• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN CARA

3. Grafik Hasil Probabilitas Responden

Gambar 14. Grafik Hasil Probabilitas Responden

PEMBAHASAN

Perbandingan analisis informasi anatomi pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique didapatkan pembahasan sebagai berikut :

Dalam pembuatan radiograf harus menampilkan kriteria radiograf yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan. Kriteria radiograf yang baik antara lain benar, akurat dan informatif. Pembuatan radiograf yang baik merujuk pada kemampuan sumber daya manusia dalam membuat radiograf sesuai dengan teknik pemeriksaan yang tepat sehingga didapatkan informasi yang optimal. Informasi yang didapatkan dari radiograf sangat mempengaruhi hasil bacaan radiolog dalam menentukan kelainan sehingga hasil bacaan dapat di pertanggungjawabkan.

Selain itu informasi yang didapatkan

sangat menentukan tindakan pengobatan dan terapi selanjutnya.

Khusus pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique, kriteria informasi anatomi yang dinilai antara lain intervertebral disk, vertebral body, torakal 1-3, prosesus spinosus dan intervertebral foramina.

Pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique posisi pasien tidur miring dari kelima kriteria informasi anatomi dihasilkan rerata probabilitas yang tampak jelas 38,64%, tampak cukup jelas 28,04% dan tampak tidak jelas 33,32%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak jelas antara lain intervertebral disk 66,6%, vertebral body 66,6%, torakal 1-3 tidak tampak (0%), prosesus spinosus 13,4%, intervertebral foramina 46,6%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak cukup jelas antara lain intervertebral disk 33,4%, vertebral body 33,4%, torakal 1-3 13,4%, prosesus spinosus 20%, intervertebral foramina 40%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak tidak jelas antara lain intervertebral disk tidak tampak (0%), vertebral body tidak tampak (0%), torakal 1-3 86,6%, prosesus spinosus 66,6%, intervertebral foramina 13,4%.

Berdasarkan data yang dihasilkan dari penilaian kelima responden pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique posisipasien tidur miring dapat menampakkan kriteria informasi

38,64

anatomi dengan rerata probabilitas yang tampak jelas hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tampak cukup jelas dan yang tampak tidak jelas yaitu 38,64%, terutama kriteria informasi anatomi intervertebral disk dan vertebral body karena dengan breathing technique dapat mengaburkan gambaran costae dan pulmo sehingga kriteria informasi anatomi tampak lebih jelas. Selain itu dengan breathing technique mampu menampakkan objektivitas vertebra torakal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang nonbreathing technique, dilihat dari sisi densitas dan kontras juga lebih baik sehingga menampakkan detail dan ketajaman yang lebih tinggi.

Pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan non breathing technique posisi pasien tidur miring dari kriteria informasi anatomi dihasilkan rerata probabilitas yang tampak jelas 6,68%, yang tampak cukup jelas 41,28% dan yang tampak tidak jelas 52%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak jelas antara lain intervertebral disk 13,4%, vertebral body 13,4%, torakal 1-3 tidak tampak (0%), prosesus spinosus tidak tampak (0%), intervertebral foramina 6,6%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak cukup jelas antara lain intervertebral disk 60%, vertebral body 66,6%, torakal 1-3 6,6%, prosesus spinosus 6,6%, intervertebral foramina 66,6%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak tidak jelas antara lain intervertebral disk 26,6%, vertebral body 20%, torakal 1-3

93,4%, prosesus spinosus 93,4%, intervertebral foramina 26,6%.

Berdasarkan data yang dihasilkan pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan non breathing technique posisi pasien tidur miring menunjukkan hasil bahwa rerata probabilitas kriteria informasi anatomi yang tampak tidak jelas hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tampak jelas dan yang tampak cukup jelas yaitu 52%. Rerata probabilitas kriteria informasi anatomi yang tampak jelas pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral posisi pasien tidur miring dengan nonbreathing technique hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan yang breathing technique.

Selain teknik pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan posisi pasien tidur miring, menurut Bontrager (2010) dapat juga dilakukan dengan posisi pasien berdiri. Namun menurut pandangan penulis selama ini, hampir semua petugas dalam melakukan pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dilakukan dengan posisi pasien tidur miring.

Menurut petugas, pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dilakukan dengan posisi pasien tidur miring atas dasar pertimbangan kenyamanan pasien, meminimalisir pergerakan dan rileksasi intervertebral disk. Sebagai data pembanding dilakukan pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique posisi pasien berdiri untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan penilaian kriteria informasi

anatomi yang signifikan. Tabel 11 menunjukkan probabilitas secara umum terhadap informasi anatomi pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique posisi pasien berdiri. Rerata probabilitas kriteria informasi anatomi yang dihasilkan pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique posisi pasien berdiri yang tampak jelas 44%, tampak cukup jelas 28% dan tampak tidak jelas 28%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak jelas antara lain intervertebral disk 80%, vertebral body 80%, torakal 1-3 tidak tampak (0%), prosesus spinosus tidak tampak (0%), intervertebral foramina 60%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak cukup jelas antara lain intervertebral disk 20%, vertebral body 20%, torakal 1-3 20%, prosesus spinosus 40%, intervertebral foramina 40%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak tidak jelas antara lain intervertebral disk tidak tampak (0%), vertebral body tidak tampak (0%), torakal 1-3 80%, prosesus spinosus 60%, intervertebral foramina tidak tampak (0%). Berdasarkan data yang dihasilkan pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique posisi pasien berdiri dapat menampakan kriteria informasi anatomi dengan rerata probabilitas yang tampak jelas hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tampak cukup jelas dan yang tampak tidak jelas yaitu 44%.

Pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan non breathing technique posisi pasien berdiri dihasilkan rerata probabilitas yang tampak jelas 28%, tampak cukup jelas 36% dan tampak tidak jelas 36%.

Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak jelas antara lain intervertebral disk 60%, vertebral body 60%, torakal 1-3 tidak tampak (0%), prosesus spinosus tidak tampak (0%), intervertebral foramina 20%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak cukup jelas antara lain intervertebral disk 40%, vertebral body 20%, torakal 1-3 tidak tampak (0%), prosesus spinosus 40%, intervertebral foramina 80%. Kriteria informasi anatomi vertebra torakal yang tampak tidak jelas antara lain intervertebral disk tidak tampak (0%), vertebral body 20%, torakal 1-3 100%, prosesus spinosus 60%, intervertebral foramina tidak tampak (0%).

Berdasarkan data dihasilkan pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan non breathing technique posisi pasien berdiri menunjukkan hasil bahwa rerata probabilitas kriteria informasi anatomi yang tampak jelas hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan yang tampak cukup jelas dan yang tampak tidak jelas yaitu 28%. Rerata probabilitas kriteria informasi anatomi yang tampak jelas pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral posisi pasien berdiri dengan non breathing technique hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan yang breathing technique.

Hasil analisis uraian di atas dari pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral yang dilakukan dalam penelitian ini (dari sampel 1 sampai sampel 3) baik posisi pasien tidur miring maupun berdiri dengan breathing technique menghasilkan gambaran yang lebih baik dalam memberikan informasi anatomi yang optimal dengan rerata probabilitas yang tampak jelas 38,64%, tampak cukup jelas 28,04% dan tampak tidak jelas 33,32% untuk posisi pasien tidur miring sedangkan untuk posisi pasien berdiri dengan rerata probabilitas yang tampak jelas 44%, tampak cukup jelas 28% dan tampak tidak jelas 28%. Pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dapat mengaburkan gambaran costae dan pulmo sehingga kriteria informasi anatomi tampak lebih jelas. Selain itu dengan breathing technique mampu menampakkan objektivitas vertebra torakal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang nonbreathing technique, dilihat dari sisi densitas dan kontras juga lebih baik sehingga menampakkan detail dan ketajaman yang lebih tinggi.

Berdasarkan data yang dihasilkan pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique baik posisi pasien tidur miring maupun berdiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

KESIMPULAN

1. Pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral posisi pasien tidur miring dengan breathing technique menghasilkan gambaran yang lebih baik

dalam memberikan informasi anatomi yang optimal dengan rerata probabilitas yang tampak jelas 38,64%, tampak cukup jelas 28,04% dan tampak tidak jelas 33,32% untuk posisi pasien tidur miring.

2. Sedangkan untuk posisi pasien berdiri dengan breathing technique rerata probabilitas yang tampak jelas 44%, tampak cukup jelas 28% dan tampak tidak jelas 28%.

3. Pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral dengan breathing technique dan non breathing technique pada posisi pasien tidur miring dan berdiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

SARAN

Sebaiknya untuk mendapatkan informasi anatomi yang optimal pada pemeriksaan vertebra torakal proyeksi lateral baik posisi pasien tidur miring maupun berdiri menggunakan breathing technique.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, S. 2014. Profil Indeks Massa Tubuh dan VO2 Maksimum pada Mahasiswa Anggota Tapak Suci di Universitas Muhhammadiyah Surakarta,

http://www.google.co.id/m?&q=imt+

sumia+aprilia, diakses 31 januari 2016.

Boedijoewono, N. 2012. Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis, Edisi 6, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Bontrager, K.L, and Lampignano, J.P.

2010. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy.

Seventh Edition. St.Louis: Mosby Elsevier.

Bushong, S.C. 2013. Radiologic Science for Technologists. Toronto:

Mosby.

Frank, E. D, dkk. 2012. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning and Procedures. Twelfth Edition.

St.Louis: Mosby Elsevier.

Patel, P. R, 2005 Lecture Notes Radiologi. Edisi ke 2, Jakarta:

EMS.

Pearce, E. C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Edisi keempatpuluh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putz, R, and Pabst, R. 2007. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Edisi 22, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rahim, A. H. 2012. Vertebra. Jakarta:

CV Sagung Seto,

Rasad, S. 2005 Radiologi Diagnostik.

Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.

Sloane, E. 2004 Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Cetakan I. EGC 2003 : Jakarta. Toronto: Mosb Syaifudin, 2011 Anatomi Fisiologi untuk

Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4, Jakarta:EGC.

Whitley, A.S, dkk. 2005. Clark’s Positioning in Radiography, Twelfth Edition. London: Hodder Headline Group.

Wijokongko, S., dkk. 2016. Protokol RadiologI, Radiografi Konvensional, Kedokteran Nuklir, Radioterapi, CT Scan, dan MRI.

Cetakan I. Magelang: Inti Medika Pustaka.

J RadGraf CB

Volume 01, No. 04, Juli 2016 : 155 - 160

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN DERAJAT KELENGKUNGAN SCOLIOSIS

Dokumen terkait