• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan antara konsep good governance dengan pelayanan perizinan berangkat pada pemahaman bahwa pelayanan perizinan merupakan titik interaksi antara pihak-pihak yang terkait dalam konsep good governance. Dalam pemberian pelayanan tersebut pemerintah, privat dan masyarakat bertemu dengan membawa kepentingan masing-masing. Sehingga perlu untuk menerapkan good governance dalam tata kelola pelayanan perizinan. Salah satu perwujudan tata kelola pelayanan perizinan yang mencerminkan good governance adalah dibentuknya Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk memberikan kemudahan pelayan perizinan. Namun hal tersebut tidak menjamin membaiknya tata kelola pelayanan perizinan yang seperti yang diharapkan.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam laporan hasil penilaian kepatuhan terhadap standar pelayanan dan kompetensi penyelenggara tahun 2016 mendapatkan termasuk dalam zona hijau kepatuhan. Pemprov Jawa Timur menjadi peringkat pertama dalam hasil penilaian tersebut. Namun dalam laporan tahun 2017 terdapat dua pemerintah kabupaten di jawa timur yang masuk dalam zona merah kepatuhan. Pemerintah Kabupaten Lumajang berada pada peringkat 98 dari 107 kabupatendiseluruh Indonesia yang disurvei pada tahun 2017 tersebut dengan nilai 22,04. Pada sumber berita dari Tempo.com, Ombudsman menyatakan bahwa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Lumajang merupakan dinas dengan produk pelayanan terbanyak, yang juga mendapatkan nilai rendah.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan meneliti tata kelola pelayanan perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Lumajang ditinjau dari perspektif good governance. Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah good governance berdasarkan sembilan

prinsip yang dijabarkan UNDP. Hal tersebut sesuai untuk melihat tata kelola pelayanan perizinan karena sejalan dengan tujuan pemerintah yang berusaha mewujudkan good governance. Sebagaimana Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dijelaskan bahwa Indonesia bertekad menerapkan secara utuh prinsip-prinsip dasar good governance sebagai jalan memberikan pelayanan prima pada masyarakat. Sembilan prinsip yang digunakan meliputi partisipasi, kepastian hukum, transparansi, responsivitas, berorientasi konsensus, keadilan, efisiensi dan keefektifan, akuntabilitas, serta visi strategis. Tata kelola pelayanan perizinan yang akan diteliti adalah proses penyelenggaraan pelayanan perizinan berdasarkan Peraturan Bupati Lumajang Nomor 81 Tahun 2016 tentang Kududukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang mana tata kelola pelayanan perizinan pada level Bidang Pelayanan Terpadu Satu Pintu meliputi permohonan, penyelesaian produk pelayanan, penanganan pengaduan, dan sistem informasi. Berikut penjabaran tata kelola pelayanan perizinan ditinjau dari perspektif good governance:

Tabel 1.8. Tata kelola pelayanan perizinan ditinjau dari perspektif good governance

Tata Kelola Pelayanan

Perizinan

Prinsip Good Governance

Partisipasi Aturan Hukum Transparansi Daya Tanggap Berorientasi Konsensus Keadilan Keefektifan dan Efisiensi Akuntabilitas Visi Strategis

Permohonan A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9

Penyelesaian Produk Pelayanan

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9

Penanganan

Pengaduan C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9

Sistem

Informasi D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9

Sumber: interpretasi penulis

Pertama, prinsip partisipasi. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses-proses pelayanan perizinan.

Dengan partisipasi, stakeholeder berkesempatan mempengaruhi keputusan atau kebijakan yang berhubungan dengan mereka. Berkenaan dengan tata kelola pelayanan perizinan, keterlibatan tersebut terkait dukungan masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakan pemerintah (penyelenggara pelayanan) maupun memberikan masukan kepada pemerintah terkait pelayanan yang mereka terima Penyelenggara pelayanan perizinan harus memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat ambil bagian. Bentuknya dapat berupa keterlibatan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya berupa tanggapan atau masukan atas pelayanan yang mereka terima. Penyampaian pendapat tersebut dapat disediakan melalui beberapa macam media seperti kotak saran, loket pengaduan, maupun melalui teknologi informasi seperti website dan media sosial. Pengumpulan data pendapat masyarakat tersebut akan berguna bagi penyelenggara pelayanan untuk mengetahui celah-celah kekurangan dalam pemberian layanan serta agar pelayanan lebih tepat sasaran sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

Kedua prinsip aturan hukum. Aturan hukum adalah serangkaian peraturan yang berdaulat dan telah disetujui bersama sebagai landasan dalam penyelenggaraan setiap pelayanan perizinan. Aturan hukum memberikan jaminan atas penyelesaian masalah secara jelas, tegas, dan tidak duplikatif, serta tidak bertentangan dengan peraturan lainnya. Aturan hukum dalam tata kelola pelayanan perizinan adalah kejelasan landasan hukum dalam setiap produkpelayanan perizinan. Masyarakat serta pemerintah sendiri dapat saling mengawasi. Aturan hukum akan menjaga jalannya penyelenggaraan pelayanan agar sesuai dengan yang telah disepakati bersama dan tidak memicu tindakan pelanggaran hukum. Apabila terjadi sebuah pelanggaran, pihak yang meanggar hukum dapat diberikan sanksi yang tegas dan jelas.

Ketiga, prinsip transparansi. Transparansi merupakan keadaan dimana segala unsur penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan mudah diakses oleh pihak-pihak yang memerlukan. Transparansi dalam hal tata kelola pelayanan

perizinan adalah transparansi adalah keterbukaan penyelenggara pelayanan dalam menyediakan dan menyebarkan informasi publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan keseluruhan proses pelayanan haruslah terbuka sehingga masyarakat dapat memantau jalannya pelayanan. Ketersediaan informasi menyangkut komponen service point dalam Standar Pelayanan meliputi persyaratan, prosedur, biaya, dan jangka waktu penyelesaian harus disediakan secara lengkap. Kemudian informasi tersebut harus dipublikasikan melalui media-media yang mudah diakses. Disamping itu, informasi harus mudah dipahami agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Transparansi yang dilakukan penyelenggara pelayanan melalui pembukaan akses masyarakat untuk mengetahui kegiatan serta informasi pemerintah akan memunculkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Keempat, prinsip daya tanggap. Daya tanggap merupakan kepekaan penyelenggara pelayanan dalam merespon harapan, kebutuhan, aspirasi, maupun tuntutan pengguna layanan. Dalam tata kelola pelayanan perizinan, daya tanggap mengacu pada kepekaan penyelenggara pelayanan dalam melayani dan merespon tuntutan masyarakat. Penyelenggara pelayanan harus memiliki mekanisme penanganan pengaduan pelayanan perizinan sehingga harapan maupun tuntutan masyarakat dapat diproses dengan cepat. Disamping itu, penyelenggara pelayanan harus memiliki inisiatif-inisiatif yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan kecepatan dan kemudahan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi atau online. Sistem menggunakan model online tersebut dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses layanan.

Kelima, berorientasi konsensus. Konsensus merupakan sebuah keputusan atau tindakan yang disetujui oleh banyak pihak yang berkepentingan langsung.

Keputusan yang disetujui bersama akan dapat mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik tentu akan muncul kepentingan-kepentingan dari kelompok masyarakat. Kepentingan-kepentingan tersebut dapat saja tidak selaras atau saling berbenturan. Sehingga dalam tata kelola pelayanan perizinan perlu adanya mekanisme penyelesaian permasalahan yang

mengedepankan musyawarah antar pihak untuk mencapai konsensus atau keputusan bersama. Dengan berorientasi konsensus akan mengakomodir setiap kepentingan yang ada dengan tidak merugikan satu pihak tertentu. Dalam hal ini penyelenggara pelayanan dapat memposisikan diri sebagai penengah dan mempromotori terselenggaranya kesepakatan bersama.

Keenam, prinsip keadilan. Adil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kondisi sama berat yakni seimbang antara hak dan kewajiban, ataupun tidak memihak atas kepentingan pribadi, serta tidak berlaku sewenang wenang. Keadilan dalam tata kelola pelayanan perizinan adalah sikap proporsional penyelenggara pelayanan untuk menjamin kesamaan hak untuk memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pelayanan. Keadilan dapat dilihat dari sikap penyelenggara pelayanan dalam memandang pengguna layanan, apakah ada sikap untuk memandang lebih tinggi maupun lebih rendah pengguna layanan atau mengesampingkan pelayanan pada seseorang. Disamping itu, keadilan dapat dilihat dari perhatian penyelenggara pelayanan dalam menyediakan sarana untuk masyarakat berkebutuhan khusus agar dapat memperoleh pelayanan sesuai yang mereka butuhkan.

Ketujuh, prinsip keefektifan dan efisiensi. Keefektifan dan efisiensi adalah pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keefektifan merujuk pada keberhasilan penyelenggara pelayanan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input dan output, efisiensi merujuk pada ketepatan cara atau proses yang dilakukaan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya minimum. Keefektifan dan efisiensi penyelenggara layanan perizinan berusaha menggunakan sumberdaya seoptimal mungkin dan cara yang terbaik untuk menghasilkan produk layanan yang sesuai dengan ketentuan. Keefektifan dan efisiensi dalam tata kelola pelayanan perizinan dapat dilihat dari sejauh mana penyelenggara dapat menyelenggarakan pelayanan perizinan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki serta serta dapat menerapkan prosedur dan waktu penyelesaian yang telah ditetapkan.

Kedelapan, prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan berjalannya organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah. Akuntabilitas dalam tata kelola pelayanan publik adalah pertanggungjawaban penyelenggara pelayanan terhadap segala sesuatu yang telah dirumuskan dan dijalankan. Bentuknya dapat berupa pelaporan kegiatan dan mekanisme pengawasan internal dalam proses penyelenggaraan. Laporan yang dibuat memuat hasil kinerja pelayanan,laporan mengenai rekapitulasi pelayanan perizinan, termasuk didalamnya laporan mengenai pencapaian rencana kerja bidang pelayanan terpadu satu pintu.

Kesembilan, prinsip visi strategis. Visi strategis adalah cara pandang kedepaan dimana penyelenggaraan pelayanan harus dikelola secara inovatif dan antisipatif agar dapat mengikuti perkembangan serta menghadapi tantangan di masa depan. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan pengembangan terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh penyelenggara layanan khususnya pengembangan terhadap sumber daya manusia. Bentuk visi strategis dalam tata kelola pelayanan perizinan adalah penyelenggara memiliki visi yang kuat serta perencanaan yang inovatif dan antisipatif dalam mengembangkan penyelenggaraan pelayanann agar dapat berjalan lebih baik.

Dokumen terkait