• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERINDRA (WIHADI WIYANTO, SH): Ya terima kasih Pimpinan

ANDI WIJAYANTO: Tidak tahu

F- GERINDRA (WIHADI WIYANTO, SH): Ya terima kasih Pimpinan

Saudara Andi Wijayanto tentang Rini Sumarno ini belum clear. Tentang Rini Sumarno dengan Pak Abraham Samad, dengan Andi Wijayanto dalam pertemuan yang kelima, pertemuan yang kelima. Itu yang pertama. Yang kedua bahwa Saudara Andi Wijayanto mengetahui ada dana besar dana besar untuk mendorong Abraham Samad ya mendorong Abraham Samad menjadi calon wakil presiden dan bahkan dana tersebut konon diterima oleh Andi Wijayanto dan Rini Sumarno. Tolong di klarifikasi ini.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Hadi.

F-GERINDRA (WIHADI WIYANTO, SH): Ya terima kasih Pimpinan.

Saya hanya untuk memperdalam tadi mengenai masalah pertemuan tadi Saudara Wijayanto mengatakan bahwa tidak ada tidak tahu Abraham Samad untuk datang ke rumahnya. Pertanyaan saya adalah apakah itu inisiatif sendiri ya atau perintah ada perintah dari Pak Jokowi untuk datang ke keluarganya.

KETUA RAPAT:

Pak Abu silakan.

F-PKS (H. ABOE BAKAR AL-HABSYI, SE):

Ya. Saya di tengah-tengah aja ini pertanyaan Pak Andi. Ada logika yang enggak nyambung dalam kehidupan silaturahim dan kebiasaan apalagi menyangkut istri dan ibu, quote and quote itu ada satu hal yang aneh. Saya ini kalau didatangi istri itu apalagi laki-laki oo ntar dulu siapa dia mau apa dia dan haram hukumnya tanpa ijin saya dan mau apa, itu itu kira-kira deh ini kaidah umum dulu. Terus kedua ibunda. Jadi maksud saya, jujurlah kita ini bernegara kalau memang, rencana ya beilang saja sudah terencana selesaikan. Jadi tidak banyak muter, kalau muter begini jadi kelihatan kaya bodoh nya kita, begitu. Bodoh yang bercerita, bodoh kita yang tanya begitu akhirnya.

Jadi maksud saya Pak Ketua, ada logika silaturahim yang aneh. Jadi penjelasan ini perlu klarifikasi yang kuat dan yang baik dan saya pikir kejujuran itu membuat ringan hati kita semua dalam penyelesian masalah.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Silakan Pak Andi ada 4 ini. (ANDI WIJAJANTO)

Ya, sekali lagi pertemuan yang saya lakukan dengan Pak Abraham Samad hanya sebatas pertemuan di bandara Soecipto, dan minta ijin bertemu dengan ibunda, di Pulomas bersama isteri. Tentang dana besar, saya tidak tahu dari mana asal informasi itu, ya mungkin bisa saya gambarkan begini dalam proses pencawapres .

Tanggal 26 Desember Ibu Mega memberikan signal ke kami siapkan Jokowi X tanggal 12 Maret Ibu Mega melakukan pertemuan khusus dan kemudian mengatakan umumkan. Presiden mengumumkan Jokowi sebagai capres nya PDI Perjuangan itu tanggal 12 Maret. Tanggal 14 Maret prosesnya kami lakukan di rumah pitung, di Jakarta utara.

Pada saat tanggal 14 Maret itu, tim meluncurkan logo JKW4P. Jokowi for president tim pada saat yang sama meluncur menyiapkan juga Joko-JK 4WP. JK for wakil presiden. Di saat yang sama. Karena dari awal, Kami memahami bahwa poling tertinggi untuk capres dan cawapres adalah Jokowi-JK. Dari awal. Jadi ini adalah aneh logikanya kalau kemudian kami membentuk strategi utama kami harus utama kami adalah Jokowi-JK.

Tidak, itu strategi utama kami dan kami Paham betul bawah itu yang sebetulnya diinginkan Ibu dari awal-awal. Kami hanya memang diminta menyiapkan alternatif-alternatif sehingga kami siapkan 7 alternatif. Yang diminta oleh Ibu mega.

Proses apa yang kami lakukan itu kami lakukan secara tim, tapi kalau pertemuan dengan ibunda dan isteri Pak Abraham Samad saya lakukan sendiri sebagai kordinator tim 11.

Untuk saya prosesnya sederhana-sederhana saja, permintaan ke Pak Abraham Samad sederhana saja, karena sebelumnya, sebelum saya menjadi tim 11. Saya sudah beberapa kali berinteraksi dengan Pak Abraham Samad yang sama dengan kapasitas saya sebagai akademisi. Bukan sebagai politisi sebagai akademisi dan kami sama-sama Bugis.

Ya saya ada darah Bugis nya, Pak Abraham Samad juga ada Bugis, jadi ada sama-sama itu, kalau seandainya ada dana besar yang kami siapkan, saya dengar Ibu Rini siapkan untuk pencawapreskan Pak Abraham Samad, maka kegagalan mencawapreskan Pak Abraham Samad tentunya konsekuensinya luar biasa untuk saya dengan Ibu Rini terutama ke Ibu mega.

Ya, tapi pada kenyataannya kami kemudian bekerja dengan Pak Jokowi dan Pak JK di rumah transisi, saya diminta menjadi sekretaris tim kampanye dan seterusnya, jadi politicking-nya tidak kami lakukan seperti itu. Karena saya sebagai kordinator tim 11 sadar betul fungsi saya adalah memberikan telaah akademik, sehingga penetapannya bisa dilakukan oleh Ibu mega dan Pak Jokowi berdasarkan data-data yang komprehensif. Itulah tugas kami.

Penetapannya sendiri kami tidak terlibat. Ketika Ibu mega dengan Pak Jokowi, berbicara dengan ketua-ketua umum lainnya tentang penetapan waktu itu Jusuf Kalla sebagai cawapres kami tidak terlibat. Kami hanya hadir memfasilitasi tapi dalam pertemuannya di ruangan tertutup kami tidak terlibat. Itu keputusannya murni antara Ibu Mega, Pak Jokowi dan ketua umum partai-partai pengusung. Jadi itu mungkin yang bisa saya jelaskan, jadi.

Sekali lagi saya tidak memberikan penjelasan apapun yang yang betele-tele kepada Pak Abraham Samad tentang kemungkinan untuk bertemu dengan ibunda dan isteri karena sudah ada interaksi dalam kapasitas lain yang saya lakukan sebelumnya.

Tadi pertanyaan Ibu Dwi, apakah ada mekanisme serupa yang kami lakukkan ke cawapres-cawapres lain ? Saya mengatakan ada, yang tadi saya jelaskan dalam kontek ini tanpa bermaksud menyeret lima calon lainnya yang relevan adalah iya. Kami lakukan hal yang serupa ke Pak Jusuf Kalla.

Kami lakukan hal yang serupa, Pak Jusuf Kalla merupakan satu-satunya cawapres dimana di satu titik kami menyampaikan, Pak Bapak yang menjadi pertimbangan untuk menjadi cawapres. Lalu kami bertanya macam-macam kepada Jusuf Kalla. Saya ingat waktu itu tim 11 lengkap datang ke Pak Jusuf Kalla di rumahnya di Brawijaya untuk seperti fit and proper test, Pak Jusuf Kalla sebagau cawapres Pak Jokowi.

Itu memang harus kami lakukan, karena tugas kami sebagai tim 11 memberikan data dan pertimbangan selengkap mungkin kepada Ibu Mega dan Pak Jokowi untuk mengambil keputusan. Baik terima kasih.

KETUA RAPAT :

sebentar Pak ini sudah dua kali (...)

Pematangan saja, pendalaman lagi. (...)

Pimpinan, sedikit saja KETUA RAPAT :

Ini sudah jam dua kurang lima belas, Bapak/Ibu sekalian, bentar bentar. Kita sudah dulu Pak Supriansyah supaya nanti semuanya bisa kita formulasikan, silakan Pak Supriansyah.

(...)

Saya boleh ada tanya tidak, kepada Supriansyah satu? terima kasih pimpinan. Bapak-bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati, kurang lebih ada 12 pertanyaan tertuju kepada saya dan saya mulai menjawab dari Pak Girsang pertanyaan pertama seberapa sering Pak AS sering ke Capital, ke tempat saya sering nya itu tidak bisa saya ukur dengan jumlah-jumlah lebih kurang kalau dihitung-hitung bagaimana ce, biasalah biasa.

Ya mungkin tidak lebih daripada 10 kali. Yang kedua dari Pak Girsang. Adakah pertemuan lain yang sering dilakukan oleh Pak AS, berkitan dengan masalah yang ditangani KPK ini pertanyaan lahir dari soal kepercayaan dan disaksikan oleh Pak Girsan. AS kepada saya saya tadi mengatakan karena saya tidak sering bertanya tentang apa yang di lakukan oleh Pak AS kalau saya bersama sama, mungkin itulah dasarnya sehingga, Pak AS memberikan kepercayaan kepada saya.

Saya tidak mengklaim diri adalah orang kepercayaannya nanti dibantah oleh Pak AS nanti. Malu saya Pak. Kemudian yang kedua,

(SUPRIANSYAH)

Saya yang memastikan anda orang kepercayaannya Johan, saya yang memastikan.

Terima kasih Kakanda saya Pak Akbar Pak pertanyaan yang kedua dari kakanda saya, Sarifuddin Sudding senior saya tadi dipertanyakan tentang pertemuan dengan Pak Maruar Sirait. Kira-kira apakah saya mengintip atau mendengarkan apa isi pertemuan itu? ijinkan saya mengatakan sebuah kejujuran,

sekali lagi saya tidak mendengar karena saya berada di radius 5 meter masuk ke dalam kamar. Saya tidak mengerti.

Kemudian pertanyaan kedua, tentang Veriani Liem apakah sering ada wanita lain yang masuk ini pertanyaannya Kakanda Pak Sarifuddin Sudding berkaitan dengan tadi jawaban saya kepada Pak Ketua pimpinan, Yang saya jawab tadi, apakah kalau tidak salah pertanyaan tadi.

Pimpinan apakah anda sadar dan tahu bahwa Liem tinggal juga disitu jawaban saya tadi menjawab beliau, adalah sepanjang saya jika saya duduk di lobi atau saya datang bertemu dengan orang-orang tidak pernah saya saksikan sosok wanita yang sama yang kesakitan baik di handphone maupun di televisi atau di media cetak. Artinya saya tidak mengatakan seringan ada wanita datang menemui Pak Abraham di situ.

Tidak, tadi barkaitan dengan pertanyaan dari beliau tidak, saya jawab seperti itu. Yang keempat, pertanyaan dari Pak John, Golkar. Sudah berapa lama anda mengenal AS? dan di mana anda kenal? pertanyaan ini saya jawab, saya kenal pak AS itu sejak saya di Makassar. Sama-sama beliau memimpin organisasi namanya ACC anti korupsi dan komite oh sementara saya memimpin organisasi kecil sekali organisasi, saya hanya hitungan berapa orang saja LSM, yang bernama Makassar intelektual law, sama-sama saya direktur disitu, Beliau direktur sebelah saya kenal karena sering kita panel dalam suatu diskusi atau sering di media-media bersama dimintai keterangan oleh awak media. Kemudian yang kedua bertanya, nama apartemen capital.

Dimana letaknya? saya menjawab, capital apartemen berada di kawasan SCBD, bersebelahan dengan mall Pasific Place. Jika Bapak John berkenaan ke tempat saya sebagai orang Bugis sangat terbuka saya punya pintu untuk menerima tamu-tamu sebagaimana saya menerima Pak Tjahyo Kumolo datang ketempat saya. Apakah anda istri dan anak saya di apartemen itu? jujur memang saya belum ada isteri.

Saya duda anak saya yang ikut sama mamaknya. Saya cerai pada tahun 2004, saya menikah pada 2003, pernikahan saya tidak sampai satu tahun. Dan kalau istri eh mantan istri saya menyaksikan ini acara, Ya saya merindukan nya dia dengan anak saya di Kalimatan. Sampai sekarang pimpinan dari 2004 sampai sekarang alhamdulillah tuhan saya syukuri, Allah maha kuasa ternyata belum dipertemukan. Jodoh saya lagi. Keempat, inisiatif siapa pertemuan itu? saya tidak ngerti inisiatif siapa. Karena dari awal saya katakan tadi saya ditugasnya menjemput Beliau dibawah.

Barangkali mungkin Pak Tjahyo tadi sudah menajwab ini. Sekitar 5 meter mungkin dengar percakapan. Ada beberapa pertanyaan tadi yang sama seakan-akan saya tidak jujur. Potong leher saya Pak kalau saya bohong. Tidak, saya benar-benar jujur. Kalau saya mengatakan saya dengar isi pembicaraan berarti saya bohong.

Boleh ditanya pak Tjahyo posisi ruangan saya itu bentuk L. Pertemuan di sebelah sana tidak kelihatan kalau saya duduk di depan kamar saya dan dihitung

berapa menit saja beberapa detik saya duduk di situ. Tidak ada suara saya dengar mungkin tidak mau memperdengarkan kepada saya Pak Tjahyo,akhirnya saya masuk lagi di kamar. Itu lah kira-kira kakanda Saudara ku. Kalau ada kebohongan yang saya lakukan ini.

Tuhan akan melaknat saya ketika saya ke luar dari ruangan ini. Insyaa Allah saya akan mengatakan kejujuran itu, kalau saya paksakan diri itu sekan-akan sok tahu marah tuhan. Marah Allah Subhanawata'ala dan pasti Bapak kecewa karena kapan saya ditanya, apasih pembicarannya? tidak nyambung dengan apa yang disampaikan oleh Tjahyo maka sama hal nya saya menampar muka saya sendiri Pak. Insyaa Allah saya jujur kali ini. Karena hari esok saya tidak tahu apakah saya masih jujur atau tidak.

Kemudian yang keenam, setelah pertemuan ini terblow up di media, apakah saya pernah bertemu dengan Pak Abraham Samad? jujur itulah saya membuat saya sedih. Sejak pertemuan itu kemudian lahir kisruh ini saya adalah korban kalau saya tahu pertemuan itu melahirkan perpisahan sahabat. Maka saya akan mengusulkan jangan terjadi pertemuan. Itulah yang membuat saya bersedih pimpinan sehingga dalam kesedihan saya ini terlihat ketika saya harus berkata jujur didahapan Bareskrim atau saya harus berbohong.

Dikali, dikali dalam pikiran saya akhirnya saya memutuskan okelah saya harus jujur sekalipun itu ada perpisahan pertemanan, tapi saya dan percaya mudah-mudahan karena saya betul Pak Abraham. Pak Abraham saya tahu dan saya idolakan. Mudah-mudahan dengan kejujuran yang saya lakukan ini. Tidak menjadi perdebatan, atau permasalahan jangka panjang antara saya dengan Beliau. Saya berdo'a itu. Ini hanyalah karena persoalan, Kalau saya tidak jujur bohong maka saya masuk penjara karena melakukan pembohongan dihadapan penyidikan dan dihadapan forum terhormat ini. Itu Pak.

Kemudian Pak Wenny dari Gerindra Beliau mengesani bahwa seakan-akan tempat saya sudah menjadi tempat pertemuannya Pak AS, apakah itu betul? saya menyampaikan ini hanya beberapa kali pertemuan saja dengan orang tertentu dan beliau memilih tempat saya itupun saya tidak tahu, misalnya dari rumahnya menyampaikan misalnya saya mau ke tempat kamu Pri, nanti ditempat kamu saya mau melakukan pertemuan begini. Itu tidak ada disampaikan.

Nanti setelah sampai Pak, di tempat saya baru menyampaikan bahwa ada teman saya ingin bertemu, bolehkah saya terima? boleh. Itu. Kemudian pertanyaan kedua dari Pak Wenny. Lama pertemuannya kira-kira berapa? sekitar 30 menit sampai 40 menit kira-kira begitu lah kira-kira. Tidak, karena saya tidak bisa memastikan. Kemudian pertanyaan selanjutnya dari Pak Ruhut Sitompul soal foto, adakah wanita lain ke Capital? saya kira pertanyaan ini sama dengan yang dipertanyakan tadi kakanda Pak Sarifudding Sudding dan saya sudah jawab Pernahkan yang kedua, pernahkan putri Indonesia ketempat saya? Saya harus tanya nurani ku jujur atau bohong. Pak Ruhut Sitompul, walaupun tidak ada orangnya. Nonton.

Saya mengatakan satu kejujuran pernah datang sekali. Saya sudah rasa memang dari tadi, akan banyak pertanyaan soal ini. Pak pimpinan, Pak Benny,

pertemuan itu kebetulan saya tidak tahu siapa yang mengajak. Saya tidak mengerti sama sekali siapa yang mangajak awal. Yang pasti beliau pernah datang, ke tempat saya, lalu sama prosesnya saya jemput Mbak Putri, dibawa lalu naik ketemu hanya makanan gado-gado. Saya belikan gado-gado di Pasifik Place sudah makan, langsung pulang .

(...)

Bapak-bapak beli nya pergi ya pak ya? iya pergi (SUPRIANSYAH)

Oh tidak, karena apartemen, apartemen Capital di bawah di back ground itu, back ground itu. B2 itu tembus ke Pacific Place, itu langsung ke rumah makan itu yang terdengar itu, penjual gado-gado itu.

(...)

Itu pun satu saja pertanyaan (...)

Pimpinan ijin KETUA RAPAT :

Silakan, silakan Pak. (...)

Sudahlah setelah makan gado-gado balik. Tidak sampai setengah jam. Singkat sekali.

F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH): Pak ketua, pak ketua.

(SUPRIANSYAH)

Jangan, jangan lagi ada mengatakan saya bohong. Daripada saya berbohong benar, saya jujur ini.

KETUA RAPAT :

Sebentar Pak Supriansyah sebentar, ini Pak John habis itu Pak Benny, silakan Pak

F-PG (H. JOHN KENEDY AZIS, SH):

Pak Supriansyah, pada waktu Pak Supriansyah beli gado-gado di dalamnya cuma berdua orang ? tinggal dua saja, Pak Abraham dan putri itu?

(SUPRIANSYAH) :

Jadi pada saat naik ke atas Beliau bertemu saya tanya mau makan apa? gado-gado saja dan singkat. Cepat, saya pergi belikan disebelah kira-kira, tidak makan, kira-kira tidak sampai 5 menit saya sudah balik. Cepat sekali Pak

F-PG (H. JOHN KENEDY AZIS, SH):

Bikinnya setengah jam. Boleh kita, pernyataan saya ini boleh kita praktekkan di tempat saya pimpinan, ndak maksud saya dari tempat itu saya pergi belikan, saya tinggalkan kira-kira. 5 menit, datang makan, sambil makan mereka cerita tapi saya tidak pernah tinggalkan lagi setelah saya datang membawa gado-gado. Dan itu di ruang tamu.

KETUA RAPAT :

Silakan Pak Benny

F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH): Iya Pak.

Tadi belum dijawab tadi pertanyaan itu. Apakah di dalam ruangan itu hanya ada siapa namanya tadi, putri Indonesia itu? sama Pak Abraham. Apakah hanya berdua saja? yaahh kan , dan dulu

(SUPRIANSYAH) :

Sewaktu pergi membeli gado-gado, berdua. Makanya ini saya. Selanjutnya F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH):

Belum Pak jangan, jangan ini. Ini tidak penting bagi kami pertemuan itu silakan. Jadi masalah ketika Pak Samad itu membatah, itu saja. Sebab dia ini kan pejabat publik. Itu juga dengan teman-teman soal hak dia dicalonkan, itu silakan. Tapi ketika dia membatah habis-habisan tidak ada pertemuan, nah disini duduk masalah. Begitu juga tadi itu. Jangan-jangan Bapak merasa kecewa, dengan Pak Abraham Samad lalu menceritakan ini? ada kekecewaan ?

(SUPRIANSYAH)

Sama sekali seribu persen tidak ada kekecewaan saya, tidak. F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH):

Tidak.

Tapi benar Saudara Supriansyah yang memfasilitasi ? si apa tadi itu siapa namanya itu, mba putih itu? Elvira

F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH):

Jadi Saudara Supriansyah yang kontak ini, mba ini untuk datang kesana? Sama tadi prosesnya pimpinan waktu datang Pak Hasto dengan Pak Tjhayo. Ada di bawah tolong jemput.

Bukan, pertanyaan saya, siapa yang mengundang Beliau datang ke sana? SUPRIANSYAH :

Allahualam, saya tidak mengerti. F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH):

Loh?

(SUPRIANSYAH) :

Masa saya harus tanya Pak, bahwa siapa yang. F-PD (DR. BENNY KABUR HARMAN, SH):

Dengar dulu, dengar dulu Pak, bukan soal itu. Bapak saya tanya berarti bukan Pak Supriansyah yang mengundang Beliau kesana? Bukan. Pak Supriansyah benar diminta oleh beliau untuk menjemput ibunda tadi dibawah? ya betul ya? Mba Putri tadi, iya? Jawab tegas, yang meminta Bapak untuk menjeput dia siapa?

(SUPRIANSYAH) :

Dokumen terkait