• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih bapak ibu yang telah banyak memberikan masukan kepada kami yang sangat berarti.

Melalui kesempatan ini, kami sampaikan dulu tadi ada Pak Anggota Dewan minta perkenalkan, tadi ini kebetulan terlambat sedikit karena dipanggil oleh Sekjennya. Ini Pak Hardianto Wakil Ketua DPRD dari Partai Gerindra. Kemudian sebelah saya Pak Taufiq, Kepala Dinas PU, kemudian di ujung sana adalah Pak Ahmad Sahrofi, ini Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan, ini yang sebelahnya adalah Indra Agus Kepala Dinas ESDM. Kemudian sebelahnya Kepala Bappeda Emri, kemudian Irwan ini Kepala Biro Umum kami beserta Pak Rizki ini staf dari PU ini juga dengan Perhubungan.

Kami tentunya bahagia sekali hari ini mendengar masukan dari bapak ibu anggota dewan memang dalam usulan kami ini memang sudah ada yang sudah disetujui tetapi dengan Pandemi Covid ini tadi Pak Hamka juga menyinggu Covid dan juga Pak Eddy Santana menyampaikan inikan

berkenaan dengan Covid ini, kita kan tidak ada alasan tidak melakukan refocusing pak.

Kalau itu kemarin kita kan ya sepertinya tidak bisa tidak, harus refocusing sehingga kemarin itu sudah diberikan signal kalau tidak ini juga dilakukan refocusing nah tentunya ada konsekuensi, DBH-nya ya bisa ditahan, bisa dikurangi dan lain sebagainya. Sehingga kami kemarin belanja modal itu wajib 50%, ya kalau DAK itu hampir hilang semuanya, hampir hilang semuanya. Bahkan juga sudah ada yang sudah ditender ya artinya tak jadi dilaksanakan. Itu kondisi mungkin bukan hanya Riau, semualah daerah-daerah di Indonesia.

Kami kemarin itu sempat kami terlambat refocusing itu dengan harapan mudah-mudahan berubah, tapi nyatanya juga tidak berubah, akhirnya kita memang melakukan restrukturisasi anggaran itu lebih kurang Rp.1,7 Triliun dari Rp.10 Triliun tadi begitu. Sehingga tadinya di dalam pembangunan yang telah kami siapkan itu banyak yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur pembangunan jalan provinsi untuk menyelesaikan persoalan jalan provinsi. Karena jalan provinsi kita itu ada 338 kilo itu boleh dikatakan tanah pak, ada base itu.

Jadi ini kemarin juga banyak tergerus karena memang kita fokus pada disitu. Itu barangkali juga sedikit informasi berkaitan dengan Pandemi Covid 19 dan itu memang harus menjadi prioritas kami. Karena itulah kami Alhamdulillah kami bisa mengendalikan penularan Covid 19 di Provinsi Riau.

Kemudian yang selanjutnya, memang di dalam usulan kita kemarin menindaklanjuti pembahasan kami di kantor Bappenas bersama dengan Pak Menteri memang kita sudah ada yang disepakati. Namun demikian memang sesuai dengan apa yang bapak sampaikan itu, yang kami usulkan ini memang semuanya itu berdasarkan skala prioritas.

Kami tetap berpijak pada prioritas nasional yang tadi pertama pemulihan ekonomi, pariwisata, kawasan industri, proyek legislasi nasional, di Riau itu juga ada kawasan industri proyek nasional. Dia ada di Dumai, ada di Siak begitu, kemudian kami juga berpedoman kepada kawasan pariwisata nasional yang sudah ada KPSN tapi belum tersentuh dan itu potensinya besar. Selain pulau terluar disitu punya pasir yang pasirnya masih ada tambang yang bisa dimanfaatkan.

Jadi sebenarnya kandungan disitu besar sekali. Karena itu juga ada usulan kami disini yang prioritas itu adalah infrastruktur ini. Infrastruktur itu memang sudah ada dibangun oleh provinsi, sudah ada dibangun oleh kabupaten. Tetapi kami ingin juga mendapatkan dukungan kapan pulau terluar ini merasa juga yang namanya jalan APBN, itu tidak pernah sama sekali begitu. Jadi 3 pulau terluar itu tidak ada jalan yang nasional disitu, sementara kami iri juga dengan pulau-pulau terluar lain, ada perhatian terhadap ada dukungan nasional disitu. Itu barangkali kenapa yang kami usulkan ini sebenarnya juga sudah ada yang berpedoman kepada yang

strategis nasional, termasuk juga tadinya berkaitan dengan yang ada Pulau Terluar tadi itu.

Kemudian tadi seperti di Dumai yang kami usulkan, ada lebih kurang 17 kilo itu sebenarnya disitu ada industri disitu, itu sudah ada industrinya, pengusahanya ratusan disitu, kawasan industri sudah ada. Jadi kawasan industri Dumai itu tidak hanya satu pak.

Kalau 1 itu ada dikelola oleh swasta namanya Wilmar itu perusahaan swasta, ada sekarang lagi ada Dubu Gaung itu memang dari Pemko dan itu juga sudah ratusan investasi, yang investasi disitu. Tetapi yang menjadi persoalan jalan yang dipergunakan jalan provinsi. Jalan provinsi tidak begitu lebar.

Sehingga setiap hari Kapolres disitu selalu bagaimana mengatur jalan ini, sehingga diatur oleh masyarakat jalannya. Jadi jalannya bisa sore sampai malam saja, diatur jamnya. Kenapa begitu? Karena dia mengganggu kehidupan masyarakat disana sementara itu banyak digunakan untuk industri. Kalau ini kita biarkan konflik antara masyarakat terus dengan industri. Tak nyaman juga industri disitu padahal kita ingin mengajak investor masuk ke daerah begitu.

Nah karena itulah 17 kilo ini kami harapkan sudah ada body jalan, dan lebar body jalan itu bisa digunakan juga 2 jalur pun bisa. Memang sudah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi, tetapi guna untuk meningkatkan ini, tadi Pak Bakri pernah sampaikan dulu ada Bantuan Dumai, ada sedikit baru Pak Bakri, cuman ada sekitar 5 kilo.

Sebenarnya sekitar 20 kilo lebih disitu, tapi sudah ada 5 kilo. Nah ini tinggal melanjutkan dulu pernak Pak Bakri bantuk disitu, waktu itu masih dengan Pak Hatta Rajasa pak, waktu dengan Hatta Rajasa mungkin waktu itu bapak kesana, betul pak.

Jadi makanya Pak Walikotanya menyampaikan kepada saya kalau bisa ini minta dilanjutkan agar konflik antara masyarakat dengan pengguna kawasan industri tidak ada lagi konflik sampai sekarang. Dan itu juga sering orang meninggal, orang patah, kecelakaan juga dengan kendaraan-kendaraan cukup besar yang cukup banyak disitu yang yang kendaraan-kendaraan ini semuanya menuju kawasan industri di Lubuk Gaung itu pak.

Jadi kami usulkan ini pada umumnya memang yang semuanya yang sesuai dengan program Bapak Presiden kita ini dan program juga ini sama dengan RPJMD kita begitu. Jadi karena itulah tentunya kami sama-sama tadi cerita Bono, Bono itu memang sangat luar biasa, tetapi untuk menuju Bono itu, itu masih jalan tanah pak.

Jadi makanya ini yang menjadi problem kami, apakah provinsi juga, kami jalan juga tapi kami mohon juga dukungan. Karena ada potensi besar yang untuk mengangkat tentunya negara kita ini terutama dalam rangka

pariwisata. Apalagi itu kalau dari Johor itu sangat dekat, satu jam setengah saja sudah bisa sampai ke pelabuhan kesitu.

Jadi ini sebenarnya apa yang disampaikan bapak-bapak tadi, sebenarnya kami ingin juga apa yang disampaikan ini mudah-mudahan ini juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sekaligus juga pertumbuhan ekonomi daerah dan kita harapkan juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Daerah Provinsi Riau.

Kami kira mungkin dari saya itu pak dan mohon izin ibu, Pak Ridwan ini ada tambahan dari rekan kami, dari Pak Hardianto untuk menyampaikan sedikit harapan. Semoga juga ini mudah-mudahan nanti dari apa yang kami sampaikan nanti kami sampaikan dengan ibu dan juga Pak Ridwan dan bapak-bapak ibu juga bagian usulan yang kami harapkan menjadi prioritas kami.

Sehingga nanti mudah-mudahan harapan kami kalau pun Tahun 2021 tidak dapat, mungkin minimal 2022. Tetapi memang tadi berkaitan dengan Pulau Terluar ini memang itu saya katakan kami membahas ini di Kantor Menko Maritim dan itu semua rapat itu dipimpin langsung oleh Pak Luhut, tidak pernah Pak Luhut tidak pernah ikut pimpin, 7 kali rapat disitu. Namun demikian tentunya kami melihat kemarin dari realisasi untuk 2021 sangat kecil sekali bu.

Jadi karena itulah tadi inikan juga Selat Malaka ini sampai sekarang kan juga kita tidak punya apa-apa dari sana, tetapi harapan saya sebenarnya rancangan Bapak Presiden kita itu kemarin pada waktu di Bangkok itu kebetulan kami kan diajak dari Gubernur Sumatera. Karena diharapkan nanti untuk bagaimana konektivitas antara Malaysia, Thailand itukan yang dekat itu melalui Riau.

Kalau melalui Kepulauan Riau ini juga dekat tapi kan dia pulau tapi kalau kita kan juga sebenarnya ada pulau juga ada daratan. Sehingga pada waktu itu Datuk Mahadir juga menyampaikan waktu itu dulu kami pernah merancang jembatan dari Malaysia ke Indonesia melalui waktu itu adalah Dumai dan Rupat. Tapi mudah-mudahan Pak Jokowi menyampaikan juga, mudah-mudahan ini bisa berkelanjutan, bisa kita rancang ini bersama. Sehingga nanti bisa menyatukan antara Indonesia, Malaysia, Thailand ini yang sekaligus juga sampai ke Sumatera, berarti sampailah ke Indonesia.

Kami juga sudah ditunjuk oleh Menteri Perdagangan, Riau itu dengan adanya Roro Malaka ini agar nanti Riau ini menjadi pusat komoditi ekspor sumatera. Kami ada kerja sama juga dengan Gubernur se-Sumatera. Tentunya dengan begini juga kita bisa memasarkan produk-produk Indonesia juga melalui Riau apabila nanti Pelabuhan Roro Dumai Malaka itu bisa disiapkan.

Jadi barangkali inilah yang dapat kami sampaikan bu dan juga Pak Wakil Ketua dan Bapak/Ibu Anggota DPR RI dari Komisi V. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan ini ada nanti realisasi baik tahun 2021, 2022 dan

seterusnya. Sehingga tentunya mudah-mudahan merupakan suatu kesatuan dari prioritas pembangunan yang kita harapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi dan sekaligus juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah.

Terima kasih kami sudahi.

Lebih kurang, kami mohon maaf. Billahi Taufiq Wal Hidayah,

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT/WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Hj. NURHAYATI/ F.PPP):

Terima kasih Pak Gubernur. Silakan pak.

WAKIL KETUA DPRD PROVINSI RIAU (HARDIANTO, S.E.):

Dokumen terkait