• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gereja yang Bersekutu

BAB III Gereja yang Hidup di Dunia

C. Gereja yang Bersekutu

……… ……… ……… ………

C. Gereja yang Bersekutu

Di atas sudah dijelaskan bahwa pemberitaan atau kerugma disampaikan dalam konteks ibadah. Itulah yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen perdana dan yang biasa kita sebut sebagai “khotbah” sekarang. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kita dapat menemukan 106 kata “memberitakan”. Hal ini menunjukkan bahwa kata kerja ini menempati posisi yang sentral dalam kehidupan orang Kristen.

Dalam 1Korintus 1:23 kita menemukan ucapan Rasul Paulus tentang apa atau siapa yang ia beritakan, yaitu, “tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan…”

Tahukah kamu bagaimana bentuk ibadah yang dilakukan orang-orang Kristen perdana? Apakah ibadah mereka sama dengan ibadah gereja kita sekarang? Tidak! Ibadah mereka sangat berbeda dengan ibadah yang kita kenal sekarang. Ibadah yang umumnya terdapat di gereja-gereja sekarang sudah berkembang jauh sehingga berbeda dengan ibadah gereja-gereja perdana.

I b a d a h o r a n g - o r a n g Kristen perdana pada awalnya sangat mirip dengan ibadah orang-orang Yahudi, karena pada saat itu, orang Kristen perdana masih menganggap diri mereka tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya. Dalam Kisah 3:1 dilaporkan bahwa menjelang waktu sembahyang, “… yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.”

Namun sejak pertama sekali, orang-orang Kristen berkumpul pada hari Minggu untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus. Bila pada awalnya mereka merayakan Sabat, lama-kelamaan pertemuan hari Minggu ini menjadi acara yang paling utama dan penting. Hari Minggu kemudian disebut sebagai “Hari Tuhan”. Itulah sebabnya dalam bahasa Portugis, hari ini disebut “Domingo” (baca: “Dominggu”), yang kemudian dialihkan menjadi bahasa Indonesia, “Hari Minggu”.

Jemaat Kristen mula-mula menata peribadahan mereka sesuai dengan tata ibadah orang Yahudi. Tata ibadah ini disebut “liturgi”, yang dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani leitourgia. Kata leitourgia dalam bahasa aslinya mengandung banyak arti, antara lain “pelayanan”, “pelayanan militer”, pelayanan imam berupa “kurban dan doa kepada Tuhan”, dan “persembahan untuk menolong orang-orang miskin”.

Selain itu, Kisah Para Rasul melukiskan bahwa mereka hidup dalam sebuah persekutuan yang saling berbagi. Dikatakan:

44Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (Kis. 2 : 44-47)

Sumber : www.chinaaid.org.

Kehidupan yang saling berbagi ini dilakukan oleh orang-orang Kristen untuk mengenang kematian Tuhan Yesus, sebab di dalam kematian-Nya itu Yesus membagikan kehidupan-Nya dengan kita manusia. Hal ini dilambangkan oleh Tuhan lewat peristiwa perjamuan makan malamnya yang terakhir bersama murid-murid-Nya. Perjamuan inilah yang hingga kini dilakukan oleh orang-orang Kristen, yang membuat ibadahnya berbeda dengan ibadah orang-orang-orang-orang Yahudi, yaitu Perjamuan Kudus.

Inilah yang digambarkan oleh Kisah Para Rasul ketika di situ dilaporkan bahwa orang-orang Kristen perdana ini “memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran”. Perjamuan ini mengingatkan mereka akan persekutuan yang erat antara Tuhan dengan para murid. Melalui perjamuan itu, mereka pun terlibat di dalam persekutuan dengan Tuhan yang telah bangkit. Inilah yang disebut sebagai persekutuan atau koinonia di dalam bahasa Yunani.

Kata koinonia sendiri mengandung arti yang jauh lebih mendalam daripada sekadar “persekutuan”, sebab dalam kata ini terkandung makna persekutuan, berbagi, dan hubungan yang sangat erat. Karena itu, koinonia

juga dapat berarti pemberian yang dilakukan bersama-sama kepada satu sama lain, seperti yang digambarkan oleh kehidupan jemaat perdana yang membagi-bagikan kepunyaan mereka.

Persekutuan ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat bahwa selain Perjamuan Kudus, jemaat Kristen perdana ini juga mengadakan Perjamuan Kasih seperti yang dilaporkan dalam 1 Korintus 11:20-34. Dalam Perjamuan Kasih ini masing-masing anggota membawa suatu makanan tertentu yang kemudian dimakan bersama-sama dengan warga jemaat yang lainnya.

Kegiatan 3: Berbagi Pengalaman

Apakah di gereja kamu juga ada “Perjamuan Kasih”? Kalau tidak ada, coba bicarakan dengan teman-temanmu dan pendetamu di gereja agar gerejamu juga mengadakannya. Kalau ada, coba ceritakan pengalaman kamu dalam mengikuti acara tersebut. Dalam rangka apa acara “Perjamuan Kasih” itu diadakan? Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti acara tersebut? Tuliskan jawabanmu di bagian di bawah ini:

……… ……… ……… ……… ………...………....………..….

Kegiatan 4: Mengadakan Perjamuan Kasih

Perjamuan Kasih dapat diadakan sebagai bagian dari suatu kebaktian. Banyak gereja yang menyelenggarakannya sebagai bagian dari kebaktian Jumat Agung, atau kebaktian Kamis Putih, pada malam sebelum Jumat Agung. Seringkali kebaktian dilangsungkan seperti biasa, lalu setelah kebaktian selesai, seluruh jemaat ikut serta dalam Perjamuan Kasih. Setiap anggota gereja diharapkan membawa suatu jenis makanan tertentu yang biasa mereka siapkan di rumah. Jumlahnya tidak perlu banyak-banyak, melainkan cukup untuk dua atau tiga orang saja. Ketika makanan ini dikumpulkan, maka jumlahnya menjadi banyak sekali, dan semua orang dapat makan dengan cukup, bahkan juga termasuk mereka yang mungkin tidak mampu membawa apa-apa untuk dibagikan dalam Perjamuan Kasih.

Perjamuan Kasih dapat diadakan dengan sederhana, sebagai sebuah makan bersama, dengan diawali dengan doa pengucapan syukur. Setelah itu setiap orang mengambil makanan untuk dimakannya, sesuai dengan kebutuhannya, sambil mengingat orang lain yang juga akan ikut serta makan.