• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DANA HASIL PUT III

10. Komitmen dan Kontijensi

(dalam jutaan rupiah)

Tagihan Komitmen Jumlah

Pembelian Berjangka valuta asing 411.950

Liabilitas Komitmen

Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan (361.845)

L/C yang irrevocable dan masih berjalan dalam rangka ekspor-impor (94.570)

Penjualan valuta asing tunai yang belum diselesaikan (317.551)

Jumlah Liabilitas Komitmen (773.966)

Liabilitas Komitmen - Bersih (362.016)

Tagihan Kontijensi

Bank Garansi 27.455

Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian 93.397

Jumlah Tagihan Kontijensi 120.852

Liabilitas Kontijensi

Bank Garansi (18.982)

Stand By L/C (27.455)

Jumlah Liabilitas Kontijensi (46.437)

Tagihan Kontijensi - bersih 74.415

11. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

Manajemen Perseroan berpendapat bahwa jumlah estimasi kerugian transaksi komitmen dan kontinjensi yang telah dibentuk adalah lancar atau cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban komitmen dan kontinjensi oleh nasabah.

SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 31 MARET 2015 TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI. SAMPAI DENGAN TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TELAH MELUNASI SELURUH LIABILITASNYA YANG TELAH JATUH TEMPO.

SETELAH TANGGAL 31 MARET 2015 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT, DAN YANG TERJADI SEJAK TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TERSEBUT DI ATAS SAMPAI DENGAN TANGGAL PERNYATAAN PENDAFTARAN PUT IV, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS DAN PERIKATAN LAINNYA KECUALI LIABILITAS DAN PERIKATAN YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA LIABILITAS DAN PERIKATAN YANG TELAH DINYATAKAN DI DALAM PROSPEKTUS INI DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN TERSEBUT DI ATAS YANG MERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI PROSPEKTUS INI.

MANAJEMEN DALAM HAL INI BERTINDAK DAN ATAS NAMA PERSEROAN SERTA SEHUBUNGAN DENGAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWABNYA DALAM PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN KESANGGUPANNYA UNTUK DAPAT MEMENUHI LIABILITAS-LIABILITASNYA YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN SERTA DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS INI.

PERSEROAN TELAH MEMENUHI SEMUA RASIO KEUANGAN YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERJANJIAN UTANG PERSEROAN.

10. Komitmen dan Kontijensi

(dalam jutaan rupiah)

Tagihan Komitmen Jumlah

Pembelian Berjangka valuta asing 411.950

Liabilitas Komitmen

Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan (361.845)

L/C yang irrevocable dan masih berjalan dalam rangka ekspor-impor (94.570)

Penjualan valuta asing tunai yang belum diselesaikan (317.551)

Jumlah Liabilitas Komitmen (773.966)

Liabilitas Komitmen - Bersih (362.016)

Tagihan Kontijensi

Bank Garansi 27.455

Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian 93.397

Jumlah Tagihan Kontijensi 120.852

Liabilitas Kontijensi

Bank Garansi (18.982)

Stand By L/C (27.455)

Jumlah Liabilitas Kontijensi (46.437)

Tagihan Kontijensi - bersih 74.415

11. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

Manajemen Perseroan berpendapat bahwa jumlah estimasi kerugian transaksi komitmen dan kontinjensi yang telah dibentuk adalah lancar atau cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban komitmen dan kontinjensi oleh nasabah.

SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 31 MARET 2015 TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI. SAMPAI DENGAN TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TELAH MELUNASI SELURUH LIABILITASNYA YANG TELAH JATUH TEMPO.

SETELAH TANGGAL 31 MARET 2015 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT, DAN YANG TERJADI SEJAK TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TERSEBUT DI ATAS SAMPAI DENGAN TANGGAL PERNYATAAN PENDAFTARAN PUT IV, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS DAN PERIKATAN LAINNYA KECUALI LIABILITAS DAN PERIKATAN YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA LIABILITAS DAN PERIKATAN YANG TELAH DINYATAKAN DI DALAM PROSPEKTUS INI DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN TERSEBUT DI ATAS YANG MERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI PROSPEKTUS INI.

MANAJEMEN DALAM HAL INI BERTINDAK DAN ATAS NAMA PERSEROAN SERTA SEHUBUNGAN DENGAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWABNYA DALAM PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN KESANGGUPANNYA UNTUK DAPAT MEMENUHI LIABILITAS-LIABILITASNYA YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN SERTA DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS INI.

PERSEROAN TELAH MEMENUHI SEMUA RASIO KEUANGAN YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERJANJIAN UTANG PERSEROAN.

TIDAK TERDAPAT PEMBATASAN-PEMBATASAN (NEGATIVE COVENANTS) YANG MERUGIKAN PEMEGANG SAHAM.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

Analisis dan Pembahasan Manajemen ini harus dibaca bersama-sama dengan Ikhtisar Data Keuangan Penting, Laporan Keuangan Perseroan beserta Catatan Atas Laporan Keuangan terkait, dan informasi keuangan lainnya yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini. Laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Analisis dan pembahasan di bawah ini, khususnya untuk bagian-bagian yang menyangkut kinerja keuangan Perseroan, disusun berdasarkan:

- Laporan keuangan perseroan per 31 Maret 2015 yang telah diaudit oleh KAP Osman Bing Satrio & Eny dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan serta kinerja keuangan dan arus kas, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dengan paragraf tambahan mengenai penyajian kembali posisi keuangan untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2014, 2013 serta 1 Januari 2013/31 Desember 2012 sehubungan dengan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku efektif sejak tahun 2015.

- Laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2014 sebelum disajikan kembali yang telah diaudit oleh KAP Osman Bing Satrio & Eny dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan serta kinerja keuangan dan arus kas, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. - Laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2013 sebelum disajikan kembali yang telah diaudit oleh

KAP Purwantono, Suherman & Surja dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan serta kinerja keuangan dan arus kas, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

- Laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 yang telah diaudit oleh KAP Purwantono, Suherman & Surja dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan serta kinerja keuangan dan arus kas, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku efektif sejak pada tahun 2012 serta menjelaskan adanya penyajian kembali laporan keuangan tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 serta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011

- Laporan keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 yang telah diaudit oleh KAP Purwantono, Suherman & Surja dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

A. Umum

Pada tahun 2014, trend ekonomi global masih mengalami trenddecoupling dengan kondisi ekonomi AS yang menunjukkan pemulihan dilihat dari tingkat pengangguran yang membaik dari tahun 2013.Pada tahun 2015, pemulihan kondisi ekonomi secara global terus berlangsung meskipun secara sporadis dan dianggap masih lambat. Ekonomi AS terus menjadi indikator pemulihan ekonomi dunia dan akan cenderung untuk terus meningkat ke depan. Sejalan dengan pemulihan ekonomi AS, the Fed diprediksikan akan melakukan normalisasi kebijakan moneternya dengan menaikkan Fed Fund Rate yang mungkin akan terjadi pada Q4 2015. Ekonomi Eropa diperkirakan masih terus dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dan krisis di Yunani yang juga berdampak terhadap ekonomi dunia. Sementara itu ekonomi Jepang tumbuh sesuai dengan prakiraan semula dan perlambatan ekonomi Tiongkok masih berlangsung sehubungan dengan upaya negara ini untuk menyeimbangkan kondisi ekonominya. Perkembangan perekonomian dunia yang melambat berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun, meskipun harga minyak dunia masih memerlukan waktu untuk kembali ke harga yang lebih tinggi.

Sementara itu di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar global, transaksi modal dan finansial Indonesia pada triwulan II 2015 masih cukup sehat. Terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung.

Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada Maret 2015, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan masih tinggi, sebesar 20,98%, jauh di atas ketentuan minimum 9% pada Maret 2015. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,4% (gross). Kondisi likuiditas cukup memadai sebagaimana tercermin pada pertumbuhan DPK pada Maret 2015 tercatat sebesar 22.76% (YoY). Sementara itu, pertumbuhan kredit masih rendah yaitu tercatat 12,33% (YoY). Kedepan, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan kredit akan meningkat dan diperkirakan dapat mendekati kisaran 15%-17% didukung oleh cukup memadainya kondisi likuiditas perbankan, meningkatnya aktivitas ekonomi sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah, serta pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Berikut adalah informasi keuangan Perseroan secara singkat yang angka-angkanya diambil dari Laporan Keuangan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2015 dan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny serta tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, 2012, 2011 dan 2010 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material.

Laporan Posisi Keuangan

(dalam jutaan rupiah)

Keterangan 31 Maret 2015 2014* 2013* 31 Desember 2012* 2011 2010

Kas 98.604 91.556 72.732 72.193 64.722 75.961

Giro Pada Bank Indonesia 706.007 596.195 500.454 469.681 477.737 584.363

Giro pada bank lain - pihak

ketiga 309.974 203.246 78.568 163.262 121.454 101.853

Penempatan pada BI dan

bank lain 850.577 1.538.436 1.259.243 992.487 682.442 1.148.056

Efek-efek – pihak ketiga

(Bersih) 950.771 503.806 519.254 390.698 578.278 278.601

Kredit (Bersih) 5.968.844 6.128.833 5.378.179 5.043.065 4.944.113 6.028.296

JUMLAH ASET 10.000.695 9.430.716 8.164.673 7.438.235 7.281.535 8.667.939 LIABILITAS

Simpanan 8.187.668 7.734.434 6.834.891 6.433.765 6.011.363 7.213.672

Simpanan dari bank lain 87.212 235.948 342.813 132.230 400.607 461.953

JUMLAH LIABILITAS 8.700.643 8.197.501 7.397.212 6.737.687 6.676.733 7.967.170 EKUITAS

JUMLAH EKUITAS 1.300.052 1.233.215 767.461 700.548 604.802 700.769

TOTAL LIABILITAS DAN

EKUITAS 10.000.695 9.430.716 8.164.673 7.438.235 7.281.535 8.667.939

* Disajikan kembali sehubungan dengan penerapan PSAK 24, penyajian kembali saldo aset pajak tangguhan, Liabilitas imbalan pasca kerja,

komponen ekuitas dan saldo laba Laporan Laba (Rugi) Komprehensif

(dalam jutaan rupiah) Keterangan 2015 31 Maret 2014 2014* 2013* 31 Desember 2012 2011 2010

Pendapatan bunga 219.268 179.127 760.698 670.093 688.883 823.521 829.935

Beban bunga (149.697) (121.310) (524.417) (384.026) (331.117) (460.867) (435.035)

Pendapatan bunga – bersih 69.571 57.817 236.281 286.067 357.766 362.654 394.900

Total pendapatan operasi lainnya 17.810 10.791 62.890 93.028 67.892 70.074 77.537

Beban (pemulihan) kerugian

penurunan- nilai 1.210 (7.067) (42.332) (96.473) (33.459) (137.815) (50.172)

Total beban operasional lainnya (81.699) (80.997) (328.149) (340.720) (382.206) (415.828) (378.526)

Laba (Rugi) operasional 6.892 (19.456) (71.310) (58.098) 9.993 (120.915) 43.739

Pendapatan (Beban)

non-operasional 204 1.500 1.270 (8.730) (3.983) (22.378) (4.824)

Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada Maret 2015, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan masih tinggi, sebesar 20,98%, jauh di atas ketentuan minimum 9% pada Maret 2015. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,4% (gross). Kondisi likuiditas cukup memadai sebagaimana tercermin pada pertumbuhan DPK pada Maret 2015 tercatat sebesar 22.76% (YoY). Sementara itu, pertumbuhan kredit masih rendah yaitu tercatat 12,33% (YoY). Kedepan, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan kredit akan meningkat dan diperkirakan dapat mendekati kisaran 15%-17% didukung oleh cukup memadainya kondisi likuiditas perbankan, meningkatnya aktivitas ekonomi sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah, serta pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Berikut adalah informasi keuangan Perseroan secara singkat yang angka-angkanya diambil dari Laporan Keuangan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2015 dan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny serta tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, 2012, 2011 dan 2010 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material.

Laporan Posisi Keuangan

(dalam jutaan rupiah)

Keterangan 31 Maret 2015 2014* 2013* 31 Desember 2012* 2011 2010

Kas 98.604 91.556 72.732 72.193 64.722 75.961

Giro Pada Bank Indonesia 706.007 596.195 500.454 469.681 477.737 584.363

Giro pada bank lain - pihak

ketiga 309.974 203.246 78.568 163.262 121.454 101.853

Penempatan pada BI dan

bank lain 850.577 1.538.436 1.259.243 992.487 682.442 1.148.056

Efek-efek – pihak ketiga

(Bersih) 950.771 503.806 519.254 390.698 578.278 278.601

Kredit (Bersih) 5.968.844 6.128.833 5.378.179 5.043.065 4.944.113 6.028.296

JUMLAH ASET 10.000.695 9.430.716 8.164.673 7.438.235 7.281.535 8.667.939 LIABILITAS

Simpanan 8.187.668 7.734.434 6.834.891 6.433.765 6.011.363 7.213.672

Simpanan dari bank lain 87.212 235.948 342.813 132.230 400.607 461.953

JUMLAH LIABILITAS 8.700.643 8.197.501 7.397.212 6.737.687 6.676.733 7.967.170 EKUITAS

JUMLAH EKUITAS 1.300.052 1.233.215 767.461 700.548 604.802 700.769

TOTAL LIABILITAS DAN

EKUITAS 10.000.695 9.430.716 8.164.673 7.438.235 7.281.535 8.667.939

* Disajikan kembali sehubungan dengan penerapan PSAK 24, penyajian kembali saldo aset pajak tangguhan, Liabilitas imbalan pasca kerja,

komponen ekuitas dan saldo laba Laporan Laba (Rugi) Komprehensif

(dalam jutaan rupiah) Keterangan 2015 31 Maret 2014 2014* 2013* 31 Desember 2012 2011 2010

Pendapatan bunga 219.268 179.127 760.698 670.093 688.883 823.521 829.935

Beban bunga (149.697) (121.310) (524.417) (384.026) (331.117) (460.867) (435.035)

Pendapatan bunga – bersih 69.571 57.817 236.281 286.067 357.766 362.654 394.900

Total pendapatan operasi lainnya 17.810 10.791 62.890 93.028 67.892 70.074 77.537

Beban (pemulihan) kerugian

penurunan- nilai 1.210 (7.067) (42.332) (96.473) (33.459) (137.815) (50.172)

Total beban operasional lainnya (81.699) (80.997) (328.149) (340.720) (382.206) (415.828) (378.526)

Laba (Rugi) operasional 6.892 (19.456) (71.310) (58.098) 9.993 (120.915) 43.739

Pendapatan (Beban)

non-operasional 204 1.500 1.270 (8.730) (3.983) (22.378) (4.824)

Laba (Rugi) sebelum manfaat

(beban) pajak 7.096 (17.956) (70.040) (66.828) 6.010 (143.293) 38.915

Manfaat (Beban) pajak (1.861) 4.420 15.484 (15.127) (4.974) 29.675 (10.711)

(dalam jutaan rupiah) Keterangan 2015 31 Maret 2014 2014* 2013* 31 Desember 2012 2011 2010

Laba (Rugi) tahun berjalan 5.235 (13.536) (54.556) (81.955) 1.036 (113.618) 28.204

Laba (Rugi) komprehensif lainnya

-bersih 61.602 36.236 16.532 (75.116) 82 14.271 (9.952)

Total laba (rugi) komprehensif

selama tahun berjalan 66.837 22.700 (38.023) (157.071) 1.118 (99.347) 18.252

* Disajikan kembali sehubungan penerapan PSAK 24, penyajian kembali beban pensiun dan imbalan pasca kerja, manfaat (beban) pajak, rugi

bersih tahun berjalan, pengukuran kembali atas kewajiban imbalan pasti dan pajak penghasilan terkait.

Kinerja keuangan Perseroan pada triwulan I 2015 adalah sebagai berikut. Total aset secara keseluruhan meningkat sebesar 6,04%, kredit yang diberikan (bruto) menurun 2,60% dan simpanan dana pihak ketiga meningkat sebesar 5,86% dibandingkan dengan 31 Desember 2014, dengan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp5,23 miliar, meningkat cukup signifikan dibandingkan rugi setelah pajak sebesar Rp13,53 miliar pada triwulanI tahun 2014 (YoY). Laba usaha ini antara lain disebabkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar Rp69,57 miliar dibanding Rp57,82 miliar (YoY).Perseroan juga membukukan peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp17,8 miliar dibandingkan Rp10,8 miliar (YoY).

Kinerja Perseroan pada triwulan I 2015 telah menunjukkan angka finansial yang positif, dimana laba persaham (EPS) naik menjadi Rp0,35 dibandingkan dengan rugi persaham Rp2,47 pada triwulan I tahun 2014. Begitu juga rasio laba terhadap aset (ROA) tercatat positif sebesar 0,29%,meningkat dibanding -0,82% (YoY) sebagai konsekuensi dari upaya perseroan dalam meningkatkan pendapatan bungadan perbaikan kualitas kredit sehingga menghasilkan laba usaha. Pembahasan lebih lengkap mengenai keadaan keuangan dan kinerja perseroan terdapat pada butir B Bab ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja perseroan adalah sebagai berikut: Kondisi Perekonomian dan Sektor Perbankan di Indonesia

Perekonomian Indonesia pada tahun 2015 sangat dipengaruhi kondisi perekonomian global, khususnya prospek membaiknya ekonomi AS yang berimbas pada pelemahan nilai rupiah. Pelemahan kurs rupiah yang diikuti oleh kebijakan uang ketat berimbas pada melemahnya kondisi perekonomian dalam negeri. Berdasarkan perhitungan kurs tengah transaksi Bank Indonesia memperlihatkan di awal tahun nilai tukar Rupiah terhadap USD sebesar Rp12.189 per-USD, naik menjadi Rp12.807 per-USD per-akhir triwulan I 2015. Pada kuartal kedua tahun 2015, Rupiah diprediksikan masih akan mengalami pelemahan karena pada kuartal kedua secara historis permintaan terhadap USD cukup besar. Sentimen positif terlihat pada bulan Mei 2015 dimana lembaga pemeringkat S&P menaikkan outlook Indonesia dari stable menjadi positif. Perbaikan outlook ini dikarenakan S&P melihat adanya perbaikan dari sisi fiskal. Sejalan dengan perkembangan ini, persepsi risiko dan perekonomian domestik yang diprediksikan akan membaik.

Bagi sektor perbankan Indonesia, penguatan USD dan pelemahan ekonomi berimbas kepada menurunnya ekspansi kredit perbankan nasional pada umumnya dan khususnya pada Perseroan yang dapat mengakibatkan perlambatan pertumbuhan kredit dan pendapatan serta laba Perseroan.Perseroan secara berkesinambungan melalui komite-komite memantau perkembangan ekonomi, suku bunga dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan. Kebijakan Bank Indonesia dan Peraturan Pemerintah Lainnya.

Industri perbankan dimana Perseroan beroperasi, banyak ketentuan dan persyaratan yang diterbitkan baik oleh Bank Indonesia maupun instansi pemerintah lainnya yang wajib dipenuhi dan mempengaruhi kinerja usaha dan keuangan Perseroan, antara lain:

PBI No. 14/26/PBI/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Perseroan, dan ketentuan ini berlaku efektif pada tanggal 2 Januari 2013. PBI ini mengatur kebutuhan modal yang wajib dimiliki Perseroan bila mempunyai rencana perluasan jaringan kantor dan/atau menjalankan suatu

aktivitas/layanan/transaksi tertentu. Salah satu tujuan Perseroan melaksanakan PUT IV agar Perseroan dapat meluaskan layanan dan aktivitas perbankan sesuai dengan ketentuan permodalan yang dipersyaratkan sehingga Perseroan diharapkan mampu meningkatkan laba usaha secara berkesinambungan.

PBI No.14/18/PBI/2012 tanggal 28 November 2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/37/DPNP tanggal 27 Desember 2013 perihal KPMM sesuai Profil Resiko dan Pemenuhan Capital Equivalent Maintained Asset (CEMA). PBI ini mengatur KPMM minimum yang wajib dipenuhi. Rencana PUT IV ini adalah untuk memenuhi ketentuan tersebut.

PBI No. 15/15/PBI 2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, berlaku efektif mulai 31 Desember 2013. PBI ini mengatur likuiditas bank melalui kebijakan giro wajib minimum guna mencapai kecukupan likuiditas yang memadai, dimana antara lain sejak Desember 2013 Giro Wajib Minimum sekunder berubah dari 2,50% menjadi 4,00%. Dalam hal ini Perseroan sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk memenuhi ketentuan tersebut.

Pendapatan Bunga Bersih dan Net Interest Margin (NIM)

Besarnya Pendapatan bunga bersih yang bisa dicapai bergantung kepada kemampuan Perseroan mendapatkan marjin sebesar-besarnya melalui upaya mendapatkan biaya dana yang relatif murah dan hasil atau yield yang diperoleh dari aset keuangan yang ditempatkan terutama kredit yang diberikan. Pendapatan bunga bersih diharapkan mampu menutupi beban operasional Perseroan ditambah marjin keuntungan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.

Perseroan selalu berupaya meningkatkan portofolio kredit dan aset keuangan yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi agar pendapatan bunga bersih terus meningkat melalui peningkatan pemberian kredit pada segmen ritel dan UKM selain tetap meningkatkan dan menjaga portofolio pada segmen korporasi/komersial. Pemberian kredit ritel dan UKM, selain memberikan hasil atau yield yang tinggi, juga diharapkan memiliki kualitas kredit yang lebih baik.

Penghimpunan dana murah (Low Cost Fund)

Untuk menjaga kondisi likuiditas yang kuat dan meningkatkan pendapatan bunga bersih, penghimpunan dana dengan biaya rendah merupakan strategi utama sekaligus tantangan. Kemampuan menghimpun dana dengan biaya rendah, dan peningkatan kredit yang berkualitas akan mendorong kenaikan pendapatan bunga bersih dan akhirnya meningkatkan laba usaha.

Perseroan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pendanaan dengan dana murah dengan memfokuskan kepada produk-produk unggulan seperti Tabungan MNC, Tabungan Rencana MNC dan Giro MNC untuk meningkatkan low cost funding.

Perubahan Perilaku Konsumen

Dengan tidak adanya perubahan signifikan suku bunga acuan Bank Indonesia pada triwulan I 2015 (7,5%), nasabah dan pasar menjadi tidak terlalu sensitif terhadap suku bunga. Walau demikian nasabah dan pasar tetap mencari bank yang memberikan suku bunga tinggi dalam menempatkan dana. Terkait dengan kondisi tersebut Perseroan akan terus berusaha untuk menjaga tingkat Net Interest Margin yang sehat bagi Perseroan dan meningkatkan pelayanan dengan harapan nasabah menjadi lebih loyal sehingga bersedia menempatkan dana di Perseroan dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan bank lain. Di aspek kredit konsumer, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan makroprudensial melalui revisi ketentuan GWM-LDR, relaksasi ketentuan LTV pemberian kredit kepemilikan rumah, serta ketentuan pembayaran uang muka (down payment) untuk kredit kendaraan bermotor.Usaha yang telah dilakukan Perseroan adalah bekerjasama dengan pengembang, bersama-sama mengadakan program-program marketing yang menarik.

aktivitas/layanan/transaksi tertentu. Salah satu tujuan Perseroan melaksanakan PUT IV agar Perseroan dapat meluaskan layanan dan aktivitas perbankan sesuai dengan ketentuan permodalan yang dipersyaratkan sehingga Perseroan diharapkan mampu meningkatkan laba usaha secara berkesinambungan.

PBI No.14/18/PBI/2012 tanggal 28 November 2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/37/DPNP tanggal 27 Desember 2013 perihal KPMM sesuai Profil Resiko dan Pemenuhan Capital Equivalent Maintained Asset (CEMA). PBI ini mengatur KPMM minimum yang wajib dipenuhi. Rencana PUT IV ini adalah untuk memenuhi ketentuan tersebut.

PBI No. 15/15/PBI 2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, berlaku efektif mulai 31 Desember 2013. PBI ini mengatur likuiditas bank melalui kebijakan giro wajib minimum guna mencapai kecukupan likuiditas yang memadai, dimana antara lain sejak Desember 2013 Giro Wajib Minimum sekunder berubah dari 2,50% menjadi 4,00%. Dalam hal ini Perseroan sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk memenuhi ketentuan tersebut.

Pendapatan Bunga Bersih dan Net Interest Margin (NIM)

Besarnya Pendapatan bunga bersih yang bisa dicapai bergantung kepada kemampuan Perseroan mendapatkan marjin sebesar-besarnya melalui upaya mendapatkan biaya dana yang relatif murah dan hasil atau yield yang diperoleh dari aset keuangan yang ditempatkan terutama kredit yang diberikan. Pendapatan bunga bersih diharapkan mampu menutupi beban operasional Perseroan ditambah marjin keuntungan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.

Perseroan selalu berupaya meningkatkan portofolio kredit dan aset keuangan yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi agar pendapatan bunga bersih terus meningkat melalui peningkatan pemberian kredit pada segmen ritel dan UKM selain tetap meningkatkan dan menjaga portofolio pada segmen korporasi/komersial. Pemberian kredit ritel dan UKM, selain memberikan hasil atau yield yang tinggi, juga diharapkan memiliki kualitas kredit yang lebih baik.

Penghimpunan dana murah (Low Cost Fund)

Untuk menjaga kondisi likuiditas yang kuat dan meningkatkan pendapatan bunga bersih, penghimpunan dana dengan biaya rendah merupakan strategi utama sekaligus tantangan. Kemampuan menghimpun dana dengan biaya rendah, dan peningkatan kredit yang berkualitas akan mendorong kenaikan pendapatan bunga bersih dan akhirnya meningkatkan laba usaha.

Perseroan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pendanaan dengan dana murah dengan memfokuskan kepada produk-produk unggulan seperti Tabungan MNC, Tabungan Rencana MNC dan Giro MNC untuk meningkatkan low cost funding.

Perubahan Perilaku Konsumen

Dengan tidak adanya perubahan signifikan suku bunga acuan Bank Indonesia pada triwulan I 2015 (7,5%), nasabah dan pasar menjadi tidak terlalu sensitif terhadap suku bunga. Walau demikian nasabah dan pasar tetap mencari bank yang memberikan suku bunga tinggi dalam menempatkan dana. Terkait dengan kondisi tersebut Perseroan akan terus berusaha untuk menjaga tingkat Net Interest Margin yang sehat bagi Perseroan dan meningkatkan pelayanan dengan harapan nasabah menjadi lebih loyal sehingga bersedia menempatkan dana di Perseroan dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan bank lain. Di aspek kredit konsumer, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan makroprudensial melalui revisi ketentuan GWM-LDR, relaksasi ketentuan LTV pemberian kredit kepemilikan rumah, serta

Dokumen terkait