• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik pola tidur lansia berdasarkan kuantitas dan kualitas tidur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1.2 Pola tidur responden berdasarkan parameter tidur

1.2.2 Grafik pola tidur lansia berdasarkan kuantitas dan kualitas tidur

Grafik 1. Total jam tidur malam hari normal dan responden lansia.

Grafik 2. Waktu untuk memulai tidur normal dan responden lansia.

Normal > 6-7 jam Lansia 5-6 jam 0 1 2 3 4

Total jam tidur malam hari

Normal <15 menit Lansia >30-60 menit 0 10 20 30 40 50 60

Grafik 3.Frekuensi terbangun selama tidur malam hari normal dan responden lansia.

Grafik 4. Pola tidur berdasarkan kuantitas tidur normal dan responden lansia.

Normal >1-2 kali Lansia >3-4 kali 0 1 2 3 4

Frekuensi terbangun malam hari

Normal>6-7 jam

Normal 15 menit Normal >1-2 kali Lansia >5-6 jam Lanisa >30-60 menit Lanisa >3-4 kali 0 1 2 3 4

Total jam tidur malam hari Waktu memulai tidur malam hari

Frekuensi terbangun malam hari

Grafik 5. Perasaan bangun pagi normal dan responden lansia.

Grafik 6. Kedalaman tidur normal dan responden lansia.

Grafik 7. Kepuasan tidur malam hari normal dan responden lansia.

Normal : merasa segar dan bersemangat Lansia : sedikit mengantuk 0 1 2 3 4

Perasaan bangun pagi

Normal : tidur

sangat nyenyak Lansia : sedikit mengantuk 0 1 2 3 4 Kedalaman tidur Normal : sangat puas Lansia : sedikit puas 0 1 2 3 4

Grafik 8. Perasaan mengantuk disiang hari normal dan responden lansia.

Grafik 9. Pola tidur berdasarkan kualitas tidur normal dan responden lansia.

Normal : tidak ada mengantuk Lansia : sangat mengantuk 0 1 2 3 4 Normal Normal : merasa segar dan bersemangat Normal : tidur sangat nyenyak Normal : sangat puas

Normal : tidak ada mengantuk Lansia : sedikit

mengantuk

Lansia : tidur tapi tidak nyenyak Lansia : sedikit puas Lansia sangat mengantuk 0 1 2 3 4

Perasaan bangun pagi Kedalaman tidur Kepuasan tidur Perasaan mengantuk siang hari

2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya 68% responden melaporkan bahwa jam tidur mereka 5-6 jam. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Evan and Rogesr, (1994) tentang jam tidur atau pola tidur lansia yang sehat, dimana didapatkan total jam tidur adalah 6 jam. Hal ini berbeda menurut Iskandar (2001) yang manyatakan bahwa lansia normal dapat tidur 7-7,5 jam yang dapat dipengaruhi oleh faktor fisik lansia itu sendiri seperti yang dikemukakan dalam Kozier (1987) bahwa kelelahan karena aktifitas yang sedang dilakukan seseorang dapat membuat tidur dengan tenang. Dijelaskan bahwa lansia mudah lelah sehingga membutuhkan periode yang panjang untuk tidur (Staab and Hodges, 1996).

Dari hasil penelitian ini didapat laporan bahwa waktu memulai tidur lansia >30-60 menit dialami 92% responden. Karachan et al, (1976) dalam Buysse et al, (1998) menyatakan bahwa survey epidemiologi beberapa peneliti mengidentifikasi 15-35% dari populasi lansia mengeluhkan gangguan tidur, seperti kesulitan untuk tertidur dan kesulitan untuk mempertahankan tidur. Hal ini bisa disebabkan karena stress emosional dan kekhawatiran terhadap masalah pribadi atau terhadap situasi sehingga dapat mengganggu tidur. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Miller (1995) bahwa kecemasan, demensia, depresi dan gangguan sensori adalah gangguan psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Kecemasan merupakan frekuensi yang paling besar dalam gangguan tidur di malam hari. Seseorang yang mengalami depresi membutuhkan waktu yang panjang untuk tertidur, kehilangan

deep sleep dan meningkatnya light sleep, terbangun pada malam hari lebih sering dan lebih cepat terbangun pada pagi hari.

Pada penelitian ini 73% responden melaporkan bahwa mereka terbangun >3-4 kali pada malam hari. Evan and Rogers, (1994) menyatakan bahwa lansia terbangun 3 kali selama tidur dimalam hari. Ketidaknyamanan fisik merupakan salah satu penyebab utama kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari (Potter and Perry, 2001). Lansia mungkin saja terbangun dari tidur pada malam hari karena terjadinya penurunan temperatur tubuh yang diakibatkan penurunan metabolisme dan penurunan aktifitas otot. Cuaca terlalu panas juga dapat menganggu tidur (Lueckenotte, 2000).

Perubahan tidur pada lansia yang paling umum adalah terjadinya peningkatan jumlah waktu ditempat tidur namun efisiensi kurang, peningkatan waktu latensi tidur, peningkatan frekuensi terbangun dan tidur dimalam hari, (Foreman, 1995). Lansia dapat dengan mudah lelah sehingga membutuhkan periode yang lebih panjang untuk tertidur, sehingga kurang kebutuhan tidur dapat menyebabkan rendahnya tingkat energi (Staab and Hodges, 1996).

Berdasarkan penelitian didapat 62% responden merasa sedikit mengantuk saat bangun dipagi hari. Ini mengindikasikan bahwa tidak segar sewaktu bangun di pagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi terbangun (Miller, 1995). Dari referensi dan laporan analisa tentang tidur terdahulu mengatakan bahwa sedikit mengantuk di pagi hari dapat diindikasikan dari frekuensi terbangun pada malam hari (Lueckenotte, 2001).

Hampir dari separuh responden mempersepsikan tidurnya tidak nyenyak yaitu 49%. Seiring pendapat Vitiello and Printz (1990) bahwa 25%-40% lansia mengeluh tidur tidak nyenyak dan mengalami waktu terjaga yang panjang. Suara bising adalah gangguan lingkungan yang sangat potensial untuk mengganggu tidur (Miller, 1995 ; Lueckenotte, 2000).

Sebanyak 52% responden mengeluhkan tidurnya sedikit puas. Penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Craven and Harnle, (2001) ; Lueckenotte (2000) bahwa perubahan tidur pada lansia adalah jumlah waktu untuk tidur berkurang, peningkatan waktu untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari, perasaan tidak segar dipagi hari dan tidak merasa puas dengan tidurnya.

Lansia umumnya mengalami perubahan pola tidur pada aspek parameter kuantitas dan kualitas tidurnya dan perubahan ini merupakan dampak yang berkaitan dengan pertambahan usia dan proses penuaan (Potter and Perry, 2001). Miller, (1995) juga mengatakan bahwa lansia yang sehat memiliki pengalaman pada perubahan siklus tidurnya seperti membutuhkan waktu yang lama untuk tertidur, lebih sering terbangun dimalam hari, membutuhkan waktu yang lama di tempat tidur tetapi lamanya waktu tidur lebih sedikit dari masa sebelumnya. Sehingga lansia merasa kualitas tidur mereka tidak memuaskan.

Hampir separuh responden merasa sangat mengantuk di siang hari yaitu sebanyak 48%. Rasa mengantuk selama seharian pada lansia dapat disebabkan oleh peningkatan frekuensi terbangun pada malam hari. Hal ini sering menyebabkan para lansia mengalami kecelakaan seperti kecelakaan sepeda motor dan terjatuh (Lueckenotte, 2000). Fitchen et al, (1995) dalam Lueckenotte, (2000) menyatakan bahwa lansia biasanya mengalami perubahan tidur sehubungan dengan penambahan umur. Perubahan tersebut berupa peningkatan periode latensi, penurunan periode efisiensi, lebih sering terbangun malam hari, peningkatan frekuensi terbangun pada dini hari, dan peningkatan rasa mengantuk sepanjang hari.

Walaupun dalam pola tidur lansia menunjukkan sebahagian kualitas tidur mereka kurang baik dalam penilaian total jam tidur 5-6 jam, waktu memulai tidur >30-60 menit, terbangun >3-4 kali, perasaan segar sewaktu bangun pagi sedikit mengantuk, kedalaman tidur responden tidur tapi tidak nyenyak, kepuasan tidur responden sedikit puas, sangat mengantuk di siang hari maka pada hasil laporan subjektifitas menunjukkan bahwa kualitas tidur mereka baik. Hal ini memungkinkan dalam konteks study tentang tidur lansia bahwa penilaian subjektifitas berdasarkan laporan mereka lebih diterima dibandingkan dengan hasil pola tidur secara umum. Walaupun mengalami perubahan tidur sebagai konsekuensi proses penuaan terjadi secara bertahap sehingga lansia mempersepsikan kualitas tidurnya baik dan mereka tidak mengalami perubahan atau gangguan dalam tidur yang signifikan bagi dirinya.

Kondisi ini memungkinkan dimana kualitas tidur lansia yang baik dapat diindikasikan karena mereka dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikososialnya (Potter and Perry, 2001).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Oliveira, (2008) di Brazil yang melaporkan bahwa kualitas tidur yang dilaporkan secara subjektif oleh lansia baik atau cukup baik dikarenakan lansia tidak merasakan bahwa gangguan yang dialaminya berbahaya dan mereka mempersepsikan bahwa hal ini normal karena bagian dari proses penuaan seperti bangun terlalu pagi, mengalami gangguan tidur, dan merasakan nyeri Oliveira, (2010) dalam Khasanah, (2012).

BAB 6

Dokumen terkait