BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan
lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan.1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan pilihan utama untuk membuat basis gigitiruan.2 Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari resin akrilik.3 Resin akrilik terdiri dari 3 jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, swapolimerisasi dan polimerisasi panas.1 Bahan basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis polimerisasi panas
karena memiliki kelebihan yaitu murah, mudah pembuatannya dan mudah
diperbaiki.4 Tetapi disamping kelebihan tersebut resin akrilik juga memiliki kelemahan yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat
kelelahan bahan karena lama pemakaian serta mengalami perubahan warna setelah
beberapa waktu dipakai di dalam mulut.5 Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis yaitu memiliki berbagai variasi shade (warna) dan
opasitas sehingga cocok untuk penderita berbagai ras, dapat sebagai isolator terhadap
suhu panas atau dingin. Sifat mekanik yaitu cenderung memiliki crazing atau
retak-retak halus dan dapat menyebabkan perubahan warna.6
Masalah fraktur pada basis gigitiruan masih merupakan masalah yang belum
terselesaikan, hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus fraktur gigitiruan yang terus
bertambah. Menurut survei yang dilakukan oleh National Health Service, dari tahun
1948 hingga 1990 terdapat 34,9 juta gigitiruan yang fraktur. Fraktur pada basis
gigitiruan dihasilkan dari dua kekuatan berbeda yaitu kekuatan impak dan kekuatan
transversal. Kekuatan transversal merupakan gabungan dari kekuatan kompresi,
kekuatan tarik dan kekuatan geser.7
Permukaan resin akrilik yang menghadap ke jaringan rongga mulut biasanya
terdapat celah antara basis gigitiruan dengan rongga mulut. Dengan adanya saliva
dan Candida terutama Candida albicans mudah menempel pada gigitiruan.
Pemakaian gigitiruan merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan
terjadinya oral kandidiasis sebab pemakaian gigitiruan dapat mengganggu
keseimbangan flora normal rongga mulut sehingga menyebabkan pertumbuhan
Candida albicans yang berlebihan dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi
Candida yang disebut denture stomatitis. Infeksi ini berkaitan dengan faktor lokal,
seperti pemakaian gigitiruan di malam hari, oral hygiene yang buruk, dan juga faktor
sistemik yang mempengaruhi, misalnya diabetes mellitus.8 Hal tersebut dapat dicegah dengan memberi instruksi setelah pemasangan kepada pasien agar
membersihkan gigitiruan untuk menjaga kebersihan gigitiruan dan rongga mulut.
Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis ataupun keduanya.
Secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat. Pembersihan
secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia. Terdapat
lima kelompok bahan pembersih kemis yaitu efferversen peroksida, alkalin
hipoklorit, asam, desinfektan dan enzim. Penggunaan pembersih secara kemis dan
mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis
merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis.9
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Banyak bahan kimia yang
dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam
golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alkaloid, golongan halogen dan
golongan fenol.9
Bahan alami herbal saat ini dijadikan alternatif pengobatan karena mudah
didapat dan relatif murah. Selain itu efek samping lebih sedikit bila dibanding dengan
obat farmasetik.10 Penelitian Erika Yulistia dan Hary Agustina (2011) menemukan bahwa fenol dalam ekstrak Anredera corodifolia yang bersifat desinfektan yang
digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan dapat menurunkan kekuatan resin
penurunan yang signifikan terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi
panas.12 Penelitian Wahyu Susilaningtyas dkk (2011) mendapatkan bahwa setelah direndam dalam ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa) yang mengandung fenol terdapat
penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas .6 Penelitian Dian Damai (2011) mendapatkan bahwa fenol dalam minuman teh hijau tidak
mempengaruhi kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.13
Tanaman pinang (Areca catechu L) mudah tumbuh di Indonesia, biasanya
tanaman ini ditanam di pekarangan rumah, taman atau di pinggir sungai. Tanaman ini
telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan, termasuk
bijinya yang digunakan di Jawa, biji pinang ditumbuk halus digunakan untuk
menyembuhkan luka, baik pada manusia atau hewan.9 Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit diare berdarah, sakit gigi, bisul,
sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur) juga sebagai
penyembuh penyakit cacingan, obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari
penyakit gigi dan vitalitas seksual.14 Biji pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine serta
proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan
flavonoid. Tanin tidak hanya berefek untuk pengelat tetapi juga digunakan untuk
perlindungan karena mengandung daya antiseptik.10 Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid di
antaranya tanin yang dapat menguatkan gigi. Biji pinang dapat dimakan bersama sirih
dan kapur yang berkhasiat untuk menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga
digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi. Senyawa antijamur biasanya
terdapat pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan
alkaloid. Diduga bahwa tanaman pinang mengandung sejumlah komponen utama
senyawa berbasis selenium sebagai antibakteri. Penelitian Titin dkk (2006)
menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dan akar pinang berpotensi sebagai
antiseptik obat kumur karena efektivitas ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans menghasilkan zona hambat yang jauh lebih besar dibandingkan
mendapatkan bahwa Ekstrak biji Pinang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphilococcus Aureus.16 Penelitian Lalitha P dkk (2010) menyatakan bahwa ekstak biji pinang memiliki efek antimikroba.17 Ni Kadek S (2011) melakukan penelitian terhadap resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang
(Areca catechu L) yang bersifat desinfektan karena memiliki sifat antibakteri dan
antijamur dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam, dan 8
jam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi
20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam menurunkan jumlah
koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai
bahan pembersih gigitiruan.18 Areca catechu mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Pengaruh senyawa fenol terhadap
Candida albicans adalah dengan cara mendenaturasi ikatan protein sel, sehingga
membran sel menjadi lisis. Penelitian Regezi dan Sciubba (1989) menyatakan bahwa
Candida albicans adalah spesies yang sensitif terhadap senyawa fenol tetapi
disamping itu fenol yang terkandung dalam ekstrak biji pinang dapat menyebabkan
penurunan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas. Pendapat ini
didukung oleh penelitian Shen dkk (1989) yang menunjukkan bahwa fenol yang
berkontak dengan resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perusakan
secara kimiawi pada permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas.12 Fenol yang terkandung dalam larutan mengalami penetrasi ke dalam lempeng resin akrilik
dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan
beberapa hal yaitu perusakan secara kimia, retak atau crazing, penurunan kekerasan
dan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 3,6 Shen (1989) juga menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang
direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik
direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5%
kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan
1.2 Permasalahan
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek (2011) mendapatkan bahwa setelah
dilakukan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas di dalam
ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terbukti
efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans pada basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas. Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa bahan
pembersih gigitiruan yang mengandung fenol dapat memberikan efek terhadap
kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas karena menimbulkan
perusakan kimiawi pada resin akrilik polimerisasi panas sehingga menyebabkan
crazing dan retak-retak.3,6 Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ekstrak biji pinang sebagai bahan pembersih gigitiruan mempunyai pengaruh
terhadap kekuatan transversal dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Berapakah kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8
jam?
2. Apakah ada perbedaan kekuatan transversal antara basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan
konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam?
3. Apakah ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6
jam dan 8 jam
2. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal antara bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang
dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam.
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama
2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
kontribusi untuk penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang prostodonsia.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan
informasi bagi masyarakat tentang bahan pembersih gigitiruan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien
pemakai gigitiruan mengenai efek menggunakan larutan pembersih gigitiruan alami