• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DANA HASIL PUT III

VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN

6.2 Good Corporate Governance (GCG)

Sesuai Peraturan BI No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum serta SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum maka penilaiannya dilakukan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR). Adapun cakupan penilaiannya meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

6.1 Profil Risiko

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional Perseroan. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.

Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Perseroan, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, sehingga berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Perseroan. Karakteristik risiko inheren ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain, strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Perseroan, industri dimana Perseroan melakukan kegiatan usaha serta kondisi makro ekonomi. Penetapan tingkat risiko inheren untuk masing-masing jenis risiko dikategorikan ke dalam 5 peringkat, yaitu Low, Low to Moderate, Moderate, Moderate to High dan High. Urutan peringkat yang lebih kecil mencerminkan Perseroan dengan kualitas penerapan manajemen risiko yang lebih baik.

Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko, hal ini mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko tergantung pada skala, kompleksitas dan tingkat risiko yang dapat ditoleransi Perseroan. Tingkat kualitas penerapan manajemen risiko untuk masing-masing risiko dikategorikan menjadi 5 peringkat, yaitu Strong, Satisfactory, Fair, Marginal dan Unsatisfactory. Urutan peringkat yang lebih kecil mencerminkan Perseroan dengan kualitas manajemen risiko yang lebih baik.

Gabungan dari kedua faktor tersebut menghasilkan risiko komposit. Hasil penilaian profil risiko Perseroan yang telah disampaikan kepada OJK untuk periode 30 Juni 2015, menunjukkan bahwa risiko keseluruhan Perseroan mempunyai predikat risiko komposit 2 (dua) dengan risiko inheren bernilai Low to Moderate dikombinasikan dengan kualitas penerapan manajemen risiko bernilai Satisfactory.

6.2 Good Corporate Governance (GCG)

Jajaran Direksi dan manajemen Perseroan memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas Perseroan dengan senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Perseroan memandang penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau GCG (Good Corporate Governance) sebagai hal yang penting, karena GCG berfungsi sebagai pedoman agar segenap keputusan yang diambil dilandasi nilai-nilai moral yang tinggi dan sangat berintegritas, patuh terhadap Peraturan Perundang-undangan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain itu, penerapan GCG juga merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan

Pengendalian internal menggambarkan elemen-elemen utama yang digunakan untuk mencapai tujuan pengendalian internal, meliputi:

Kegiatan-kegiatan operasional yang dijalankan secara efektif & efisien; Laporan keuangan yang akurat dan dapat diandalkan;

Kepatuhan terhadap undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang berlaku; Pengamanan aset Perseroan;

Mengurangi dampak keuangan/ kerugian, penyimpangan termasuk kecurangan, dan pelanggaran aspek kehati-hatian.

6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Sesuai Peraturan BI No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum serta SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum maka penilaiannya dilakukan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR). Adapun cakupan penilaiannya meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

6.1 Profil Risiko

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional Perseroan. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.

Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Perseroan, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, sehingga berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Perseroan. Karakteristik risiko inheren ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain, strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Perseroan, industri dimana Perseroan melakukan kegiatan usaha serta kondisi makro ekonomi. Penetapan tingkat risiko inheren untuk masing-masing jenis risiko dikategorikan ke dalam 5 peringkat, yaitu Low, Low to Moderate, Moderate, Moderate to High dan High. Urutan peringkat yang lebih kecil mencerminkan Perseroan dengan kualitas penerapan manajemen risiko yang lebih baik.

Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko, hal ini mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko tergantung pada skala, kompleksitas dan tingkat risiko yang dapat ditoleransi Perseroan. Tingkat kualitas penerapan manajemen risiko untuk masing-masing risiko dikategorikan menjadi 5 peringkat, yaitu Strong, Satisfactory, Fair, Marginal dan Unsatisfactory. Urutan peringkat yang lebih kecil mencerminkan Perseroan dengan kualitas manajemen risiko yang lebih baik.

Gabungan dari kedua faktor tersebut menghasilkan risiko komposit. Hasil penilaian profil risiko Perseroan yang telah disampaikan kepada OJK untuk periode 30 Juni 2015, menunjukkan bahwa risiko keseluruhan Perseroan mempunyai predikat risiko komposit 2 (dua) dengan risiko inheren bernilai Low to Moderate dikombinasikan dengan kualitas penerapan manajemen risiko bernilai Satisfactory.

6.2 Good Corporate Governance (GCG)

Jajaran Direksi dan manajemen Perseroan memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas Perseroan dengan senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Perseroan memandang penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau GCG (Good Corporate Governance) sebagai hal yang penting, karena GCG berfungsi sebagai pedoman agar segenap keputusan yang diambil dilandasi nilai-nilai moral yang tinggi dan sangat berintegritas, patuh terhadap Peraturan Perundang-undangan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain itu, penerapan GCG juga merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan perusahaan modern dan profesional agar dapat memenangkan persaingan bisnis dalam era perekonomian global.

Penerapan GCG di Perseroan diawali dengan proses internalisasi di seluruh jajaran manajemen dan karyawan Perseroan akan pentingnya penerapan GCG di masing-masing unit kerja dan dilakukan secara konsisten. Langkah selanjutnya adalah dengan menetapkan struktur organisasi, menempatkan pejabat-pejabat pada bidang yang susuai dengan kompetensinya, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, termasuk pembentukan komite-komite yang mendukung pelaksanaan tugas dan tangung jawab manajemen Perseroan. Pelaksanaan praktek-praktek perbankan yang sehat yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada gilirannya dapat menumbuhkan suatu perilaku dan kebiasaan yang mencerminkan budaya GCG.

Di dalam penerapannya, prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab, kemandirian, disiplin dan kewajaran dikedepankan, demi peningkatan kinerja dan citra Perseroan. GCG diperlengkapi Code of Conduct, yang berisi pedoman etika usaha dan etika kerja bagi pimpinan, karyawan dan stakeholder lainnya.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan BI No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan SEBI No.15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum;

Perseroan melakukan penilaian GCG dengan menyusun analisis kecukupan dan efektivitas pelaksanan prinsip GCG yang dituangkan dalam Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG. Penilaian kecukupan dan efektivitas pelaksanaan prinsip GCG dilakukan secara komprehensif dan terstruktur atas ketiga aspek governance, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome dengan memperhatikan prinsip signifikansi dan materialitas. Perseroan kemudian menyimpulkan faktor positif dan negatif dari masing-masing aspek governance. Selanjutnya dibuat kesimpulan umum dan penetapan peringkat Faktor GCG Perseroan.

Melalui proses tersebut maka diperoleh Peringkat Faktor GCG Perseroan per 30 Juni 2015 adalah 2 (dua) yang berarti Perseroan telah melakukan penerapan GCG yang secara umum “Baik.”

Perseroan beserta seluruh unit organisasi menjunjung tinggi dan berkomitmen penuh untuk menerapkan prinsip GCG dalam mengimplementasikan bisnis Perseroan. Perseroan berupaya untuk tetap terus mempertahankan dan menumbuhkan kepercayaan para investor kepada Perseroan melalui penyediaan informasi berbentuk laporan melalui media massa, laporan berkala, public expose, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan melalui korespondensi langsung yang menganut prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran.

6.3 Rentabilitas (Earnings)

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat trend, struktur, stabilitas serta perbandingan kinerja Perseroan dengan kinerja peer group, baik melalui analisisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Hasil penilaian faktor rentabilitas Perseroan pada 30 Juni 2015 adalah 3 (tiga) yang berarti kinerja Perseroan dalam menghasilkan laba (rentabilitas) cukup memadai.

6.4 Permodalan (Capital)

Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan Perseroan wajib mengacu pada ketentuan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) serta mengkaitkan antara kecukupan modal dengan profil risikonya. Artinya semakin tinggi risiko Perseroan, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut. Dalam melakukan penilaian perlu dipertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas permodalan serta kecukupan manajemen permodalan Perseroan.

Penilaian permodalan Perseroan posisi 30 Juni 2015 berada di peringkat 2 (dua) yang berarti Perseroan memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai. Rasio KPMM Perseroan per 30 Juni 2015 berada di atas minimal kecukupan modal.

Dalam mengikuti petunjuk tersebut di atas maka Perseroan telah dapat memenuhi rasio Kewajiban Pemenuhan Modal yang telah ditentukan oleh BI selama ini. Oleh karena itu Perseroan merupakan bank yang sehat dengan rasio Kewajiban Pemenuhan Modal yang melebihi ketentuan BI.

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis. Analisis dilakukan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan Perseroan. Dalam melakukan analisis Perseroan juga perlu mempertimbangkan kemampuannya dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan.

Penetapan Peringkat Komposit dikategorikan dalam 5 (lima) Peringkat Komposit, yaitu: Peringkat Komposit 1 (PK-1) ”sangat sehat”, Peringkat Komposit 2 (PK-2) ”sehat”, Peringkat Komposit 3 (PK-3) ”cukup sehat”, Peringkat Komposit 4 (PK-4) ”kurang sehat” dan Peringkat Komposit 5 (PK-5) ”tidak sehat”. Berdasarkan penilaian internal yang dilakukan pada periode 30 Juni 2015, peringkat komposit tingkat kesehatan Perseroan adalah 2 (dua). Hal ini mencerminkan kondisi Perseroan yang sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Hal ini tercermin dari faktor-faktor penilaian antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas dan permodalan yang baik.

Rasio-rasio Tingkat Kesehatan Perseroan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan perbankan, terutama pada tingkat kesehatan Perseroan. Tabel di bawah ini menyajikan rasio-rasio tingkat kesehatan Perseroan diperbandingkan dengan ketentuan BI sebagai berikut:

Uraian Ketentuan BI 31 Maret 2015 2014 31 Desember 2013 2012 2011 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal dengan

memperhitungkan risiko kredit dan operasional

- 16,38% 17,99% 13,17% 11,25% 10,13%

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal dengan

memperhitungkan risiko kredit,

operasional, dan pasar

Min. 9,00% -

dibawah 10% 16,17% 17,79% 13,09% 11,21% 10,12%

Rasio aset produktif bermasalah terhadap

total asset produktif - 4,21% 4,41% 4,09% 4,93% 4,47%

CKPN aset keuangan terhadap aset produktif

Pemenuhan CKPN aset produktif - 1,57% 1,54% 2,53% 1,52% 2,51%

NPL Gross - 5,51% 5,88% 4,88% 5,78% 6,25%

NPL Net Maks. 5,00% 3,46% 3,86% 2,36% 3,99% 3,35%

LDR 78% - 92% 73,99% 80,35% 80,14% 79,48% 84,58%

Pelanggaran BMPK 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Pelampauan BMPK 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Giro Wajib Minimum Utama (Rp) Min. 8,00% 8,40% 8,18% 8,20% 8,41% 8,22%

Giro Wajib Minimum Utama (Valuta Asing) Min. 8,00% 8,27% 8,22% 8,31% 8,74% 8,78%

Giro Wajib Minimum Sekunder (Rp) Min. 4,00% *) 13,20% 9,07% 9,11% 2,50% 2,50%

Posisi Devisa Netto (PDN) Max. 20,00% 1,59% 6,10% 4,04% 4,19% 3,96%

*) Perubahan ketentuan BI mulai tanggal 2 Desember 2013 sesuai PBI No. 15/7/PBI/2013. Sebelumnya, PBI 12/10/PBI/2010 dimana GWM sekunder rupiah ditetapkan sebesar 2,5%.

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal

Penilaian permodalan Perseroan posisi 30 Juni 2015 berada di peringkat 2 (dua) yang berarti Perseroan memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai. Rasio KPMM Perseroan per 30 Juni 2015 berada di atas minimal kecukupan modal.

Dalam mengikuti petunjuk tersebut di atas maka Perseroan telah dapat memenuhi rasio Kewajiban Pemenuhan Modal yang telah ditentukan oleh BI selama ini. Oleh karena itu Perseroan merupakan bank yang sehat dengan rasio Kewajiban Pemenuhan Modal yang melebihi ketentuan BI.

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis. Analisis dilakukan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan Perseroan. Dalam melakukan analisis Perseroan juga perlu mempertimbangkan kemampuannya dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan.

Penetapan Peringkat Komposit dikategorikan dalam 5 (lima) Peringkat Komposit, yaitu: Peringkat Komposit 1 (PK-1) ”sangat sehat”, Peringkat Komposit 2 (PK-2) ”sehat”, Peringkat Komposit 3 (PK-3) ”cukup sehat”, Peringkat Komposit 4 (PK-4) ”kurang sehat” dan Peringkat Komposit 5 (PK-5) ”tidak sehat”. Berdasarkan penilaian internal yang dilakukan pada periode 30 Juni 2015, peringkat komposit tingkat kesehatan Perseroan adalah 2 (dua). Hal ini mencerminkan kondisi Perseroan yang sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Hal ini tercermin dari faktor-faktor penilaian antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas dan permodalan yang baik.

Rasio-rasio Tingkat Kesehatan Perseroan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan perbankan, terutama pada tingkat kesehatan Perseroan. Tabel di bawah ini menyajikan rasio-rasio tingkat kesehatan Perseroan diperbandingkan dengan ketentuan BI sebagai berikut:

Uraian Ketentuan BI 31 Maret 2015 2014 31 Desember 2013 2012 2011 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal dengan

memperhitungkan risiko kredit dan operasional

- 16,38% 17,99% 13,17% 11,25% 10,13%

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal dengan

memperhitungkan risiko kredit,

operasional, dan pasar

Min. 9,00% -

dibawah 10% 16,17% 17,79% 13,09% 11,21% 10,12%

Rasio aset produktif bermasalah terhadap

total asset produktif - 4,21% 4,41% 4,09% 4,93% 4,47%

CKPN aset keuangan terhadap aset produktif

Pemenuhan CKPN aset produktif - 1,57% 1,54% 2,53% 1,52% 2,51%

NPL Gross - 5,51% 5,88% 4,88% 5,78% 6,25%

NPL Net Maks. 5,00% 3,46% 3,86% 2,36% 3,99% 3,35%

LDR 78% - 92% 73,99% 80,35% 80,14% 79,48% 84,58%

Pelanggaran BMPK 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Pelampauan BMPK 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Giro Wajib Minimum Utama (Rp) Min. 8,00% 8,40% 8,18% 8,20% 8,41% 8,22%

Giro Wajib Minimum Utama (Valuta Asing) Min. 8,00% 8,27% 8,22% 8,31% 8,74% 8,78%

Giro Wajib Minimum Sekunder (Rp) Min. 4,00% *) 13,20% 9,07% 9,11% 2,50% 2,50%

Posisi Devisa Netto (PDN) Max. 20,00% 1,59% 6,10% 4,04% 4,19% 3,96%

*) Perubahan ketentuan BI mulai tanggal 2 Desember 2013 sesuai PBI No. 15/7/PBI/2013. Sebelumnya, PBI 12/10/PBI/2010 dimana GWM sekunder rupiah ditetapkan sebesar 2,5%.

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal

Kewajiban Penyediaan Modal dengan memperhitungkan risiko pada tanggal 31 Maret 2015, 31 Desember 2014, 2013, dan 2012 telah diupayakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI yaitu 9% sampai

dengan dibawah 10% untuk 2013 dan 2012. Posisi Kewajiban Penyediaan Modal tersebut mencerminkan kemampuan Perseroan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya di masa mendatang.

Kualitas Aset Produktif

Rasio kredit bermasalah (NPL) bersih pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014, 2013, dan 2012 relatif rendah dan jauh dibawah ketentuan BI setinggi-tingginya 5,00% dari jumlah kredit yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan komitmen Perseroan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya, melaksanakan pembinaan nasabah secara intensif serta mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah.

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

Sesuai dengan Peraturan BI (PBI) No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang BMPK yang kemudian disempurnakan dengan PBI No.8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang batasan maksimum penyediaan dana untuk pihak terkait adalah 10,00% dari modal Perseroan, batasan maksimum sebesar 20,00% kepada satu peminjam yang bukan merupakan pihak terkait serta 25,00% kepada satu kelompok peminjam yang bukan merupakan pihak terkait. Perseroan selalu menjaga kepatuhan terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), sehingga pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014, 2013, dan 2012 tidak terdapat pelanggaran terhadap BMPK.

Giro Wajib Minimum

Perseroan selalu berupaya menjaga kepatuhan terhadap ketentuan Giro Wajib Minimum sehingga pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014, 2013, dan 2012 tidak terdapat pelanggaran terhadap Peraturan BI tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing termasuk pemenuhan ketentuan Giro Wajib Minimun yang baru, PBI No.15/15/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 yang mengatur Giro Wajib Minimum sekunder menjadi se-rendah-rendahnya 4 % yang sebelumnya hanya 2,5%.

Posisi Devisa Netto (PDN)

Berdasarkan PBI No.7/37/PBI/2005 tanggal 30 September 2005, sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No.12/10/PBI/2010 Perseroan wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Netto setinggi-tingginya 20,00% dari modal, dalam hal ini perseroan memiliki kebijakan internal untuk posisi devisa neto (PDN) maksimum sebesar 17%. Selama periode pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014, 2013, dan 2012 rasio Posisi Devisa Netto Perseroan sesuai dengan ketentuan BI dan ketentuan internal.

7. Teknologi Informasi

Teknologi Informasi memainkan peranan penting bagi Perseroan guna bersaing dalam industri perbankan, meningkatkan kualitas layanan, menambah jumlah nasabah, memperkuat pengawasan internal dan juga dalam manajemen risiko. Perseroan senantiasa menerapkan infrastruktur dan metode teknologi informasi yang tepat guna dan tepat waktu, sesuai dengan kebutuhan Perseroan. Hal ini sejalan dengan pesatnya perkembangan dibidang teknologi informasi yang begitu cepat, termasuk teknologi yang digunakan dalam dunia perbankan. Teknologi yang diterapkan oleh Perseroan tidak hanya sekedar mendukung lancarnya operasional bisnis kami, tetapi juga diarahkan untuk menjadi pemicu munculnya inisiatif bisnis baru. Dengan demikian, aspek teknologi kami dirancang sedemikian hingga arsitekturnya dapat selalu mendukung perkembangan bisnis Perseroan ke depan, dan tentunya dengan tingkat keamanan yang memadai.

Perencanaan teknologi informasi Perseroan disusun secara berkesinambungan serta senantiasa berpedoman kepada peraturan BI, OJK dan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh manajemen Perseroan. Di dalam perencanaan tersebut, pemilihan dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi Perseroan, baik perangkat keras, peranti lunak, maupun perangkat komunikasi dan jaringan, diupayakan seefisien mungkin tanpa mengurangi efektivitasnya untuk mendukung terciptanya arsitektur teknologi informasi yang sesuai kebutuhan.

Menyadari bahwa jumlah kantor cabang yang dimiliki oleh Perseroan tidak sebanyak kompetitor, dan guna memudahkan nasabah bertransaksi, karenanya Perseroan membangun layanan digital berupa mobile dan internet banking bagi nasabah individual ataupun perusahaan. Layanan digital lainnya yang menjadi perhatian untuk dikembangkan atau diperbaharui lebih lanjut adalah jaringan layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) MNC Bank. Sehubungan dengan tuntutan untuk memenuhi persyaratan NSICCS, mayoritas mesin-mesin ATM Perseroan perlu ditingkatkan kemampuannya. Layanan digital berupa jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), aplikasi mobile atau internet banking tidak akan handal apabila tidak terhubung secara real time dengan aplikasi inti (core banking) Perseroan.

Sebagai bagian dari kepatuhan terhadap peraturan Bank Indonesia PBI/9/15/2007 dan sebagai bagian dari tata kelola manajemen risiko Teknologi Informasi, Perseroan memiliki “Disaster Recovery Center” yang didukung oleh perangkat hardware dan software terkini dengan system backup secara realtime.

8. Prospek Usaha

Prospek Makro Ekonomi

Berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi dari BPS yang dirilis pada bulan Juni 2015, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 (YoY) tumbuh 4,71% melambat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,14%. Dari sisi produksi, pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha, kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 2,32%. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 10,53%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didukung oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, dan PMTB. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,01% dan diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 4,36%.

Berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter BI (BI) triwulan I yang dirilis 21 Mei 2015, hasil evaluasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 mengalami perlambatan, namun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Pemulihan ekonomi global masih berjalan tidak seimbang dengan risiko di pasar keuangan global yang masih tinggi. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 melambat, namun diperkirakan akan membaik pada triwulan-triwulan mendatang. Nilai tukar rupiah mengalami tekanan seiring penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang.

Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Kondisi likuiditas cukup memadai sebagaimana tercermin pada pertumbuhan DPK pada Maret 2015 tercatat sebesar 16,0% (YoY), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 15,2% (YoY). Sementara itu, pertumbuhan kredit masih rendah yaitu tercatat 11,4% (YoY), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 12,3% (YoY). Kedepan, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan kredit akan meningkat dan diperkirakan dapat mendekati kisaran 15%-17% didukung oleh cukup memadainya kondisi likuiditas perbankan, meningkatnya aktivitas ekonomi sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah, serta pelonggaran kebijakan makroprudensial. Bank Indonesia segera merevisi ketentuan GWM-LDR dan berkoordinasi dengan OJK melakukan revisi ketentuan LTV untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), serta ketentuan pembayaran uang muka (down payment) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Di tahun 2015, Perseroan tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik, mendekati kisaran 4,8-5,2% sejalan dengan perbaikan ekonomi global seperti yang diprediksikan oleh BI. Angka inflasi yang diperkirakan berada pada level 4,5 ± 1% menurun karena dipengaruhi dampak positif berbagai kebijakan pemerintah dan BI. Potensi inflasi ini akan mempengaruhi kebijakan BI dalam menetapkan tingkat BI rate. Melihat indikator-indikator tersebut, maka Perseroan memperkirakan tingkat suku bunga acuan BI (BI rate) akan stabil di posisi 7,50% dengan potensi kenaikan 25 – 50 basis poin. (sumber: laporan kebijakan moneter BI triwulan I, 21 Mei 2015 dan data internal Perseroan).

Menyadari bahwa jumlah kantor cabang yang dimiliki oleh Perseroan tidak sebanyak kompetitor, dan guna memudahkan nasabah bertransaksi, karenanya Perseroan membangun layanan digital berupa mobile dan internet banking bagi nasabah individual ataupun perusahaan. Layanan digital lainnya yang menjadi perhatian untuk dikembangkan atau diperbaharui lebih lanjut adalah jaringan layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) MNC Bank. Sehubungan dengan tuntutan untuk memenuhi persyaratan NSICCS, mayoritas mesin-mesin ATM Perseroan perlu ditingkatkan kemampuannya. Layanan digital berupa jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), aplikasi mobile atau internet banking tidak akan handal apabila tidak terhubung secara real time dengan aplikasi inti (core banking) Perseroan.

Sebagai bagian dari kepatuhan terhadap peraturan Bank Indonesia PBI/9/15/2007 dan sebagai bagian dari tata kelola manajemen risiko Teknologi Informasi, Perseroan memiliki “Disaster Recovery Center” yang

Dokumen terkait