• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERBANDINGAN GIRO WADI’AH DAN GIRO

B. Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah

2. Giro Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk,

Giro mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia dikenal dengan giro Muamalat Ultima iB. Akad yang digunakan dalam giro ini adalah akad mudharabah. Jenis akad mudharabah dalam giro ini adalah mudharabah mutlaqah. Para pihak di dalam akad giro mudharabah adalah pemilik dana atau shahibul maal dan pengelola dana atau mudharib. Pemilik dana atau shahibul maal adalah nasabah sedangkan pengelola dana atau mudharib adalah bank syariah.

Giro ini menerima simpanan dalam 2 jenis mata uang, yakni Rupiah (IDR) dan Dolar Amerika Serikat (USD). Bank Muamalat Indonesia Cabang

Tanjungbalai hanya menerima simpanan dalam jenis Rupiah79. Ketentuan tentang penggunaan produk ini adalah80 :

a Setoran awal untuk pembukaan rekening giro muamalat ultima iB adalah Rp. 25.000.000

b Saldo minimum rekening giro muamalat ultima iB adalah Rp. 25.000.000 c Biaya administrasi bulanan rekening giro muamalat attijary iB untuk saldo dibawah Rp. 25.000.000 adalah Rp.50.000, sedangkan untuk saldo Rp. 25.000.000 dan saldo diatasnya adalah Rp.25.000.

d Untuk penutupan rekening giro muamalat attijary dikenakan biata Rp. 100.000

e Biaya pembuatan bilyet (cek atau bilyet giro) adalah Rp.100.000 / buku Penarikan dana dilakukan melalui cek, bilyet giro atau rekening ATM, Sama seperti halnya dengan Giro Muamalat Attijary iB. Pembukaan rekening Giro Muamalat Ultima iB diberikan fasilitas ATM visa debit gold81 namun hanya terbatas untuk nasabah individu. Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjungbalai, tidak memberikan fasilitas ATM kepada yang menggunakan Giro Muamalat Ultima iB 82. Nasabah hanya dapat melakukan penarikan dana melalui cek atau bilyet giro. Penarikan dana melalui cek atau bilyet giro dapat dilakukan kapan saja (on call) sehingga memudahkan nasabah untuk mendapatkan kembali dananya. Penarikan dana tidak dibatasi jumlahnya, hanya saja nasabah tidak dapat menarik

79

Website Bank Muamalat, Giro Muamalat Ultima iB( www.bankmuamalat.co.id ) diakses pada tanggal 6 April 2015 pukul 20.10 WIB

80

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

81

Website Bank Muamalat, Loc.Cit.

82

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

Universitas Sumatera Utara dana melampaui jumlah saldo rekening gironya. Nasabah juga tidak dapat menarik dana sejumlah saldo yang terdapat dalam rekening gironya karena nasabah harus menyisakan dana sejumlah saldo minimum yang telah ditetapkan oleh pihak bank , yakni Rp. 25.000.000 kecuali nasabah ingin melakukan penutupan rekening giro, nasabah dapat menarik seluruh dananya dengan membayar biaya penutupan sebesar Rp. 100.000.

Sesuai dengan akad yang digunakan oleh giro ini adalah akad mudharabah, terdapat keuntungan yang dibagikan kepada nasabah tiap bulannya. Keuntungan yang diberikan oleh bank syariah adalah sebagai hasil dari keuntungan pendapatan bank syariah atas pengelolaan dana nasabah. Bagi hasil yang diterima oleh nasabah diberikan sesuai dengan nisbah yang telah dijanjikan di dalam akad giro mudharabah dan ketentuan internal bank. Nisbah ditentukan secara jelas di dalam akad giro mudharabah pada formulir pembukaan rekening giro mudharabah. Nisbah dapat berubah sesuai dengan jumlah saldo nasabah. Semakin tinggi saldo nasabah, maka semakin tinggi nisbah yang diberikan kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia menerapkan tier saldo untuk giro Muamalat Ultima iB sebagai berikut83 :

Table 3 : Tiering Saldo Giro Muamalat Ultima iB

Tiering Saldo Nisbah Indicative Equivalent Rate

s/d Rp. 25 Juta 0,01 ---

Rp. 25 Juta sampai dengan < Rp. 250 Juta 25 2,5 % Rp. 250 Juta sampai dengan < Rp. 1 Milyar 35 3,5 % Rp. 1 Milyar sampai dengan < Rp. 10 Milyar 40 4,00% Rp. 25 Milyar sampai dengan < Rp. 25 Milyar 47,5 4,75%

≥ Rp. 25 Milyar 50 5,00%

83

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

Syarat pembukaan rekening Giro Muamalat Ultima iB tidak berbeda dengan syarat pembukaan rekening Giro Mumalat Attijary84, yakni :

a. Mengisi dan melengkapi formulir pembukaan rekening

b. Menyerahkan dan menunjukkan dokumen asli KTP/Paspor atau KIMS/KITAS yang berlaku

c. Melampirkan NPWP

d. Melampirkan surat referensi (hanya bila diperlukan) e. Melampirkan surat kuasa (hanya bila diperlukan)

f. Fotokopi Akte pendirian dan perubahannya (bila ada) yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM ( untuk calon nasabah non-individu)

g. Fotokopi bukti identitas para pengurus serta menunjukkan berkas-berkas aslinya ( untuk calon nasabah non-individu)

h. SIUP/TDP/SITU (untuk calon non-individu)

Giro Muamalat Ultima iB bertujuan untuk memberikan kemudahan bertransaksi dan bagi hasil yang kompetitif kepada nasabah perorangan maupun non-perorangan. Sasaran pemasaran produk giro ini tidak terbatas pada nasabah yang hanya ingin mendapatkan fasilitas rekening giro untuk bertransaksi bisnis namun sekaligus nasabah non per-orangan yang ingin mendapatkan keuntungan dari dana yang disimpan pada bank syariah.

84

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

Universitas Sumatera Utara 3. Perbandingan Giro Wadi’ah dan Giro Mudharabah Pada PT. Bank

Mumalat Indonesia Tbk Cabang Tanjungbalai

Aplikasi giro wadi’ah dan giro mudharabah pada bank syariah memiliki tujuan pemasaran yang berbeda. Giro wadi’ah atau Giro Muamalat Attijary iB pada Bank Muamalat Indonesia ditujukan kepada nasabah yang ingin menyimpan dananya di bank dan menggunakan fasilitas giro untuk transaksi bisnisnya, sedangkan giro mudharabah atau Giro Muamalat Ultima iB ditujukan kepada nasabah yang tidak sekedar menggunakan fasilitas giro untuk bertansaksi namun juga memanfaatkan dananya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dibandingkan dengan deposito syariah yang menggunakan akad mudharabah, nisbah giro mudharabah relatif lebih kecil tetapi hasil yang didapat dari giro mudharabah dan bonus yang diberikan pada giro wadi’ah, keuntungan yang didapat dari giro mudharabah lebih besar85.

Fasilitas yang didapat dari penggunaan dua produk giro ini hanya memiliki sedikit perbedaan. Nasabah di kedua produk giro tetap bisa mendapatkan fasilitas yang membantu kelancaran bertransaksi bisnis mereka seperti halnya cek dan bilyet giro. Nasabah juga diberikan fasilitas ATM untuk melakukan penarikan dana dari rekening giro walaupun pada Bank Muamalat Indonesia cabang Tanjungbalai fasilitas ATM ini tidak diberikan kepada nasabah giro, hal ini tidak mengurangi fungsi giro itu sendiri sebagai salah satu sarana transaksi dalam perdagangan.

85

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

Kedudukan nasabah dan bank dalam kedua produk giro berbeda. Nasabah berkedudukan sebagai penitip dana dan bank syariah berkedudukan sebagai penerima titipan86 pada giro wadi’ah sedangkan pada giro mudharabah, nasabah berkedudukan sebagai pemilik dana dan bank syariah berkedudukan sebagai pengelola dana87. Kedudukan yang tidak sama mengakibatkan adanya perbedaan hak dan kewajiban para pihak.

Bank syariah sebagai penerima titipan (muuda’) memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh penitip dana pada giro wadi’ah. Hal ini ditegaskan dalam Surat Edaran BI Nomor 10/14/DBpS/2008 Romawi II Bagian II.1 huruf f dan PBI Nomor 7/46/2005 Pasal 3 huruf e bahwa bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah. Bank syariah memiliki hak untuk memanfaatkan dana yang dititipkan dan menerima biaya administrasi yang merupakan biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening. Biaya administrasi merupakan hak bank syariah untuk mendapatkannya, hal ini dijelaskan dalam Surat Edaran BI Nomor 10/14/DBpS/2008 Romawi II Bagian II.1 Huruf e bahwa bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening. Nasabah yang berkedudukan sebagai penitip dana (muudi’) memiliki kewajiban untuk membayar biaya adminitrasi yang ditetapkan oleh bank syariah sebagai biaya pengelolaan rekening giro wadi’ah. Nasabah memiliki hak untuk mengambil kembali dana yang dititipkan kapan saja.

86

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

87

Universitas Sumatera Utara Bank syariah sebagai pengelola dana (mudharib) pada giro mudharabah memiliki kewajiban untuk membagikan keuntungan yang didapat sesuai dengan nisbah yang telah ditetapkan kepada nasabah dan mengelola dana nasabah dengan hati-hati dan itikad baik. Bank syariah memiliki hak untuk mengelola dana sepenuhnya tanpa terikat oleh pemilik dana (shahibul maal), karena jenis akad mudharabah yang digunakan dalam giro mudharabah ini adalah mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat) 88. Nasabah sebagai shahibul maal memiliki kewajiban untuk menanggung kerugian yang dialami oleh bank syariah (mudharib), kecuali kerugian tersebut terjadi atas kesalahan mudharib atau karena kelalaiannya maka hal ini menjadi tanggung jawab mudharib sepenuhnya. Nasabah memiliki hak untuk mendapat bagi hasil keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di dalam akad giro mudharabah.

Giro mudharabah memiliki resiko kerugian namun giro wadi’ah tidak memiliki resiko kerugian sama sekali bagi nasabah. Bank syariah sebagai mudharib dalam mengelola dana nasabah tidak selamanya terlepas dari resiko kerugian. Jika Usaha yang dijalankan mengalami kerugian maka kerugian itu ditanggung oleh pemilik modal (shahibul maal) sepanjang kerugian itu bukan kelalaian mudharib. Sementra mudharib menanggung kerugian atas upaya jerih payah dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun, jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian mudharib, maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut 89. Menurut Pedoman Akutansi

88

Hasil Wawancara dengan Fitri, Customer Service PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai, tanggal 23 April 2015

89

Ismail Nawawi, Op.Cit., hal. 186

Perbankan Syariah Indonesia, kelalaian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana disebabkan, misalnya:

a. tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;

b. tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau

c. hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.

Giro mudharabah memang memiliki resiko kerugian namun dalam perhitungan distribusi bagi hasil, kerugian yang dialami oleh nasabah sangat jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh metode pendistribusian bagi hasil yang dilakukan oleh bank syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 15 /DSN-MUI/IX/2000 menetapkan pembagian hasil usaha di antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk usaha kerja sama boleh didasarkan pada prinsip bagi untung, yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi, biaya pengelolaan dana, dan boleh pula didasarkan pada prinsip bagi hasil yang dihitung dari total peendapatan pengelolaan dana, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Fatwa Dewan Syariah Nasional menetapkan dua bentuk perhitungan yaitu revenue sharing dan profit sharing90. Dari bunyi fatwa di atas, secara eksplisit diakui bahwa di anatara kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pada butir fatwa yang menetapkan bahwa revenu e sharing lebih maslahah91. Pada dasarnya profit sharing terletak pada apakah komponen biaya turut diperhitungkan atau tidak. revenue sharing dilaksanakan dengan mendistribusikan pendapatan kotor tanpa memperhatikan biaya-biaya yang

90

Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah ; Pembiayaan Bisnis dengan Prinsip Kemitraan (Yogyakarta : Genta Press, 2008), hal. 126

91

Universitas Sumatera Utara dikeluarkan. Pada prinsipnya revenue sharing proses distribusi pendapatan dilakukan sebelum memperhitungkan biaya operasional, karena biaya operasional akan ditanggung oleh bank selaku mudharib sedangkan pada profit sharing proses distribusi hasil usaha dilakukan setelah memperhitungkan biaya operasioanal92. Profit sharing merupakan mekanisme yang sesuai dengan syariah di mana semua pembiayaan normal yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, tetapi bukan pengeluaran personal sang mudharib karena illat mudharabah adalah laba disertai dengan kesanggupan menanggung resiko, sedangkan laba adalah merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Sebaliknya revenue sharing mengandung beberapa kelemahan, karena apanila tingkat pendapatan bank sedemikian rendah, maka bagian bank setelah pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampui membiayai kebutuhan operasionalnya yang lebih besar daripada pendapatan fee, sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang saham sebagai penannggung rupiah. Sementara para penyandang dana atau investor lain tidak akan pernah menanggung kerugian akibat biaya operasional tersebut. Dengan kata lain, secara tidak langsung bank menjamin nilai nominal investasi nasabah, karena pendapatan paling rendah yang kan dialami oleh bank adalah nol dan tidak mungkin terjadi pendapatan negatif 93.

Dana nasabah pada giro wadi’ah merupakan barang titipan yang harus dijaga oleh penerima titipan. Dana nasabah sebagai barang titipan harus dikembalikan tanpa kurang sedikitpun kepada penitip barang. Hal itu sudah menjadi kewajiban penerima titipan sehingga tidak ada resiko kerugian yang akan

92

Loc.Cit

93

Ibid., hal. 127

dialami oleh nasabah giro wadi’ah. Dana yang disimpan bebas dari implikasi kerugian yang dialami oleh bank syariah sehingga tidak ada resiko kerugian yang akan ditanggung oleh nasabah.

4. Kelebihan dan Kelemahan dari Giro Wadi’ah dan Giro Mudharabah Giro wadi’ah dan giro mudharabah memiliki beberapa perbedaan yang mendasar dan sangat prinsipil. Hal ini menyebabkan giro wadi’ah dan giro mudharabah memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam aplikasinya pada perbankan syariah.

a. Kelebihan dan kelemahan giro wadi’ah

Giro wadi’ah memiliki kelebihan, antara lain:

1) Dana yang disimpan lebih terjamin pengembaliannya dan tidak terpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh bank syariah, karena sebagai muu’da atau penerima titipan memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana titipan muu’di.

2) Dana yang disimpan dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh bank syariah. Prinsip Wadi’ah yad dhamanah memungkinkan bank syariah sebagai muu’da untuk mengelola dana titipan muu’di sampai dana tersebut diambil kembali.

Giro wadi’ah memiliki kelemahan, antara lain :

1) Nasabah tidak mendapat keuntungan dari penitipan dananya pada bank syariah, karena pada dasarnya akad wadi’ah tergolong pada akad taba rru sehingga niat awal nasabah atau muu’di hanya sekedar menitipkan dananya kepada bank syariah;

Universitas Sumatera Utara 2) Bonus yang didapat relatif lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan

yang didapat dari bagi hasil giro mudharabah;

3) Bank syariah memonopoli keseluruhan keuntungan yang didapat dari pemanfaatan dana nasabah.

b. Kelebihan dan kelemahan giro mudharabah

Giro mudharabah memiliki kelebihan, antara lain :

1) Nasabah mendapat keuntungan yang lebih besar dari bagi hasil dibandingkan dengan bonus yang didapat pada giro wadi’ah ;

2) Bank syariah tidak menanggung seluruh kerugian yang terjadi atas pengelolaan dana nasabah, karena kerugian yang terjadi ditanggung oleh nasabah sebagai shahibul maal .

Giro mudharabah memiliki kelemahan, antara lain :

1) Adanya resiko tersembunyi yang relatif besar bagi pihak bank syariah (mudharib) mengalami kerugian karena tidak dapat mengikuti biaya operasional, yaitu ketika hasil yang diperoleh rendah, sementara bagian dari nasabahnya tidak dapat menutupi biaya pengelolaan;

2) Rumitnya perhitungan hasil usaha yang dilakukan oleh bank syariah, karena sifat dananya yang kapan saja bisa diambil oleh nasabah hal ini akan memperumit perhitungan bagi hasil yang akan didistribusikan kepada nasabah ;

Giro wadi’ah dan giro mudharabah memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dan kelemahan masing-masing produk giro ini menjadikannya sebagai tolak ukur bagi nasabah untuk menentukan produk mana

yang sesuai untuk kebutuhan dan keinginannya. Giro wadi’ah dan giro mudharabah pada perbankan syariah memberikan alternatif pilihan kepada nasabah untuk memilih, produk pendanaan mana yang sesuai dengan yang diinginkan mereka sehingga menarik perhatian masyarakat sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, giro mudharabah dan giro wadi’ah merupakan pemecahan masalah atas kebutuhan umat Islam yang menginginkan kegiatan giro yang dibenarkan oleh hukum Islam yang bebas dari riba, maisir, gharar, haram dan dzalim.

94

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, serta saran sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini.

1. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar produk giro wadi’ah dan giro mudharabah dalam perbankan syariah tidak berbeda dengan nama produk giro tersebut. Giro wadi’ah dalam penerapan pada perbankan syariah menggunakan akad wadi’ah, sehingga prinsip yang digunakan adalah prinsip wadi’ah. Prinsip wadi’ah yang diaplikasikan ke dalam giro wadi’ah adalah prinsip wadi’ah yad ad dhamanah. Prinsip wadi’ah yad dhamanah memberikan kebebasan bagi bank syariah selaku muu’da atau penerima titipan untuk menggelola dana yang dititipkan oleh penitip atau muu’di dengan penuh tanggungjawab. Giro mudharabah dalam penerapannya pada perbankan syariah menggunakan akad mudharabah, sehingga prinsip yang digunakan adalah prinsip mudharabah. Prinsip mudharabah yang diaplikasikan ke dalam giro mudharabah adalah prinsip mudharabah mutlaqah. Prinsip mudharabah mutlaqah memberikan kebebasan bagi mudharib untuk mengelola dana shahibul maal tanpa campur tangan oleh shahibul maal itu sendiri untuk mencapai keuntungan yang optimal dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian.

2. Giro wadi’ah dan giro mudharabah diatur dalam beberapa peraturan. Peraturan pertama yang mengatur tentang giro wadi’ah dan giro mudharabah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro. Kemudian fatwa tersebut diadopsi ke dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 menambahkan beberapa ketentuan yang sebelumnya tidak diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000. Kemudian ketentuan giro wadi’ah dan giro mudharabah di atur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah serta peraturan pelaksananya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/DPbS/2008 terdapat beberapa ketentuan tentang giro. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/DPbS/2008 terdapat beberapa aturan tambahan apabila dibandingkan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005.

3. Kelebihan giro wadi’ah adalah dana nasabah yang disimpan dijamin pengembaliannya, tidak terpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh bank syariah dan bank dapat memanfaatkan dana tersebut. Kelemahan giro wadi’ah adalah nasabah tidak mendapat keuntungan dari penyimpanan dananya di bank syariah karena bonus yang diberikan oleh bank bersifat tidak tetap dan relatif lebih kecil dibandingkan dengan bagi hasil yang diterima

Universitas Sumatera Utara nasabah pada giro mudharabah, dan bank syariah memonopoli keseluruhan keuntungan yang didapat dari pemanfaatan dana nasabah. Kelebihan giro mudharabah adalah nasabah mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bonus yang didapat pada giro wadi’ah dan bank syariah tidak menanggung seluruh kerugian yang terjadi atas pengelolaan dana nasabah, karena kerugian yang terjadi ditanggung oleh nasabah sebagai shahibul maal. Kelemahan giro mudharabah adanya resiko tersembunyi yang relatif besar bagi pihak bank syariah (mudharib) mengalami kerugian karena tidak dapat mengikuti biaya operasional, yakni ketika hasil yang diperoleh rendah sementara bagian dari nasabahnya tidak dapat menutupi biaya pengelolaan dan serta rumitnya perhitungan hasil usaha yang dilakukan oleh bank syariah untuk menentukan bagi hasil, karena sifat dana giro yang bisa diambil kapan saja oleh nasabah.

B.Saran

1. Prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah yang diaplikasikan dalam giro harus konsisten diterapkan dalam perbankan syariah dan dijaga pelaksanaannya agar sesuai dengan syariah.

2. Perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan ketentuan tentang giro wadi’ah dan giro mudharabah terutama ketentuan tentang distribusi keuntungan bank syariah kepada nasabah karena hal tersebut merupakan salah satu indikasi penting yang membedakan bank syariah yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang bebas riba.

3. Prinsip wadi’ah lebih cocok diterapkan dalam giro, karena karakteristik akad wadi’ah lebih sesuai dengan karakteristik giro, sehingga bank syariah harus lebih mengoptimalkan penggunaan giro wadi’ah daripada giro mudharabah.

Abd., Thamrin dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Anshori, Ghofur, Abdul, Payung Hukum Perbankan Syariah (UU di Bidangn Perbankan, Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia), UII Press, Yogyakarta, 2006.

, Perbankan Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012. Ash-shiddiqie, Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Pustaka Rizki Putra, Semarang,

1997

Ash-shofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

Bahsan, M., Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, Rajagrafindo perkasa, Jakarta, 2005.

Basir, Cik, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah ; Di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syariah, Kencana Prananda Group, Jakarta, 2009.

Burhan, Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia , Citra Aditya Bakti , Bandung, 2012.

Hasan, Ichsan, Nurul, Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar), Referensi, Jakarta, 2014.

Hilman, Iman, Perbankan Syariah Masa Depan, Senayan abadi Publishing , Jakarta, 2003.

Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia ; Pembiayaan Bisnis dengan Prinsip Kemitraan, Genta Press, Yogyakarta, 2008.

Karim, A., Adiwarman, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer ; Hukum Per janjian,

Dokumen terkait