• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik antara Kedalaman dan Waktu

Dalam dokumen BAB III PENGOLAHAN DATA (Halaman 30-35)

Waktu (ms)

Grafik antara Kedalaman dan Waktu

oo-1 oo-3 oo-5 oc-2 oc-1 oo-2

Bab III Pengolahan Data

49 penelitian ini meliputi area yang dibatasi oleh garis penampang inline 30-772 dan

crossline 61-775 dengan jarak antar inline dan crossline yaitu 20 meter. Peta dasar

Daerah Osram dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pengolahan data seismik akan dijelaskan sebagai berikut:

3.3.1 Well-Seismic Tie

Well-seismic tie merupakan proses meletakkan horizon seismik (skala waktu)

pada posisi kedalaman sebenarnya agar data sesimik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya (data sumur) yang umumnya diplot dalam skala kedalaman. Penelitian ini memanfaatkan seismogram sintetik dan data checkshot untuk mengikat data sumur terhadap data seismik. Hal ini dilakukan salah satunya untuk mengetahui posisi marker sumur pada seismik.

Proses well-seismic tie dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan batas atas dan bawah pada Interval Main berdasarkan ciri litologi yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebelum melakukan proses well-seismic tie perlu dilakukan terlebih dahulu

extract wavelet. Extract wavelet merupakan proses pencarian wavelet baru agar

memberikan koefisien korelasi paling besar atau bagus. Dalam penelitian ini, proses

extract wavelet dilakukan dengan metode bandpass yaitu mengukur jumlah wavelet

(satu panjang gelombang) pada seismogram sintetik dalam interval waktu tertentu. Selanjutnya dilakukan konvolusi dengan data koefisien refleksi. Koefisien refleksi diperoleh dari data log sonic dan log densitas. Hal ini sesuai dengan rumus impedansi akustik yang merupakan hasil perkalian antara densitas (ρ) dan kecepatan (V). Dengan mengintegrasikan beberapa data maka dihasilkan seismogram sintetik final yaitu superposisi dan refleksi-refleksi semua reflektor. Seismogram sintetik masing-masing sumur pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.14 serta Lampiran 17-19. Setelah seismogram sintetik diperoleh, kemudian dikorelasi terhadap data seismik sebenarnya agar memperoleh nilai koefisien korelasi yang paling tinggi atau ≥0,5. Berdasarkan hasil

well-seismic tie, diperoleh batas atas dari Interval Main berada pada bagian puncak

50 ini merupakan fase ketika batas acoustic impedance (AI) berhimpit dengan puncak

wavelet.

Penelitian menggunakan data checkshot yang terdapat pada sumur vertikal agar dapat melakukan pengikatan data seismik dan data sumur (well-seismic tie). Berikut tabel harga koefisien korelasi hasil well seismic tie pada sumur vertikal (Tabel 3.8). Contoh hasil well-seismic tie dapat ditunjukkan pada Gambar 3.14 serta Lampiran 18-20.

Tabel 3.8. Harga koefisien korelasi hasil well-seismic tie pada sumur vertikal.

Nama Sumur Koefisien Korelasi

Osram-2 0,601

Osram-3 0.671

Osram-5 0,514

Osram-6 0,694

3.2.3 Interpretasi Seismik 3-D

Interpretasi data seismik secara geologi merupakan tujuan dan produk akhir dari pekerjaan seismik. Interpretasi yang dimaksud adalah menentukan atau memperkirakan arti geologi data-data seismik. Interpretasi tidak bisa dikatakan mutlak benar karena pada dasarnya tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti kondisi struktur di bawah permukaan bumi. Interpretasi hanya bisa diuji kebenarannya dari suatu data ke data lainnya. Oleh karena itu, setiap interpreter terlebih dahulu perlu menguasai konsep dasar proses akuisisi dan pengolahan data seismik, serta pengetahuan geologi yang memadai.

Intergrasi antara data log dengan data seismik telah menjadi perhatian para

masing-Bab III Pengolahan Data

51 masing. Data sesimik memiliki resolusi horizontal yang baik, namun dari segi resolusi vertikal kurang baik. Sedangkan, data log memiliki resolusi vertikal yang baik, namun resolusi horizontalnya kurang baik. Mengintegrasikan keduanya akan menghasilkan suatu interpretasi yang lebih akurat.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa interpretasi seismik ini diawali dengan mengacu pada Sumur Osram-2, Sumur Osram-3, Sumur Osram-5, dan Sumur Osram-6 yang telah dilakukan pengikatan dari data seismik dan data sumur atau

well-seismic tie. Pada dasarnya, interpretasi seismik adalah menginterpretasikan keberadan

horizon dan struktur sesar yang terlihat pada penampang seismik.

Interpretasi seismik 3-D yang dilakukan pada penelitian ini ialah melakukan interpretasi horizon berupa batas atas dan bawah Interval Main, Formasi Cibulakan Atas dan struktur sesar yang memotong interval penelitian. Berikut dijelaskan proses interpretasi horizon dan struktur pada data seismik 3-D.

3.3.2.1 Interpretasi Horizon pada Penampang Seismik

Picking horizon seismik bertujuan untuk memetakan marker yang telah diperoleh

dari hasil korelasi antar sumur dalam data seismik agar dapat mengetahui kemenerusan suatu bidang secara lateral. Ketika akan melakukan picking horizon seismik sebaiknya menampilkan penampang seismik dan log sumur yang telah dilakukan pengikatan data antara data sumur dan seismik (well-seismic tie) sebelumnya.

Horizon yang dipetakan dalam penelitian ini adalah batas atas dan bawah Interval Main. Horizon yang telah diinterpretasi pada lintasan awal menjadi acuan untuk penarikan horizon pada lintasan yang berpotongan. Kemenerusan horizon yang sama pada lintasan inline dan crossline akan mengindikasikan hasil penarikan horizon yang konsisten. Interpretasi data seismik di beberapa penampang seismik dapat dilihat di Gambar 3.15-3.16 dan Lampiran 21.

52 Gambar 3.14. Contoh hasil well-seismic tie pada Sumur Osram-5

Seismogram sintetik Real trace

Kurva log sumur

Bab III Pengolahan Data

53 Nilai-nilai dari hasil korelasi/picking horizon seismik dalam domain waktu selanjutnya akan dikonversikan ke dalam domain kedalaman dengan melakukan analisis kecepatan (velocity analysis). Berdasarkan hasil analisis well-seismic tie yang telah dikerjakan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa proses picking untuk marker batas atas Interval Main dilakukan pada peak, sedangkan untuk batas bawah Interval Main (batas atas Interval Massive) ialah pada zero crossing. Hal ini dikarenakan proses penentuan picking horizon pada trough atau peak tersebut berdasarkan perbedaan nilai impedansi akustik (IA) yang ada pada setiap lapisan batuan. Impedansi akustik ini diperoleh dari hasil perkalian antara densitas materi (ρ) dan kecepatan gelombang (V) yang melewatinya (Persamaan 6). Rumus impedansi akustik ialah sebagai berikut:

(Persamaan 6) Keterangan:

IA : Impedansi akustik

ρ : Densitas materi (lapisan batuan)

V : Kecepatan gelombang

Batuan yang keras (hard rock) dan sukar dimampatkan, seperti batugamping, granit akan memiliki IA yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak seperti lempung yang lebih mudah dimampatkan mempunyai IA yang rendah (Sukmono, 1999).

3.3.2.2 Interpretasi Patahan pada Penampang Seismik

Interpretasi patahan dilakukan sebelum melakukan picking horizon, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pada saat melakukan picking horizon yang berbatasan pada bidang patahan, sehingga dapat menunjukkan besar datum gap pada penampang seismik tersebut.

Dalam dokumen BAB III PENGOLAHAN DATA (Halaman 30-35)

Dokumen terkait