• Tidak ada hasil yang ditemukan

GRAFIK INDEKS KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA

Dalam dokumen Mollusca (Halaman 25-36)

INDEKS KEMERATAAN MOLLUSCA

1.32747914 1.68157804 2.346655866 1.947330398 0 0.5 1 1.5 2 2.5

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

NILAI H'

0.49019739 0.48093076 0.689949921 0.661358721 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

24 INDEKS KEKAYAAN MOLLUSCA

Pengambilan Mollusca di Pantai Pancur dilakukan pada 4 zona, yaitu zona batu berlempeng, zona batu bealga, zona lempeng berpasir, dan zona berbatu kecil. Pada zona lempeng ditemukan 15 spesies yaitu Nerita albicilla Linn 1758, Pasifik saccarina, Clypoemorus moniliferus, Lunella chenera, Nassarius triarula, Thais intermedia, Austrocochleq contricta, Nerita sp., Cancellana elegans, Nerita polita Linn 1758, Cordita variegata Baruqaiera 1792, Nassarium venastus Dunker 1847, Nerita chamaeleon Linn 1758, Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866, dan Morula margani. Spesies yang mendominasi pada zona berlempeng adalah Austrocochleq contricta sebanyak 329 spesies dengan nilai dominansi sebesar 43,75%.

Pada zona batu beralga ditemukan 32 spesies yaitu Strombus sp, Lunnela cinerea, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Thais intermedia, Nassarius sp. Ireadale, Strigatella litterata, Calyptogena sp, spesies 60, Engina medicaria, Cypraea annulus, Conus ebraeus (Linnaeus, 1758), Cancellana elegans, Morulla uva, Clypeomorus moniliferus, Patelloida corticata, Trochus conus, Thais

2.11392985 4.486506973 4.517137525 2.864356415 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

25

aculeata (Linnaeus, 1958), Austrocochlea constricta, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Cypraea errones (Linnaeus, 1758), Nerita sanguinolenfa, Nerita exuvia (Linnaeus, 1758), Nerita fulgurans (Gmelin), Thais hippocostanum, Patelloida rustica (Linnaeus, 1758), Mytra scutulata, Turbo bruneus (Roding, 1798), Conus capitanellus (Fulton, 1938), Turbo saxosus (Wood, 1828), Patelloida alticostata (Angas, 1865), Collisela sp 1, Polinices sebae (Recluz, 1844), dan Pardalina testudinatia (Link, 1804). Spesies yang mendominasi pada zona ini adalah Clypeomorus moniliferus sebanyak 795 spesies dengan nilai dominasi sebesar 63,4984026%.

Pada zona lempeng berpasir ditemukan 30 spesies, diantaranya Nerita albicilla, Nerita sanguinolenta, sp 18, Austrocochlea contricta, Clypeomorus moniliferus, Ceritidae cingulata, Nerita inscuipta, Thaus hippocostanum, Mytra scululata, Nerita excuvita, Conus sponsax, Strigatella litterata, Nerita polita, Cypraea manneta L, Cancellana elegans, Lunella chinerea, Nietha sp, Morulla uva, Thais haemastoma, Pacific saccarina L, Thais hippocastanum, Nassarius trialura, Nerita costata, Thais intermedia, Mitrella sp, Morula margari, Cellana testudinaria, Nassarius venustus, Nassarius sp, dan Pyrene sp. Spesies yang paling mendominasi pada zona lempeng berpasir adalah Austrocochlea contricta sebesar 208 dengan nilai dominansi sebesar 33,656958%.

Pada zona berbatu kecil ditemukan 19 spesies diantaranya Nerita exuvia L, Lunella cinerea, Collisella testudinalis, Thais hippocostanum, Strombus sp, Strigatella litterata, Cymatium parthenopeum, Nerita albicilla, Trochus conus, Thais intermedia, Cypraea errones L, Nerita fugurans Gmelin, Cypraea annulus, Cellana strigilis, Nerita albicilla L, Patelloida alticestata, Nerita albicilla, Conus sponsalis, Thais haemastoma, Nassarius sp. Iredale. Spesies yang paling mendominasi pada zona ini adalah Cymatium parthenopeum sebanyak 151 dengan dominansi sebesar 28,17164179%.

Nilai keanekaragaman (H’) pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914, pada zona batu beralga sebesar 1,68157804, zona lempeng berpasir

26

sebesar 2,346655866, sedangkan pada zona batu kecil sebesar 1,947330398. Dan untuk nilai kemerataan (E), pada zona berlempeng sebesar 0,49019739, pada zona batu beralga sebesar 0,48093076, pada zona lempeng berpasir sebesar 0,689949921, dan pada zona batu kecil sebesar 0,661358721. Sedangkan untuk nilai kekayaan (R) pada zona berlempeng sebesar 2,11392985, pada zona batu beralga sebesar 4,486507, pada zona lempeng berpasir sebesar 4,51713753, dan pada zona batu kecil sebesar 2,86435642.

Dari hasil analisis menggunakan teknik analisis didapatkan Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona lempeng sebesar berpasir sebesar 2,346655866, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914. Indeks kemerataan untuk mollusca terbesar pada zona lempeng berpasir sebesar 0.689949921 dan nilai kemerataan terkecil pada zona batu beralga sebesar 0,48093076. Indeks kekayaan terbesar untuk mollusca adalah pada zona lempeng berpasir sebesar 4,517137525, dan indeks kekayaan terkecil adalah pada zona berlempeng dengan nilai 2,11392985.

Nilai indeks keanekaragaman dari keempat zona termasuk dalam keanekaragaman jenis sedang karena masuk dalam kisaran 1 < H` < 3. Hasil indeks keseragaman untuk Mollusca pada zona berlempeng dan zona batu beralga termasuk keseregaman populasi sedang karena 0,4 < e < 0,6, sedangkan pada zona lempeng berpasir dan zona batu kecil termasuk memiliki keseragaman populasi tinggi karena e > 0,6. Untuk nilai indek kekayaan yang didapat dari keempat zona termasuk kedalam kriteria moderat atau sedang yang berkisar 2,5 – 4,0.

BAB V

27

Telah disebutkan dalam analisis data yang sebelumnya bahwa pada pengambilan Mollusca di Pantai Pancur dilakukan pada 4 zona, yaitu zona batu berlempeng, zona batu bealga, zona lempeng berpasir, dan zona berbatu kecil. Pada zona lempeng ditemukan 15 spesies yaitu Nerita albicilla Linn 1758, Pasifik saccarina, Clypoemorus moniliferus, Lunella chenera, Nassarius triarula, Thais intermedia, Austrocochleq contricta, Nerita sp., Cancellana elegans, Nerita polita Linn 1758, Cordita variegata Baruqaiera 1792, Nassarium venastus Dunker 1847, Nerita chamaeleon Linn 1758, Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866, dan Morula margani.

Pada zona batu beralga ditemukan 32 spesies yaitu Strombus sp, Lunnela cinerea, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Thais intermedia, Nassarius sp. Ireadale, Strigatella litterata, Calyptogena sp, spesies 60, Engina medicaria, Cypraea annulus, Conus ebraeus (Linnaeus, 1758), Cancellana elegans, Morulla uva, Clypeomorus moniliferus, Patelloida corticata, Trochus conus, Thais aculeata (Linnaeus, 1958), Austrocochlea constricta, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Cypraea errones (Linnaeus, 1758), Nerita sanguinolenfa, Nerita exuvia (Linnaeus, 1758), Nerita fulgurans (Gmelin), Thais hippocostanum, Patelloida rustica (Linnaeus, 1758), Mytra scutulata, Turbo bruneus (Roding, 1798), Conus capitanellus (Fulton, 1938), Turbo saxosus (Wood, 1828), Patelloida alticostata (Angas, 1865), Collisela sp 1, Polinices sebae (Recluz, 1844), dan Pardalina testudinatia (Link, 1804).

Pada zona lempeng berpasir ditemukan 30 spesies, diantaranya Nerita albicilla, Nerita sanguinolenta, sp 18, Austrocochlea contricta, Clypeomorus moniliferus, Ceritidae cingulata, Nerita inscuipta, Thaus hippocostanum, Mytra scululata, Nerita excuvita, Conus sponsax, Strigatella litterata, Nerita polita, Cypraea manneta L, Cancellana elegans, Lunella chinerea, Nietha sp, Morulla uva, Thais haemastoma, Pacific saccarina L, Thais hippocastanum, Nassarius trialura, Nerita costata, Thais intermedia, Mitrella sp, Morula margari, Cellana testudinaria, Nassarius venustus, Nassarius sp, dan Pyrene sp.

28

Pada zona berbatu kecil ditemukan 19 spesies diantaranya Nerita exuvia L, Lunella cinerea, Collisella testudinalis, Thais hippocostanum, Strombus sp, Strigatella litterata, Cymatium parthenopeum, Nerita albicilla, Trochus conus, Thais intermedia, Cypraea errones L, Nerita fugurans Gmelin, Cypraea annulus, Cellana strigilis, Nerita albicilla L, Patelloida alticestata, Nerita albicilla, Conus sponsalis, Thais haemastoma, Nassarius sp. Iredale.

5.2 Indeks keanekaragaman (H’), Kemerataan (E), dan Kekayaan (R) hewan Epifauna Tanah di Hutan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

Berdasarkan analasis data yang dilakukan, dapat diketahui nilai indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan (R) hewan epifauna tanah di Hutan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragamn (H’) dapat diketahui melalui perhitungan Shanon Index. Menurut Shanon dalam Dharmawan (2005), indeks keanekargaman dapat dirumuskan sebagai berikut.

H’ = -∑ pi ln pi keterangan :

H : Keanekaragaman Jenis

Pi : Kepentingan spesies per kepentingan total spesies.

Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona lempeng berpasir sebesar 2,346655866, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H) pada kedua zona tesebut berkisar 1,32747914 (zona batu berlempeng) - 2,346655866 (zona lempeng berpasir). Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya beberapa jenis yang ditemukan didalam jumlah yang lebih

29

melimpah daripada jenis lainnya, kondisi homogenitas substrat, kondisi habitat. Secara umum, nilai indeks keanekaragaman jenis pada lokasi penelitian termasuk rendah sampai sedang. Berpedoman pada Daget (1976), bahwa jika H kurang dari 1,0 maka nilai keanekaragaman jenisnya termasuk dalam kategori rendah dan jika H diantara 1,0-2,0 maka nilai keanekaragaman jenisnya termasuk dalam kategori sedang.

Indeks Kemerataan (E)

Menurut Insafitri (2010), untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan. Rumus indeks kemerataan (E) diperoleh dari :

E = H'/ln⁡S keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman S : Jumlah spesies

E : Indeks Keseragaman Evenness

Nilai indeks kemerataan jenis (E) berkisar anatara 0,48093076 (zona batu beralga) - 0.689949921(zona lempeng berpasir). Suatu komunitas dikatakan stabil bila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis mendekati angka 1 dan sebaliknya. Semakin kecil nilai indeks kemerataan jenis mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata, dan sebaliknya dikatakan tersebar merata apabila dilakukan transek pada disembarang titik maka peluang mendapatkan hasil yang sama adalah besar. Sebaran fauna merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang berkisar antara 0.6-0,8 (Odum, 1963). Penyebaran jenis berkaitan erat dengan dominansi jenis, bila nilai indeks kemerataan jenis kecil (kurang dari 0,5) menggambarkan bahwa ada beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang

30

lebih banyak dibanding dengan jenis yang lain. Secara umum, nilai indeks kemerataan jenis pada kedua zona tersebut kurang dari 1, sehingga dapat dikatakan komunitas berada dalam kondisi yang kurang stabil.

Indeks Kekayaan (R)

Indeks kekayaan (R) hewan epifauna tanah lahan di hitung dengan indeks Margalef (R) mengikuti Ludwig & Reynolds (1988) dengan formula sebagai berikut:

R= S-1/ ln (N)

Nilai indeks kekayaan jenis (R) pada masing-masing zona berkisara antara 2,11392985 (zona berlempeng ) – 4,517137525 (zona lempeng berpasir). Dilihat dari jumlah jenis moluska yang ditemukan pada masing-masing zona, zona lempeng memilki jumlah paling sedikit yaitu 15 jenis. Sedangkan jumlah jenis terbanyak terdapat pada zona batu beralga yaitu sebanyak 32 jenis. Ada kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah jenisnya, maka semakin kecil nilai indeks kekayaan jenisnya. Nilai indeks kekayaan jenis suatu zona akan tinggi apabila jumlah jenis seluruhnya ada yang tinggi. Apabila jumlah jenis hampir sama, maka kekayaan jenis akan tinggi pada zona yang memilki jumlah yang lebih sedikit (Krebbs, 1989). Berpedoman pada daget (1976), dimana nilainya berkisar pada angka 50,0 maka dapat dikatakan bahwa pada pantai Pancur memilikinilai kekayaan jenis moluska dalam kategori sedang.

Dilihat dari ketiga indeks tersebut, jika dikaitkan dengan kondisi habitat terlihat adanya korelasi anatara komposisi jenis moluska dengan kondisi lingkungan abiotiknya. Pemanfaatan Pantai Pancur sebagai tempat wisata menjadi salah satu faktor yang berperan penting bagi keberadaan moluska. Sehingga kondisi pantai menjadi ekstrim, yaitu karena pengaruh alam maupun karena pengaruh manusia, yaitu berupa sampah atau bahan pencemar.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, hasil penelitian ini termasuk sedang, jika dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Penelitian

31

Dody (1996) di pulau Fair, Maluku Tenggara mendapatkan 58 jenis. Penelitian Pelu (2000) diteluk Saleh Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat menemukan 56 jenis. Penelitian di muara Sungai Cisadane, Banten ditemukan 19 jenis (Cappenberg, 2004). Penelitian Cappenberg dan Panggabean (2005) di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta menemukan 23 jenis. Penelitian Kanjeran, Jawa timur. Penelitian di Teluk Gilimanuk, Bali ditemukan 35 jenis (Cappenberg dkk., 2006) dan penelitian lainnya di Sulawesi Utara (Cappenberg, 2002) diemukan 73 jenis.

32 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 1.

 Indeks keanekaragaman pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng:1,32747914; zona batu beralga: 1,68157804; zona lempeng berpasir: 2,346655; zona batu kecil: 1,947330.

 Indeks kemerataan pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng: 0,4901; zona batu beralga: 0,480930; zona lempeng berpasir: 0,68994; zona batu kecil: 0,66135.

 Indeks kekayaan pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng: 2,1139; zona batu beralga: 4,48650; zona lempeng berpasir: 4,5171; zona batu kecil: 2,864.

2. Zona yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi pada zona lempeng berpasir yaitu 2,346655866, untuk indeks kemerataan tertinggi adalah pada zona lempeng berpasir yaitu 0,689949921, sedangkan indeks kekayaan tertinggi adalah pada zona lempeng berpasir yaitu 4,517137525 .

33

3. Pola penyebaran jenis di daerah Pantai Pancur ini termasuk penyebaran kelompok. Pola penyebaran berkelompok dipengaruhi oleh faktor abiotik yang berpengaruh terhadap nilai H,E,R,D.

4. Spesies Moluska yang dominan pada tiap zona antara lain, Zona batu berlempeng : Austrocochleq contricta sebanyak 329 spesies dengan nilai dominansi sebesar 43,75%. Zona batu beralga: Clypeomorus moniliferus sebanyak 795 spesies dengan nilai dominasi sebesar 63,4984026%. Zona lempeng berpasir: Austrocochlea contricta sebesar 208 dengan nilai dominansi sebesar 33,656958%. Zona batu kecil: Cymatium parthenopeum sebanyak 151 dengan dominansi sebesar 28,17164179%.

6.2 Saran

Penelitian mengenai keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan Moluska di Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi lebih dikembangkan lagi karena wilayah ini berpotensi untuk pengembangan kekayaan laut khususnya untuk daerah Taman Nasional.

Dalam melakukan penelitian hendaklah dilakukan dengan sabar, teliti dan tekun dan dalam penelitian faktor eksternal agar selalu diperhatikan agar hasil penelitian lebih akurat, Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, hendaknya didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam dokumen Mollusca (Halaman 25-36)

Dokumen terkait