• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produksi dan Kandungan Zat Makanan Hijauan Jagung (Zea mays L.) Umur 15 Hari yang Ditanam pada Media Tanah dan Arang Sekam dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Lengkap (Makro dan Mikro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Produksi dan Kandungan Zat Makanan Hijauan Jagung (Zea mays L.) Umur 15 Hari yang Ditanam pada Media Tanah dan Arang Sekam dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Lengkap (Makro dan Mikro)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN

HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG

DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG

SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK

NPK DAN PUPUK LENGKAP

(MAKRO DAN MIKRO)

SKRIPSI

RANY MEILANY

(2)

RINGKASAN

RANY MEILANY. D24052817. 2010. ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK LENGKAP (MAKRO DAN MIKRO). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr.Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti Sari, M.Si. Pembimbing Anggota : Nur Rohmah Kumalasari, S.Pt M.Si

Pakan hijauan merupakan pakan utama yang sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk hidup, berproduksi dan berkembang biak. Di Indonesia produksi hijauan fluktuatif dikarenakan oleh perubahan musim, pada musim hujan produksi hijauan meningkat sedangkan pada musim kemarau produksi menurun.Oleh karena itu, penyediaan hijauan perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan penanaman jagung sebagai salah satu sumber hijauan makanan ternak dan juga sebagai persiapan pengadaan pakan ternak alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan nutrien tanaman jagung yang dipanen selama 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008. Bahan yang digunakan benih jagung 200 biji dengan media tanam tanah dan arang sekam. Penyiraman dilakukan 3 hari setelah tanam (HST) sesuai kebutuhan dan pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor H adalah sumber unsur hara, yaitu H1: air (kontrol), H2: larutan pupuk NPK, H3: larutan pupuk lengkap. Faktor M adalah jenis media tanam yang digunakan, yaitu M1: tanah dan M2 : arang sekam. Peubah yang diamati antara lain tinggi tanaman, produksi berat segar, produksi berat kering, produksi berat kering, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) dan uji lanjut menggunakan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1991). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan sumber unsur hara dan media tanam nyata mempengaruhi peubah yang diamati. Pada perlakuan sumber unsur hara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap produksi berat segar, produksi berat kering, kandungan lemak dan kandungan protein. Pada penambahan pupuk lengkap dengan media tanah menghasilkan produksi berat segar 21,19 gram/m2, produksi berat kering 1,3 gram/m2, lemak kasar 3,34% dan protein kasar 18,30 %

(3)

ABSTRACT

Analysis of Production and Nutrient of 15 days Age Corn Forage that Planted in Soil and Charcoal Husk Media Added NPK Fertilizer and Complete Fertilizer

(Macro and Micro)

R. Meilany., P. D. M. H. Karti., and N. R. Kumalasari

This research was aimed to determine the corn plant production and nutrient that harvested for 15 days used NPK and complete fertilizer (macro and micro). This experiment used a completely randomized factorial design (3x2x3), with factor H was source of soil nutrient (H1: water, H2: NPK fertilizer and H3: complete fertilizer) and factor M was the type of planting media (M1: soil and M2: charcoal husk). There were 6 types of treatment results from a combination of these two factors, namely H1M1 (treatment of water with the soil media), H1M2 (water treatment with media charcoal husk), H2M1 (NPK fertilizer solution treatment with the soil media), H2M2 (NPK fertilizer solution treatment with the charcoal husk media), H3M1 (complete fertilizer solution treatment with soil media) and H3M2 (complete fertilizer solution treatment with the charcoal husk media). Variables observed were the high of maize crop, the production of fresh weight, production of dry weight, crude fat, crude protein and crude fiber. The data were analysed use Analysis of Variance and the significant result was examined by Duncan’s New Multiple Range. The result showed that source of soil nutrient added complete fertilizer was significantly (P<0.05) increased production of fresh weight 21,19 gram/m2, production of dry weight 1,3 gram/m2, crude fat 3,34 % and crude protein 18,30 %.

Keywords : Zea mays L. NPK fertilizer, complete fertilizer, soil media and charcoal husk media

(4)

ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN

HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG

DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG

SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK

NPK DAN PUPUK LENGKAP

(MAKRO DAN MIKRO)

RANY MEILANY D24052817

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PERTERNAKAN

(5)

Judul Skripsi :

Nama : Rany Meilany

NIM : D24052817

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K.S., M.Si. Nur Rochmah Kumalasari, S.Pt., M.Si. NIP. 19611025 198703 2 002 NIP. 19810214 200604 2 015

Mengetahui : Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotamadya Cirebon, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 6 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ruswan dan Ibu Mamah Salamah.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur hanyala milik Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Produksi dan Kandungan Zat Makanan Hijauan Jagung (Zea mays L.) Umur 15 Hari yang Ditanam pada Media Tanah dan Arang Sekam dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Lengkap (Makro dan Mikro)” yang ditulis berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008 di Laboratorium Lapang Agrostologi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan zat makanan tanaman jagung yang dipanen selama 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro).

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Pengaruh Pemberian Pupuk Makro terhadap Tanaman Jagung ... 11

Pengaruh Pemberian Pupuk Mikro terhadap Tanaman Jagung ... 12

(9)

Model ... 18

Peubah ... 19

Analisis Data ... 19

Prosedur ... 20

Persiapan Media Tanam ... 20

Penanaman ... 20

Pemeliharan ... 20

Pemupukan ... 20

Pemanenan ... 20

Persiapan Sampel ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Keadaan Umum ... 22

Suhu dan Kelembaban ... 22

Tinggi Tanaman Jagung ... 23

Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung ... 25

Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung ... 27

Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung ... 30

Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ... 32

Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung ... 33

Analisis Biaya Produksi Hijauan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

UCAPAN TERIMA KASIH ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Hara yang Diserap Tanaman Jagung pada Berbagai Fase Pertumbuhan ... 7 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juli-Juni 2008)... 23 3. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 15 HST ... 24 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Larutan Sumber Unsur Hara

terhadap Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung ... 25 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung... 28 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Protein Kasar Tanaman Jagung ... 30 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Serat Kasar Tanaman Jagung ... 32 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Lemak Kasar Tanaman Jagung... 34 9. Analisis Biaya Produksi Hijauan ... 36

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Denah Letak Nampan Tanaman Jagung ... 18 2. Media Tanah ... 22 3. Media Arang Sekam ... 22 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Produksi Berat Segar Tanaman Jagung ... 27 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Produksi Berat Kering Tanaman Jagung... 29 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung ... 31 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ... 33 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tinggi Tanaman Jagung ... 46 2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan

Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung ... 46 3. Produksi Berat Segar Tanaman Jagung... 46 4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan

Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung 47 5. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Sumber Unsur Hara terhadap

Produksi Berat Segar Tanaman Jagung ... 47 6. Produksi Berat Kering Tanaman Jagung ... 47 7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan

Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman

Jagung ... 48 8. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Sumber Unsur Hara

terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung ... 48 9. Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung ... 48 10.Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan

Sumber Unsur Hara terhadap Lemak Kasar Tanaman Jagung ... 49 11.Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Perlakuan Terhadap Lemak Kasar

Tanaman Jagung ... 49 12.Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung ... 49

13.Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan

Sumber Unsur Hara terhadap Protein kasar Tanaman Jagung ... 50

14.Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Unsur Hara Terhadap Protein Kasar Tanaman Jagung ... 50

15.Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ... 50

16.Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ... 51

17.Grafik Hari Pengamatan Suhu Pagi dan Suhu Siang ... 51

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu peternakan, oleh

karena itu ketersediaan pakan harus mencukupi. Pakan merupakan hal utama yang

sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk hidup, berproduksi dan berkembang

biak. Pakan ruminansia terdiri dari pakan hijauan (rumput dan legum) dan pakan

konsentrat (ruminansia dan unggas). Penggunaan pakan hijauan dapat menggantikan

konsentrat karena konsentrat hanya sebagai penguat untuk memenuhi zat makanan

ternak. Pakan hijauan yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhan ternak akan

tetapi hijauan di Indonesia memiliki protein kasar rendah dan serat kasar tinggi.

Pakan hijauan sebagai pakan sumber serat bagi ternak ruminansia yang sesuai

dengan kondisi saluran pencernaannya.

Ketersediaan hijauan dengan kualitas yang baik merupakan hal yang sangat

penting dalam meningkatkan produktivitas ternak. Oleh karena itu, penyediaan

hijauan perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan penanaman jagung sebagai

salah satu sumber hijauan makanan ternak dan juga sebagai persiapan pengadaan

pakan ternak alternatif.

Pakan hijauan merupakan sumber karbohidrat, vitamin, protein dan mineral.

Jumlah hijauan yang dibutuhkan dalam ransum berkisar antara 74-94% yaitu untuk

sapi perah 73,8%, sapi pedaging 81,6% dan domba 94% (Parakkasi, 1999).

Kebutuhan jagung sebagai pakan ternak pada tahun 2007 mencapai kurang

lebih dari 6,5 juta ton, dimana sebanyak 4 juta ton digunakan sebagai bahan baku

pakan dan sisanya digunakan langsung oleh peternak. Selama periode 2000-2005,

penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar dua persen per tahun,

sementara penggunaan jagung untuk industri pakan dan industri pangan meningkat

masing-masing 5,86 persen per tahun dan 3,01 persen per tahun (Departemen

Perindustrian, 2007).

Harga jagung di dalam negeri selama kurun waktu 1980-2006 juga relatif

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Harga jagung tertinggi pada tahun 2006,

(14)

Ketersediaan benih biji jagung lokal pada musim panen biasanya banyak ditemukan,

tetapi pemanfaatan sebagai bahan baku pakan di industri-industri masih sangat

kurang. Menurut Purwanto (2007) masalah yang dihadapi dalam pengembangan

jagung adalah produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan,

sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi

jagung yang mengalami kerusakan, belum adanya jaminan harga pada saat panen

raya dan lemahnya kelembagaan petani jagung.

Penanaman jagung dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

hijauan berkualitas tinggi yang berfungsi sebagai pengganti konsentrat. Metode cara

untuk mendapatkan jagung pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap musim

karena menggunakan semi sistem hidroponik yaitu makro dan mikro. Melalui

metode ini produksi jagung petani akan terserap sebagai bahan baku produksi pakan

penganti konsentrat ternak ruminansia.

Tanaman muda mengandung nilai nutrisi lebih baik dibandingkan tanaman

tua, karena nilai protein pada tanaman muda lebih tinggi dan serat kasar relatif

rendah dibandingkan dengan tanaman tua (Lakitan, 1996). Agar tanaman dapat

tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan unsur hara

atau makanan yang cukup.

Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P),

dan kalium (K). Dalam pupuk selain terdapat unsur makro N, P, dan K, terdapat pula

hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Fungsi umum hara mikro adalah sebagai

komponen struktural dari enzim, baik enzim untuk pengaktifan atau pengaturan,

sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinding

sel atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan.

Unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil.

Namun, bila terjadi defisiensi dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau

mengurangi hasil, dan jika berlebih dapat menjadi racun bagi tanaman. Faktor utama

yang menentukan ketersediaan unsur mikro dalam tanah adalah pH tanah, drainase

tanah, jerapan liat, dan reaksi kimia serta ikatan dengan bahan kimia. Tidak

terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunnya

kualitas dan kuantitas hasil produksi jagung.

(15)

Tujuan

Untuk mempelajari produksi dan kandungan nutrien tanaman jagung yang

dipanen pada umur 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Hijauan Makanan Ternak

Church (1983) menyatakan hijauan adalah bahan makanan yang berasal dari batang daun dan daun tanaman dan kadang-kadang mengandung bunga dan biji.

Masih hijau atau dalam bentuk kering. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti air, lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phospor dan NaCl) yang kadarnya akan berkurang dengan meningkatnya umur tanaman tersebut. Tilman et al.(1991) menambahkan bahwa pada rumput yang muda, daya cerna, kadar protein, phospor dan karotein tinggi, sedangkan pada rumput yang tua kadar serat kasar akan semakin meningkat dengan meningkatnya umur tanaman.

Jagung

Karakteristik Tanaman Jagung ( Zea mays L.)

Menurut Iriany et al.,(2008) tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae

Ordo : Poales

Genus : Zea

Spesies : Zea mays

Jagung tumbuh dengan akar serabut dan penyebaran akar ke samping dan ke bawah. Perkembangan akar jagung sangat tergantung pada varietas (kebutuhan tanaman), kesuburan tanah dan keadaan air tanah (Sudjana et al.,1991). Batang berwarna hijau sampai keunguan, bentuk bulat pada penampang melintang

(17)

Jagung merupakan tanaman daerah subtropis dan tropis. Tanaman jagung memerlukan suhu panas dan lembab mulai waktu tanam sampai periode akhir pembuahan. Tilman et al (1991) menambahkan, hijauan jagung merupakan bagian tanaman vegetatif, dibandingkan dengan dengan biji jagung, beberapa perbedaan yang tercatat adalah nyata. Protein tanaman jagung berhubungan erat dengan aktivitas jaringan, sehingga daun mengandung lebih banyak protein dibanding batang. Sudirman dan Imran (2007) menambahkan bahwa kandungan zat makanan hijauan jagung muda pada BK 90% adalah PK 11,33%, SK 28,00%, LK 0,68%, BETN 49,23%, Abu 10,76%, NDF 64,40%, ADF 32,64% dan TDN 53,00%.

Menurut Dhalika et al. (2005) kualitas suatu hijauan antara lain dipengaruhi oleh umur tanaman dan kesuburan tanaman dan kesuburan tanahnya. Tanaman hijauan pakan yang di panen pada umur tua merupakan salah satu penyebab kandungan serat kasar menjadi tinggi. Hal ini terjadi karena proses lignifikasi yaitu

terbentuknya senyawa kompleks yang disebut lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Widyawati dan Slamet (2005) menyatakan kadar protein kasar jerami jagung cukup tinggi dikarenakan dipanen pada waktu jagung masih muda dan daun berwarna hijau. Dengan daun yang berwarna hijau diharapkan jerami jagung mempunyai palatabilitas

yang cukup tinngi pula. Selanjutnya dikatakan bahwa pada musim kemarau jagung mendapat intensitas cahaya yang cukup tetapi ketersediaan air menjadi faktor utama pembatas bagi pertumbuhan dan produksi jagung.

Selama pertumbuhannya, tanaman jagung harus mendapatkan radiasi surya yang cukup. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik. Radiasi surya merupakan sumber energi bagi tanaman berhijau daun untuk membentuk karbohidrat melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman (Baharsjah, 1983). Radiasi surya berpengaruh terhadap gerak membuka dan menutupnya stomata, mengontrol laju transpirasi, sehingga berpengaruh terhadap serapan hara dan air.

(18)

baik. Menurut Muhadjir (1988) aktifitas fotosintesis jagung dalam keadaan normal tinggi, fotorespirasi rendah, transpirasi rendah dan efisien dalam menggunakan air.

Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah jenis tanah terbaik untuk pertumbuhannya. Kemasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung berkisar antara

5,6–7,5. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24–30 ⁰C dengan

distribusi curah hujan 200 mm / bulan (Sutoro et al., 1988).

Berdasarkan Penelitian Kukuh et al. (1983), tanaman jagung yang dipanen pada umur 40, 60, dan 90 hari mempunyai kandungan bahan kering yang semakin meningkat dan kandungan protein kasarnya semakin menurun. Menurut Durby and Lauer (2001), dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa produksi hijauan maksimal akan dicapai pada saat fase perkembanganbiakan (reproduksi) jagung dimulai, dan bahan keringnya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Kualitas hijuan yang dipanen saat mencapai fase vegetatif 17 (V17) menghasilkan kandungan protein kasar yang lebih tinggi.

Menurut Parakkasi (1999), untuk ternak ruminansia dapat diberikan biji jagung, biji dan tongkol; biji, tongkol dan kelobot; dan tanaman jagung secara

keseluruhan kecuali akar. Hijauan jagung digunakan dalam ransum penggemukan sapi sebagai sumber energi.

Hijauan jagung dapat diberikan pada ternak dalam bentuk potongan – potongan kecil, silase, dan hay. Pemotongan pada tanaman jagung biasanya dilakukan saat tanaman jagung berumur setengah dewasa (milk stage/periode susu), bagian yang dipotong adalah batang, daun, dan buah jagung (termasuk biji dan tongkol jagung muda). Hasil pemotongan ini langsung digunakan untuk makanan ternak dengan kandungan protein 11–15 % dan kaya asam amino, mineral, dan lebih disukai ternak (Tangendjaja dan Gunawan, 1988). Berdasarkan percobaan Apri et al., (1993), pemberian ransum pada kambing yang terdiri dari 500 g konsentrat dan

jerami jagung segar menghasilkan produksi susu tertinggi (101 ml/hari) dari pada perlakuan yang ditambahkan asam asetat.

Serapan Hara Tanaman Jagung

Penyerapan oleh tanaman jagung terjadi lambat pada awal pertumbuhan dan cepat setelah umur 4 minggu serta pada saat pembungaan telah mengabsorbsi 50%

(19)

N, sedangkan absorbsi P relatif lebih kecil dibandingkan dengan N dan K, tetapi pola akumulasinya sama dengan N (Sutoro et al., 1988).

Kalium dibutuhkan tanaman jagung pada fase pembungaan dengan akumulasi mencapai 60–70 % dari seluruh kebutuhannya (Sutoro et al., 1988). Menurut Beck (1985) penyerapan unsur hara tanaman dapat dibatasi oleh kandungan air tanah yang tinggi, karena banyak dari unsur hara yang tercuci. Penelitian yang dilakukan oleh Osmolovskaya et al (1984) membuktikan bahwa NH4 dan NO3 pada jagung lebih tinggi dibandingkan dengan Ca dan P. Hal ini tergantung pada pH media tanam dan asimilasi ion N. Dikatakan pula bahwa akumulasi N yang tertinggi pada tanaman jagung terdapat pada daun, sedangkan P dan K lebih banyak pada batang.

Sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah yang gembur, beraerasi dan berdrainase baik dengan tekstur lempung berdebu. Tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila

pengolahan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerasi dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Effendi, 1985). Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi, unsur – unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan tanaman jagung harus dalam keadaan cukup. Unsur

– unsur hara yang penting untuk tanaman jagung adalah N, P, dan K. Tanaman dan varietas tanaman. Besarnya persentase dan jumlah serapan hara tanaman jagung pada berbagai fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Hara yang Diserap Tanaman Jagung pada Berbagai Fase Pertumbuhan

Umur (hari) Serapan (kg/ha/hari)

N P K

20 – 30 1.50 0.15 1.30

30 – 40 6.00 0.60 7.40

40 – 50 7.40 0.90 3.30

50 – 60 (keluar bunga betina) 4.70 0.80 3.30

Sumber : Speis (1973) dalam Tisdale et al., (1985)

Pupuk dan Pemupukan

(20)

tidak langsung untuk meningkatkan unsur-unsur hara essensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut pada tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penanaman zat hara kedalam tanah (Hardjowigeno, 1995). Bagi tanaman, pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang sehingga pemberian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk tidak saja mengendalikan tetapi juga mengimbangi, mendukung dan mengisi bersama unsur-unsur lain dalam tanah ( Sarief, 1985).

Unsur Hara

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibedakan menjadi (1) unsur hara makro primer, yaitu : unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) ; (2) unsur hara makro sekunder yaitu : unsur hara kalsium (Ca), magnesium (Mg), belerang (S) ; (3) unsur hara mikro, yaitu unsur hara besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn)

dan lain-lain tidak terpenuhi salah satu unsur hara utama akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas produksi pertanian (Hardjowigeno, 1995). Beberapa unsur hara, yaitu :

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat di perlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Menurut Sutejo (1994), peranan nitrogen yaitu :

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau.

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan

Nitrogen merupakan komponen dasar pada struktur dan penyusun protein pada sel dan organ tanaman. Fraksi purin dan pirimidin dari DNA dan RNA mengandung nitrogen. Campuran porphyrin yang penting untuk fotosintesis memiliki nitrogen pada struktur kimianya. Co-enzim yang penting untuk aktivitas normal dari beberapa enzim juga memilki nitrogen. Meskipun tidak seluruhnya, beberapa vitamin mengandung nitrogen. Secara nyata, nitrogen membungkus lebar baris sebagai fungsi

(21)

sel tumbuhan yang sangat penting untuk berbagai fisiologis dan reaksi biokimia selama fase vegetatif dan reproduksi tumbuhan (Krishna, 2002).

Kekurangan unsur nitrogen terlihat jelas pada gejala warna daun, yaitu daun menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya. Kemudian terjadi peristiwa pengeringan daun tersebut yang dimulai dari bawah terus ke bagian atas. Kekurangan protein ini menyebabkan berkurangnya produksi protein yang berakibat menguningnya daun secara berangsur-angsur dan pertumbuhan terhanbat serta terhenti. Pada tanaman biji-bijian seperti jagung pengeringan dimulai dari ujung helai dan ke bawah melalui tulang tengah daun (Indranada, 2002)

Fosfor

Terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide yang merupakan bagian dari protoplasma dan intisel. Menurut Sutejo (1994), peranan fosfor yaitu :

1. Mempercepat pertumbuhan akar semai.

2. Mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa pada umumnya.

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. Tanaman yang kekurangan fosfor akan terhambat pertumbuhannya terutama pada sistem perakarannya, batang dan daun (Sarief, 1985). Gejala-gejala yang nampak yaitu tanaman menjadi kerdil, pembelahan sel terganggu dan daun tanaman menjadi ungu atau coklat (Hardjowigeno, 1995).

Kalium

Kalium dapat dikatakan bukan elemen yang langsung berperan pada

pembentukan bahan organik. Hardjowigeno (1995) menyebutkan peranan kalium yaitu :

1. Berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. 2. Mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman.

3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. 4. Meningkatkan kualitas buah dan biji.

(22)

nitrogen. Pemberian kalium terkadang memberikan peningkatakan hasil jagung secara nyata dibandingkan tanpa pemberian kalium (Vyn, 2002).

Kekurangan K pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan.Kekurangan kalium pada tanaman antara lain daun akan kering dan terbakar pada sisi-sisinya, permukaan daun akan memperlihatkan gejala klorosis tidak merata sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis yang berdampak pada produktivitas hasil (Sutoro et al., 1988).

Belerang (S)

Belerang larut dalam air akan segera diserap akar tanaman, karena zat ini sangar diperlukan tanaman (terutama tanaman-tanaman muda) pada pertumbuhan pemula dan perkembangannya (Sutejo, 1994). Menurut PT. Petrokimia Gresik (2002) peranan belerang yaitu:

1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih

hijau.

2. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen 3. Berperan penting pada proses pembuatan zat gula

Pupuk Majemuk

Menurut Petrokimia Gresik (2002) pupuk PHONSKA merupakan jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur hara N 15%, P2O5 15% dan K2O 15% yang diperkaya dengan kandungan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larut air sehingga mudah diserap akar tanaman. Keunggulan dari pupuk PHONSKA yaitu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan, mudah diaplikasi serta memilki sifat-sifat agronomis yang menguntungkan. Selain itu pupuk PHONSKA dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai kondisi lahan, iklim

dan lingkungan. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan unsur hara/makanan yang cukup.

Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Tidak terpenuhinya salah satu unsur tersebut akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N, P dan K di dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen, tercuci, menguap dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N, P dan K diperlukan pemupukan. Pupuk

(23)

yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara-hara tersebut sekaligus adalah pupuk Phonska

Manfaat pupuk Phonska:

1. Menjadikan daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis.

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat pencapaian tinggi tanaman maksimum dan jumlah anakan maksimum.

3. Memacu pertumbuhan akar, perakaran lebih lebat sehingga tanaman menjadi sehat dan kuat.

4. Menambah kandungan protein.

5. Memperlancar proses pembentukan gula dan pati. 6. Memperbesar jumlah buah/biji tiap tangkai.

7. Memacu pembentukan bunga mempercepat pemasakan biji sehingga

panen lebih cepat.

8. Meningkatkan ketahanan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan.

Keunggulan pupuk Phonska:

1. Pupuk Phonska dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga dihasilkan butiran yang homogen.

2. Setiap butir pupuk Phonska mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya dengan unsur hara Belerang (S) dalam bentuk larut air, sehingga mudah diserap akar tanaman.

3. Dapat digunakan untuk semua jenis makanan serta pada berbagai kondisi lahan iklim dan lingkungan.

Pengaruh Pemberian Pupuk Makro Terhadap Tanaman Jagung

Bagi tanaman jagung, unsur N merupakan unsur hara kunci dalam menghasilkan produksi dan kualitas yang maksimal (Wadsworth, 2004). Unsur N

(24)

Defisiensi N pada tanaman muda menyebabkan tanaman jadi pucat, berwarna hijau kekuning – kuningan. Karena N bersifat mobil dalam tanaman. Penguningan daun dimulai dari daun yang lebih tua, ke daun yang lebih muda (Voss, 1996).

Mineral P merupakan unsur pokok yang ada dalam tanaman seperti protein, enzim, fosfolipid, fosfoprotein, dan asam nukleat. Fosfor memegang peranan penting dalam siklus hidup tanaman, penting dalam fase reproduksi. Menurut Partohardjono dan Karama (1991), P merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Menurut Voss (1996), P berfungsi dalam penyimpanan dan transfer energi, dan komponen dalam berbagai reaksi biokimia.

Defisiensi P biasanya terlihat pada tanaman muda, warna daun berubah menjadi hijau gelap dengan warna ungu kemerah – merahan pada ujung dan pinggir daun, gejala tersebut disebut abnormal coloration. Defisiensi P disebabkan oleh suhu yang rendah, tanah yang terlalu basah atau kering, jumlah P dalam tanah yang mudah

digunakan tidak cukup, pertumbuhan akar yang terhambat karena pemadatan tanah, kerusakan akar oleh serangga, herbisida, pemeliharaan atau pemupukan yang terlalu dekat (Voss, 1996).

Menurut Ismunadji (2002), K merupakan faktor utama dalam efisiensi

penggunaan air dan karena itu pengaruh kekeringan akam lebih nyata bila tanaman defisiensi K. Menurut Bennett (1996), K berperan dalam sintesis pati, protein, metabolisme lemak, proses fotosintesis, dan metabolisme karbohidrat. Defisiensi K adalah warna coklat tua pada buku batang bagian dalam, dapat diketahui dengan mengiris batang secara memanjang.

Pengaruh Pemberian Pupuk Mikro Terhadap Tanaman Jagung

Dalam pupuk selain terdapat unsur makro N, P, dan K, terdapat pula hara

mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Fungsi umum hara mikro adalah sebagai komponen struktural dari enzim, baik enzim untuk pengaktifan atau pengaturan, sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinding sel atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan.

Unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil. Namun, bila terjadi defiensi dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mengurangi hasil, dan jika berlebih dapat menjadi racun bagi tanaman. Faktor utama

(25)

yang menentukan ketersediaan unsur mikro dalam tanah adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat, dan reaksi kimia serta ikatan dengan bahan kimia.

Unsur besi merupakan unsur penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan, yaitu dalam pembentukan klorofil (Hardjowigeno, 1995). Unsur besi oleh tumbuhan

diserap dari tanah sebagai Fe2. Kekurangan unsur besi dapat menyebabkan

tumbuhan kekurangan cadangan makanan karena kurangnya klorofil yang terbentuk. Kelebihan unsur besi dalam tanaman dapat menyebabkan defisiensi unsur Mn yang diserap oleh tumbuhan (Hardjowigeno, 1995).

Mangan berguna dalam proses metabolisme nitrogen dalam tumbuhan. Defisiensi unsur mangan dalam tumbuhan akan mengganggu siklus nitrogen, tetapi kelebihannya akan menyebabkan defisiensi unsur besi. Oleh karenanya unsur kadar mangan dalam tanah atau pupuk harus dijaga keseimbangannya.

Unsur tembaga merupakan katalis dalam pernapasan tumbuhan. Kekurangan unsur tembaga dalam tumbuhan menyebabkan terganggunya proses respirasi tumbuhan, sementara jika tumbuhan mengalami kelebihan unsur tembaga maka akan

menurunkan kadar unsur dengan muatan sejenis seperti Mn, Fe, Zn dan Mo (Hardjowigeno, 1995).

Unsur zink dalam tanaman berfungsi sebagai katalis pembentukan protein. Oleh tumbuhan unsur zink diserap sebagai Zn2+. Unsur – unsur yang bermuatan sama dengan zink akan terpengaruhi jumlahnya jika kadar zink dalam tanah atau pupuk terlalu tinggi.

Molibdenum merupakan unsur mikro yang terkandung dalam tanah dan hanya sedikit dibutuhkan dalam peranannya untuk menyuburkan tanah tempat berkembangnya tumbuhan. Kegunaan unsur Mo adalah untuk meningkatkan pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik untuk pembentukan protein. Unsur Mo berperan dalam penyerapan dan pengangkutan unsur Fe (Hardjowigeno, 1995).

(26)

Unsur Cl dalam tanah berfungsi sebagai unsur yang membantu pertumbuhan akar dan tanaman. Akan tetapi belum ada penelitian yang menjamin hal tersebut (Hardjowigeno, 1995).

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur

hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Sitompul dan Guritno, 1995).

Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat produksi tanaman macam dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah pada dasarnya harus terdapat dalam keadaan yang cukup dan seimbang dengan tingkat produksi yang diharapkan. Pada umumnya tanaman mempunyai batas toleransi terhadap masalah kesuburan tanah secara spesifik (Sarief, 1985). Terbatasnya kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman dalam menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut menunjukkan diperlukannya pemupukan tujuan utama dari pemupukan adalah menambah unsur hara yang diperlukan tanaman kedalam tanah agar diperoleh pertumbuhan, perkembangan dan produksi yang lebih baik (Sutejo, 1994).

Media Tanam

Salah satu faktor terpenting dari lingkungan hidup tanaman adalah lingkungan tempat tumbuhnya yang lebih dikenal dengan nama media tanam. Dalam pertumbuhan tanaman diperlukan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam baik dilapangan maupun dirumah kaca. Media tanam yang menggunakan tanah sebagai media tanam sangat dipengaruhi oleh jenis tanah yang akan digunakan media tanam. Menurut Purwanto (2006) media tanam yang baik digunakan memiliki beberapa persyaratan, diantaranya mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi, tahan lama serta mudah diperoleh. Media tanam

(27)

yang memiliki drainase baik akan membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga dapat lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan (Prayugo, 2007).

Arang Sekam

Arang sekam adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan sari pembakaran yang tidak sempurna seperti pada abu sekam putih arang sekam ini sudah banyak digunakan untuk media tanam terutama yang diusahakan secara hidroponik. Karakteristik arang sekam yang lain adalah sangat ringan (Berat Jenis = 0,2 kg/l) dan kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena mengandung banyak pori, pH tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya hama bakteri (Wuryaningsih, 1994). Arang sekam mengandung beberapa unsur penting yaitu karbon, oksigen, hidrogen dan silika. Selain itu juga mengandung protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar

(Nugraha dan Setiawati, 2006)

Arang sekam pada umumnya digunakan sebagai bahan kompos karena mempunyai perbandingan C/N yang hampir sama dengan tanah atau C/N sama dengan 1. Warna hitam pada arang sekam proses pembakaran tersebut menyebabkan

daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkemcabahan (Murbandono, 1993). Komposisi arang sekam paling banyak mengandung senyawa SiO2 sebanyak 52% dan unsur C sebanyak 31%, komposisi lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang sangat kecil, juga mengandung N 0.32%, P 0.15%, K 0.31%, Ca 0.96%, Fe 180 ppm, Mn 80.4 ppm. Kadar kalium dalam abu sekam lebih kurang sama dengan 30% K2O.

(28)

dapat menyerap senyawa toksik dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman, serta merupakan sumber kalium bagi tanaman.

Tanah

Tanah merupakan media tanam yang paling umum dipakai dan sebagai bahan campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik lain sebagai campuran medianya agar tanaman tumbuh baik (Darajat, 2003).

Media tanah secara umum memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh tanaman dan mensuplai bahan hara bagi kehidupan tanaman. Pada prinsipnya suatu media harus mempunyai empat fungsi pokok untuk memberikan pertumbuhan yang baik yaitu mampu menyediakan tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik, mampu menahan air tersedia, mensuplai hara tanama, mengandung bahan energi berupa bahan organik dan mikroorganisme, mampu menahan air dan memiliki pori-pori yang cukup serta dapat menunjang tubuh tanaman sehingga

tanaman dapat tumbuh dengan baik (Soepardi, 1983).

Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan menjadi dua, antara lain tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik

adalah tanah yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang kurang baik. Tanah latosol memiliki KTK yang rendah disebabkan oleh bahan organik dalam jumlah sedikit dan memerlukan tambahan unsur N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidro-oksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993).

(29)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dimulai pada tanggal 30 Juni 2008 sampai dengan 31 Juli 2008 dan laksanakan di laboratorium lapang Agrostologi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor.

Materi Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian yaitu terdiri benih biji jagung lokal, tanah remah, air secukupnya, larutan pupuk NPK dan larutan pupuk lengkap (makro dan mikro).

Peralatan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian yaitu timbangan elektrik, ayakan 4 mm, nampan persegi panjang (40x30x13)cm sebanyak 18 buah, alat penyiram, alat tulis dan label.

Rancangan Perlakuan

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ada 3 taraf yaitu Kontrol (H0), Larutan pupuk NPK (H1) dan Larutan Pupuk Lengkap (makro dan mikro) (H2). Media tanam yang digunakan ada 2 media yaitu tanah latosol (M1) dan arang sekam (M2). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan dan di ulang 3 kali sehingga dapat 18 satuan percobaan. Hasil kombinasi yang diperoleh dari interaksi kedua faktor adalah sebagai berikut :

H0MI = Perlakuan air (kontrol) 500ml/nampan + media tanah.

(30)

H2M1 = Perlakuan pupuk lengkap 0,53809 gr/ml + media tanah.

H2M2 = Perlakuan pupuk lengkap 0,53809 gr/ml + media arang sekam.

Setiap 18 satuan perlakuan diletakkan di rumah kaca dengan posisi seperti pada Gambar 1.

H0M1R1 H2M2R1

H1M2R1 H1M1R1

H2M1R1 H1M2R3

H2M2R3 H2M1R3

H2M1R2 H1M2R2

H0M2R2 H1M1R3

H0M1R2 H0M2R3

H0M2R1 H1M1R2

H0M1R3 H2M2R2

Gambar 1. Denah Letak Nampan Tanaman Jagung

Model

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor dalam penelitian ini adalah faktor pertama adalah hara yang terdiri dari 3 taraf yaitu : kontrol (H0), larutan pupuk NPK (H1) dan larutan pupuk lengkap (H2). Faktor kedua adalah media tanam yaitu : Tanah (M1) dan arang sekam (M2). Model rancangan yang digunakan, yaitu :

Yijk = µ + α i + β j + (α β) ij + ∑ ijk Ii = 1,2 j = 1,2 k = 1,2,3

Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor α (sumber unsur hara) ke i,faktor β

(media tanam) ke j dan ulangan ke k

µ = Nilai rataan umum

αi = Nilai tambah pengaruh faktor α (sumber unsur hara) ke i βj = Nilai tambah pengaruh faktor β (media tanam) ke j

(αβ) = Nilai tambah pengaruh interaksi faktor α (sumber unsur hara) ke i,dengan β (media tanam) ke j

∑ijk = Galat percobaan

(31)

Peubah

Pengamatan dilakukan setiap hari yaitu pagi dan siang hari. Peubah-peubah yang diamati yaitu :

1. Tinggi Tanaman Jagung

Tinggi tanaman jagung merupakan tinggi tanaman yang diperoleh dari pengukuran pada umur 5 hari setelah tanam (HST). Tinggi tanaman jagung diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dengan cara mengatup seluruh daun ke atas.

2. Produksi Segar Tanaman Jagung

Produksi hijauan segar tanaman jagung diukur dengan menimbang semua tanaman yang dihasilkan segera setelah dilakukan pemanenan.

3. Produksi Berat Kering Tanaman Jagung

Produksi berat kering tanaman diperoleh dengan menghitung persentase bahan kering dari berat segar tanaman jagung.

4. Protein Kasar

Kandungan nitrogen pakan/ransum dikalikan faktor protein rata-rata (6,25) karena rata-rata nitrogen dalam protein adalah 16%, sehingga faktor perkalian protein 100/16 = 6,25. Terdiri dari asam-asam amino yang saling berkaitan (ikatan peptida), amida, amina dan semua bahan organik yang mengandung Nitrogen 6. Lemak Kasar

Semua senyawa pakan/ransum yang dapat larut dalam pelarut organik 7. Serat Kasar

Bagian karbohidrat yang tidak larut setelah pemasakan berturut-turut, masing-masing 30 menit pada H2SO4 1,25 % (0,255N) dan NaOH 1,25% (0,312 N).

Analisis Data

(32)

Prosedur

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut : Persiapan Media Tanam

Tanah diambil dari lokasi penelitian dan arang sekam diperoleh dari toko pertanian. Tanah yang diambil adalah tipe tanah latosol. Tanah yang dibutuhkan 1-2 karung, tanah tersebut dihaluskan, dihomogenkan dan diayak dengan ayakan 4 mm.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan penyebaran 200 benih jagung di atas permukaan media tanah dan arang sekam, kemudian ditutupi kembali dengan tanah dan arang sekam ±5cm. Setelah itu nampan ditutup dengan kertas penutupan selama 2-3 hari sampai tumbuh kecambah.

Pemeliharan

Pemeliharan yang dilakukan yaitu penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap 2 kali sehari sesuai perlakuan yang diberikan.

Pemupukan

Pupuk NPK yang digunakan sebanyak 5 gram dilarutkan kedalam air sebanyak 500ml dan pupuk lengkap (makro dan mikro) sebanyak 538,09 gram dilarutkan kedalam air sebanyak 1000 liter kemudian disiram ke permukaan media tanah dan arang sekam. Pemberian pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro) dilakukan bersamaan dengan waktu penyiraman. Pemupukan dilakukan setiap hari dimulai saat tanaman umur 3 hari setelah tanam (HST).

Pemanenan

Hijauan jagung dipanen setelah umur tanaman 15 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara pencabutan tanaman sampai akar tanaman, kemudian tanaman jagung tersebut dibersihkan dari tanah dan arang sekam yang masih menempel pada akar. Setelah dicuci lalu ditimbang yang bertujuan untuk mengetahui bobot segar tanaman, lalu dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari dan ditimbang kembali untuk mengetahui bobot kering.

(33)

Persiapan sampel

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Penanaman dilakukan di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan IPB dengan menggunakan media tanam tanah (Gambar 2) dan arang sekam (Gambar 3). Pertumbuhan kecambah pada awal pertanaman pada 3 HST cukup seragam sekitar 70% sedangkan pada 10 HST daya tumbuh keseluruhannya sekitar 90%.

Perkecambahan tidak terjadi secara bersamaan. Namun perkecambahan secara keseluruhan terjadi pada 5 HST.

Gambar 2. Media Tanah Gambar 3. Media Arang Sekam Pertumbuhan benih jagung pada mulanya normal sampai saat tanaman sudah mulai tinggi semua. Pada tanaman muda kerangka daunnya masih belum kuat. Hal ini diduga karena tanaman tersebut vigornya masih rendah sehingga tanaman tersebut tampak seperti layu.

Suhu dan Kelembaban

(35)

temperatur yang tinggi tersebut tanaman lebih mudah mengalami kekeringan sehingga tanaman lebih cepat mengalami kerusakan.

Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juni-Juli 2008)

Hari ke- Suhu pagi (฀C) Suhu siang (฀C) Kelembaban (%) pagi Kelembaban (%) siang

1 36 40 73 47

2 30 35 74 52

3 29 35 76 49

4 31 35 75 48

5 29 35 74 51

6 30 36 77 48

7 32 36 72 49

8 30 36 73 50

9 28 38 78 48

10 33 39 72 49

11 31 40 74 50

12 29 37 73 51

13 30 36 75 48

14 31 36 74 51

15 30 36 75 49

Rataan 30,33±1,35 36,67±1,76 74,33±1,72 49,33±1,45

Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman jagung mengalami

kelayuan sementara. Menurut Morgan (2000) saat temperatur tinggi jumlah oksigen

yang terkandung dalam larutan hara akan menurun cepat. Temperatur yang tinggi

juga meningkatkan laju respirasi dari sistem akar, proses respirasi akan berlipat

ganda untuk setiap kenaikan 10-30฀C, keperluan oksigen akan berlipat ganda namun

kapasitas oksigen yang dapat dibawa oleh larutan menurun. Oksigen terlarut dalam

larutan akan lebih cepat berkurang dan tanaman dapat menderita karena kekurangan

oksigen untuk suatu periode

Tinggi Tanaman Jagung

Tinggi tanaman merupakan salah satu ukuran tanaman yang diamati sebagai

parameter untuk mengukur pengaruh perlakuan dalam penelitian. Tinggi tanaman

merupakan pertumbuhan yang paling mudah diukur. Pertumbuhan tinggi tanaman

(36)

dan memanjang (membesar) semakin cepat tanaman meninggi (Lakitan, 1996).

Tinggi tanaman yang diukur pada penelitian ini merupakan tinggi tanaman jagung

yang diperoleh saat tanaman umur 15 HST. Hasil analisis ragam dari parameter

tinggi tanaman jagung sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung pada umur 15 HST

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam(M2)

rata-rata 45,39±2,03a 41,24±0,35b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro)).

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan dengan media

tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan

sumber unsur hara dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur

hara berpengaruh tidak nyata

Berdasarkan uji lanjut Duncan penggunaan media tanam tanah nyata

meningkatkan tinggi tanaman, hal ini dikarenakan tanah mengandung campuran

bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Menurut Hardjowigeno (1995)

menyatakan bahwa tanah adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang

tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik,

air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Jika didalam media

tanam tidak udara yang cukup untuk tumbuhan maka pertumbuhannya tidak optimal.

Di dalam tumbuhan sendiri proses respirasi sangat penting untuk pertumbuhan jika

respirasinya sedikit maka pertumbuhannya terhambat. Respirasi adalah proses

katabolis utama yang melepaskan energi di semua sel; proses ini meliputi

perombakan oksidatif gula menjadi CO2 dan H2O. (Salisbury et al., 1995).

Pada media tanam arang sekam lebih rendah pengaruhnya dibandingkan

dengan tanah. Hal ini diduga karenakan media arang sekam mempunyai sifat

adsorpsi yang kurang baik sehingga menyebabkan tidak terjerapnya ion-ion. Menurut

(37)

Bakhtiyar (2009) menyatakan bahwa adsorpsi merupakan proses penarikan

komponen dari campuran gas atau cairan dimana komponen yang akan dipisahkan

ditarik oleh permukaan adsorben.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu

tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari tanaman itu sendiri. Semua

faktor ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Peningkatan tinggi tanaman

terjadi secara cepat pada fase vegetatif menurut Harjadi (1996) fase vegetatif

berhubungan dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari

diferensiasi.

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi

dicapai pada media tanam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa respons tanaman

terhadap media tanam tanah lebih baik dari media arang sekam. Pertumbuhan

tanaman yang baik disebabkan karena perkembangan akar yang baik.

Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung

Data rata-rata berat segar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 3.

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara

berpengaruh nyata terhadap produksi berat kering, jenis media tanam berpengaruh

nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara

tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan produksi berat segar tanaman

jagung disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2)

rata-rata 198,87±19,84a 169,62±7,82b

(38)

Penggunaan media tanam tanah nyata meningkatkan produksi berat segar

tanaman jagung. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi dari

pada perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2. Produksi berat segar pada

penggunaan media tanam tanah nyata lebih tinggi 17,24% dari pada media tanam

arang sekam. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi 76,42%

dari H0M1, 28,22% dari H1M1, 65% dari H0M2, 59,96% dari H1M2 dan 29,79% dari

H2M2.

Tingginya produksi berat segar pada perlakuan pupuk lengkap menunjukkan

bahwa unsur hara yang diberikan ke tanaman dapat diserap yang digunakan untuk

pembentukan sel tanaman sehinggga menghasilkan produksi segar yang lebih tinggi.

Pengaruh pemberian pupuk lengkap pada tanaman jagung mengakibatkan semakin

tingginya produksi berat segar. Senyawa yang mengandung N merupakan bagian

penting dari jaringan tanaman bahkan 10 % dari bobot total jaringan adalah

persenyawaan yang mengandung N. Sehingga menghasilkan daun yang lebih banyak

dibanding dengan perlakuan lainnya. Daun yang disokong oleh batang dan cabang

merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukanuntuk penyerapan dan

pengubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan pertumbuhan menghasilkan panen

melalui fotosintesis. Dengan penambahan unsur hara mikro sebagai penyusun enzim

atau sebagai pengaktif enzim, kebanyakan hara mikro bergerak dalam tanaman.

Dalam pertumbuhan tanaman diperlukan media tanam yang sesuai dengan

jenis tanaman yang baik dilapangan maupun rumah kaca. Menurut Purwanto (2006)

media tanam yang baik digunakan memiliki beberapa persyaratan, diantaranya

mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan

drainase baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous sehingga mampu

menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi, tahan lama serta mudah

diperoleh. Media tanam yang memiliki drainase baik akan membuat akar-akar

tanaman lebih leluasa bernafas sehingga dapat lebih optimal dalam menyerap

unsur-unsur hara yang dibutuhkan (Prayugo, 2007).

Rendahnya produksi berat segar pada perlakuan H0M1 yaitu sebesar 144,1

g/nampan. Hal ini dikarenakan sifat larutan sumber unsur hara yang terdapat pada

setiap perlakuan lambat tersedia bagi tanaman, sehingga meskipun jumlah unsur hara

lebih tinggi tetapi tidak seluruhnya siap digunakan oleh tanaman. Namun perlakuan

(39)

H0M1 tidak berbeda nyata dengan produksi berat segar pada perlakuanH0M2, H1M1,

H1M2 dan H2M2.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah - H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam - H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah - H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah - H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung

Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa perlakuan H2M1 menghasilkan produksi

berat segar yang paling tinggi dari perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan

banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama

untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan kemampuannya

untuk menaikkan kadar unsur dalam tanah. Pada dasarnya makin lengkap unsur

haranya makin baik. Produksi segar yang dihasilkan pada perlakuan H0M1 yang tidak

berbeda nyata dengan tanaman yang mendapatkan perlakuan H0M2, H1M1, H1M2 dan

H2M2. Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam media. Hal ini

berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk diambil oleh

tanaman.

Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung

Data rata-rata berat kering tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 7.

(40)

nyata, jenis media tanam berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara media

tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut

Duncan produksi berat kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam(M2)

rata-rata 12,60±1,15a 10,18±0,33b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro))

Penggunaan media tanam tanah sangat nyata meningkatkan produksi berat

kering tanaman jagung. Produksi berat kering pada perlakuan H2M1 nyata lebih

tinggi dari perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1.

Produksi berat kering pada penggunaan media tanah sangat nyata lebih tinggi

23,77% dari pada media arang sekam. Produksi berat kering pada perlakuan H2M2

nyata lebih tinggi 55,83% dari H0M1, 28,85% dari H1M1, 59,97% dari H0M2, 64% dari

H1M2 dan 39,18% dari H2M2.

Tingginya produksi berat kering pada perlakuan pupuk lengkapdibandingkan

dengan perlakuan lainnya disebabkan pada perlakuan pupuk lengkap mengandung

unsur hara makro dan mikro karena pada pertumbuhan vegetatif dibutuhkan unsur

hara yang lengkap untuk pertumbuhan optimal. Produksi berat segar tinggi selain

dari faktor unsur hara juga dari proses karbondioksida dan respirasi. Menurut

Gardner (1995) mengatakan bahwa karbondioksida merupakan komponen gas di

udara. Udara kering mengandung 78 % nitrogen (N2), 21 % oksigen (O2), 0,93 %

argon (Ar), 0,034 % (340 ppm) C02, dan sedikit sekali gas-gas lain. Walaupun

konsentrasi CO2 itu rendah, 85 sampai 92 % berat kering tanaman berasal dari

pengambilan CO2 dalam fotosintesis.

Namun salah satu faktor terpenting dari lingkungan hidup tanaman adalah

media tanam. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal maka media

(41)

tanamnya harus memenuhi persyaratan. Pada media tanam tanah dapat memenuhi

persyaratan media tanam yang baik karena tanah mampu menahan air, menyediakan

tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik dan mensuplai hara tanaman.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain: sinar

matahari, suhu, udara air dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K, dan lain-lain).

Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari.

Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam

tanah tetapi juga faktor-faktor lain.

Pada media tanam arang sekam memiliki kerapatan isi yang terlalu rendah

sehingga sukar menyerap air. Menurut Junaedhie (2007) mengatakan bahwa arang

sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja,

karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap

air. Selain karena arang sekam itu setelah pembakaran arang sekam masih ada

aktivitas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung.

Berdasarkan Gambar 5, rendahnya produksi berat kering pada perlakuan

H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1.menunjukkan bahwa pemberian unsur hara pada

perlakuan tersebut tidak meningkatkan produksi berat kering tanaman, hal tersebut

(42)

yang kandungan unsur haranya (kontrol dan NPK). Perlu ditambahkan bahwa tidak

semua unsur hara (pupuk) yang diberikan ke tanah dapat diserap oleh tanaman,

karena difiksasi oleh tanah, menguap dan sebagainya. Efisisensi pemupukan ini

dapat mencapai 90-80% dan sebagainya tergantung dari keadaan tanah, iklim, jenis

pupuk dan lain-lain.

Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung

Pembentukan protein tidak terlepas dari unsur nitrogen sebagai awal dari

hasil asimilasi. Nitrogen merupakan unsur pokok dari senyawa protein. Nitrogen

dapat ditransfer dari NH2 menjadi beberapa substrat dan mensintesa beberapa asam

amino dalam tanaman (Tisdale et al, 1985),

Hasil penelitian tentang kandungan protein kasar pada data kandungan

protein kasar rata-rata tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil uji

lanjut Duncan kandungan protein kasar tanaman disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara

berpengaruh sangat nyata, perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata,

sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak

berpengaruh nyata.

Tabel 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2)

rata-rata 15,51±1,19a 11,57±0,50b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan NPK) dan H2 (Pupuk Larutan Lengkap (makro dan mikro))

Kandungan protein pada perlakuan pupuk lengkap nyata lebih tinggi

dibanding perlakuan kontrol, tetapi pupuk lengkap tidak berbeda nyata dengan pada

perlakuan pupuk NPK. Penggunaan pupuk lengkap masih berpengaruh positif

terhadap peningkatan kadar protein kasar, tetapi antara pupuk lengkap dan pupuk

NPK tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar protein kasar pada hijuan jagung

(43)

dengan penambahan pupuk lengkap sebesar 57,58 % dan penambahan pupuk NPK

sebesar 42,32 % apabila dibandingkan dengan tanpa penambahan unsur hara.

Unsur hara nitrogen yang bersumber dari pupuk lengkap dan pupuk NPK sangat bermanfaat bagi HMT untuk merangsang secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Harsono, 2006). Menurut Durby and Lauer (2001) menyatakan kualitas hijauan yang dipanen saat mencapai fase vegetatif 17 (V17) menghasilkan kandungan PK yang lebih tinggi.

Rendahnya protein pada perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan tidak adanya

unsur nitrogen yang ditambahkan pada perlakuan kontrol sehingga pembentukan

protein tidak terbentuk di dalam tanaman.

Pada media tanam tanah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media arang

sekam. Hal ini disebabkan karena tanah memiliki pori-pori yang cukup jadi tidak

terlalu padat maupun longgar sehingga membuat akar-akar tanaman lebih leluasa

bernapas sehingga dapat lebih menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

(44)

Berdasarkan Gambar 6, kandungan Protein pada perlakuan H2M1 dan H1M1

meningkat karena adanya kandungan sumber unsur hara lengkap (makro dan mikro), dan peningkatan paling tinggi dihasilkan pada tanaman yang mendapat perlakuan H2M1. Peningkatan kandungan nitrogen dalam daun sebagai akibat pemberian N,

karena pemberian N akan menambah ketersediaan unsur N sehingga jumlah yang diserap oleh tanaman menjadi lebih banyak. Pemberian pupuk lengkap dan pupuk NPK akan memberi penyediaan N yang cukup besar, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan membantu peningkatan kadar protein tanaman hijauan jagung. Hal ini menunjukkan kandungan protein kasar dan kualitas tanaman pada perlakuan H2M1 dan H1M1 meningkat setelah dilakukan

pemupukan dengan larutan.

Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat larut dalam larutan asam kuat dan basa kuat yang dipanaskan selama 30 menit. Serat kasar terdiri dari selullosa, hemiselullosa dan lignin. Data rata-rata kandungan serat kasar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 20. Hasil uji lanjut Duncan kandungan serat tanaman jagung disajikan pada Tabel 7

Tabel 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung

Peubah Unsur Hara Media Rata-rata

Tanah (M1) Sekam (M2)

rata-rata 21,84±1,31 22,43±0,77

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata, jenis media tanam tidak berpengaruh nyata dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata.

Pada Tabel 7. dapat diketahui bahwa kandungan serat kasar tanaman jagung tidak berbeda nyata pada perlakuan sumber unsur hara, media tanam maupun interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara semua nya tidak

(45)

berpengaruh nyata terhadap kandungan serat tanaman jagung. Tidak berpengaruhnya perlakuan sumber unsur hara terhadap kandungan serat menunjukkan bahwa kandungan unsur hara pada masing-masing perlakuan dan media tanam sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman dari awal pertumbuhan sehingga membentuk kandungan serat pada tanaman jagung.

keterangan :

- H0M1 : Kontrol + Media Tanah

- H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam

- H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah

- H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam

- H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah

- H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam

Gambar 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Tanaman Jagung

Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa perlakuan H1M2 lebih tinggi kandungan serat kasarnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun perlakuan H1M2 tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan serat.

Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung

Lemak merupakan senyawa kimia organik yang tersusun atas unsur C, H dan O dalam perbandingan jumlah C dan H jauh lebih banyak daripada O (Rumus kimia lemak C57H104O6). Oleh karena itu lemak mempunyai nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Data rata-rata kandungan lemak tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil analisa ragam menunjukkan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh nyata, jenis media tanam berpengaruh nyata,

Gambar

Tabel 1. Jumlah Hara yang Diserap Tanaman Jagung pada Berbagai Fase
Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juni-Juli 2008)
Tabel 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap
Tabel 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi Bakteri Patogen Salmonella typhi pada Sayuran yang dikonsumsi Mentah Menggunakan Metode nested Polymerase Chain Reaction. Idar,

dalam perencanaan sistem transportasi kota. KA komutcr mcrupakan sa lah sa tu program pemerintah da l am upayanya guna meningkatkan kualitas transportasi dalam

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup dan berkembang biak, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau lebih. Resistensi terhadap

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),

Data pada table I.1 juga diketahui bahwa tingkat literasi keuangan mahasiswa berada pada level yang masih masuk dalam kategori belum maksimal atau tidak memuaskan, sehingga

Tepung beras merupakan tepung rendah protein yang tidak mengandung gluten, yang membuat tepung beras menjadi bahan yang sering digunakan dalam pembuatan makanan

Pengaruh Interaksi Lama Perendaman dan NaCl terhadap Kadar Air Pada gambar 16 dapat dilihat bahwa semakin lama perendaman maka kadar air akan semakin meningkat. Makin lama