayan: 2007).

Berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran yang disebutkan di atas disebabkan oleh belum optimalnya proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang berlangsung pada suatu sistem pembelajaran sedangkan media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem tersebut. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan berlangsung secara optimal. Posisi penting media, akan berlaku pada proses pembelajaran di semua cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan karakteristik masing-masing ilmu.

Namun dengan hadirnya wabah Covid-19 yang sangat mendadak, maka dunia pendidikan Indonesia perlu mengikuti alur yang sekiranya dapat menolong kondisi sekolah dalam keadaan darurat. Sekolah perlu memaksakan diri menggunakan media daring. Namun penggunaan teknologi bukan tidak ada masalah, banyak varians masalah yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan metode daring diantaranya adalah:

1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa Kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini bisa dilihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring. Begitu juga dengan siswa yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi.

2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai

Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang menghawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini.

3. Akses Internet yang terbatas

Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah dapat menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampu mengkover media daring.

4. Kurang siapnya penyediaan Anggaran

Biaya juga sesuatu yang menghambat karena, aspek kesejahteraan guru dan murid masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk memenuhi kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup membayarnya. Ada dilema dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri pendidikan memberikan semangat produktivitas harus melaju, namun

(6)

disisi lain kecakapan dan kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang sama. Negara pun belum hadir secara menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan biaya yang dimaksud.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif, dan kajian pustaka dalam menkaji bagaimana kualitas pendidikan pada masa pandemi covid-19.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, namun masih ada beberapa dari mereka yang belum mendapatkan hak tersebut. Hingga saat ini, peluang terbesar untukmemperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya dan pintar. Dengan bermodalkan kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup, didukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Mereka berpeluang besar memasuki sekolah-sekolah elit, berkualitas, berstandarnasional, bahkan internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang kondusif, karena ditunjang dengan kualitas anak didik yang punya daya pikir tinggi. Selain itu, tersedianya sarana prasarana yang lengkap membantu untuk mewujudkan pendidikan yang mapan.

Dengan mempertimbangkan kondisi pendidikan nasional yang belum semuamemenuhi standart pendidikan nasional, perlu untuk membenahi pendidikan di Indonesia dalam berbagai komponen. Dengan kompleksnya fenomena masa depan, bangsa ini tidak cukup hanya dengan mewariskan pendidikan kegenerasi bangsa dengan kondisi pendidikan yang syarat dengan kelemahan dan kekurangan. Diharapkan dengan dilakukan pembenahan pendidikan yang ada, bangsa Indonesia akan mampu menyongsong masa depan yang penuh ketidakpastian. Tidak seorangpun yang akan mengetahui keadaan masa depan dengan pasti, walaupun berdasarkan data yang telah ada dapat dilakukan prediksi-prediksi , namun itu semua masih bersifat perkiraan dan belum pasti.

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan, tentu saja proses perubahan dan kemajuan tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah landasan pendidikan yang digunakan. Tanpa adanya landasan maka pendidikan tidak akan mempunyai pijakan atau pondasi yang kuat untuk menopang pengembangan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu banyak sekali landasan yang harus diperhatikan untuk pengembangan kegiatan pendidikan, salah satunya yaitu landasan kebijakan.

Landasan kebijakan dalam pendidikan merupakan pedoman dan petunjuk bagi pelaksana pendidikan di dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Oleh sebab itu landasan tersebut biasanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan peraturan perundang-undangan atau hukum yang berlaku

(7)

pada suatu negara, kemudian ditetapkan dan dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kekuasaan dalam bidang tersebut pada saat itu. Kebijakan yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan pasti mempunyai dasar yang kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan masyarakat yang diimbangi dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;

2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan;

3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional;

4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai;

5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen;

6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya;

8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan koperasi. Akibat dari pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru demi menghentikan pemencaran Covid-19 yaitu

(8)

mengimplementasikan ajakan masyarakat untuk melaksanakan Physical Distancing atau memberi jarak dengan orang lain sejauh satu meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang menimbulkan perkumpulan (Covid-19, 2020). Selain itu pemerintah menerapkan kebijakan untuk Dirumah Saja seperti kerja dirumah atau Work From Home (WFH) dan kegiatan apapun yang berhubungan dengan perkumpulan atau pertemuan ditiadakan dan diganti dengan media online.

Kemendikbud, 2020 mengeluarkan Surat Edaran tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Isi dari surat ini salah satunya adalah meliburkan kegiatan belajar mengajar dan mengganti dengan pembelajaran berbasis jaringan (Daring) via E-learning yang dapat digunakan berbagai instansi pendidikan.

Pada kondisi seperti ini semua guru atau tenaga pendidik diharuskan untuk mengganti pembelajaran menggunakan E-learning atau melalui media online. Berbagai platform digunakan untuk melakukan pengajaran sehingga perlu didukung dengan fasilitas pembelajaran yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi. Seluruh siswa diwajibkan untuk menggunakan alat komunikasi seperti Handphone dengan bijak untuk mendukung proses pembelajaran. Pembelajaran daring dengan tatap muka melalui aplikasi menjadi hal yang paling menguntungkan guna memutus penyebaran Covid-19 serta menjaga kesehatan keselamatan jiwa guru dan siswa dari terpaparnya virus tersebut (Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan, & Panjiah, 2020).

Pembelajaran daring memberikan dampak positif yaitu pengalaman dan pemanfaatan teknologi dalam hal positif serta mewujudkan tantangan guru di Abad-21 (Sudarsiman, 2015). Pembelajaran daring membawa perubahan dalam sistem pendidikan, materi yang akan diajarkan, pembelajaran yang dilakukan serta hambatan-hambatan yang dihadapi baik oleh guru, siswa dan penyelanggara pendidikan. Pembelajaran daring selain untuk memutus penyebaran Covid-19 diharapkan mampu menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan kemandirian pembelajaran yang memungkinkan siswa pelajari materi pengetahuan yang lebih luas di dalam dunia internet sehingga menimbulkan kekreatifan siswa dalam mengetahui ilmu pengetahuan dan dapat mengimplementasikan kebijakan Kurikulum 2013 (Darmalaksana, dkk, 2020).

Situasi pandemi Covid-19 seperti ini, pembelajaran daring diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid-19 terdapat kebijakan yaitu pembelajaran daring guna memberikan sebuah pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak menjadi beban dalam menyelesaikan semua kurikulum untuk kelulusan, pembelajaran dititikberatkan pada pengembangan kecakapan hidup yaitu tentang pandemi Covid-19 dan pembelajaran tugas dapat divariasi antar siswa, mengikuti bakat dan minat serta keadaan masing-masing termasuk meninjau kembali kesenjangan fasilitas belajar yang dimiliki dirumah (Kemendikbud, 2020).

(9)

Upaya Pendidikan Era Covid-19

Pendidikan nasional bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan program besar, yang menyajikan tantangan tersendiri. Hal ini karena jumlah penduduk yang luar biasa dan posisinya tersebar ke berbagai pulau. Ditambah lagi Indonesia merupakan masyarakat multi-etnis dan sangat pluralistik, dengan tingkat sosial-ekonomi yang beragam. Hal ini menuntut adanya sistem pendidikan nasional yang kompleks, sehingga mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyat.

Sistem pendidikan semacam itu tidak mungkin dipenuhi tanpa adanya suatu perencanaan pendidikan nasional yang handal. Perencanaan itu juga bukan perencanaan biasa, tetapi suatu bentuk perencanaan yang mampu mengatasi perubahan kebutuhan dan tuntutan, yang bisa terjadi karena perubahan lingkungan global. Globalisasi yang menjangkau seluruh bagian bumi membuat Inonesia tidak bisa terisolasi. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, membuat segala hal yang terjadi di dunia internasional berpengaruh juga berpengaruh ke Indonesia.

Covid-19 mengakibatkan perubahan secara tiba-tiba dalam keseharian individu dan aktivitas masyarakat, membawa dampak perubahan yang luar biasa untuk semua bidang. Salah satunya bidang pendidikan, sehingga belajar dari rumah merupakan keniscayaan. Sekitar 7,5 juta mahasiswa dan hampir 45 juta pelajar sekolah dasar dan menengah 'dipaksa' untuk melakukan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan 100 persen di sekolah, secara tiba-tiba mengalami perubahan yang sangat drastis. Data tersebut merupakan data sebelum pandemi dimulai, setelah masa pandemi mungkin bisa lebih besar dari pada itu. Seperti halnya prediksi para ekonom, pandemi ini berpotensi memperburuk kondisi berbagai sektor, terutama eknonomi masyarakat.

Pembelajaran dari rumah benar-benar dirasakan berat bagi guru/dosen, para pelajar dan mahasiswa, bahkan orang tua. Semua lini masyarakat dipaksa untuk bertransformasi dan beradaptasi pada kondisi Pandemi ini. Solusi yang dapat dilakukan untuk setidaknya mengurangi dampak tersebut di bidang pendidikan, yakni melalui strategi pembelajaran jarak jauh (online). Masyarakat yang mampu diyakini lebih mudah beradaptasi secara ekonomi untuk berpindah ke strategi pembelajaran online. Meskipun, dalam kenyataannya, pasti banyak upaya dan tantangan yang dihadapi baik oleh guru/dosen maupun para pelajar dan mahasiswa bahkan orang tua mereka.

Dampak covid-19 tersebut sangat berpengaruh terhadap masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, perubahan mendadak sistem pembelajaran yang berubah menjadi online. Selain menimbulkan tekanan secara fisik dan mental bagi siswa, guru bahkan orang tua, juga membuat sekolah sulit membuat tolok ukur capaian pembelajaran yang sama. Jika pelaku dunia pendidikan tidak bertindak dengan cepat dan tepat, maka ketidaksetaraan fasilitas pembelajaran yang meliputi konektivitas internet dan peralatan komunikasi seperti laptop atau smartphone akan mengakibatkan kesenjangan.

(10)

Pemerintah telah mengatisipasi hal ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan menginisiasi program belajar dari rumah yang ditayangkan di TVRI. Televisi yang selama ini menjadi media satu arah dalam menyampaikan informasi publik itu menjadi sebuah solusi yang inovatif ketika dimanfaatkan menjadi sumber informasi dan sumber edukasi bagi dunia pendidikan. Terutama, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah. Positioning TVRI bergeser di benak generasi milenial, di kala generasi milenial sudah mulai tidak berinteraksi dengan tayangan di TVRI, siswa sekarang kembali intens mencari sumber informasi dan menjadikan media televisi sebagai sumber belajar satu arah.

Efektivitas program ini tentu tidak bisa disetarakan dengan interaksi pembelajaran langsung. Perbedaan pola pembelajaran yang biasanya on site menjadi online, yang biasanya pembelajaran tatap muka menjadi tatap layar, memunculkan peluang baru di dunia pendidikan untuk terus dikembangkan. Transformasi dan adaptasi menjadikan peranan orang tua sebagai kunci keberhasilan untuk menghadapi situasi ini. Orang tua sebagai pintu pertama perubahan ini. Orang tua harus mampu bertransformasi dan berdaptasi terlebih dahulu, sehingga orang tua mampu menjadi pendamping atau mentor perubahan bagi anak-anaknya di rumah.

Semua orang tua berharap anaknya menjadi orang yang terpelajar atau terdidik dengan baik. Persoalan-persoalan yang akan muncul di masa depan bisa dipastikan akan bertambah kompleks dan rumit. Seorang yang terdidik, dicirikan dengan sudut pandang yang lengkap, dan prilaku baik dalam menghadapi berbagai masalah. Masa pandemi ini menjadi sebuah peluang untuk menyadarkan setiap orang tua bahwa beban pendidikan anak tidak bisa hanya diserahkan pada guru/dosen semata. Pembelajaran sesungguhnya merupakan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Orang tua yang menjadi mentor dan pendamping di rumah merupakan role model perubahan sikap bagi siswa dalam berperilaku dan menghadapi permasalahan saat ini. Orang tua harus mampu belajar kembali bersama anak-anak di rumah. Sekaligus, menanamkan pola berpikir yang positif sehingga menghadapi pandemi ini sebagai sebuah pola hidup baru yang harus dibiasakan untuk dijalani. Pembelajaran tak hanya fokus pada objek yang dipelajari, tetapi setiap pendidik dan pembelajar fokus juga pada bagaimana berpikir dan berperilaku terhadap yang dipelajarinya. Hal ini berarti ranah pembelajaran tak hanya mencakup keahlian, juga bukan saja terhadap ilmu, tetapi juga mencakup pola pikir dalam menghadapi suatu permasalahan.

Dengan terbentuknya pola pikir yang siap unggul dalam menghadapi kompleksitas dan kerumitan yang akan muncul pada masa mendatang, menjadi bekal penting bagi setiap individu. Selain itu, lanjut dia, pola pikir positif merupakan syarat cukup agar seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan juga berperilaku yang baik pula. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah

(11)

dunia, pendidikan merupakan paspor untuk masa depan, karenanya hari esok merupakan milik orang-orang yang mempersiapkan diri pada hari ini.

"Ali Bin Abi Thalib pun mengingatkan, 'didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu," ungkapnya.

Pembelajaran daring dapat dijadikan solusi pembelajaran jarak jauh ketika terjadi bencana alam. Pemerintah mengganti pembelajaran dengan sistem pembelajaran daring melalui aplikasi pembelajaran daring yang sudah ada. Dengan adanya kebijakan ini menjadikn pembeljaran daring yang sebelumnya masih tidak maksimal diterapkan menjadi satu-satuny pilihan bentuk pembeljaran.

Dalam konteks ini pembelajaran daring menjadi pilihan dalam berkomunikasi dan menyampaikan materi dan menerima tugas dari peserta didik. (Dabbagh, 2007) menyatakan ciri-ciri siswa dalam aktivitas online atau daring yaitu:

1. Spirit Belajar

Siswa pada pembelajaran harus mempunyai semangat yang tinggi atau kuat guna pembelajaran mandiri. Pada pembelajaran daring siswa sendirilah yang menentukan kriteria ketuntasan belajar dan pemahaman materi. Siswa ibebankan untuk mandiri serta pengetahuan ditemukan sendiri. Kemandirian belajar siswa menyebabkan perbedaan keberhasilan yang berbeda-beda.

2. Literacy Terhadap Teknologi

Disampinh kemandirian terhadap belajar, pemahaman siswa tentang pemakaian teknologi pada pembelajaran online merupakan keberhasilan dari pembelajaran daring. Penguasaan serta pemahaman tentang teknologi yang akan digunakan untuk pembelajaran daring merupakan hal yang harus dilakukan siswa sebelum pembelajaran online. Alat yang sering digunakan sebagai pembelajaran daring adalah laptop serta telpon pintar ataupu gadget lainnya. Dengan perkembangan era 4.0 semakin banyak vitur-vitur atau aplikasi yang digunakan sebagai sarana pembelajaran online.

3. Kemampuan berkomunikasi interpersonal

Kemampuan interpersonal serta kemampuan berkomunikasi merupakan suatu hal yang harus di kuasai siswa agar berhasil dalam pembelajaran daring. Kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk terjalinnya interaksi sera hubungan antar siswa lainny. Sebagai makhluk sosial tetap membutuhkan interaksi dengan orang lain meskipun pembelajaran online dilaksanakan secara mandiri. Oleh sebab itu tetap harus dilatih kemampun interpersonal dan kemampuan berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Berkolaborasi

Memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan kolaborasi. Pembelajaran daring dilaksanakan sendiri oleh siswa, oleh sebab itu siswa harus bisa berinteraksi dengan siswa lainnya atauun dengan guru pada forum yang telah disiapkan. Diperlukannya interaksi tersebut terutama pada saat siswa mengalami kesulitan memahami materi. Selain dari hal tersebut siswa perlu menjaga interaksi untuk melatih jiwa sosial mereka. Supaya tidak terbentuk menjadi seorang yng sangan individualisme dan anti sosial yang

(12)

dikarenakan pembelajaran daring. Dengan adanya pembelajaran daring juga siswa mampu memahami pembelajaran dengan kolabprasi. Siswa akan dilatih agar mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan sekitar atau dengan bermacam sistem yang menndukung pembelajaran daring.

5. Keterampian untuk belajar mandiri

Kemampuan akan belajar mandiri merupakan karakteristik dari pembelajaran daring. Dalam pmbelajaran daring sangat diperlukan untuk terampil belajar secara mandiri. Karena pada saat proses belajar, sisea akan mencari, menemukan dan menyimpulkan yang telah dipelajari secara mandiri.

Dalam penanganan dampak Covid-19 pada dunia pendidikan, seluruh steakholders harus bahu membahu berbuat. Kondisi ini tidak boleh terlepas pandang dari kebijakan pemerintah dan pelaksanaannya operasionalisasi di lapangan. Adapun halhal yang wajib dilakukan oleh semua steakholders pendidikan adalah;

1. Pemerintah: Peran pemerintah sangat penting dan fundamental. Alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang refocussing kegiatan, relokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 harus segera dilaksanakan.

2. Orang Tua: Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tangga harus menjalankan fungsinya. Meskipun demikian tetap saja bantuan guru di sekolah perlu hadir door to door disemua peserta didik. Ini harus membuka cakrawala dan tanggungjwab orang tua bahwa pendidikan anaknya harus dikembalikan pada effort orang tua dalam mendidikan mental, sikap dan pengetahuan anakanaknya.

3. Guru: Langkah pembelajaran daring harus seefektif mungkin. Guru bukan membebani murid dalam tugas-tugas yang dihantarkan dalam belajar di rumah. Jika perlu guru hadir secara gagasan dalam door to door peserta didik. Guru bukan hanya memposisikan sebagai pentransfer ilmu, tetapi tetap saja mengutamakan ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

4. Sekolah: Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiaga memfasilitasi perubahan apapun menyangkut pendidikan siswanya. Pendidikan tingkah laku harus menjadi pijakan kuat ditengah perkembangan teknologi dan arus percepatan informasi. Program-program pendidikan yang dilakukan sekolah harus benar-benar disampaikan kepada murid, terlebih dengan media daring tetap saja pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan etika sebagai lembaga pendidikan. Penekanan belajar dirumah kepada murid harus benar-benar mendapat kawalan agar guru-guru yang mengajar melalui media garing tetap smooth dan cerdas dalam menyampaikan pelajaran-pelajaran yang wajib dipahami oleh murid.

Proses menjadi pendidik maupun pembelajar yang baik, tentunya menjadi tanggung jawab bersama. Harapannya, sejauh mana peran setiap orang dalam mengemban amanah sebagai pendidik maupun pembelajar. Semoga pandemi covid-19 lekas berakhir, semua warga bangsa senantiasa

(13)

sehat dan proses kehidupan dapat berjalan normal kembali dengan menciptakan manusia manusia baru yang memiliki pola pikir positif yang sarat solidaritas sosial.

Ditegaskan oleh Nadiem Makarim, pelaksanaan sekolah tatap muka di berbagai daerah mulai Januari 2021 mendatang harus menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Mendikbud membeberkan apa saja yang wajib dipenuhi oleh sekolah dan pemerintah daerah/kepala daerah jika ingin menerapkan pembelajaran tatap muka.

Untuk sekolah-sekolah yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka, setidaknya harus memenuhi poin-poin berikut ini:

1. Sanitasi, termasuk toilet bersih dan layak. 2. Fasilitas kesehatan.

3. Kesiapan menerapkan wajib masker.

4. Sarana cuci tangan atau hand sanitizer dan disinfektan. 5. Menyediakan thermogun (alat pengukur suhu tubuh).

6. Pemetaan satuan pendidikan untuk mengetahui siapa yang punya komorbid (penyakit penyerta).

7. Persetujuan komite sekolah dan orang tua/wali siswa.

Untuk kepala daerah atau pemerintah daerah yang akan menerapkan sekolah tatap muka wajib mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1. Tingkat risiko penyebaran COVID-19. 2. Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Kesiapan satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka sesuai daftar periksa.

4. Akses terhadap sumber belajar dan kemudahan belajar dari rumah. 5. Kondisi psikososial peserta didik.

Tak hanya itu, Medikbud juga mengajukan sejumlah syarat lainnya kepada pemerintah daerah, yakni:

1. Kebutuhan layanan pendidikan bagi anak yang orang tua/walinya bekerja di luar rumah.

2. Ketersediaan akses transportasi yang aman dari dan satuan pendidikan.

3. Tempat tinggal warga satuan pendidikan.

4. Mobilitas warga antar-kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa.

5. Kondisi geografis daerah.

Nadiem Makarin mengingatkan pula mengenai pemetaan warga di satuan pendidikan, terutama untuk kategori berikut ini:

1. Punya komorbid yang tidak terkontrol.

2. Tidak memiliki akses transportasi yang aman.

3. Memiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan tingkat risiko COVID-19 yang tinggi. Memiliki riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan belum menyelesaikan isolasi mandiri.

(14)

KESIMPULAN

Dengan masih banyaknya kelemahan dan kekurangan pendidikan nasional, berbagai pihak perlu segera membenahi dan mereformasi dunia pendidikan sebagai bentuk investasi sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing dalam era Global. Pendidikan memegang peran besar untuk mempersiapkan bangsa ini menuju masa depan yang semakin sarat dengan permasalahan-permasalahan baru dan muncul silih berganti.

Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi Indonesia yang memiliki ribuan pulau. Bagaimana teknologi dapat digunakan, bagaimana penyediaan akses internet pada daerah-daerah terpencil dimana barang elektronik tanpa akses internet masih menjadi suatu kemewahan. Ini merupakan tantangan bagi semua pihak, saat ini kita harus bekerja keras bersama bagaimana membawa teknologi menjawab permasalahan nyata yang terjadi pada siswa yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maupun teknologi yang berada di daerah-daerah terpencil.

DAFTAR PUSTAKA

Banure, O. K. (2019). PENDIDIKAN, PERAN KEPEMPIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN DI LEMBAGA.

Benchmarking-Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 1–18.

https://scholar.google.com/citations?user=jocgVosAAAAJ&hl=en#d=g

s_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user %3DjocgVosAAAAJ%26citation_for_view%3DjocgVosAAAAJ%3Ad1gk VwhDpl0C%26tzom%3D-420

Dabbagh, N. (2007). The Online Learner: Characteristics And Pedagogical

Implication, Contemporary Issues In Technology And Techer Education.

Darmalaksana, W,. (2020), Analisis Pembelajaran Online Masa WFH Pandemic

Covid-19 sebagai Tantangan Pemimpin Digital Abad 21. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Masa Work From Home (WFH) Covid-19 Bandung: UIN Sunan

Gunung Djati.

Fadhli, M. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Tadbir : Jurnal

Studi Manajemen Pendidikan, 1(2), 215.

https://doi.org/10.29240/jsmp.v1i2.295

Hamalik, (1994). Media Pendidikan . Bandung : Citra Aditya Bakti.

https://tirto.id/sekolah-tatap-muka-saat-pandemi-bisa-batal-jika-komite-tak-izinkan-f7B7

Jamaluddin, dkk. LP2M, (2020). Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19

Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah UIN

Sunan Gunung Djjati Bandung,

Kemendikbud, (2020). Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2o2o Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Yirus D/Sease (Covid-19).

(15)

Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muhson, A. (2010). Perkembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi.

Informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, VIII(2)

Mukhlasin, A. (2017a). IDEOLOGI TERORISME DAN AYAT 60 SURAT AL-ANFAAL (Sebuah Upaya Restorasi Pemahaman Makna Turhibun). Hijri,

6(2). http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/hijri/article/view/1143/901

Mukhlasin, A. (2017b). POLA KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU DI SD ISLAM AN-NIZAM. Benchmarking-Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,

1(2).

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/benchmarking/article/view/1130/ 906

Mulyasa, (2004). Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudarisman, S., (2015), Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Biologi

dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Florea

Syahputra, M. R. (2019). ANALYSIS OF IMPLEMENTING ACADEMIC SUPERVISION IN STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 HAMPARAN PERAK, DELI SERDANG. Multi-Disciplinary International Conference

University of Asahan.

http://www.jurnal.una.ac.id/index.php/seminter2019/article/view/53 6

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 20

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wayan S,. (2007). Model-Modal Pembelajaran Inovatif. Makalah. Disajikan dalam pelatihan PTK bagi guru Nusa Penida. Http://digilib.unnes.ac.id// Zaini, M. F. (2019). THE IMPLEMENTATION OF LEARNING

MANAGEMENT IN CLASS VIII MADRASA TSANAWIYAH ISLAMIYAH (MTS) YPI BATANGKUIS. International Conference on

Islamic Educational Management (ICIEM), 1(1).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian analisis perkembangan proses pengajaran model jarak jauh (daring) praktik flute masa pandemi covid 19 yang dilakukan menghasilkan sebuah konsep dan metode

Miftahul Ulum sebagai sampel dalam penelitian ini, diperoleh informasi bahwa selama masa pandemi covid-19, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring dengan memanfaatkan

Upaya Guru dalam Proses Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 adalah Guru melihat bagaimana kharakteristik peserta didik di kelas tersebut sangat

Jika dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia, data di atas menunjukkan terdapat peningkatan waktu dalam menonton drama Korea selama masa pandemi, maka tentunya

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan 1) persiapan asesmen pembelajaran daring teks puisi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada masa pandemi Covid-19, 2)

Kebijakan pembelajaran secara daring pada masa pandemi Covid-19 menuntut profesionalisme guru khususnya pada aspek pedagogik dalam menciptakan pembelajaran yang

Merawat konsistensi mutu, dan meningkatkannya PENUTUP Berdasarkan penelitian “analisis media pembelajaran daring terhadap penjaminan mutu pendidikan di masa pandemi covid-19” dapat

Hasil penelitian ini menunjukan peran guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang sederhana pada masa pandemi covid-19 di Raudhatul Athfal Alaika berdasarkan surat edaran