• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mollusca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mollusca"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS MOLLUSCA DI PANTAI PANCUR

KECAMATAN TEGAL DLIMO, KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi Hewan Yang Dibina Oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si.

Oleh :

Kelompok 17 / Off. G

Dwi Anggun Putri S. (120342422482) Fadilatus Shoimah (120342400169) Hestin Atas Asih (120342422468) Novia Hylsandy (120342422485) Risal Kurniawan Sakti (120342422471) Sukma Qumain (120342422472) Tiara Dwi Nurmalita (120342400172)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya laporan Kuliah Kerja Lapangan Ekologi tumbuhan di Taman Nasional Alas Purwo. Kami sadar sepenuhnya bahwa terselesainya laporan KKL ini tidak lepas dari rahmat Tuhan yang Maha besar dan bijaksana.

Ucapan terimakasih kami tujukan kepada:

1. Bapak Agus Dharmawan, selaku dosen pembimbing

2. Para Asisten mata kuliah Ekologi Hewan dan teman-teman yang tidak mungkin kami sebutkan nama satu persatu

Diharapkan dengan adanya laporan KKL ini dapat mempermudah mahasiswa pada khususnya dalam mencari informasi tentang jenis vegetasi yang ada di Alas Purwo. Selain itu dengan adanya laporan ini diharapakan juga dapat memberika informasi mengenai vegetasi yang ada di alas purwo bagi pembaca pada umumnya.

Kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan selanjutnya.

Malang, 24 April 2014

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Menurut masyarakat sekitar, nama alas purwo memiliki arti hutan pertama, atau hutan tertua di Pulau Jawa. Taman Nasional merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Ketinggiannya berada pada kisaran 0-322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322 meter dpl). Berdasarkan ekosistemnya, tipe-tipe hutan di Taman Nasional Alas Purwo dapat dibagi menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/ mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground). Jika diamati sekilas, dari luas lahan sekitar 43.420 hektar, taman nasional ini didominasi oleh hutan bambu yang menempati areal sekitar 40% dari seluruh area yang ada (Vicky, 2010). Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki kekayaan laut yang melimpah. Di sana terdapat beberapa pantai yang mana keragaman hewan yang hidup di sana cukup tinggi. Pantai yang masih berada pada kawasan Taman Nasional Alas Purwo antara lain Pantai Triangulasi, Pantai Ngagelan, dan Pantai Pancur. Pengunjung yang datang ke pantai tersebut tidak terlalu banyak karena masih merupakan kawasan milik Taman Nasional Alas Purwo sehingga pengaruh dari luar, misalnya kerusakan habitat akibat manusia jarang terjadi. Ekosistem hewan-hewan yang ada pada pantai tersebut masih terjaga, sehingga lokasi tersebut sering digunakan untuk kegiatan penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan.

Pantai yang kami teliti indeks keragaman, kemerataan dan kekayaannnya Moluska adalah pantai Pancur. Pantai tersebut terletak 8 km ke arah utara. Di Pantai tersebut indeks keragaman, kemerataan dan kekayaannnya Moluska masih cukup tinggi dan berbeda pada setiap zona (Andreas, 2008).

(4)

2

Mollusca termasuk salah satu hewan yang terdapat di daerah tepi pantai, berdasarkan habitatnya mollusca memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari dasar laut sampai garis panjang surut tertinggi. Sehingga mollusca banyak ditemukan di Pantai Pancur. Oleh karena itu diangkat judul “Keanekaragaman Mollusca di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah:

1. Mengetahui indeks keanekaragaman (H), kemerataan (E), kekayaan (R), dan dominansi (D) jenis dari Mollusca yang ditemukan di daerah Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo

2. Membandingkan H, E, R, D Mollusca dari tiap zona yang ditentukan di daerah Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo

3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap nilai H,E,R, D Mollusca yang ditemukan di daerah Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo 4. Untuk mengetahui spesies Mollusca yang dominan di kawasan Pantai

(5)

3 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Fillum Mollusca

Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak. Jenis Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi. Kebanyakan dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000 m, beberapa di air payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda dan beranekaragam, dari bentuk silindris, seperti cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup kedua keping cangkang besar, cangkang terbuat dari zat kapur atau kitin. Tubuh tidak bersegmen kecuali pada Monoplacophora, dinding tubuh tebal dan berotot, saluran pencernaan berkembang dengan baik, memiliki sistem peredaran darah dan jantung.. Oleh karena itu berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, filum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 1). Chaetodermomorpha; 2). Neomeniomorpha; 3). Monoplacophora; 4). Polyplacophora; 5). Gastropoda; 6). Pelecypoda; 7). Scaphopoda; dan 8). Cephalopoda (Kastawi, 2005).

Menurut Kastawi, 2005, ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca memiliki ciri tubuh Tubuh tidak bersegmen. Simetri bilateral, Tubuhnya terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali dan membor substrat, atau melakukan pergerakan. Ukuran dan bentuk tubuh Ukuran dan bentuk tubuh moluska sangat bervariasi. Misalnya, siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun, ada juga cumi-cumi raksasa dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya 17-18m. Strukur dan fungsi tubuh tubuh hewan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki, badan, dan mantel. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot, berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa mollusca kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Sedangkan massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang

(6)

4

lunak dan merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan yang dapat mengekskresikan bahan penyusun cangkang pada Mollusca bercangkang. Pada rongga mantel ini terdapat lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Pada Mollusca tertentu ada yang memiliki rahang dan lidah bergigi yang melengkung kebelakang yang disebut radula, berfungsi untuk melumat makanan.

2.2 Gastropoda

Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi Gastropoda berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang telah teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, seperti di darat dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain.

2.2.1. Morfologi

Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral. Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: posterior, sutures, whorl, spiral sculptures, axial, longitudinal, sculpture, posterior canal, aperture, operculum, plaits on columella, outer lip, columella, anterior canal.

2.2.2 Anatomi

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak .Kepala berkembang dengan baik,

(7)

5

dilengkapi dua pasang tentakel sebagai alat peraba. Sepasang di antaranya bersifat retraktil dan dilengkapi sebuah mata. Mulut dilengkapi dengan lidah perut dan gigi radula. Berdasarkan tipenya, gigi radula pada Gastropoda dapat dibedakan menjadi 5 tipe yaitu: tipe rhipidoglossate, docoglossate, taenioglossate, rachiglossate, dan toxoglossate . Alat-alat yang penting di dalam badan hewan Gastropoda untuk hidupnya diantaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genitalis untuk pembiakannnya. Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, pharynx yang berotot, kerongkongan, lambung, usus, anus. Kaki pada hewan Gastropoda memiliki bentuk yang lebar dan pipih. Bagi yang bercangkang, terputar 180° terhadap kepala dan kaki. Kaki dapat mengeluarkan lendir untuk memudahkan pergerakan (Romimohtarto, 2001)..

2.2.3 Cangkang

Cangkang siput digunakan untuk melindungi diri. Ada yang tanpa penutup dan ada yang dengan penutup atau operculum (operculum). Operkulum ini terbuat dari zat kapur atau zat tanduk yang lebih luas. Operkulum menunjukkan garis-garis pertumbuhan dan kadang-kadang dapat digunakan untuk menentukan umur. Bentuk cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu. Bentuk cangkang juga dapat dikaitkan dengan pola habitatnya (Romimohtarto, 2001).

Cangkang gastropoda terdiri dari 4 lapisan. Tipe cangkang gastropoda terdiri dari 17 tipe yaitu: tipe conical, biconical, obconical, turreted, fusiform, patelliform, spherical, ovoid, discoidal, involute, globose, lenticular, obovatus, bulloid, turbinate, cylindrical dan trochoid. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati dan menggambar cangkang yaitu: ukuran cangkang, arah putaran cangkang, jumlah putaran cangkang, dan ada tidaknya operkulum.

2.2.4. Pertumbuhan

Pertumbuhan dari siput dan kerang terjadi jauh lebih cepat diwaktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada siput yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya terhenti setelah dewasa . Karena proses pertumbuhan siput muda cepat, maka jenis yang muda jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan dengan yang dewasa.

(8)

6

Umur siput sangat bervariasi, ada beberapa jenis siput darat yang dapat berkembang biak secara singkat dan dapat mengeluarkan telur-telurnya dua minggu setelah menetas, tetapi ada juga yang berumur sangat panjang sampai puluhan tahun. Menurut para ahli, umur siput dapat diperkirakan dengan melihat alur-alur pada bagian tepi luar cangkang .

2.2.5. Klasifikasi

Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan perairan yang dalam. Kelas Gastropoda dibagi:

2.2.5.1.Sub Kelas Prosobranchia

Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior. Sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua buah. Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo yaitu : Archaeogastropoda, Mesogastropoda, dan Neogastropoda.

2.2.5.2.Sub Kelas Ophistobranchia

Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefridia berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu. Kebanyakan hidup di laut. Subkelas ini dibagi kedalam delapan ordo yaitu: Ordo Cephalaspidea, Ordo Anaspidea, Ordo Thecosomata, Ordo Gymnosomata, Ordo Nataspidea, Ordo Acochilidiacea, Ordo Sacoglossa, dan Ordo Nudibranchia. 2.2.5.3.Sub Kelas Pulmonata

Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu. Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu Ordo Stylomatophora dan Ordo Basomatophora.

2.3. Peranan

Peranan moluska yang menguntungkan yaitu :

1. Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp.), kerang (Anadara sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), Tridacna sp., sotong

(9)

7

(Sepia sp.) cumi-cumi (Loligo sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).

2. Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera). • Hiasan dan kancing, misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan tiram mutiara. 3. Bahan baku teraso, misalnya cangkang Tridacna sp. Merugikan Bekicot

dan keong sawah yang merupakan hama dari tanaman. Siput air adalah perantara cacing Fasciola hepatica.

2.4. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominansi 2.4.1. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiever (H’)

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan hubungan kelompok genus dalam komunitas. Indeks keanekaragaman yang dipergunakan adalah indeks Shannon Wiever

H’ = -∑ (pi ln pi); Pi =

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

N = Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas Ni = jumlah individu jenis ke 1

Pi = kelimpahan proporsional

Menurut Wilhm and Dorris (1986), kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu :

H` < 1 : Keanekaragaman jenis rendah 1 < H` < 3 : Keanekaragaman jenis sedang

H` > 3 : Keanekaragaman jenis tinggi 2.4.2. Indeks Keseragaman Evenness (E)

Untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan.

(10)

8 E =

Keterangan :

S = jumlah keanekaragaman Dengan kisaran sebagai berikut : e < 0,4 : Keseragaman populasi kecil

0,4 < e < 0,6 : Keseragaman populasi sedang e > 0,6 : Keseragaman populasi tinggi

Semakin kecil nilai indeks keanekaragaman (H’) maka indeks keseragaman (e) juga akan

semakin kecil, yang mengisyaratkan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies lain. 2.4.3. Riches/Kekayaan (R) R = Keterangan : N = jumlah individu 2.4.4. Dominansi

Dominansi adalah jenis individu yang paling banyak jumlahnya. Dominansi merupakan pengendalian nisbi yang diterapkan makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas. Derajat dominansi terpusat di dalam satu, beberapa atau banyak spesies dapat dinyatakan dengan indeks dominansi, yaitu jumlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungan dengan komunitas secara keseluruhan. Untuk mengetahui ada tidaknya dominasi dari spesies tertentu digunakan

Indeks.Dominansi Simpson , yaitu:

dimana:

 D : indeks dominansi

 Ni: jumlah individu spesies ke-i

(11)

9

 S : jumlah taksa/spesies

 pi : nilai ni/N

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Jika indeks dominansi mendekati nilai 0, dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan indeks keseragaman yang besar. Sementara jika indeks dominansi mendekati nilai 1, berarti terdapat salah satu genera yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil

2.4. Ekosistem Pantai

Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai macam komunitas dalam suatu daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah diperkenalkan oleh Tansley pada tahun 1935, dan ide ekosistem digunakan untuk menjelaskan hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia lingkungan. Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk mengevaluasi kerja dari berbagai sistem biologis pada suatu skala besar

(Brahmana, 2001). Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200meter.

Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal (Nybaken, 1992). Adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai adalah 0 sampai 35°C

Perairan pantai dapat di bedakan menjadi beberapa Zona yaitu : zona batu lempeng, zona batu besar, zona batu kecil, zona batu beralga, dan zona batu berpasir. Zona-zona tersebut termasuk ke dalam zona lithoral yang merupakan wilayah pantai atau pesisir, pada wilayah ini saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan sehingga wilayah ini sering disebut wilayah pasang surut.

(12)

10 2.5. Faktor Abiotik

2.5.1. Suhu

Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian kelautan. Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makhluk hidup (Odum, 1993). Suhu mempengaruhi proses metabolisme dan biokimia seperti aktivitaas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan reproduksi serta morfologi seperti bentuk cangkang Mytilus edulis (Levinton, 1982 dalam Sitorus, 2008). Suhu air pada kisaran 27-310 C juga dianggap cukup layak untuk kehidupan mollusca seperti tiram mutiara. Menurut Brahmana (2001) Seluruh spesies yang hidup dalam lingkungan laut, terbatas pada satu kisaran sempit dari suhu. Beberapa spesies dapat bertahan hidup dalam waktu tertentu dengan temperatur rendah, biasanya pada satu tingkat tidak aktif, tetapi beberapa spesies alga hijau biru dan bakteri dapat beradaptasi pada temperatur lingkungan ekstrim ±90°C. Adanya variasi temperature dalam harian atau variasi musimaan sangat mempengaruhi metabolisme dan aktivitas spesies. Kebanyakan spesies dapat betahan hidup dalam temperatur turun daripada temperatur naik, dengan perubahan temperature yang sama (misal temperature turun 10°C, lebih tahan daripada temperatur naik 10°C).

(13)

11 BAB III

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat

 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2014, pukul 08.00-12.00 WIB

 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur

 Identifikasi Spesies dilakukan di penginapan triangulasi Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan

 Alat - Roll meter - Kuadran 1x1 meter - Penjepit  Bahan - Kantong plastik - Botol plakon - Formalin 4% - Aquades - Alkohol 70% - Kertas label 3.3 Prosedur Kerja a) Persiapan

1. Menyiapkan alat yang di perlukan pada saat praktikum 2. Mendengarkan intruksi dan arahan dari asisten atau dosen

pendamping b) Pengambilan Spesimen

1. Berjalan ke lokasi pengambilan sampel secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten pendamping.

(14)

12

2. Memasuki pantai dan membuat plot berukuran 1x1 m sebanyak tiga kali ulangan pada zona batu lempeng

3. Meletakkan transek pada zona yang akan diamati (zona batu lempeng, zona batu besar, zona batu kecil, zona batu beralga, dan zona batu berpasir)

4. Menghitung Mollusca yang terdapat pada plot tersebut dan menghitung faktor abiotik

5. Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam kantong plastic dan masukkan pada tabel data

c) Pengidentifikasian

1. Mengumpulkan semua sampel yang ditemukan, 2. Membersihkan sampel yang ditemukan,

3. Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam toples kaca yang telah berisi air dan formalin serta menutupnya dengan rapat menggunakan isolasi,

4. Mengabadikan sampel tersebut,

5. Mengidentifikasi sampel yang didapat dan menyusun klasifikasinya.

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

4.1 DATA

1. Zona Batu Berlempeng

NO TAKSA PLOT ∑ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Nerita albicilla Linn 1758 0 0 0 114 26 81 0 2 11 12 8 15 25 4 10 308 2 Pasifik saccarina 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 Clypoemorus moniliferus 0 0 0 1 4 4 0 0 0 0 0 0 22 0 0 31 4 Lunella chenera 0 0 0 16 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 22

(15)

13 5 Nassarius triarula 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 6 Thais intermedia 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 Austrocochleq contricta 25 60 41 34 19 10 0 0 0 34 44 52 5 0 0 329 8 Nerita sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 5 9 Cancellana elegans 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10 Nerita polita Linn 1758 11 2 2 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 20 11 Cordita variegata Baruqaiera 1792 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 Nassarium venastus Dunker 1847 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 9 16 13 Nerita chamaeleon Linn 1758 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 14 Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 15 Morula margani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 ∑ 752

2. Zona Batu Beralga

NO TAKSA PLOT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Strombus sp 9 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 2 Lunnela cinerea 24 2 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 3 Nerita albicilla (Linnaeus, 1758) 24 22 5 7 2 1 5 23 1 0 0 0 0 27 0 117 4 Thais intermedia 6 14 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 5 Nassarius sp. Ireadale 1 1 0 0 0 0 0 1 0 77 5 0 0 0 4 89 6 Strigatella litterata 6 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15

(16)

14 7 Calyptogena sp 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8 spesies 60 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 Engina medicaria 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 10 Cypraea annulus 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 11 11 Conus ebraeus (Linnaeus, 1758) 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 Cancellana elegans 0 0 2 0 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 13 Morulla uva 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14 Clypeomorus moniliferus 0 0 389 189 216 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 795 15 Patelloida corticata 0 0 0 2 0 0 0 0 0 18 1 2 0 0 0 23 16 Trochus conus 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 8 17 Thais aculeata (Linnaeus, 1958) 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 18 Austrocochlea constricta 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19 Nerita albicilla (Linnaeus, 1758) 0 0 0 0 0 0 5 0 3 0 0 0 0 7 0 15 20 cypraea errones (Linnaeus, 1758) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 21 Nerita sanguinolenfa 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4 22 Nerita exuvia(Linnaeus, 1758) 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 23 Nerita fulgurans (Gmelin) 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 0 0 0 5 24 Thais hippocostanum 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 4 25 Patelloida rustica (Linnaeus, 1758) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 8 0 6 16 26 Mytra scutulata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 27 Turbo bruneus (Roding, 1798) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 28 Conus capitanellus (Fulton, 1938) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 29 Turbo saxosus (Wood, 1828) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2

(17)

15 30 Patelloida alticostata (Angas, 1865) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 4 0 11 31 Collisela sp 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 32 Polinices sebae (Recluz, 1844) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 15 33 Pardalina testudinatia (Link, 1804) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 ∑ 1252

3. Zona Lempeng Pasir Berbatu Kecil

No TAKSA TITIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Nerita albicilla 41 0 0 6 5 0 5 13 0 42 17 0 129 2 Nerita sanguinolenta 0 5 0 0 0 0 0 0 0 15 0 10 30 3 sp 18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 Austrocochlea contricta 0 54 0 3 6 0 61 80 4 0 0 0 208 5 Clypeomorus moniliferus 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 6 Ceritidae cingulata 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 7 Nerita inscuipta 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 Thaus hippocostanum 0 1 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 4 9 Mytra scululata 0 0 16 0 0 0 0 0 0 2 0 4 26 10 Nerita excuvita 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 Conus sponsax 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 3 8 12 Strigatella litterata 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 13 Nerita polita 0 0 1 0 0 11 0 0 0 0 0 0 12 14 Cypraea manneta L 0 0 0 4 4 4 0 0 0 0 0 0 12 15 Cancellana 0 0 0 11 6 0 0 0 0 0 0 4 21

(18)

16 elegans 16 Lunella chinerea 0 0 0 6 6 0 0 0 0 0 0 0 12 17 Nietha sp 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4 3 5 14 18 Morulla uva 0 0 0 0 0 0 1 0 18 0 0 0 19 19 Thais haemastoma 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 0 0 6 20 Pacific saccarina L 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 10 21 Thais hippocastanum 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 22 Nassarius trialura 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 23 Nerita costata 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 24 Thais intermedia 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 25 Mitrella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 0 5 26 Morula margari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 27 Cellana testudinaria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 28 Nassarius venustus 0 0 0 0 0 0 0 0 6 7 6 0 19 29 nassarius sp 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 0 0 8 30 Pyrene sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 ∑ 618

4. Zona Batu Kecil

No TAKSA TITIK ∑ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Nerita exuvia L 10 6 7 0 0 0 2 62 16 0 0 0 103 2 Lunella cinerea 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 3 Collisella testudinalis 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 22 24 52 4 Thais hippocostanum 0 0 1 0 0 0 36 2 0 0 0 10 49 5 Strombus sp 0 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 12 18 6 Strigatella litterata 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

(19)

17 7 Cymatium parthenopeum 4 82 65 0 0 0 0 0 0 0 0 151 8 Trochus conus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 6 9 Thais intermedia 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 10 Cypraea errones L 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 11 Nerita fugurans Gmelin 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 3 12 Cypraea annulus 0 0 0 0 0 0 2 0 2 - 1 2 7 13 Cellana strigilis 0 0 0 0 0 0 1 7 0 0 0 0 8 14 Patelloida alticestata 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 5 9 15 Nerita albicilla 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 16 Conus sponsalis 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 17 Thais haemastoma 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 18 Nassarius sp. Iredale 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 19 Nerita albicilla 0 0 9 0 0 0 2 16 1 52 29 11 120 ∑ 536 4.2 Analisis Data

1. Zona Batu Berlempeng

NO TAKSA Jumlah pi ln pi dominansi

Pi ln pi 1 Nerita albicilla Linn

1758 308 0,409574 -0,89264 40,95745 -0,3656 2 Pasifik saccarina 3 0,003989 -5,52412 0,398936 -0,02204 3 Clypoemorus moniliferus 31 0,041223 -3,18875 4,12234 -0,13145 4 Lunella chenera 22 0,029255 -3,53169 2,925532 -0,10332 5 Nassarius triarula 3 0,003989 - 0,398936 -0,02204

(20)

18 5,52412 6 Thais intermedia 1 0,00133 -6,62274 0,132979 -0,00881 7 Austrocochleq contricta 329 0,4375 -0,82668 43,75 -0,36167 8 Nerita sp. 5 0,006649 -5,0133 0,664894 -0,03333 9 Cancellana elegans 1 0,00133 -6,62274 0,132979 -0,00881 10 Nerita polita Linn

1758 20 0,026596 -3,627 2,659574 -0,09646 11 Cordita variegata Baruqaiera 1792 1 0,00133 -6,62274 0,132979 -0,00881 12 Nassarium venastus Dunker 1847 16 0,021277 -3,85015 2,12766 -0,08192 13 Nerita chamaeleon Linn 1758 5 0,006649 -5,0133 0,664894 -0,03333 14 Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866 4 0,005319 -5,23644 0,531915 -0,02785 15 Morula margani 3 0,003989 -5,52412 0,398936 -0,02204 752 -67,6205 -1,32748 H 1,327479 E 0,490197 R 2,11393

2. Zona Batu Beralga

NO TAKSA JUMLAH dominansi pi ln pi

pi ln pi 1 Strombus sp 10 0,007987 -4,829912 0,798722 -0,038578 2 Lunnela cinerea 29 0,023163 -3,765202 2,316294 -0,087213 3 Nerita albicilla (Linnaeus, 1758) 117 0,09345 -2,370324 9,345048 -0,221508 4 Thais intermedia 24 0,019169 -3,954444 1,916933 -0,075804 5 Nassarius sp. Ireadale 89 0,071086 -2,643861 7,108626 -0,187942

(21)

19 6 Strigatella litterata 15 0,011981 -4,424447 1,198083 -0,053009 7 Calyptogena sp 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 8 spesies 60 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 9 Engina medicaria 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 10 Cypraea annulus 11 0,008786 -4,734602 0,878594 -0,041598 11 Conus ebraeus (Linnaeus, 1758) 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 12 Cancellana elegans 38 0,030351 -3,494911 3,035144 -0,106076 13 Morulla uva 1 0,027027 -3,610918 2,702703 -0,097592 14 Clypeomorus moniliferus 795 0,634984 -0,454155 63,4984 -0,288381 15 Patelloida corticata 23 0,018371 -3,997003 1,837061 -0,073427 16 Trochus conus 8 0,00639 -5,053056 0,638978 -0,032288 17 Thais aculeata (Linnaeus, 1958) 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 18 Austrocochlea constricta 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 19 Nerita albicilla (Linnaeus, 1758) 15 0,011981 -4,424447 1,198083 -0,053009 20 cypraea errones (Linnaeus, 1758) 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 21 Nerita sanguinolenfa 4 0,003195 -5,746203 0,319489 -0,018358 22 Nerita exuvia(Linnaeus, 1758) 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 23 Nerita fulgurans (Gmelin) 5 0,003994 -5,52306 0,399361 -0,022057 24 Thais hippocostanum 4 0,003195 -5,746203 0,319489 -0,018358 25 Patelloida rustica (Linnaeus, 1758) 16 0,01278 -4,359909 1,277955 -0,055718 26 Mytra scutulata 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 27 Turbo bruneus (Roding,

1798) 1 0,000799 -7,132498 0,079872 -0,005697 28 Conus capitanellus 1 0,000799 - 0,079872

(22)

-20

(Fulton, 1938) 7,132498 0,005697

29 Turbo saxosus (Wood,

1828) 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 30 Patelloida alticostata (Angas, 1865) 11 0,008786 -4,734602 0,878594 -0,041598 31 Collisela sp 1 2 0,001597 -6,43935 0,159744 -0,010287 32 Polinices sebae (Recluz, 1844) 15 0,011981 -4,424447 1,198083 -0,053009 33 Pardalina testudinatia (Link, 1804) 3 0,002396 -6,033885 0,239617 -0,014458 1252 -1,681578 H 1,681578 E 0,480931 R 4,486507

3. Zona Lempeng Pasir Berbatu Kecil

No NAMA TAKSA Jumlah dominansi pi ln pi pi ln pi

1 Nerita albicilla 129 20,87379 0,210098 -1,56018 -0,32779 2 Nerita sanguinolenta 30 4,854369 0,04886 -3,0188 -0,1475 3 sp 18 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 4 Austrocochlea contricta 208 33,65696 0,338762 -1,08246 -0,3667 5 Clypeomorus moniliferus 50 8,090615 0,081433 -2,50797 -0,20423 6 Ceritidae cingulata 3 0,485437 0,004886 -5,32138 -0,026 7 Nerita inscuipta 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 8 Thaus hippocostanum 4 0,647249 0,006515 -5,0337 -0,03279 9 Mytra scululata 26 4,20712 0,042345 -3,1619 -0,13389 10 Nerita excuvita 2 0,323625 0,003257 -5,72685 -0,01865 11 Conus sponsax 8 1,294498 0,013029 -4,34055 -0,05655 12 Strigatella litterata 7 1,132686 0,011401 -4,47408 -0,05101 13 Nerita polita 12 1,941748 0,019544 - -0,07691

(23)

21 3,93509 14 Cypraea manneta L 12 1,941748 0,019544 -3,93509 -0,07691 15 Cancellana elegans 21 3,398058 0,034202 -3,37547 -0,11545 16 Lunella chinerea 12 1,941748 0,019544 -3,93509 -0,07691 17 Nietha sp 14 2,265372 0,022801 -3,78094 -0,08621 18 Morulla uva 19 3,074434 0,030945 -3,47556 -0,10755 19 Thais haemastoma 6 0,970874 0,009772 -4,62824 -0,04523 20 Pacific saccarina L 10 1,618123 0,016287 -4,11741 -0,06706 21 Thais hippocastanum 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 22 Nassarius trialura 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 23 Nerita costata 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 24 Thais intermedia 2 0,323625 0,003257 -5,72685 -0,01865 25 Mitrella sp 5 0,809061 0,008143 -4,81056 -0,03917 26 Morula margari 2 0,323625 0,003257 -5,72685 -0,01865 27 Cellana testudinaria 1 0,161812 0,001629 -6,41999 -0,01046 28 Nassarius venustus 19 3,074434 0,030945 -3,47556 -0,10755 29 nassarius sp 8 1,294498 0,013029 -4,34055 -0,05655 30 Pyrene sp 3 0,485437 0,004886 -5,32138 -0,026 618 -2,34666 30 H 2,346656 E 0,68995 R 4,517138

(24)

22 no TAKSA JUMLAH dominansi pi = n/N ln pi pi ln pi 1 Nerita exuvia L 103 19,21642 0,192164 -1,64941 -0,31696 2 Lunella cinerea 2 0,373134 0,003731 -5,59099 -0,02086 3 Collisella testudinalis 52 9,701493 0,097015 -2,33289 -0,22633 4 Thais hippocostanum 49 9,141791 0,091418 -2,39231 -0,2187 5 Strombus sp 18 3,358209 0,033582 -3,39376 -0,11397 6 Strigatella litterata 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 7 Cymatium parthenopeum 151 28,17164 0,281716 -1,26685 -0,35689 8 Trochus conus 6 1,119403 0,011194 -4,49237 -0,05029 9 Thais intermedia 2 0,373134 0,003731 -5,59099 -0,02086 10 Cypraea errones L 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 11 Nerita fugurans Gmelin 3 0,559701 0,005597 -5,18552 -0,02902 12 Cypraea annulus 7 1,30597 0,01306 -4,33822 -0,05666 13 Cellana strigilis 8 1,492537 0,014925 -4,20469 -0,06276 14 Patelloida alticestata 9 1,679104 0,016791 -4,08691 -0,06862 15 Nerita albicilla 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 16 Conus sponsalis 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 17 Thais haemastoma 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 18 Nassarius sp. Iredale 1 0,186567 0,001866 -6,28413 -0,01172 19 Nerita albicilla 120 22,38806 0,223881 -1,49664 -0,33507 536 -1,94733 H’ 1,94733 E 0,661359

(25)

23

R 2,864356

5. GRAFIK INDEKS KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA

INDEKS KEMERATAAN MOLLUSCA

1.32747914 1.68157804 2.346655866 1.947330398 0 0.5 1 1.5 2 2.5

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

NILAI H'

0.49019739 0.48093076 0.689949921 0.661358721 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

(26)

24 INDEKS KEKAYAAN MOLLUSCA

Pengambilan Mollusca di Pantai Pancur dilakukan pada 4 zona, yaitu zona batu berlempeng, zona batu bealga, zona lempeng berpasir, dan zona berbatu kecil. Pada zona lempeng ditemukan 15 spesies yaitu Nerita albicilla Linn 1758, Pasifik saccarina, Clypoemorus moniliferus, Lunella chenera, Nassarius triarula, Thais intermedia, Austrocochleq contricta, Nerita sp., Cancellana elegans, Nerita polita Linn 1758, Cordita variegata Baruqaiera 1792, Nassarium venastus Dunker 1847, Nerita chamaeleon Linn 1758, Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866, dan Morula margani. Spesies yang mendominasi pada zona berlempeng adalah Austrocochleq contricta sebanyak 329 spesies dengan nilai dominansi sebesar 43,75%.

Pada zona batu beralga ditemukan 32 spesies yaitu Strombus sp, Lunnela cinerea, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Thais intermedia, Nassarius sp. Ireadale, Strigatella litterata, Calyptogena sp, spesies 60, Engina medicaria, Cypraea annulus, Conus ebraeus (Linnaeus, 1758), Cancellana elegans, Morulla uva, Clypeomorus moniliferus, Patelloida corticata, Trochus conus, Thais

2.11392985 4.486506973 4.517137525 2.864356415 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

zona berlempeng zona batu beralga zona lempeng berpasir

zona batu kecil

(27)

25

aculeata (Linnaeus, 1958), Austrocochlea constricta, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Cypraea errones (Linnaeus, 1758), Nerita sanguinolenfa, Nerita exuvia (Linnaeus, 1758), Nerita fulgurans (Gmelin), Thais hippocostanum, Patelloida rustica (Linnaeus, 1758), Mytra scutulata, Turbo bruneus (Roding, 1798), Conus capitanellus (Fulton, 1938), Turbo saxosus (Wood, 1828), Patelloida alticostata (Angas, 1865), Collisela sp 1, Polinices sebae (Recluz, 1844), dan Pardalina testudinatia (Link, 1804). Spesies yang mendominasi pada zona ini adalah Clypeomorus moniliferus sebanyak 795 spesies dengan nilai dominasi sebesar 63,4984026%.

Pada zona lempeng berpasir ditemukan 30 spesies, diantaranya Nerita albicilla, Nerita sanguinolenta, sp 18, Austrocochlea contricta, Clypeomorus moniliferus, Ceritidae cingulata, Nerita inscuipta, Thaus hippocostanum, Mytra scululata, Nerita excuvita, Conus sponsax, Strigatella litterata, Nerita polita, Cypraea manneta L, Cancellana elegans, Lunella chinerea, Nietha sp, Morulla uva, Thais haemastoma, Pacific saccarina L, Thais hippocastanum, Nassarius trialura, Nerita costata, Thais intermedia, Mitrella sp, Morula margari, Cellana testudinaria, Nassarius venustus, Nassarius sp, dan Pyrene sp. Spesies yang paling mendominasi pada zona lempeng berpasir adalah Austrocochlea contricta sebesar 208 dengan nilai dominansi sebesar 33,656958%.

Pada zona berbatu kecil ditemukan 19 spesies diantaranya Nerita exuvia L, Lunella cinerea, Collisella testudinalis, Thais hippocostanum, Strombus sp, Strigatella litterata, Cymatium parthenopeum, Nerita albicilla, Trochus conus, Thais intermedia, Cypraea errones L, Nerita fugurans Gmelin, Cypraea annulus, Cellana strigilis, Nerita albicilla L, Patelloida alticestata, Nerita albicilla, Conus sponsalis, Thais haemastoma, Nassarius sp. Iredale. Spesies yang paling mendominasi pada zona ini adalah Cymatium parthenopeum sebanyak 151 dengan dominansi sebesar 28,17164179%.

Nilai keanekaragaman (H’) pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914, pada zona batu beralga sebesar 1,68157804, zona lempeng berpasir

(28)

26

sebesar 2,346655866, sedangkan pada zona batu kecil sebesar 1,947330398. Dan untuk nilai kemerataan (E), pada zona berlempeng sebesar 0,49019739, pada zona batu beralga sebesar 0,48093076, pada zona lempeng berpasir sebesar 0,689949921, dan pada zona batu kecil sebesar 0,661358721. Sedangkan untuk nilai kekayaan (R) pada zona berlempeng sebesar 2,11392985, pada zona batu beralga sebesar 4,486507, pada zona lempeng berpasir sebesar 4,51713753, dan pada zona batu kecil sebesar 2,86435642.

Dari hasil analisis menggunakan teknik analisis didapatkan Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona lempeng sebesar berpasir sebesar 2,346655866, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914. Indeks kemerataan untuk mollusca terbesar pada zona lempeng berpasir sebesar 0.689949921 dan nilai kemerataan terkecil pada zona batu beralga sebesar 0,48093076. Indeks kekayaan terbesar untuk mollusca adalah pada zona lempeng berpasir sebesar 4,517137525, dan indeks kekayaan terkecil adalah pada zona berlempeng dengan nilai 2,11392985.

Nilai indeks keanekaragaman dari keempat zona termasuk dalam keanekaragaman jenis sedang karena masuk dalam kisaran 1 < H` < 3. Hasil indeks keseragaman untuk Mollusca pada zona berlempeng dan zona batu beralga termasuk keseregaman populasi sedang karena 0,4 < e < 0,6, sedangkan pada zona lempeng berpasir dan zona batu kecil termasuk memiliki keseragaman populasi tinggi karena e > 0,6. Untuk nilai indek kekayaan yang didapat dari keempat zona termasuk kedalam kriteria moderat atau sedang yang berkisar 2,5 – 4,0.

BAB V

(29)

27

Telah disebutkan dalam analisis data yang sebelumnya bahwa pada pengambilan Mollusca di Pantai Pancur dilakukan pada 4 zona, yaitu zona batu berlempeng, zona batu bealga, zona lempeng berpasir, dan zona berbatu kecil. Pada zona lempeng ditemukan 15 spesies yaitu Nerita albicilla Linn 1758, Pasifik saccarina, Clypoemorus moniliferus, Lunella chenera, Nassarius triarula, Thais intermedia, Austrocochleq contricta, Nerita sp., Cancellana elegans, Nerita polita Linn 1758, Cordita variegata Baruqaiera 1792, Nassarium venastus Dunker 1847, Nerita chamaeleon Linn 1758, Cherithium tenuifilosum Sowerby 1866, dan Morula margani.

Pada zona batu beralga ditemukan 32 spesies yaitu Strombus sp, Lunnela cinerea, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Thais intermedia, Nassarius sp. Ireadale, Strigatella litterata, Calyptogena sp, spesies 60, Engina medicaria, Cypraea annulus, Conus ebraeus (Linnaeus, 1758), Cancellana elegans, Morulla uva, Clypeomorus moniliferus, Patelloida corticata, Trochus conus, Thais aculeata (Linnaeus, 1958), Austrocochlea constricta, Nerita albicilla (Linnaeus, 1758), Cypraea errones (Linnaeus, 1758), Nerita sanguinolenfa, Nerita exuvia (Linnaeus, 1758), Nerita fulgurans (Gmelin), Thais hippocostanum, Patelloida rustica (Linnaeus, 1758), Mytra scutulata, Turbo bruneus (Roding, 1798), Conus capitanellus (Fulton, 1938), Turbo saxosus (Wood, 1828), Patelloida alticostata (Angas, 1865), Collisela sp 1, Polinices sebae (Recluz, 1844), dan Pardalina testudinatia (Link, 1804).

Pada zona lempeng berpasir ditemukan 30 spesies, diantaranya Nerita albicilla, Nerita sanguinolenta, sp 18, Austrocochlea contricta, Clypeomorus moniliferus, Ceritidae cingulata, Nerita inscuipta, Thaus hippocostanum, Mytra scululata, Nerita excuvita, Conus sponsax, Strigatella litterata, Nerita polita, Cypraea manneta L, Cancellana elegans, Lunella chinerea, Nietha sp, Morulla uva, Thais haemastoma, Pacific saccarina L, Thais hippocastanum, Nassarius trialura, Nerita costata, Thais intermedia, Mitrella sp, Morula margari, Cellana testudinaria, Nassarius venustus, Nassarius sp, dan Pyrene sp.

(30)

28

Pada zona berbatu kecil ditemukan 19 spesies diantaranya Nerita exuvia L, Lunella cinerea, Collisella testudinalis, Thais hippocostanum, Strombus sp, Strigatella litterata, Cymatium parthenopeum, Nerita albicilla, Trochus conus, Thais intermedia, Cypraea errones L, Nerita fugurans Gmelin, Cypraea annulus, Cellana strigilis, Nerita albicilla L, Patelloida alticestata, Nerita albicilla, Conus sponsalis, Thais haemastoma, Nassarius sp. Iredale.

5.2 Indeks keanekaragaman (H’), Kemerataan (E), dan Kekayaan (R) hewan Epifauna Tanah di Hutan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

Berdasarkan analasis data yang dilakukan, dapat diketahui nilai indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan (R) hewan epifauna tanah di Hutan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragamn (H’) dapat diketahui melalui perhitungan Shanon Index. Menurut Shanon dalam Dharmawan (2005), indeks keanekargaman dapat dirumuskan sebagai berikut.

H’ = -∑ pi ln pi keterangan :

H : Keanekaragaman Jenis

Pi : Kepentingan spesies per kepentingan total spesies.

Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona lempeng berpasir sebesar 2,346655866, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu berlempeng sebesar 1,32747914. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H) pada kedua zona tesebut berkisar 1,32747914 (zona batu berlempeng) - 2,346655866 (zona lempeng berpasir). Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya beberapa jenis yang ditemukan didalam jumlah yang lebih

(31)

29

melimpah daripada jenis lainnya, kondisi homogenitas substrat, kondisi habitat. Secara umum, nilai indeks keanekaragaman jenis pada lokasi penelitian termasuk rendah sampai sedang. Berpedoman pada Daget (1976), bahwa jika H kurang dari 1,0 maka nilai keanekaragaman jenisnya termasuk dalam kategori rendah dan jika H diantara 1,0-2,0 maka nilai keanekaragaman jenisnya termasuk dalam kategori sedang.

Indeks Kemerataan (E)

Menurut Insafitri (2010), untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan. Rumus indeks kemerataan (E) diperoleh dari :

E = H'/ln⁡S keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman S : Jumlah spesies

E : Indeks Keseragaman Evenness

Nilai indeks kemerataan jenis (E) berkisar anatara 0,48093076 (zona batu beralga) - 0.689949921(zona lempeng berpasir). Suatu komunitas dikatakan stabil bila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis mendekati angka 1 dan sebaliknya. Semakin kecil nilai indeks kemerataan jenis mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata, dan sebaliknya dikatakan tersebar merata apabila dilakukan transek pada disembarang titik maka peluang mendapatkan hasil yang sama adalah besar. Sebaran fauna merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang berkisar antara 0.6-0,8 (Odum, 1963). Penyebaran jenis berkaitan erat dengan dominansi jenis, bila nilai indeks kemerataan jenis kecil (kurang dari 0,5) menggambarkan bahwa ada beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang

(32)

30

lebih banyak dibanding dengan jenis yang lain. Secara umum, nilai indeks kemerataan jenis pada kedua zona tersebut kurang dari 1, sehingga dapat dikatakan komunitas berada dalam kondisi yang kurang stabil.

Indeks Kekayaan (R)

Indeks kekayaan (R) hewan epifauna tanah lahan di hitung dengan indeks Margalef (R) mengikuti Ludwig & Reynolds (1988) dengan formula sebagai berikut:

R= S-1/ ln (N)

Nilai indeks kekayaan jenis (R) pada masing-masing zona berkisara antara 2,11392985 (zona berlempeng ) – 4,517137525 (zona lempeng berpasir). Dilihat dari jumlah jenis moluska yang ditemukan pada masing-masing zona, zona lempeng memilki jumlah paling sedikit yaitu 15 jenis. Sedangkan jumlah jenis terbanyak terdapat pada zona batu beralga yaitu sebanyak 32 jenis. Ada kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah jenisnya, maka semakin kecil nilai indeks kekayaan jenisnya. Nilai indeks kekayaan jenis suatu zona akan tinggi apabila jumlah jenis seluruhnya ada yang tinggi. Apabila jumlah jenis hampir sama, maka kekayaan jenis akan tinggi pada zona yang memilki jumlah yang lebih sedikit (Krebbs, 1989). Berpedoman pada daget (1976), dimana nilainya berkisar pada angka 50,0 maka dapat dikatakan bahwa pada pantai Pancur memilikinilai kekayaan jenis moluska dalam kategori sedang.

Dilihat dari ketiga indeks tersebut, jika dikaitkan dengan kondisi habitat terlihat adanya korelasi anatara komposisi jenis moluska dengan kondisi lingkungan abiotiknya. Pemanfaatan Pantai Pancur sebagai tempat wisata menjadi salah satu faktor yang berperan penting bagi keberadaan moluska. Sehingga kondisi pantai menjadi ekstrim, yaitu karena pengaruh alam maupun karena pengaruh manusia, yaitu berupa sampah atau bahan pencemar.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, hasil penelitian ini termasuk sedang, jika dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Penelitian

(33)

31

Dody (1996) di pulau Fair, Maluku Tenggara mendapatkan 58 jenis. Penelitian Pelu (2000) diteluk Saleh Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat menemukan 56 jenis. Penelitian di muara Sungai Cisadane, Banten ditemukan 19 jenis (Cappenberg, 2004). Penelitian Cappenberg dan Panggabean (2005) di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta menemukan 23 jenis. Penelitian Kanjeran, Jawa timur. Penelitian di Teluk Gilimanuk, Bali ditemukan 35 jenis (Cappenberg dkk., 2006) dan penelitian lainnya di Sulawesi Utara (Cappenberg, 2002) diemukan 73 jenis.

(34)

32 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 1.

 Indeks keanekaragaman pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng:1,32747914; zona batu beralga: 1,68157804; zona lempeng berpasir: 2,346655; zona batu kecil: 1,947330.

 Indeks kemerataan pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng: 0,4901; zona batu beralga: 0,480930; zona lempeng berpasir: 0,68994; zona batu kecil: 0,66135.

 Indeks kekayaan pada tiap zona antara lain, zona batu berlempeng: 2,1139; zona batu beralga: 4,48650; zona lempeng berpasir: 4,5171; zona batu kecil: 2,864.

2. Zona yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi pada zona lempeng berpasir yaitu 2,346655866, untuk indeks kemerataan tertinggi adalah pada zona lempeng berpasir yaitu 0,689949921, sedangkan indeks kekayaan tertinggi adalah pada zona lempeng berpasir yaitu 4,517137525 .

(35)

33

3. Pola penyebaran jenis di daerah Pantai Pancur ini termasuk penyebaran kelompok. Pola penyebaran berkelompok dipengaruhi oleh faktor abiotik yang berpengaruh terhadap nilai H,E,R,D.

4. Spesies Moluska yang dominan pada tiap zona antara lain, Zona batu berlempeng : Austrocochleq contricta sebanyak 329 spesies dengan nilai dominansi sebesar 43,75%. Zona batu beralga: Clypeomorus moniliferus sebanyak 795 spesies dengan nilai dominasi sebesar 63,4984026%. Zona lempeng berpasir: Austrocochlea contricta sebesar 208 dengan nilai dominansi sebesar 33,656958%. Zona batu kecil: Cymatium parthenopeum sebanyak 151 dengan dominansi sebesar 28,17164179%.

6.2 Saran

Penelitian mengenai keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan Moluska di Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi lebih dikembangkan lagi karena wilayah ini berpotensi untuk pengembangan kekayaan laut khususnya untuk daerah Taman Nasional.

Dalam melakukan penelitian hendaklah dilakukan dengan sabar, teliti dan tekun dan dalam penelitian faktor eksternal agar selalu diperhatikan agar hasil penelitian lebih akurat, Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, hendaknya didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Andreas, Edy. 2008. Alas Purwo, (Online), (http://fmipa.unesa.ac.id/wp-content/uploads/2010/12/Alas-Purwo-1.pdf), diaskes 23 April 2014.

Cappenberg H.A.W. 2002. Keanekaragaman Jenis Gastropoda di Padang Lamun Perairan Sulut, Perairan Sulawesi dan Sekitarnya; 83-92

Cappenberg H.A.W. 2005. Moluska di Perairan Terumbu Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Oseonologi dan Limnologi di Indonesia 37:69-80.

Cappenberg H.A.W. 2006. Komunitas Moluska di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseonologi dan Limnologi di Indonesia 40:53-64

Cappenberg, H.A.W. 2000. Moluska dalam Penelitian Sumberdaya Kelautan Kawasan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Lut Sulut Bidang Biologi Laut. Proyek Pengembangan dan Penerapan Iptek Kelautan, P3o LIPI, Jakarta: 102 hal.

Daget, J. 1976. Les Modeles Mathematiques en Ecologie. Masson, Coll. Ecoll. 8 :172.

Dharmawan, A. dkk. 2005. Ekologi Hewan. UM Press. Malang.

Dody, S. 1996. Komunitas Moluska di Pulau Fair, Maluku Tengah. Perairan Maluku dan Sekitarnya, 11:1-8

Insafitri.2010.Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Bivalvia di Area Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan.ISSN:1907-9931,3(1).55-59h

Kastawi, Yusuf, dkk. 2003. Zoologi Avertebtrata. Malang: JICA.

Krebbs, O,J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collin Publishing, Canada. Ludwig, JA. & JF. Reynolds. 1988. Statistical Ecology A Primer on Methods and

Computing. J. Wiley & Sons. (XI + 337) hal.

Odum, E.P. 1993. Ecology. The University of Georgia, Georgia: 152 pp

Pelu, U. 2001. Penelitian Fauna Moluska di Pantai Teluk Saleh, Sumbawa, NTB Dalam : Takaendengan, K. 2001. Penelitian Potensi Sumber Daya Kelautan Pesisir Pulau Sumbawa dan Sekitarnya (eds). Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Kelautan Kawasan Timur Indonesia TA 200. P3o LIPI. Jakarta: 41-47.

(37)

Purwahyuni, Dian Sri. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah di Padang Rumput Sadengan, Hutan Heterogen dan Hutan Homogen Rowo Bado Taman Nasional Alas Purwo. Malang: skripsi tidak diterbitkan.

Romimohtarto, K. dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut.Jakarta: Djambatan

Soejipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Vicky. 2010. Taman Nasional Alas Purwo, (Online),

(http://vickylaros.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_36.pdf), diaskes 24 April 2014.

Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986. Biologycal Parameter for water quality Criteria. Bio.Science: 18.

Yuniarti, N. 2012. Keanekaragaman Dan Distribusi Bivalvia Dan Gantropoda (Moluska) Di Pesisir Glayem Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Bogor: IPB.

(38)

LAMPIRAN

Dokumentasi Kelompok 17 “Zona Batu Beralga”

Spesies Mollusca

No Kode Taksa

Klasifikasi Foto

Ulangan I Ulangan II

(39)

1 49 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Ordo:Cyloneritimorpha Famili: Neritidae Genus: Nerita

Spesies: Nerita albicilla (Linn 1758) 2 50 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Ordo:Cyloneritimorpha Famili: Neritidae Genus: Nerita

Spesies: Nerita exuvia (Linn 1758) 3 51 Kingdom: Animalia Filum: Molusca Kelas: Gastropoda Ordo: Neogastropoda Famili: Muricidae Genus:Thais Spesies:

Thais tuberosa (Linn 1958)

4 51 Kingdom: Animalia Filum: Molusca Kelas:Gastropoda Ordo:Neogastropoda Famili:Muricidae Genus:Thais Spesies:

Thais aculeata (Linn 1958)

(40)

Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Ordo: Cycloneritimorpha Famili: neritidae

Genus: Nerita

Spesies: Nerita textillis (Gmelin, 1791) 6 53 Kingdom Animalia Filum Moluska Kelas Gastropoda Ordo Littorinimorpha Famili Strombidae Genus Strombus Spesies Strombus sp 7 54 Kingdom Animalia Filum Moluska Kelas Gastropoda Ordo Neogastropoda Famili Conidae Genus Conus

Spesies Conus ebraeus L., 1758 8 55 Kingdom Animalia Filum Moluska Kelas Bivalvia Ordo Venerida Famili Vesicomyidae Genus Calyptogena Spesies Calyptogena sp

(41)

9 56 Kingdom Animalia Filum Moluska Kelas Gastropoda Ordo Littorinimorpha Famili Cypraeidae Genus Cypraea Spesies Cypraea sp 10 57 Enginamendicaria Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Ordo : - Family : Buccinidae Genus : Engina Spesies : Enginamendicaria L ,1758 11 58 Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Ordo : - Family : Genus : Cymatium Spesies : Cymatium parthenopeum

(42)

12 59 Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Ordo : - Family : Neritidae Genus : Nerita Spesies : Neritaalbicilla L,1758

13 60 (Keadaan molusca tidak bisa diidentifikasi) 14 61 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Subkelas: Prosobranchia Ordo: Archaeogastropoda Superfamili: Patellaceae Famili: Patellidae Genus: Patella

Species: Patelloida corticata (Hutton, 1880) 14 62 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Subkelas: Prosobranchia Ordo: Archaeogastropoda Superfamili: Patellaceae Famili: Patellidae Genus: Patella

Species: Patelloida rustica (Linnaeus, 1758) 15 63 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Ordo: Archaeogastropoda Famili: Turbinidae Genus: Turbo

Species: Turbo bruneus (Roding, 1798)

(43)

16 64 Kingdom: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Gastropoda Subkelas: Prosobranchia Ordo: Archaeogastropoda Super Famili: Patellaceae Famili: Patellidae Genus: Patella Species: Patelloida saccharina (Linnaeus, 1758) 17 65 Kingdom : animalia Filum : mollusca Kelas : gastropoda Ordo: neogastropoda Family: conidae Genus: conus

Spesies: Conus capitanellus L, 1758 18 66 Kingdom : animalia Filum : mollusca Kelas : gastropoda Ordo: neogastropoda Family: collumbellidae Genus: Pyrene

Spesies: Pyrene obscura, (Sowerby 1844)

Referensi

Dokumen terkait

Aliran datanya adalah sistem informasi Museum Geologi Bandung menerima perintah input data dari staff yang kemudian mendapat informasi tentang fosil

Gastropoda di zona intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo yang. meliputi komposisi jenis, indeks keanekaragaman jenis, dan

KEANEKARAGAMAN JENIS POLYPLACOPHORA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO; Aji Setyo Bawono, 101810401044; 2014: 56 halaman; Jurusan Biologi

dilaksanakan pada di zona intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo, ditemukan delapan jenis (spesies ) Holothuroidea yang berjumlah 225 individu. Indeks

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016” ini beserta

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016 ” ini

Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan penelitian yang dilakukan, yakni meliputi analisis terhadap kelayakan Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang mengalami