• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Granul Effervescent

Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali yang mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari unsur asam

(asam sitrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat, natrium bikarbonat). Bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989).

Keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mangandung dosis yang tepat. Selain itu zat aktif akan cepat diabsorbsi sehingga cepat mencapai onset. Banyak studi menerangkan bahwa tablet dan serbuk effervescent dapat meningkatkan absorbsi jumlah zat aktifnya dibandingkan formulasi konvensional seperti tablet dan kapsul (Lee, 2000).

Kerugian sediaan effervescent adalah produk yang dihasilkan sukar stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervescent (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1989).

Bahan-bahan tambahan dalam pembuatan sediaan effervescent

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah :

a. Sumber asam

Yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada pencampuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air akan terhidrolisis kemudian melepaskan asam yang pada proses selanjutnya akan bereaksi dengan sumber karbonat sehingga menghasilkan CO2 (Mohrle, 1989). Sumber asam yang paling umum digunakan adalah food acid salah satunya yaitu asam fumarat. Asam fumarat berbentuk kristal putih. Kelarutan dalam air 1 : 45, dalam etanol (100%) sebesar 1 : 36%, dan dalam propilenglikol 1 : 30 dan bersifat non higroskopis (Boylan, Cooper, Chowhan, 1986). Dengan sifat asam fumarat yang non higroskopis

maka lembab yang terserap dalam sediaan menjadi lebih sedikit sehingga sediaan effervescent yang dihasilkan lebih stabil. Asam fumarat memiliki kompresibilitas yang baik dibandingkan dengan asam-asam lainnya (Mohrle, 1989).

b. Sumber karbonat

Karbonat digunakan untuk menghasilkan CO2. Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat lebih sering digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent (Ansel, 1989). Natrium bikarbonat memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis, tersedia dalam bentuk bubuk sampai granuler serta memiliki kompresibilitas yang paling baik diantara semua karbonat (Mohrle, 1989). Sifat natrium bikarbonat yang non higroskopis dapat mengurangi kemungkinan terserapnya lembab sehingga sediaan yang dihasilkan memiliki kandungan lembab yang rendah. Dengan kandungan lembab yang rendah maka sediaan effervescent yang dihasilkan menjadi lebih stabil.

c. Bahan pengikat

Yaitu bahan yang membantu mengikat serbuk menjadi granul atau mengikat granul dalam proses pengempaan. PVP merupakan bahan pengikat yang paling umum digunakan. PVP dapat digunakan baik untuk pencampuran basah ataupun kering (Parikh, 1997). PVP cocok digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat yang tidak larut air. PVP merupakan zat yang bersifat hidrofilik yang mudah larut dalam air. Sifat PVP yang hidrofilik ini dapat meningkatkan hidrofilisitas granul sehingga granul mudah ditembus air. Penetrasi air ke dalam granul akan

menyebabkan terjadinya reaksi effervescent (Voigt, 1984). PVP yang digunakan dalam penelitian ini adalah PVP K 30. PVP berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik. PVP mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).

d. Bahan tambahan lain

Bahan-bahan tambahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah pemanis dan pewarna. Bahan-bahan ini dipakai untuk memperbaiki penampilan dan rasa dari sediaan effervescent (Mohrle, 1989). Aspartam termasuk golongan 3 pemanis yang paling banyak digunakan dalam industri makanan dan obat, selain sukrosa dan sakarin. Aspartam merupakan pemanis yang dihasilkan dari sintesis kimia. Keunggulannya dibandingkan dengan sakarin adalah rasa sesudahnya tidak ada dan tidak menimbulkan rasa pahit (Ansel, 1989). Aspartam stabil dalam kondisi kering. Aspartam merupakan hasil sintesis, maka para formulator harus mempertimbangkan lagi dalam menggunakan aspartam, sebagai pemanis obat. Meskipun demikian penggunaannya masih bisa tetap dianjurkan namun dengan sangat dibatasi (Lieberman dkk, 1989). Batas maksimum penggunaan aspartam yang diperbolehkan tiap harinya yaitu 40 mg/kg BB (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006).

D. Granulasi Kering

Granulasi kering dapat dilakukan melalui proses khusus dengan menggunakan alat yang disebut dengan roller compactor atau chilsonator. Prosedur lainnya yaitu slugging, dimana slug atau tablet berukuran besar dibuat dengan mesin tablet dan kemudian dihancurkan untuk menghasilkan ukuran granul yang diinginkan (Mohrle, 1989). Pada metode granulasi kering, baik bahan aktif maupun bahan tambahan harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang besar dapat terbentuk (Ansel, 1969).

E. Sifat Fisik Granul Effervescent

Pemeriksaan sifat fisik granul Effervescent yang dilakukan meliputi:

1. Kandungan lembab granul

Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan padat. Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul dan tablet, dan stabilitas obat. Kandungan lembab granul effervescent perlu diketahui untuk melihat apakah ada reaksi effervescent yang prematur, sehingga dapat mengakibatkan jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan berkurang sehingga berpengaruh terhadap kenyamanan orang yang mengkonsumsi sediaan granul effervescent (Wadke & Jacobson, 1980). Kandungan lembab yang baik pada granul effervescent yaitu antara 0,4% - 0,7% (Fausett, Junior, dan Dash, 2000).

2. Kecepatan alir

Sifat alir granul diperlukan untuk memastikan pencampuran yang efisien dan didapat keseragaman bobot granul saat dituang ke dalam pengemas. Ada dua metode yang umum digunakan untuk mengukur sifat alir, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung dengan mengukur sudut diam dan pengetapan (Banker dan Anderson, 1986). Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik untuk 100 g granul (Fudholi, 1983).

3. Waktu larut

Waktu larut sediaan effervescent merupakan salah satu karakteristik yang penting. Ada beberapa faktor yang menghalangi hancurnya granul effervescent yaitu konsentrasi berlebihan material yang tidak larut dan penggunaan bahan pengikat terlalu banyak. Proses hancurnya granul effervescent dimulai dari terjadinya reaksi effervescent sampai melarutnya partikel atau fragmen secara perlahan-lahan. Salah satu keunggulan dari sediaan effervescent yaitu memiliki waktu larut yang cepat yaitu 1-2,5 menit (Wehling dan Fred , 2004).

4. pH larutan

Uji pH dilakukan dengan memasukkan indikator (elektroda) alat uji pH yaitu pH meter elektrik ke dalam larutan granul effervescent. pH yang diharapkan untuk granul effervescent ekstrak teh hijau adalah 5-7 karena pada pH tersebut kandungan utama ekstrak teh hijau yaitu EGCG stabil dan memiliki kelarutan tertinggi (Kellar et al., 2005).

F. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1997).

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan 2 faktor dan 2 level (Armstrong dan James, 1996). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap respon, juga memungkinkan untuk mengetahui interaksi di antara faktor-faktor tersebut (Bolton, 1997; Voigt, 1994).

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level seperti tabel I berikut :

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - +

A + - -

B - + - AB + + +

Keterangan :

- = level rendah + = level tinggi

Formula (1) = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi Rumusan yang berlaku :

Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12 (XA)(XB)...(1) Dengan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati (XA)(XB) = level faktor A dan faktor B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Dari rumus (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran yang optimum. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997).

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antarfaktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Muth, 1999).

G. Landasan Teori

Teh hijau telah diketahui memiliki banyak manfaat seperti menghambat pertumbuhan tumor, mencegah arthritis, mencegah kerusakan hati, serta sebagai penurun berat badan. Khasiat teh hijau yang juga telah banyak diteliti yaitu sebagai antioksidan. Senyawa kimia dalam teh hijau yang diketahui berkhasiat sebagai antioksidan adalah (-) epigallocathecin 3-gallate (EGCG) yang merupakan komponen terbesar dalam teh hijau.

Dosis ekstrak teh hijau yang digunakan dihitung berdasarkan kandungan EGCG dalam ekstrak teh hijau karena efek yang diinginkan yaitu sebagai antioksidan. Sementara itu, dosis EGCG mengacu pada produk yang telah beredar di pasaran yaitu 35 mg EGCG per sajian.

EGCG memiliki kompatibilitas yang baik dengan berbagai macam eksipien, sehingga bisa dikembangkan menjadi oral dosage forms (Kellar et al., 2005). EGCG paling stabil pada pH 5 dan memiliki kelarutan tertinggi pada pH 5-7. Pada penelitian ini pH larutan optimum berkisar antara 5-7 sehingga EGCG tetap stabil dalam sediaan effervescent.

Karena begitu banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari teh hijau maka perlu dibuat sediaan yang dapat digunakan oleh masyarakat dengan mudah. Bentuk sediaan yang dipilih pada penelitian ini adalah granul effervescent yang dibuat dengan metode granulasi kering. Alasan pemilihan bentuk sediaan tersebut karena lebih mudah dikonsumsi, memiliki rasa yang enak, dan terjamin ketepatan dosisnya. Granul dibuat dengan metode granulasi kering dimana bahan yang telah dicampurkan

dikempa menjadi slug kemudian dihancurkan dan diayak dengan ayakan yang dikehendaki.

Sumber asam dan sumber basa dalam pembuatan granul effervescent merupakan komponen yang mutlak harus ada. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan optimasi komposisi asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Level rendah asam fumarat yang digunakan adalah 15% sedangkan level tinggi yang digunakan adalah 25% dari berat yang diinginkan. Sementara itu, penentuan jumlah basa yang digunakan didasarkan pada perhitungan stoikiometri.

Prediksi formula optimum yang dilihat dari sifat fisik sediaan granul effervescent dapat dilakukan dengan metode desain faktorial yang memiliki kelebihan dapat mengidentifikasi masing-masing faktor maupun interaksi keduanya.

H. Hipotesis

1. Berdasarkan teori mengenai karakteristik ekstrak teh hijau maka teh hijau dapat diformulasi menjadi sediaan effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas. 2. Ada hubungan antara faktor asam fumarat, natrium bikarbonat atau interaksi

keduanya dengan respon sifat fisik yang dihasilkan meliputi kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan.

3. Diduga ditemukan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu dengan mencari komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat sehingga dihasilkan granul effervescent ekstrak teh hijau yang memenuhi persyaratan sifat fisik granul effervescent.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai sumber asam dan sumber basa. Level rendah asam fumarat yaitu 600 mg sedangkan level tinggi asam fumarat yaitu 1000 mg. Level rendah natrium bikarbonat yaitu 874 mg sedangkan level tinggi natrium bikarbonat yaitu 1445 mg.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik granul effervescent yang meliputi kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali meliputi kelembaban relatif ruangan (± RH 55%, suhu ruangan (± 18oC), suhu pengeringan bahan dan granul effervescent (400C),

lama pencampuran serbuk (20 menit, 20 rpm) dan lama pencampuran granul (1 menit).

C. Definisi Operasional

1. Granul effervescent ekstrak teh hijau adalah suatu sediaan serbuk kasar sampai kasar sekali yang mengandung zat aktif dari ekstrak teh hijau, juga terdiri dari sumber asam (asam fumarat) dan sumber basa (natrium bikarbonat) yang bereaksi dengan cepat menghasilkan gas CO2 dengan penambahanair.

2. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering yang diperoleh dari PT. Sido Muncul dengan kandungan EGCG sebesar 7,14%.

3. Komposisi optimum granul effervescent ekstrak teh hijau adalah komposisi bahan penyusun granul (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik sebagai berikut memiliki kandungan lembab (0,4%-0,7%), kecepatan alir (lebih dari 10 gram per detik), waktu larut (1-2,5menit), dan pH larutan (5-7).

4. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati. Dalam penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul (kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut, dan pH larutan).

5. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. Besar efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata - rata respon pada level rendah dan rata–rata respon pada level tinggi.

D. Bahan Penelitian

Ekstrak teh hijau (PT. Sido Muncul), sukrosa (kualitas farmasetik, Brataco), asam fumarat (kualitas farmasetik, MKR), natrium bikarbonat (kualitas farmasetik, Brataco), aspartam (kualitas farmasetik, Brataco), PVP (kualitas farmasetik), etanol 96% (Brataco).

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat pengukur waktu alir, moisture analyzer (Sinar TM IR Balance 6100), pengayak granul (Laboratory Science, IML), oven (Memmert), lemari pendingin (Refrigerator, Toshiba), dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner (LG), pH meter, Cube mixer, stopwatch (Illuminator, Casio).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau a. Pemerian ekstrak kering teh hijau

Pemerian ekstrak kering teh hijau meliputi warna, bau, dan rasa ekstrak teh hijau.

b. Uji kandungan air ekstrak

Uji dilakukan dengan menggunakan alat moisture analyzer. 2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau

Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai antioksidan, yaitu mengandung 35 mg epigallocatechin gallat (EGCG).

Kandungan EGCG dalam ekstrak kering teh hijau adalah 7,14 % dihitung dengan kandungan lembab 3% sehingga untuk memperoleh 35 mg EGCG dibutuhkan 500 mg ekstrak kering teh hijau:

hijau teh ing ekstrak mg mg mg mg mg ker 500 2 , 490 100 / 14 , 7 35 14 , 7 35 ≈ = =

3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent

2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4……….(2) BM asam fumarat =116 ; BM Natrium bikarbonat = 84

• Level rendah gram g 0,6 4 100 15 = × Æ 0,0052mol 116 6 , 0 = 2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4………...(3) 0,0104 0,0052 mol

Massa NaHCO3 = 0,0104 x 84 = 0,874 gram

Jadi, level rendah untuk asam fumarat (C4H4O4)= 0,6 gram dan level rendah untuk basa Na Bikarbonat (NaHCO3) = 0,874 gram.

• Level tinggi gram g 1 4 100 25 = × Æ 0,0086 mol 116 1 = 2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4………...(4) 0,0172 0,0086 mol

Massa NaHCO3 = 0,0172 x 84 = 1,445 gram

Jadi, level tinggi untuk fumarat (C4H4O4)= 1 gram dan level tinggi untuk basa Na Bikarbonat (NaHCO3) = 1,445 gram.

4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam fumarat dan basa natrium bikarbonat

Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau

FORMULA BAHAN (mg)

1 a b ab

Ekstrak teh hijau 500 500 500 500

Asam fumarat 600 1000 600 1000

Natrium bikarbonat 874 874 1445 1445

PVP untuk granul asam 9,36 9,36 9,36 9,36

PVP untuk granul basa 16,5 16,5 16,5 16,5

Sukrosa 975 975 975 975

Aspartam 80 80 80 80

5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi kering

Pada pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau dengan metode granulasi kering, granul asam dan basa dibuat secara terpisah. Granul asam dibuat dengan

campuran ekstrak teh hijau, asam fumarat, sukrosa, aspartam dan PVP sebagai bahan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, sukrosa, dan serbuk kering PVP sebagai pengikat. Sebelum digunakan masing-masing bahan diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan nomor 50, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven (suhu ± 40oC) selama 2 hari. Campuran serbuk asam dan campuran serbuk basa masing-masing dihomogenkan dengan menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 20 menit kemudian dikeringkan dalam oven (suhu ± 40oC) selama 2 hari lalu dilanjutkan dengan proses slugging dengan menggunakan mesin tablet dengan tekanan 9 kg dan ukuran punch diameter 20 mm, setelah itu dihancurkan untuk mendapatkan granul dengan ukuran tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 20/30). Granul asam dan basa yang terbentuk lalu dikeringkan dalam oven (suhu ±40oC) selama 7 hari hingga didapatkan bobot konstan. Kemudian diuji sifat fisik granul effervescent yang didapat.

6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent a. Kandungan lembab granul

Ditimbang granul seberat 5 g, dimasukkan ke dalam oven untuk masing-masing formula (granul asam dan granul basa dalam kondisi terpisah) dalam cawan petri yang tersedia yang sebelumnya sudah ditara. Waktu pengeringan diatur sehingga bobot konstan (±7 hari) yakni sampai perbedaan bobot antara dua penimbangan berurutan tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Setelah didapat bobot konstan untuk masing-masing granul (asam dan basa) dalam 1 formula, dilakukan pengukuran

kandungan lembab untuk campuran granul asam dan basa dengan menggunakan moisture analyzer. Sejumlah kurang lebih 5 gram campuran granul asam dan basa dimasukkan ke dalam cawan alumunium, kemudian pengukuran dilakukan dengan pemanasan pada suhu 105oC selama 15 menit atau sampai bobot granul relatif konstan (Ansel, 1989).

b. Kecepatan alir

Granul ditimbang 100 g kemudian dituang pelan-pelan ke dalam corong berujung tangkai tertutup lewat dinding corong. Kemudian tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu mengalirnya granul sampai granul yang berada di dalam corong keluar semua dicatat dengan stopwatch. (Voigt, 1994).

c. Waktu larut

Masukkan campuran granul (sesuai bobot granul tiap-tiap formula) ke dalam gelas yang berisi 200 ml air. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk larut dalam air dengan menggunakan stopwatch (Mohrle,1980).

d. pH larutan

Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke dalam 200 ml air pada suhu 20-250C, diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak lagi terbentuk gas CO2.

7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum Respon untuk semua kombinasi dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan desain faktorial:

Y = b0 + b1(X1) + b2(X2) + b12 (X1)(X2) Keterangan:

Y = respon hasil percobaan/sifat yang diamati, contohnya: waktu hancur. X1 = level faktor 1 Æasam fumarat

X2 = level faktor 2 Ænatrium bikarbonat

X1X2 = level faktor 1 (asam fumarat) dikalikan level faktor 2 (natrium bikarbonat).

b0 = rata-rata hasil semua percobaan.

B1, b2, b12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari sifat fisik yang terkumpul dianalisis menggunakan metode desain faktorial. Dibuat profil sifat fisik (kandungan lembab, kecepatan alir, waktu hancur, pH larutan) granul effervescent ekstrak teh hijau berdasarkan persamaan desain faktorial (Bolton, 1997).

Dengan menggunakan perhitungan metode desain faktorial, dapat dihitung besarnya efek/pengaruh asam fumarat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Dari persamaan regresi desain faktorial dapat dibuat countour plot yang selanjutnya dapat ditentukan area

optimal dari masing-masing respon, sesuai dengan sifat fisik yang kita inginkan. Masing-masing area optimal kemudian digabung menjadi superimposed contour plot sehingga akan diperoleh komposisi optimumnya.

Untuk mengetahui perbedaan respon yang terjadi pada dua level asam-basa yang berbeda dan mengetahui adanya interaksi antara asam-basa yang diteliti dilakukan dengan analisis statistik Yate’s treatment. Berdasarkan analisis statistik ini maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari F hitung dan F tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis alternatif (Hi) yaitu terdapat hubungan antara faktor (asam fumarat, natrium bikarbonat, dan interaksi keduanya) dengan respon. Hipotesis null (Hnull) merupakan negasi Hi, yaitu tidak ada hubungan. Hi diterima dan H null ditolak apabila nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik adalah 95 %. Derajat bebas faktor dan interaksi (experiment) sebagai numerator, yaitu 1, dan derajat bebas experimental error sebagai denominator, yaitu 33, sehingga diperoleh harga F tabel untuk faktor dan interaksi pada semua respon adalah F0,05( 1, 33) = 4,139

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Kualitas Ekstrak Kering Teh Hijau

Ekstrak kering yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari PT. Sido Muncul.

1. Pemerian ekstrak kering teh hijau

Pemerian ekstrak kering teh hijau meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Hasilnya adalah bentuk ekstrak kering, bau khas, warna kuning kecoklatan, rasa pahit.

2. Uji kandungan lembab ekstrak

Uji kandungan lembab dilakukan dengan menimbang ekstrak sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan ke dalam moisture analyzer dengan suhu 1050C selama 15 menit. Uji kandungan lembab ekstrak dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak teh hijau terhadap stabilitas sediaan effervescent yang sangat tergantung pada adanya air yang dapat menimbulkan reaksi effervescent dini. Menurut Voigt (1994), untuk dapat dikatakan sebagai ekstrak kering kandungan air dalam ekstrak yaitu tidak lebih dari 5%. Dari hasil rata-rata kadar air yang didapat seperti terlihat pada tabel III, ekstrak yang digunakan sesuai dengan persyaratan kadar air untuk ekstrak kering.

Tabel III. Hasil pengukuran kandungan lembabdalam ekstrak kering teh hijau

Replikasi Kadar air (% b/b)

1 4,01 2 3,97 3 4,28 4 3,96 5 4,02 6 3,93 Rata-rata 4,03 SD 0,13

B. Pembuatan Granul Effervescent

Ekstrak teh hijau yang telah melalui pemeriksaan fisik selanjutnya diolah ke dalam bentuk granul effervescent. Dalam pembuatan granul effervescent harus diperhatikan kandungan air baik dalam ekstrak maupun bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan granul effervescent. Oleh karena itu, sebelum dibuat menjadi bentuk granul, bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu dikeringkan pada oven dengan suhu 400C. Dipilih suhu 400C karena natrium bikarbonat yang merupakan sumber basa dalam pembuatan granul effervescent ini dapat terurai menjadi natrium karbonat pada suhu lebih dari 500C.

Dalam penelitian ini zat aktif yang dibidik sebagai antioksidan dalam ekstrak teh hijau adalah EGCG. Dosis EGCG yang digunakan yaitu 35 mg. Pemakaian EGCG secara berlebihan tidak dianjurkann karena dapat menyebabkan terjadinya prooksidant (Tian, Sun, Xu, dan Hua, 2007). Pada CoA ekstrak teh hijau (lampiran 1), terdapat juga kandungan lain seperti kafein. Jumlah kafein yang tertera pada CoA

Dokumen terkait