• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum

Penanaman dilakukan di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan IPB dengan menggunakan media tanam tanah (Gambar 2) dan arang sekam (Gambar 3). Pertumbuhan kecambah pada awal pertanaman pada 3 HST cukup seragam sekitar 70% sedangkan pada 10 HST daya tumbuh keseluruhannya sekitar 90%.

Perkecambahan tidak terjadi secara bersamaan. Namun perkecambahan secara keseluruhan terjadi pada 5 HST.

Gambar 2. Media Tanah Gambar 3. Media Arang Sekam Pertumbuhan benih jagung pada mulanya normal sampai saat tanaman sudah mulai tinggi semua. Pada tanaman muda kerangka daunnya masih belum kuat. Hal ini diduga karena tanaman tersebut vigornya masih rendah sehingga tanaman tersebut tampak seperti layu.

Suhu dan Kelembaban

Suhu udara harian rata-rata dalam green house selama penelitian dilaksanakan relatif tinggi yakni berkisar 30 hingga 40฀C. Suhu udara rata-rata pada pagi hari 30,33฀C dan siang hari 36,67฀C dapat dilihat pada Tabel 2. Kelembaban udara relatif (RH) rata-rata pada pagi hari adalah 74,33% dan siang hari 49,33%. Perubahan suhu dan kelembaban udara relatif harian disajikan pada gambar lampiran 22 dan 23. Menurut Manske (2001), menyatakan bahwa temperatur mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman sehingga temperatur yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995), jagung dapat tumbuh pada temperatur optimum 30-35฀C dan maksimum 45฀C. Pada

temperatur yang tinggi tersebut tanaman lebih mudah mengalami kekeringan sehingga tanaman lebih cepat mengalami kerusakan.

Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juni-Juli 2008)

Hari ke- Suhu pagi (฀C) Suhu siang (฀C) Kelembaban (%) pagi Kelembaban (%) siang 1 36 40 73 47 2 30 35 74 52 3 29 35 76 49 4 31 35 75 48 5 29 35 74 51 6 30 36 77 48 7 32 36 72 49 8 30 36 73 50 9 28 38 78 48 10 33 39 72 49 11 31 40 74 50 12 29 37 73 51 13 30 36 75 48 14 31 36 74 51 15 30 36 75 49 Rataan 30,33±1,35 36,67±1,76 74,33±1,72 49,33±1,45

Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman jagung mengalami kelayuan sementara. Menurut Morgan (2000) saat temperatur tinggi jumlah oksigen yang terkandung dalam larutan hara akan menurun cepat. Temperatur yang tinggi juga meningkatkan laju respirasi dari sistem akar, proses respirasi akan berlipat ganda untuk setiap kenaikan 10-30฀C, keperluan oksigen akan berlipat ganda namun kapasitas oksigen yang dapat dibawa oleh larutan menurun. Oksigen terlarut dalam larutan akan lebih cepat berkurang dan tanaman dapat menderita karena kekurangan oksigen untuk suatu periode

Tinggi Tanaman Jagung

Tinggi tanaman merupakan salah satu ukuran tanaman yang diamati sebagai parameter untuk mengukur pengaruh perlakuan dalam penelitian. Tinggi tanaman merupakan pertumbuhan yang paling mudah diukur. Pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan sel, semakin cepat sel membelah

dan memanjang (membesar) semakin cepat tanaman meninggi (Lakitan, 1996). Tinggi tanaman yang diukur pada penelitian ini merupakan tinggi tanaman jagung yang diperoleh saat tanaman umur 15 HST. Hasil analisis ragam dari parameter tinggi tanaman jagung sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung pada umur 15 HST

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam(M2) ...(gram/nampan)………. Tinggi Tanaman Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 43,83±6,04 41,83±2,84 50,50±2,29 40,00±3,60 41,40±3,15 42,33±2,92 41,91±2,71 41,62±0,30 46,42±5,78 rata-rata 45,39±2,03a 41,24±0,35b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro)).

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan dengan media tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan sumber unsur hara dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh tidak nyata

Berdasarkan uji lanjut Duncan penggunaan media tanam tanah nyata meningkatkan tinggi tanaman, hal ini dikarenakan tanah mengandung campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa tanah adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Jika didalam media tanam tidak udara yang cukup untuk tumbuhan maka pertumbuhannya tidak optimal. Di dalam tumbuhan sendiri proses respirasi sangat penting untuk pertumbuhan jika respirasinya sedikit maka pertumbuhannya terhambat. Respirasi adalah proses katabolis utama yang melepaskan energi di semua sel; proses ini meliputi perombakan oksidatif gula menjadi CO2 dan H2O. (Salisbury et al., 1995).

Pada media tanam arang sekam lebih rendah pengaruhnya dibandingkan dengan tanah. Hal ini diduga karenakan media arang sekam mempunyai sifat adsorpsi yang kurang baik sehingga menyebabkan tidak terjerapnya ion-ion. Menurut

Bakhtiyar (2009) menyatakan bahwa adsorpsi merupakan proses penarikan komponen dari campuran gas atau cairan dimana komponen yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan adsorben.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari tanaman itu sendiri. Semua faktor ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Peningkatan tinggi tanaman terjadi secara cepat pada fase vegetatif menurut Harjadi (1996) fase vegetatif berhubungan dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi.

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi dicapai pada media tanam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa respons tanaman terhadap media tanam tanah lebih baik dari media arang sekam. Pertumbuhan tanaman yang baik disebabkan karena perkembangan akar yang baik.

Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung

Data rata-rata berat segar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 3. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh nyata terhadap produksi berat kering, jenis media tanam berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan produksi berat segar tanaman jagung disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2) ... (gram/nampan) ………… Produksi Berat Segar Tajuk Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 144,1±47,38 198,27±19,54 254,23±8,98 154,07±7,70 158,93±22,60 195,87±19,27 149,09±7,05b 178,60±27,82b 225,05±41,27a rata-rata 198,87±19,84a 169,62±7,82b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro))

Penggunaan media tanam tanah nyata meningkatkan produksi berat segar tanaman jagung. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi dari pada perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2. Produksi berat segar pada penggunaan media tanam tanah nyata lebih tinggi 17,24% dari pada media tanam arang sekam. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi 76,42% dari H0M1, 28,22% dari H1M1, 65% dari H0M2, 59,96% dari H1M2 dan 29,79% dari H2M2.

Tingginya produksi berat segar pada perlakuan pupuk lengkap menunjukkan bahwa unsur hara yang diberikan ke tanaman dapat diserap yang digunakan untuk pembentukan sel tanaman sehinggga menghasilkan produksi segar yang lebih tinggi. Pengaruh pemberian pupuk lengkap pada tanaman jagung mengakibatkan semakin tingginya produksi berat segar. Senyawa yang mengandung N merupakan bagian penting dari jaringan tanaman bahkan 10 % dari bobot total jaringan adalah persenyawaan yang mengandung N. Sehingga menghasilkan daun yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lainnya. Daun yang disokong oleh batang dan cabang merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukanuntuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan pertumbuhan menghasilkan panen melalui fotosintesis. Dengan penambahan unsur hara mikro sebagai penyusun enzim atau sebagai pengaktif enzim, kebanyakan hara mikro bergerak dalam tanaman.

Dalam pertumbuhan tanaman diperlukan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang baik dilapangan maupun rumah kaca. Menurut Purwanto (2006) media tanam yang baik digunakan memiliki beberapa persyaratan, diantaranya mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi, tahan lama serta mudah diperoleh. Media tanam yang memiliki drainase baik akan membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga dapat lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan (Prayugo, 2007).

Rendahnya produksi berat segar pada perlakuan H0M1 yaitu sebesar 144,1 g/nampan. Hal ini dikarenakan sifat larutan sumber unsur hara yang terdapat pada setiap perlakuan lambat tersedia bagi tanaman, sehingga meskipun jumlah unsur hara lebih tinggi tetapi tidak seluruhnya siap digunakan oleh tanaman. Namun perlakuan

H0M1 tidak berbeda nyata dengan produksi berat segar pada perlakuanH0M2, H1M1,

H1M2 dan H2M2.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah - H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam - H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah - H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah - H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung

Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa perlakuan H2M1 menghasilkan produksi berat segar yang paling tinggi dari perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur dalam tanah. Pada dasarnya makin lengkap unsur haranya makin baik. Produksi segar yang dihasilkan pada perlakuan H0M1 yang tidak berbeda nyata dengan tanaman yang mendapatkan perlakuan H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2. Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam media. Hal ini berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk diambil oleh tanaman.

Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung

Data rata-rata berat kering tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 7. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh

nyata, jenis media tanam berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan produksi berat kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam(M2) ... (%) …..…………. Produksi Berat Kering Tajuk Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 10,03±2,74 12,13±1,76 15,63±0,45 9,77±0,29 9,53±0.95 11,23±0,72 9,90±0,18b 10,83±1,84a 13,43±3,11a rata-rata 12,60±1,15a 10,18±0,33b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro))

Penggunaan media tanam tanah sangat nyata meningkatkan produksi berat kering tanaman jagung. Produksi berat kering pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi dari perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1.

Produksi berat kering pada penggunaan media tanah sangat nyata lebih tinggi 23,77% dari pada media arang sekam. Produksi berat kering pada perlakuan H2M2

nyata lebih tinggi 55,83% dari H0M1, 28,85% dari H1M1, 59,97% dari H0M2, 64% dari H1M2 dan 39,18% dari H2M2.

Tingginya produksi berat kering pada perlakuan pupuk lengkapdibandingkan dengan perlakuan lainnya disebabkan pada perlakuan pupuk lengkap mengandung unsur hara makro dan mikro karena pada pertumbuhan vegetatif dibutuhkan unsur hara yang lengkap untuk pertumbuhan optimal. Produksi berat segar tinggi selain dari faktor unsur hara juga dari proses karbondioksida dan respirasi. Menurut Gardner (1995) mengatakan bahwa karbondioksida merupakan komponen gas di udara. Udara kering mengandung 78 % nitrogen (N2), 21 % oksigen (O2), 0,93 % argon (Ar), 0,034 % (340 ppm) C02, dan sedikit sekali gas-gas lain. Walaupun konsentrasi CO2 itu rendah, 85 sampai 92 % berat kering tanaman berasal dari pengambilan CO2 dalam fotosintesis.

Namun salah satu faktor terpenting dari lingkungan hidup tanaman adalah media tanam. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal maka media

tanamnya harus memenuhi persyaratan. Pada media tanam tanah dapat memenuhi persyaratan media tanam yang baik karena tanah mampu menahan air, menyediakan tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik dan mensuplai hara tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain: sinar matahari, suhu, udara air dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K, dan lain-lain). Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah tetapi juga faktor-faktor lain.

Pada media tanam arang sekam memiliki kerapatan isi yang terlalu rendah sehingga sukar menyerap air. Menurut Junaedhie (2007) mengatakan bahwa arang sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air. Selain karena arang sekam itu setelah pembakaran arang sekam masih ada aktivitas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung.

Berdasarkan Gambar 5, rendahnya produksi berat kering pada perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1.menunjukkan bahwa pemberian unsur hara pada perlakuan tersebut tidak meningkatkan produksi berat kering tanaman, hal tersebut ditunjukkan oleh produksi berat kering yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan

yang kandungan unsur haranya (kontrol dan NPK). Perlu ditambahkan bahwa tidak semua unsur hara (pupuk) yang diberikan ke tanah dapat diserap oleh tanaman, karena difiksasi oleh tanah, menguap dan sebagainya. Efisisensi pemupukan ini dapat mencapai 90-80% dan sebagainya tergantung dari keadaan tanah, iklim, jenis pupuk dan lain-lain.

Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung

Pembentukan protein tidak terlepas dari unsur nitrogen sebagai awal dari hasil asimilasi. Nitrogen merupakan unsur pokok dari senyawa protein. Nitrogen dapat ditransfer dari NH2 menjadi beberapa substrat dan mensintesa beberapa asam amino dalam tanaman (Tisdale et al, 1985),

Hasil penelitian tentang kandungan protein kasar pada data kandungan protein kasar rata-rata tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil uji lanjut Duncan kandungan protein kasar tanaman disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh sangat nyata, perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata.

Tabel 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2) ...(%)………. Protein Kasar Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 11,90±2,32 16,34±0,54 18,30±0,07 8,41±0,28 12,58±1,06 13,72±0,12 10,16±2,47b 14,46±2,66a 16,01±3,24a rata-rata 15,51±1,19a 11,57±0,50b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan NPK) dan H2 (Pupuk Larutan Lengkap (makro dan mikro))

Kandungan protein pada perlakuan pupuk lengkap nyata lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol, tetapi pupuk lengkap tidak berbeda nyata dengan pada perlakuan pupuk NPK. Penggunaan pupuk lengkap masih berpengaruh positif terhadap peningkatan kadar protein kasar, tetapi antara pupuk lengkap dan pupuk NPK tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar protein kasar pada hijuan jagung

dengan penambahan pupuk lengkap sebesar 57,58 % dan penambahan pupuk NPK sebesar 42,32 % apabila dibandingkan dengan tanpa penambahan unsur hara.

Unsur hara nitrogen yang bersumber dari pupuk lengkap dan pupuk NPK sangat bermanfaat bagi HMT untuk merangsang secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Harsono, 2006). Menurut Durby and Lauer (2001) menyatakan kualitas hijauan yang dipanen saat mencapai fase vegetatif 17 (V17) menghasilkan kandungan PK yang lebih tinggi.

Rendahnya protein pada perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan tidak adanya unsur nitrogen yang ditambahkan pada perlakuan kontrol sehingga pembentukan protein tidak terbentuk di dalam tanaman.

Pada media tanam tanah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media arang sekam. Hal ini disebabkan karena tanah memiliki pori-pori yang cukup jadi tidak terlalu padat maupun longgar sehingga membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernapas sehingga dapat lebih menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung.

Berdasarkan Gambar 6, kandungan Protein pada perlakuan H2M1 dan H1M1

meningkat karena adanya kandungan sumber unsur hara lengkap (makro dan mikro), dan peningkatan paling tinggi dihasilkan pada tanaman yang mendapat perlakuan H2M1. Peningkatan kandungan nitrogen dalam daun sebagai akibat pemberian N, karena pemberian N akan menambah ketersediaan unsur N sehingga jumlah yang diserap oleh tanaman menjadi lebih banyak. Pemberian pupuk lengkap dan pupuk NPK akan memberi penyediaan N yang cukup besar, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan membantu peningkatan kadar protein tanaman hijauan jagung. Hal ini menunjukkan kandungan protein kasar dan kualitas tanaman pada perlakuan H2M1 dan H1M1 meningkat setelah dilakukan pemupukan dengan larutan.

Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat larut dalam larutan asam kuat dan basa kuat yang dipanaskan selama 30 menit. Serat kasar terdiri dari selullosa, hemiselullosa dan lignin. Data rata-rata kandungan serat kasar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 20. Hasil uji lanjut Duncan kandungan serat tanaman jagung disajikan pada Tabel 7

Tabel 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2) ………..(%)………. Serat Kasar Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 21,59±2,71 21,58±0,51 22,34±0,37 22,78±2,40 23,06±0,86 21,45±1,73 22,19±0,84 22,32±1,05 21,90±0,63 rata-rata 21,84±1,31 22,43±0,77

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata, jenis media tanam tidak berpengaruh nyata dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata.

Pada Tabel 7. dapat diketahui bahwa kandungan serat kasar tanaman jagung tidak berbeda nyata pada perlakuan sumber unsur hara, media tanam maupun interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara semua nya tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan serat tanaman jagung. Tidak berpengaruhnya perlakuan sumber unsur hara terhadap kandungan serat menunjukkan bahwa kandungan unsur hara pada masing-masing perlakuan dan media tanam sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman dari awal pertumbuhan sehingga membentuk kandungan serat pada tanaman jagung.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Tanaman Jagung

Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa perlakuan H1M2 lebih tinggi kandungan serat kasarnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun perlakuan H1M2 tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan serat.

Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung

Lemak merupakan senyawa kimia organik yang tersusun atas unsur C, H dan O dalam perbandingan jumlah C dan H jauh lebih banyak daripada O (Rumus kimia lemak C57H104O6). Oleh karena itu lemak mempunyai nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Data rata-rata kandungan lemak tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil analisa ragam menunjukkan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh nyata, jenis media tanam berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh sangat nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan disajikan pada Tabel 8.

Kandungan lemak pada penggunaan media tanah nyata lebih tinggi 10,03% dari pada media arang sekam. Rendahnya media arang sekam dikarenakan arang sekam memiliki kerapatan pori-pori yang renggang sehingga tidak terjerapnya ion-ion yang terdapat pada penambahan unsur hara sehingga tidak terbentuk lemak kasar didalam tanaman jagung pada media arang sekam.

Tabel 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2) …………...…… (%) ………. Lemak Kasar Air/kontrol (H0) NPK (H1) Pupuk Lengkap (H2) 3,69±0,38ab 4,07±0,32a 3,09±0,09bc 2,75±0,53c 3,53±0,12ab 3,59±0,36abc 3,22±0,66b 3,8±0,38a 3,34±0,35b rata-rata 3,62±0,15a 3,29±0,21b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan NPK) dan H2 (Pupuk Larutan Lengkap (makro dan mikro)).

Penggunaan pupuk NPK berpengaruh terhadap lemak kasar tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan penambahan pupuk lengkap dan kontrol. Peningkatan kadar lemak kasar pada hijauan jagung dengan pupuk NPK sebesar 18 %, untuk pupuk lengkap sebesar 3,72 % apabila dibandingkan dengan tanpa penambahan unsur hara (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK telah bekerja cukup optimal menyediakan unsur hara bagi tanah maupun tanaman. Hara N melimpah diudara sekitar 74 %, namun tidak langsung diserap tanaman, oleh karena itu N difiksasi oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman (Isroi,2008). Unsur-unsur hara penting dalam pembentukan lemak kasar hijauan jagung yaitu N,P,K dan S.

Penambahan pupuk lengkap masih berpengaruh positif terhadap lemak kasar tetapi lebih rendah dibandingkan penambahan pupuk NPK dan kontrol. Hal ini disebabkan karena adanya unsur tetentu yang bersifat antagonistik terhadap penyerapan unsur yang lain sehingga penyerapan terhadap lemak kasar rendah. Terbentuknya lemak selain dari penambahan unsur hara juga dari faktor lain. Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan produksi asam lemak dan rangka gliserol sehingga asam lemak teresterifikasi. Asam lemak dibentuk oleh

kondensasi berganda dari unit asetat di asetil CoA. Sebagian besar reaksi sintesis asam lemak terjadi hanya di kloropas daun serta di proplastid. Asetil CoA yang digunakan untuk membentuk lemak di kloropas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogense, yang menggunakan piruvat yang dibentuk oleh glikolisis di sitosol (Salisbury, 1995).

Kandungan lemak pada perlakuan H1M1 nyata lebih tinggi 31,71% dari H2M1 dan 48% dari H0M2, tetapi tidak berbeda nyata dengan kandungan lemak pada perlakuan H0M1,H1M2, dan H2M2. Kandungan lemak pada perlakuan H0M1 nyata lebih tinggi 4,53% dari H1M2, 19,41% dari H2M1 dan 34,18% dari H0M2.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Tanaman Jagung

Tingginya kandungan lemak pada media tanah disebabkan kandungan unsur

Dokumen terkait