• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Guru

3. Guru C

Dibawah ini dijelaskan Kompetensi Dasar yang mencakup 3 materi di atas: Tabel. 2.1. Kompetensi Dasar Menurut Kanginan, M (2004)

Kompetensi Dasar

- Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda - Membedakan konsep energi, usaha, dan daya serta mampu mencari hubungan

antara usaha dan perubahan energi kinetik.

- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik dalam kehidupan sehari-hari

Tabel.2.2. Komptensi Dasar Menurut Foster, B (2011)

Kompetensi Dasar

- Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum-hukum Newton

- Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan - Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran

- Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik

- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel.2.3. Komptensi Dasar Menurut Tim Aviva (2013)

Kompetensi Dasar

- Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum-hukum Newton

- Menganalisis konsep energi, usaha, hubungan usaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kejadian sehari-sehari.

- Menganalisis hubungan antara gaya dan gerak getaran

Tabel.2.4. Komptensi Dasar Menurut Adipura, B (2014)

Kompetensi Dasar

- Menganalisis keteratu-ran gerak planet dalam tatasurya berdasar-kan hukum-hukum Newton

- Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisi-tas bahan - Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran

- Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik

G.Materi Pembelajaran Pada Level Kognitif

Sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai, maka dari tiga materi yang diajarkan oleh ketiga guru tersebut tergolong dalam aspek materi kognitif. Menurut Benyamin S.Bloom, terdapat tiga ranah (domain) sasaran pendidikan yang sering disebut dengan taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam ranah kognitif dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: 1) Mengingat (remembering)

Kemampuan menyebutkan kembali informasi/ pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Kata kerja operasional dari tipe pengetahuan adalah

menyebutkan kembali, menghafal, menunjukkan, menggarisbawahi, menyortir, dan menyatakan.

2) Memahami (understanding)

Kemampuan menerjemahkan, mendeskripsikan, menafsirkan, dan menjelaskan kembali apa yang telah diketahui atau baru saja diketahui dengan bahasanya sendiri. Kata kerja operasional dari tipe pengertian atau pemahaman adalah menjelaskan, mendeskripsikan, menerangkan, memberikan contoh.

3) Menerapkan (Applying)

Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Pengetahuan yang dimaksud dapat berupa ide, teori, petunjuk teknis. Kata kerja operasional mengenai aplikasi dari taksonomi Bloom yakni menerapkan, menggambarkan, menggunakan, mengadaptasi, mendemonstrasikan, melaksanakan, dan memproduksi.

4) Menganalisis (analyzing)

Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Contoh kata kerja operasional dari tipe analisis yaitu menganalisi, mengaudit, memecahkan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memilih, membagankan, dan mendiagramkan.

Memberikan keputusan tentang sesuatu yang sudah ditetapkan menggunakan sudut pandang. Kata kerja operasional dari tipe evaluasi adalah menyimpulkan, memutuskan, membandingkan, memperjelas.

6) Mencipta (creating)

Kemampuan memadukan bagian-bagian pengetahuan menjadi satu keutuhan dan membentuk hubungan ke dalam situasi baru. Kata kerja operasional dari tipe sintesis yaitu mengumpulkan, mengkategorikan, mengkombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mengkreasikan, menggeneralisasi, menampilkan, membangun, dan merekonstruksi.

Menurut Amri, (2013) materi pelajaran terdiri dari Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap atau Nilai. Pengetahuan merupakan salah satu kompetensi yang termasuk dalam ranah kognitif. Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-kadang kita sulit memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Dibawah ini dijelaskan tabel klasifikasi isi materi pembelajaran:

Tabel.2.5. Klasifikasi Isi Materi Pembelajaran dalam Ranah Kognitif

No. Jenis Pengertian

1. Fakta Segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran yang mudah dilihat, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

Contoh dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Indonesia.

2. Konsep Segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.

Contoh,

- dalam mata pelajaran Biologi : Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ,

- Dalam mata pelajaran kewarganegaraan: Hukum adalah aturan yang harus ditaati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana.

3. Prinsip Berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis. Dalam mata pelajaran ekonomi: Hukum permintaan dan penawaran (jika penawaran tetap permintaan naik, maka harga akan naik).

4. Prosedur Merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

Contoh, dalam mata pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine. Dalam mata pelajaran Sosiologi: praktik penelitian sosial. Dalam mata pelajaran matematika: langkah-langkah menjumlahkan pecahan:

1. Menyamakan penyebut

2. Menjumlahkan pembilang dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.

3. Menuliskan dalam bentuk pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan.

Hakikat Materi Pembelajaran Fisika yang berisi tentang fakta, konsep, prinsip dan hukum-hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah memberikan tanggung jawab sebagai guru Fisika

agar memiliki kemampuan dalam mengorganisir dan menjelaskan materi pembelajaran fisika dengan baik dan efektif. Dibawah ini dijelaskan strategi-strategi dalam menyampaikan materi fakta, konsep dan prinsip sebagai berikut; Dari uraian teori di atas yang membahas tentang:

1. Pendapat Zhulman yaitu pengetahuan pedagogis materi subjek sebagai cara untuk menjelaskan dan merumuskan subjek yang membuatnya dipahami orang lain, yaitu dengan memberikan analogi, ilustrasi, contoh, penjelasn dan ide-ide yang guru gunakan dalam pelajaran.

2. Hakikat ilmu Fisika yaitu Fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah,

3. Materi pembelajaran yang diajarkan oleh ketiga guru Fisika SMA yang mengarah pada aspek kompetensi kognitif.

4. Materi pembelajaran pada aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur)

Maka dalam penelitian ini peneliti menerjemahkan kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika kedalam aspek-aspek sebagai berikut:

1. Penjelasan Fakta Yang Relevan Terhadap Materi

Dalam hal ini, saat mengajarkan materi Fisika guru tidak hanya menyampaikan materi yang hanya berasal dari buku. Namun, penjelasan guru tentang fakta-fakta Fisika yang ada dalam kehidupan sehari–hari sangat penting. Karena teori, hukum, dan rumus Fisika harus didukung dengan informasi berupa

fakta. Dengan menyajikan fakta–fakta, baik itu fakta yang ada disekitar kita atau fakta yang sudah terjadi di masa lampau diharapkan materi yang disampaikan guru lebih menarik perhatian siswa dan menggugah rasa ingin tahu siswa.

Penjelasan guru tentang fakta-fakta yang relevan dengan materi bisa diperoleh dari pengalaman guru dan perbendaharaan informasi yang dimiliki guru tersebut. Menurut Oemar Hamalik(2004) fakta adalah sesuatu yang mudah dilihat, yang diperoleh dengan pengalaman langsung dengan cara mengenal objek atau orang atau tempat yang diasosiasikan dengan nama–nama dan digunakan sebagai alat untuk mengenali hal–hal tersebut. Di dalam fakta terdapat informasi verbal (simbolik) yang meliputi bahasa misalnya logika dan matematika. Kategori ini meliputi semua pengetahuan tentang suatu hakikat yang faktual yang diperoleh dengan alat bahasa simbolik, rumusan tentang fakta, deskripsi kejadian/peristiwa, spesifikasi tentang bagian suatu benda dengan nomor kode, dan lain lain. Kata-kata kunci yang berhubungan dengan pengetahuan fakta adalah bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

2. Penjelasan Konsep

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya. Menurut Solso (dalam Suharnan 2005) suatu konsep dapat dibentuk melalui gambar visual dan kata bermakna. Pemahaman akan konsep secara mendalam dan didukung oleh pengalaman guru dapat menjadi

modal guru untuk menyajikan konsep yang unik yang mudah dipahami dan diingat oleh siswa dalam jangka waktu yang lama. Menurut Anderson (dalam Suharnan 2005) terdapat tiga pandangan mengenai asal mula pembentukan konsep, yaitu: (1) segi bahasa, (2) sifat–sifat yang tumpang tindih, (3) fungsi yang serupa. Menurut Oemar Hamalik(2004:143) ada dua jenis konsep, yaitu:

2.1. Konsep Kongkret/Primer konsep yang didalamnya mengandung kelas objek atau situasi nyata, misalnya objek berwarna merah (merah adalah nyata). Untuk mempelajarinya perlu pengalamana langsung.

2.2. Konsep yang didefinisikan/ konsep sekunder adalah suatu kelas konsep yang hanya dapat dipelajari dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain.

3. Penjelasan Prinsip Yang Terkandung Dalam Materi

Menurut Oemar Hamalik (2004) prinsip adalah aturan–aturan yang membimbing tindakan atau menjelaskan perubahan. Ada dua jenis prinsip, yaitu : Prinsip Alamiah dan Prinsip tindakan. Prinsip alamiah adalah, aturan–aturan yang mengatur tingkah laku lingkungan kita, mencakup semua prinsip atau aturan yang dapat kita amati di dunia sekitar kita serta bagaimana pengaruhnya. Suatu aturan adalah suatu pernyataan/rumusan tentang hubungan yang ada antara dua atau lebih konsep. Prinsip tindakan adalah aturan–aturan yang mengatur tindakan atau reaksi atau tingkah laku terhadap situasi khusus, yang nyata atau situasi imageri

yang pure. Dalam mengajarkan Fisika penekanan prinsip sangat penting dikuasai oleh guru, karena pelajaran Fisika berisi tentang teori yang dituangkan dalam rumusan dan hukum tertentu. Guru yang memiliki pengetahuan tentang materi

pembelajaran akan dengan menjabarkan persamaan atau rumus dengan jelas dan detail.Sehingga akan memudahkan guru dalam menjelaskan materi yang berisi tentang rumus, dalil, hubungan sebab akibat, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi.

4. Penjelasan Materi Dengan Prosedur Yang Sistematis

Prosedur dalam hal ini diartikan sebagai serangkaian langkah demi langkah yang digunakan guru dalam menyajikan materi secara umum maupun dalam menyelesaikan soal. Biasanya disajikan dalam bagan alur, alogaritma, serta langkah–langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Guru yang memiliki pengetahuan tentang materi yang baik akan menjelaskan materi Fisika secara sistematis, biasanya dari materi yang sederhana menuju materi yang kompleks. Secara umum materi fisika menggunakan penurunan persamaan.Pada soal Fisika pun pasti siswa diharuskan menuliskan penyelesaian jawaban dengan urutan yang jelas, sehingga pengetahuan tentang prosedur diperlukan oleh seorang guru Fisika. 5. Penjelasan Materi Dengan Analogi Yang Kuat

Pada bagian ini analogi diartikan sebagai perbandingan yang kuat yang dimiliki oleh materi yang akan diajarakan. Menurut Wahyuni, H.T. (2013) dalam memahami materi pembelajaran, guru diharapkan memiliki kemampuan menganalogi yang kuat dalam memilah-milah materi yang baik. Pada pembelajaran, materi adalah hal terpenting sehingga akan memperoleh perlakuaan yang lebih khusus supaya materi tersebut tersampaikan dengan baik. Guru dengan pengetahuan materi yang baik akan dengan mudah mengerti perbedaan jenjang yang dimliki oleh tiap materi. Guru harus mampu membandingkan antar materi

yang seharusnya disampaikan. Kemampuan guru dalam menganalogi materi yang kuat akan mendukung hasil yang akan diperoleh guru ketika proses pembelajaran berakhir. Analogi digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaiakan kepada siswa mengenai suatu hal dengan menggunakan pengandaian atau permisalan lain. Baik hal tersebut masih ada dalam konteks yang sama maupun yang berbeda. Apabila guru mampu menganalogi materi dengan baik sesuai dengan keadaaan, yang ada, maka siswa akan dengan mudah memahami materi tersebut. Jadi penganalogian suatu materi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan.

Berikut ini indikator-indikator dari masing-masing aspek pengetahuan tentang materi pembelajaran Fisika pada:

Tabel.2.6. Indikator Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Kemampuan guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran

No Aspek Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi

Indikator

1 Penjelasan tentang fakta yang relevan terhadap materi pembelajaran

- Guru menjelaskan kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan materi

- Guru menjelaskan peristiwa atau kejadian, baik yang sudah terjadi atau kondisi sekarang

- Guru memberikan contoh atau aplikasi dari materi pada kehidupan sehari-hari

- Guru menjelaskan materi dengan

mengilustrasikan objek yang mudah dilihat dan dekat dengan siswa

- Guru menunjukkan objek yang berhubungan dengan materi yang mudah diamati oleh

No Aspek Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi

Indikator

siswa.

2. Penjelasan konsep-konsep - Guru menggunakan ciri khusus atau kata kunci tertentu yang dituangkan dalam tulisan atau lisan untuk memudahkan siswa

memahami materi.

- Guru memberikan penekanan secara lisan atau tulisan pada konsep yang tumpang tindih dan memiliki fungsi yang serupa yang membutuhkan analisa yang mendalam.

- Guru menjelaskan konsep baru dengan menghubungkan konsep yang sudah ada sebelumnya.

- Guru menggunakan pola-pola tertentu yang dituangkan dalam tulisan dan kata-kata untuk memudahkan siswa memahami materi.

- Guru menjelaskan hubungan didalam definisi, persamaan, hukum dan teori dengan

menggunakan tulisan, kata-kata, gerakan, dll yang menarik perhatian siswa sehingga siswa mudah untuk memahami konsep.

3 Penjelasan prinsip yang terkandung dalam materi

- Guru menjelaskan materi yang pokok dan penting yang memiliki hubungan antar konsep.

- Guru menjelaskan prinsip penting yang membutuhkan penjelasan secara berulang.

- Guru menjabarkan rumus atau persamaan dengan jelas dan detail.

- Guru menguasai konsep lambang dan satuan yang merupakan hakikat dari ilmu Fisika.

No Aspek Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi

Indikator

- Guru menjelaskan hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema dengan benar, jelas, dan mudah dipahami siswa.

- Guru menjelaskan hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

- Guru mengetahui topik-topik yang pokok yang mungkin sulit dipahami oleh peserta didik dan memerlukan pengulangan secara bervariasi.

4 Penjelasan materi dengan prosedur yang jelas dan sistematis

- Guru menjelaskan materi dengan langkah - langkah yang urut dan berpola.

5 Penjelasan materi dengan

analogi atau permisalan yang kuat

- Guru menggunakan analogi-analogi atau permisalan yang unik dalam menjelaskan persamaan atau hubungan antar konsep sehingga siswa mudah memahami materi yang abstrak atau membutuhkan imajinasi.

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Bentuk Penelitian

Bentuk Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Nonparticipant Observation dengan tipe Naturalistic Observation. Menurut (Fraenkel dan Wallen, 1993; Cohen & Manion, 1994 dalam Suparno, 2010:155) penelitian kualitatif Nonparticipant Observation dengan tipe Naturalistic Observation peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, tetapi lebih melihat dari luar dan tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya. Peneliti sungguh–sungguh menjadi pengamat yang maengumpulkan data. Peneliti meneliti subyek dalam setting yang natural. Peneliti tidak membuat manipulasi apapun, hanya mengamati, mencatat dan merakam apa yang terjadi.

Menurut (Strauss dan Corbin, 1997:11-13 dalam Nuning Pudyastuti, 2010:21), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menekankan dan menjelaskan pada keadaaan yang sebenarnya dan mengungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi pada keadaan tersebut. Dalam penelitian ini akan mengungkap pengetahuan guru Fisika tentang materi pembelajaran di 3 SMA di Yogyakarta saat proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Materi ajar dalam

penelitian ini adalah materi yang disampaikan guru saat pengambilan data dilakukan.

B.Pengertian Studi Kasus

Bila kita melakukan melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus. Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dalam pemeriksaaan yang menyeluruh terhadap perilaku seorang individu Sevilla dkk., dalam Bungin (2003) . Robert Yin dalam (Bungin 2003) menyebutkan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan.

Studi kasus dilihat dari dimensi tertentu dapat pula disebut studi longitudunal yang dikontraskan dengan studi cross sectional. Studi longitudinal berupaya mengobservasi obyeknya dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Pada dimensi ini menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum dan sesudah. Sedangkan studi cross sectional berupaya mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap atau tingkat perkembangan tertentu, dengan harapan, dari sejumlah tahap atau tingkat tersebut akan dapat dibuat kesimpulan yang sama dengan studi

longitudinal. Yin menambahkan studi kasus itu lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why

(mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan “what

(apa/apakah), dalam kegiatan penelitian.

Secara lebih rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut:

a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.

b. Studi kasus memberikan kesempatan memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penelitian intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya.

c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang dapat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Kelemahan studi kasus adalah sebagai berikut:

1. Studi kasus setidaknya yang dilakukan selama ini, agak kurang memberikan dasar yang kuat untuk melakukan generalisasi ilmiah

2. Kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari ternyata justru mengorbankan tingkat keluasan yang seharusnya dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan pada keadaan yang berlaku umum.

3. Ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan kecenderungan bias subjektivitas peneliti.

Dalam studi kasus analisa data tampaknya jarang sekali didefinisikan secara tegas

dan kongkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan agar gagasan tentang “pola penjodohan” yang digunakan Donald Campbell dapat dijadikan acuan bagi kegiatan analisis data dalam penelitian studi kasus. Teknik “pola penjodohan”

Campbell ini menggambarkan dua pola potensial yang menunjukkan bahwa data-data tersebut bersesuaian satu sama lain secara seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, “pola penjodohan” Campbell jika dipandang sebagai

proposisi saingan menunjukkan pada proposisi “ada pengaruh” dan proposisi “tak ada pengaruh”. Selain itu, teknik analisis lainnya yang dapat digunakan dalam

penelitian studi kasus adalah pembuatan penjelasan dan analisis deret waktu. C.Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah 3 guru Fisika dari 3 SMA di Yogyakarta. D.Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika.

E.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 3 SMA di Yogyakarta, yaitu: a) SMAN 11 Yogyakarta

b) SMA BOPKRI 2 Yogyakarta c) SMA Budya Wacana Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 bulan Agustus-Oktober 2013, serta dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

a) Tahap persiapan, meliputi: permohonan izin serta survey di sekolah yang bersangkutan.

b) Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lapangan, seperti: pengumpulan data-data dokumentasi (perekaman proses pembelajaran di kelas dan wawancara).

c) Tahap penyelesaian, yatu tahap analisis data dan proses penyusuna skripsi.

F. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai proses belajar Fisika yang dilakukan oleh 3 guru Fisika pada materi pokok untuk SMA yang pertama diteliti(sebut saja SMA X) adalah “ Hukum Newton tentang Gravitasi” untuk SMA yang kedua diteliti (sebut saja SMA Y) adalah “Usaha dan Energi”, dan untuk SMA yang ketiga diteliti (sebut saja SMA Z) adalah “Elastisitas dan Gerak Harmonik”. Perekaman proses kegiatan guru mengajar di kelas dengan menggunakan handycame. Proses pembelajaran yang direkam adalah proses pembelajaran yang normal dan alami, yaitu yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan mengajar sehari-hari. Peneliti tidak membuat skenario dan guru yang merancang kegiatan pembelajaran tersebut. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi untuk memilih kelas yang akan diteliti.

Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati cara guru mengajar, interaksi guru dengan siswa, menentukan kelas yang cocok untuk dilakukan penelitian serta membiasakan siswa dengan proses perekaman. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan dalam 3 kelompok data, yaitu: data dokumentasi, data observasi langsung, dan data wawancara. Pengelompokan data dapat dijabarkan pada tabel sebagai berikut: Tabel. 3.1. Metode Pengelompokan Data

No Kelompok Data

Bentuk Data Cara Alat Hasil

1. Data

dokumentasi

Rekaman pembelajaran

Pada saat penelitian berlangsung peneliti bersama 1 orang rekan peneliti bertugas sebagai operator untuk

Dokumen terkait