• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik Perbandingan Antara Data Aktual Dengan Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV.2. Perhitungan Nilai Stabilitas Marshall Dengan Program Artificial

IV.3.6. Grafik Perbandingan Antara Data Aktual Dengan Hasil

                                                       

Gambar 4.27 Kurva Grafik Data Neuron 8 (hasil simulasi) dengan Data Aktual.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan hasil pembahasan terhadap hasil-hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan Artificial Neural Network pada semua jaringan untuk melatih error merupakan suatu perhitungan yang sensitif. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.23 sampai 4.26 dan tabel 4.1 sampai 4.2, sebuah perubahan yang sangat kecil pada pelatihan error (MSE) dapat menyebabkan sebuah variasi yang besar terhadap kemampuan simulasi (R).

2. Berdasarkan perbandingan kemampuan simulasi maksimum dari gambar 4.23 sampai 4.26, kemampuan penyamarataan maksimum (R=0.87115) telah dihasilkan pada RTP8-5 dan 8 neuron pada hidden layer. Perbandingan kemampuan penyamarataan maksimum sebuah jaringan telah dibuktikan pada gambar 4.23 sampai 4.26, dengan meningkatkan angka pada neuron di hidden layer hingga mencapai 8, kemampuan penyamarataannya juga meningkat.

3. Berdasarkan pengembangan model Artificial Neural Network dan kesesuaian pada bentuk variasi stabilitas marshall untuk aspal beton

diambil kesimpulan bahwa stabilitas marshall tidak dipengaruhi oleh satu parameter saja, tetapi berpengaruh terhadap setiap parameter atau campuran yang membentuk aspal tersebut.

V.2 Saran

Beberapa hal yang dapat menjadi saran sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan suatu metode lain yang digunakan untuk menentukan stabilitas marshall dengan cara meramalkan nilai stabilitas marshall yang akan terjadi jika menggunakan parameter atau bahan campuran yang sama.

2. Penganalisaan terhadap penggunaan neural network toolbox serta pengaruh dari banyak faktor seperti tipe agregat, filler, penambahan zat aditif dan angka untuk data pelatihan, dapat dijadikan sebagai penelitian selanjutnya untuk mengembangkan Artificial Neural Network.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Umum

Pada perencanaan perkerasan jalan raya dibutuhkan konsep pengetahuan

yang baik dalam merencanakannya baik dari segi material pengisi bahan – bahan

tiap lapisan perkerasan jalan raya dan juga proses pengerjaan struktur perkerasan

jalan raya tersebut. Untuk mendesain perkerasan jalan digunakan beberapa

parameter yang dapat mempengaruhi struktur perkerasan jalan tersebut. Salah satu

parameter penting tersebut adalah Stabilitas Marshall yang digunakan pada desain

pencampuran aspal. Dengan perkembangan teknologi pada bidang pengetahuan

dan melalui percobaan dari beberapa peneliti, maka telah diteliti penentuan nilai

Stabilitas Marshall dengan menggunakan suatu program yang disebut program

jaringan saraf tiruan. Digunakannya parameter-parameter seperti persentase

agregat yang lolos ayakan nomor 200, 50, 30, 8, 4 dan ½ inch, agregat pecah, dan

kadar aspal telah diteliti hingga mendapatkan nilai Stabilitas Marshall. (M.

Saffarzadeh and A. Heidaripanah)

Perkerasan merupakan struktur yang terdiri dari banyak lapisan yang

dibuat untuk menambah daya dukung tanah agar dapat memikul repetisi beban

lalu lintas sehingga tanah tidak mengalami deformasi yang berarti. Perkerasan

atau struktur perkerasan didefenisikan sebagai struktur yang terdiri dari satu atau

lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan yang memiliki kualitas yang baik.

dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Perkerasan

dimaksudkan untuk memberikan permukaan yang halus dan aman pada segala

kondisi cuaca, serta tebal dari setiap lapisan harus cukup aman untuk memikul

beban yang bekerja di atasnya.

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan

aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar

partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal

dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan

pembentuknya. Fraksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat

(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,

bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat

kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja

campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat agregat dan aspal serta

sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan

beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat

diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan

dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai. Perkerasan jalan di Indonesia

umumnya mengalami kerusakan awal (kerusakan dini) antara lain akibat pengaruh

beban lalu lintas kendaraan yang berlebihan (over loading), temperatur (cuaca),

air, dan konstruksi perkerasan yang kurang memenuhi persyaratan teknis.

Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis

campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka. Tebal

minimum penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada

lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang digunakan. Beberapa jenis

campuran aspal panas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :

- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)

- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)

- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)

Laston (AC) merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi

perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara

agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu.

Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC)

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Rev.3

Laston (AC) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada

konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus

(AC-wearing course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt Treated Base)).

a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt

cm. Lapisan ini adalah lapisan yang berhubungan langsung dengan ban

kendaraan.

b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt

Concrete – Binder Course) dengan tebal minimum AC – BC adalah 5 cm. Lapisan ini untuk membentuk lapis pondasi jika digunakan pada pekerjaan

peningkatan atau pemeliharaan jalan.

c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt

Concrete-Base) dengan tebal minimum AC-Base adalah 6 cm. Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca tetapi memerlukan stabilitas

untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda

kendaraan.

Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi (bila

diperlukan) dan aspal yang dicampur secara panas pada temperatur tertentu.

Komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus

direncanakan sehingga setelah terpasang diperoleh perkerasan beraspal yang

memenuhi kriteria :

a) Stabilitas yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu mendukung beban

lalu-lintas yang melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan

deformasi plastis selama umur rencana.

b) Durabilitas yang cukup. Lapisan beraspal mempunyai keawetan yang

cukup akibat pengaruh cuaca dan beban lalu-lintas.

c) Kelenturan yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu menahan lendutan

d) Cukup kedap air. Lapisan beraspal cukup kedap air sehingga tidak ada

rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di bawahnya.

e) Kekesatan yang cukup. Kekesatan permukaan lapisan beraspal

berhubungan erat dengan keselamatan pengguna jalan.

f) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique). Lapisan beraspal harus mampu

menahan beban berulang dari beban lalu-lintas selama umur rencana. g) Kemudahan kerja. Campuran beraspal harus mudah dilaksanakan, mudah

dihamparkan dan dipadatkan.

h) Untuk dapat memenuhi ketujuh kriteria tersebut, maka sebelum pekerjaan

campuran beraspal dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat formula

campuran kerja (FCK). Pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK) atau

lebih dikenal dengan JMF (Job Mix Formula), meliputi penentuan

proporsi dari beberapa fraksi agregat dengan aspal sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan kinerja perkerasan yang memenuhi syarat.

Pembuatan campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai

dari penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan

dilanjutkan dengan membuat Formula Campuran Rencana (FCR) yang

dilakukan di laboratorium. FCR dapat disetujui menjadi FCK apabila dari

hasil percobaan pencampuran dan percobaan pemadatan di lapangan telah

II.2. Bahan Campuran Aspal Panas

II.2.1. Agregat

Agregat atau batu, atau glanular material adalah material berbutir yang keras

dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu

batu, dan pasir. Agregat/batuan di definisikan secara umum sebagai formasi kulit

bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai

suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun

berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari

lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan

persentase berat atau 75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan

demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan di tentukan daya

dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat

dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat mempunyai peranan

yang sangat penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada

perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh

karakteristik agregat yang di gunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan

memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan

atau pemeliharaan jalan.

Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan

jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir,

tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan

II.2.1.1. Sifat agregat.

Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul

beban lalu-lintas. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan

konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan

dipengaruhi oleh: a. Gradasi

b. Ukuran maksimum

c. Kadar lempung

d. Kekerasan dan ketahanan

e. Bentuk butir

f. Tekstur permukaan

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh:

a. Porositas

b. Kemungkinan basah

c. Jenis agregat

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman

dan aman, dipengaruhi oleh:

a. Tahanan geser (skid resistance)

b. Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan

II.2.1.2. Klasifikasi agregat

Di tinjau dari asal kejadiannya agregat/batuan dapat di bedakan atas batuan

beku (igneous rock), batuan sedimen dan batuan metamorf (batuan malihan). ‐ Batuan beku

Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Di bedakan atas

batuan beku luar (exstrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive

igneous rock).

‐ Batuan sedimen

Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman.

Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di

danau, laut dan sebagainya. ‐ Batuan metamorf

Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses

perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit

bumi.

II.2.1.3. Jenis agregat dan Persyaratan Sifat Agregat.

Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifisikan

berdasarkan sumbernya, seperti contohnya agregat alam,agregat hasil pemrosesan,

agregat buatan atau agregat artifisial.

Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar,

agregat halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan

bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang

akan dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan haruslah

buku spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut

Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk

Campuran Beraspal Panas, Dep. PU, 2010 memberikan persyaratan untuk agregat

sebagai berikut :

1. Agregat Kasar

Tabel 2.2. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal.

Jenis pemeriksaan Standart

Syarat maks/min

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat.

SNI 03-3407-1994 Maks. 12 %

Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 30 %

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90(*)

Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10 %

Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.1 %

Sumber : (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI

PerkerasanBeraspal, Dep. PU, 2010 Catatan :

(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang

pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua

atau lebih.

2. Agregat Halus

Tabel 2.3.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal.

Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 60 %

Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 %

Kadar Lempung SNI 3432 : 2008 Maks. 1%

Sumber : (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI

Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010) 3. Bahan Pengisi (filler)

Menurut SNI 03-6723-2002 yang dimaksud bahan pengisi adalah bahan yang

lolos ukuran saringan no.30 (0,59 mm) dan paling sedikit 65% lolos saringan

no.200 (0.075 mm). Pada waktu digunakan bahan pengisi harus cukup kering

untuk dapat mengalir bebas dan tidak boleh menggumpal. Macam bahan pengisi

yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu

dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak

plastis lainnya. Banyaknya bahan pengisi dalam campuran aspal beton sangat

dibatasi. Kebanyakan bahan pengisi, maka campuran akan sangat kaku dan mudah

retak disamping memerlukan aspal yang banyak untuk memenuhi workability.

Sebaliknya kekurangan bahan pengisi campuran menjadi sangat lentur dan mudah

terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga menghasilkan jalan yang

bergelombang.

Ukuran Saringan Persen Lolos

No. 30 (600 mikron) 100

No. 50 (300 mikron) 95 – 100

No. 200 (75 mikron) 70 – 100

Sumber : SNI 03-6723-2002 (spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal)

Material filler bersama-sama dengan aspal membentuk mortar dan berperan sebagai pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan dan ketahanan

campuran serta meningkatkan stabilitas campuran, sedangkan pada campuran

laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam campuran. Pada prakteknya fungsi dari filler adalah untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan

mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Meningkatkan komposisi filler dalam

campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadar air

void (rongga udara) dalam campuran. 4. Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen

terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang

diberikan dalam Tabel 2.5. Rancangan dan perbandingan campuran untuk

gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang

diberikan dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Catatan : 1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar benar senjang, paling . . .

. sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2.36 mm) harus lolos ayakan

. . . No.30 (0.600 mm).

2. Apabila tidak ditetapkan dalam gambar, penggunaan pemilihan .. . .

. gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

II.2.1.4. Sifat-Sifat Fisik Agregat dan Hubungannya Dengan Kinerja Campuran.

Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat

menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Pada

campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap berat

campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari

kinerja campuran tersebut.

Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara lain :

a) Ukuran butir

c) Kebersihan

d) Kekerasan

e) Bentuk partikel

f) Tekstur permukaan

g) Penyerapan

h) Kelekatan terhadap aspal

Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume

bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20o – 25oC

(68o –77o F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis agregat, yaitu :

a) Berat Jenis semu (apparent specific gravity), Berat Jenis Semu, volume

dipandang sebagai volume menyeluruh dari agregat, tidak termasuk

volume pori yang dapat terisi air setelah perendaman selama 24 jam.

b) Berat Jenis bulk (bulk specific gravity), Berat Jenis bulk, volume

dipandang volume menyeluruh agregat, termasuk volume pori yang dapat

terisi oleh air setelah direndam selama 24 jam.

c) Berat Jenis efektif (effective specific gravity), Berat Jenis efektif, volume

dipandang volume menyeluruh dari agregat tidak termasuk volume pori

yang dapat menghisap aspal.

II.2.2. Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat

II.2.2.1. Jenis aspal.

Berdasarkan cara diperoleh aspal dapat dibedakan atas:

1. Aspal alam,

2. Aspal buatan.

II.2.2.1.1. Aspal minyak (petroloeum aspal).

Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas: a. Aspal keras/semen (AC).

Asphalt Concrete(AC) adalah lapisan atas kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal dengan agregat yang dihampar dan dipadatkan pada suhu

tertentu. AC merupakan jenis lapisan permukaan struktural yang berfungsi

sebagai lapisan aus dan pelindung kontruksi di bawahnya, tidak licin,

permukaannya rata, sehingga memberikan kenyamanan pengguna jalan. Aspal

keras/aspal cement adalah aspal yang di gunakan dalam keadaan cair dan panas.

Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temerature ruang) .

Aspal semen pada temperature ruang ( berbentuk padat. Aspal

semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis

minyak bumi asalnya.

Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan niai penetrasinya

yaitu:

1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50

2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70

3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100

4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150

b. Aspal dingin/cair.

Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari

hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian berbentuk cair dalam

temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap

bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas:

1. RC (Rapid Curing Cut Back)

2. MC (Medium Curing Cut Back)

3. SC (Slow Curing Cut Back)

c. Aspal emulsi.

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan

pengemulsi.

II.2.2.1.2. Aspal buton.

Aspal alam yang terdapat di indonesia dan telah dimanfaatkan adalah

aspal dari pulau buton. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan

bahan material lainnya dalam bentuk batuan. Karena aspal buton merupakan

bahan alam maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari

rendah sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya aspal

buton dapat dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30. (aspal buton B10

adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%).

II.2.2.2. Komposisi aspal

Aspal merupakan unsur hidrokarbon yang sangat komplek, sangat sukar

untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut.

Komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes. Asphaltenes

heptane. Maltenes larut dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri

dari resins dan oils. Resins adalah cairan berwarna kuning atau cokelat tua yang

memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau

berkurang selama masa pelayanan jalan. Sedangkan oil yang berwarna lebih

muda merupakan media dari asphaltenes dan resin. Proporsi dari asphaltenes,

resins, dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti

kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan aspal

dalam campuran.

II.2.2.3. Sifat aspal.

Aspal yang dipergunakan pada kontruksi perkerasan jalan berfungsi

sebagai:

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

antara aspal itu sendiri.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang

ada dari agregat itu sendiri.

Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap

cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis

yang baik.

1. Daya tahan (durability)

Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya

akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat

dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal,

faktor pelaksanaan dan lain-lain. Meskipun demikian sifat ini dapat

2. Adhesi dan Kohesi

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan

ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal

untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah jadi

pengikatan.

3. Kepekaan terhadap temperatur

Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih

kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur

bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur.

Kepekaan terhadap dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung

dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.

4. Kekerasan aspal

Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat

sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan

agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Pada waktu pelaksanaan,

terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah

tinggi). Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan

selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi

yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.

Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.

II.2.2.4. Pemeriksaan Properties Aspal

Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga

sifat-sifat aspal harus diperiksa di labotarium dan aspal yang memenuhi syarat yang

Pemeriksaan sifat (asphalt properties) dari campuran dilakukan melalui beberapa

uji meliputi:

a. Uji penetrasi

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan apakah aspal keras atau lembek

(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,

beban, waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian ini dilakukan

dengan membebani permukaan aspal seberat 100 gram pada tumpuan jarum

berdiameter 1 mm selama 5 detik pada temperature Besarnya penetrasi di

ukur dan dinyatakan dalam angka yang dikalikan dengan 0,1 mm. Semakin tinggi

nilai penetrasi menunjukkan bahwa aspal semakin elastis dan membuat

perkerasan jalan menjadi lebih tahan terhadap kelelehan/fatigue.Hasil pengujian

ini sselanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau ter

untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian

penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh fakor berat beban total, ukuran sudut dan

Dokumen terkait