MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:
(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA
DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Y. Prian Budi Purwanto
NIM : 09 1424 008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:
(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA
DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Y. Prian Budi Purwanto
NIM : 09 1424 008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN
MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:
(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA
DI YOGYAKARTA)
Oleh :
Y. Prian Budi Purwanto NIM : 091424008
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN
MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:
(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA
DI YOGYAKARTA)
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Y. Prian Budi Purwanto
NIM : 091424008
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji Pada tanggal : 29 Agustus 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. ... Sekretaris : Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. ... Anggota : Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. ... Anggota : Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. ... Anggota : Drs. Severinus Domi, M.Si. ...
Yogyakarta, 29 Agustus 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan
“Tiada Kemerdekaan Tanpa Perjuangan”
(Katimen, 2013)
Karyaku ini kupersembahkan untuk :
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,12 Agustus 2014
Penulis
KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama :Y. Prian Budi Purwanto
NIM : 091424008
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya yang berjudul :
KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN MATERI
PEMBELAJARAN FISIKA: (STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 12 Agustus 2014
Yang menyatakan
Y. Prian Budi Purwanto. 2014. Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan kemampuan tiga guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika di SMA BOPKRI 2, SMA Negeri 11, dan SMA Budya Wacana Yogyakrta.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Untuk guru pertama yang diteliti (sebut saja guru A) menjelaskan materi “Hukum Newton tentang Gravitasi”, untuk guru kedua yang diteliti (sebut saja guru B) menjelaskan materi “Usaha dan Energi”, dan untuk guru ketiga yang diteliti (sebut saja guru C) menjelaskan materi “Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana”.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari rekaman video guru saat mengajar di kelas, fieldnotes, dan pertanyaan wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan handycam dan melakukan wawancara kepada tiga guru.
Hasil penelitian ini adalah profil kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika dari ketiga guru yang berbeda.Profil kemampuan guru A dalam mengajarkan materi Hukum Newton tentang Gravitasi(1) Kemampuan pada aspek penjelasan fakta-fakta yang relevan terhadap materi terungkap dengan baik saat mendeskripsikan kondisi nyata dan menjelaskan peristiwa sejarah yang berhubungan dengan materi Hukum Newton tentang Gravitasi di masa lampau.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat
menjelaskan konsep dengan menjelaskan kondisi nyata dan saat menjelaskan konsep
terungkap dengan baik saat menjelaskan kejadian pada kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa dan saatmengilustrasikan objek yang mudah dilihat oleh siswa.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat
menjelaskan konsep menggunakan bahasa lisan yang mudah dipahami dan menarik
perhatian siswa dan saat melakukan pengulangan penjelasan dengan menggunakan
bahasa tulisan yang unik.(3) Kemampuan pada aspek penjelasan prinsip terungkap dengan baik saat menjelaskan materi yang pokok dan penting yang menghubungkan antar konsep dan saat menjabarkan rumus dan persamaan dengan jelas dan detail.(4) Kemampuan pada aspek penjelasan materi dengan prosedur yang sistematis terungkap dengan baik saat menjelaskan dari materi sederhana menuju materi yang kompleks.(5) Kemampuan pada aspek penjelasan materi dengan analogi yang kuat terungkap dengan baik saat menjelaskan materi dengan analogi yang unik dan menarik.
Profil Kemampuan guru C dalam mengajarkan materi Elastisitas dan Gerak Harmonik(1) Kemampuan pada aspek penjelasan fakta-fakta yang relevan terhadap materi terungkap dengan baik saat menjelaskan menjelaskan penerapan prinsip elastisitas dan gerak harmonik pada benda-benda yang mudah dijumpai oleh
siswa.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat
melakukan pengulangan penjelasan pada persamaan yang mempunyai fungsi serupa
dengan persamaan lain, saat menjelaskan konsep baru dengan menghubungkan konsep
yang sudah ada sebelumnya, dan saat memberikan penekanan konsep penting dengan
menggunakan bahasa tulisan agar mudah di ingat siswa.(3) Kemampuan pada aspek penjelasan prinsip terungkap dengan baik saat menjelaskan prinsip penting tentang persamaan hukum Hooke yang sulit dipahami oleh siswa sehingga membutuhkan
penjelasan secara berulang dan saat menjelaskan materi yang pokok dan penting yang
menghubungkan antar konsep
ABSTRACT Y. Prian Budi Purwanto. 2014. Teacher's Competency In Explaining Physics Material: (Case Study On 3 High School Physics Teachers In
Yogyakarta). Thesis. Physical Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta.
This research was aimed to find out and describe the three physics teacher’s competency in explaining physics material at SMA BOPKRI, SMA Negeri 11, and SMA Budya Wacana in Yogyakrta. This research was a descriptive qualitative research. The first examined teacher (call it Teacher A) explained about Newton law of gravity, the second examined teacher (call it Teacher B) explained about effort and Energy, and the third examined teacher (call it Teacher C) explained about elasticity and simple harmonic Motion.
This research applied the instrument which consisted of video recordings of the teachers who were teaching in the classroom, field notes, and interview questions. The data gathering technique was done by observing the learning activities in the classrooms by using a handy cam and conducting interviews to the three physics teachers. The results of this research were the competency profiles in explaining physics material from the three different teachers. Profile knowledge of the teacher A in teaching material of law Newton about gravity (1) Competency of explaining the relevant facts to the material was revealed well, when described the real conditions and the past events of conected to material of law Newton about gravity. (2) Competency of explaining the concept was revealed well when described the concept by explaining the real condition and the concept in the form of problem. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained the understanding of formulas or equations which prevailed in the Newton Laws material about Gravity clearly and in detail.
understandable and attractive. Moreover, the explaining repetition was done by using uniqe handwritings. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained about the main and important material which connected the several concept and explained the understanding of formulas or equations which prevailed clearly and in detail. (4) Competency of explaining the materials by systematic procedures was systemated well, when explained of simple materials into the complex materials. (5) Competency of explaining the materials with strong analogies revealed when explained the materials by using uniqe and interesting analogy.
Profile knowledge of teacher C in teaching elasticity and motion harmonic (1) Competency of explaining facts relevant to material was revealed when explained the application of the principle of elasticity and motion harmonic on the the object which easy for the students to see. (2) Competency of explaining about the concept was revealed when performed explaning repetition on equation which similary functions to other equation, when explained the new concept was connected existing previously concept, and when kind of emphasized to important concept by using writing language in order to students was easy to remember. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained the essential principle about Hooke law is difficult to understand by students so needed was repeated explaining and when explained the main and important materials which connected other concept.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat, rahmat dan kasihNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan penulisan skripsi dengan judul
Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta).
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini adalah penelitian tim yang beranggotakan 4 orang, yaitu, Matius
Tegar Prasojo, Patar Nasib Sianipar, Vincensius Yuda Aprianto, Y. Prian Budi Purwanto.
Perbedaan untuk setiap anggota adalah aspek pengetahuan yang diteliti.Pihak-pihak yang
terlibat dalam penelitian ini disamarkan.Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. R.Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si, M.Si.selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingannya selama masa perkuliahan.
4. Dr. Ignatius Edi Santosa selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika dan semua
dosen penguji, atas semua saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan
skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, atas didikan dan pengetahuan
kepada penulis.
6. Segenap staff karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan yang telah
diberikan.
diberikan kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dan tidak saya sebutkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Penulisan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMANPENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Pengertian Profil... 13
B. PengertianKemampuan ... 13
C. Hakikat Guru dan Kompetensi Guru Fisika ... 14
C.1. Kompetensi Guru Fisika SMA ... 16
D. Pengertian Pedagogical Content Knowledge ... 17
D.1. Pengetahuan Pedagogis Materi Subyek ... 19
E. Pengertian Materi Pembelajaran ... 21
E.1. Cakupan Materi Pembelajaran ... 22
E.3. Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran ... 25
1. Identifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 25
2. Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran... 26
F. Hakikat Materi Pembelajaran Fisika ... 32
F.1. Kompetensi Dasar Materi Dalam Penelitian... 33
G. Materi Pembelajaranm Pada Level Kognitif ... 35
1.Penjelasan Fakta yang Relevan Terhadap Materi ... 39
2.Penjelasan Konsep ... 40
3.Penjelasan Prinsip Yang Terkandung Dalam Materi ... 41
4.Penjelasan Materi Dengan Prosedur Yang Sistematis ... 42
5.Penjelasan Materi Dengan Analogi Yang Kuat ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46
A.Bentuk Penelitian ... 46
B.Pengertian Studi Kasus ... 47
C.Subyek Penelitian ... 49
D.Objek Penelitian ... 49
E.Tempat dan Waktu Penelitian... 49
F. Metode Pengumpulan Data ... 50
G.Instrumen Penelitian ... 53
1.Rekaman Video Guru Mengajar di Kelas ... 53
2.Fieldnotes ... 53
3.Pertanyaan Wawancara ... 54
H.Metode Analisa Data ... 54
1.Tahap Transkripsi Data ... 55
2.Tahap Kategorisasi Data dan Pembahasan ... 55
I. Kesimpulan ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 59
A. Pelaksanaan Penelitian ... 59
3. Guru C ... 67
C. Data Penelitian ... 69
1. Hasil Rekaman Video Guru Mengajar di Kelas ... 69
2. Fieldnotes ... 70
3. Hasil Rekaman Suara Wawancara ... 70
D. Analisa Data ... 70
1. Transkripsi Data ... 71
2. Kategorisasi Data dan Pembahasan ... 71
a) Kategorisasi Aktivitas Guru A ... 73
b) Pembahasan Profil Kemampuan Guru A Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 133
c) Kategorisasi Aktivitas Guru B... 143
d) Pembahasan Profil Kemampuan Guru B Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 220
e) Kategorisasi Aktivitas Guru C... 238
f) Pembahasan Profil Kemampuan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 318
g) Pembahasan Profil Kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran... 330
BAB V PENUTUP ... 341
A. Kesimpulan ... 341
B. Saran ... 343
DAFTAR PUSTAKA ... 344
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Izin Penelitian ... 349
B. Surat Keterangan Penelitian SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 350
C. Surat Keterangan Penelitian SMA Budya Wacana Yogyakarta ... 351
D. Surat Keterangan Penelitian SMA N 11 Yogyakarta ... 352
E. Fieldnotes ... 353
DAFTAR TABEL Tabel.2.1.Kompetensi Dasar Menurut Kanginan ... 34
Tabel.2.2.Kompetensi Dasar Menurut Foster... 34
Tabel.2.3.Kompetensi Dasar Menurut Tim Aviva ... 35
Tabel.2.4.Kompetensi Dasar Menurut Adipura ... 35
Tabel.2.5.Klasifikasi Isi Materi Pembelajaran dalam Ranah Kognitif ... 37
Tabel.2.6.Indikator Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 44
Tabel.3.1. Metode Pengelompokan Data ... 51
Tabel.3.2. Format Kategori Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Kemampuan Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 56
Tabel.3.3. Format Pembahasan Profil Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 57
Tabel.3.4. Format Profil Kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 57
Tabel.4.1.Pelaksanaan Penelitian ... 60
Tabel.4.2. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 74
Tabel.4.3. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep .. 90
Tabel.4.4. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip ... 115
Tabel.4.7. Pembahasan Profil Kemampuan Guru A pada Aspek Penjelasan Prinsip ... 139 Tabel.4.8. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 144 Tabel.4.9. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep .. 153 Tabel.4.10. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip . 186 Tabel.4.11. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Materi
dengan Prosedur yang Sistematis ... 213 Tabel.4.12. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Materi
dengan Analogi yang Kuat ... 214 Tabel.4.13. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan Fakta 220 Tabel.4.14. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan
Konsep ... 223 Tabel.4.15. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan
Prinsip ... 228 Tabel.4.16. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan
Materi dengan Prosedur yang Sistematis ... 233 Tabel.4.17. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan
Materi dengan Analogi yang Kuat ... 236 Tabel.4.18. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 239 Tabel.4.19. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep 246 Tabel.4.20. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip . 287 Tabel.4.21. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan Fakta 318 Tabel.4.22. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan
Konsep ... 320 Tabel.4.23. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan
Prinsip ... 328 Tabel.4.24. Pembahasan Profil kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C dalam
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu faktor pendukung agar terciptanya bangsa Indonesia yang cerdas
adalah dengan sistem pembelajaran yang efektif. Menurut Hamalik (dalam
Sanjaya 2010:6) sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang
meliputi unsur–unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran
adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan keberhasilan tujuan
pembelajaran akan menjadi jalan terwujudnya bangsa indonesia yang cerdas.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan proses sistem pembelajaran, diantaranya :
1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus
dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa
diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan
taktik pembelajaran. Diyakini setiap guru akan memiliki pengalaman,
pengetahuan, kemampuan, gaya dan bahkan pandangan yang berbeda dalam
mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan
masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan
strategi atau implementasi pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran
memegang peranan yang sangat penting. Sebab siswa adalah organisme
yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan dari
orang dewasa.
Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses
pembelajaran terletak di pundak guru. Karena keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Norman Kibry (1981) menyatakan: ”One underlying should be noticeable:
that the quality of the teacher is the essential, constant feature in the success
of any educational system.” Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek
yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor
guru, yaitu :
a) Teacher formative experience
Meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial, yang diantaranya: tempat kelahiran guru
termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga
Meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan
aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
c) Techer properties
Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki
guru, misalnya, sikap guru terhapat profesinya, sikap guru terhadap
siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan
mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk
didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran
maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh
aspek kepribadian. Akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing–
masing anak pada setiap aspek tidak terlalu sama. Seperti halnya guru,
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari
aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa dan sifat yang dimiliki
siswa. Aspek latar belakang meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran,
tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa dari keluarga yang
bagaimana siswa itu berasal,dll. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki
siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat di
sangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat
b) Siswa yang berkemampuan sedang, dan
c) Siswa yang berkemampuan rendah.
Perbedaan-perbedaan semacam itu menurut perlakuan yang berbeda
pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam
perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya
dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang
memadai tentang penggunaan bahasa yang standar, misalnya akan
mempengaruhi proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa
yang tidak memiliki tentang itu. Sikap dan penampilan siswa didalam kelas
juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula
siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki
motovasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses
pembelajaran di dalam kelas. Sebab bagaimanapun faktor siswa dan guru
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dll. Sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana :
Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan
gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari 2 dimensi,
yaitu:
a) Sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan
b) Sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa
untuk belajar.
Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka
dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat
menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Sedangkan manakala
mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa dapat
belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber
belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan
berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya
memiliki gaya belajar yang berbeda, yaitu :
a) Tipe siswa yang auditif, akan lebih mudah belajar melalui
Kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa
menentukan pilihan dalam belajar.
4. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua (2) faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran,yaitu:
a) Faktor organisasi kelas
Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh
beberapa pernyataan sebagai berikut:
1. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan
jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin
sempit.
2. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan
menggunakan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak
akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan
pikiran akan sulit didapat dari setiap siswa.
3. Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini
disebakan kelompok belajar yang terlalu banyak akan
mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru,dengan
sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan. Kelompok
yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub–sub
kelompok yang saling bertentangan,
5. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan
semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk
sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
6. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin
banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan kelompok.
b) Faktor iklim sosial-psikologis
Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal
atau ekternal.
1. Iklim sosial–psikologis internal adalah hubungan anatara orang
yang terlibat dalam lingkungan sekolah,misalnya iklim sosial
antara siswa dan siswa,antara siswa dengan guru,antara guru
dengan guru,bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.
2. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan
sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat,dll.
Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal,
sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya,
manakala hubungan yang tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan
ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis
siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang
baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran-kelancaran
program-program sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak
lain. (Sanjaya 2010:17-21)
Dalam upaya mencapai tujuan dari sistem pembelajaran yang baik, hal
yang menjadi sorotan utama adalah kualitas dari guru. Dari pengalaman peneliti
ketika memberikan les privat kepada salah satu murid SMP, bahwa ia tidak
mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Hal itu yang menjadi alasan siswa
tersebut tidak semangat mengikuti pelajaran di kelas. Penguasaan materi ajar
(content knowledge) merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Namun hal
tersebut tidak akan bermakna apabila guru tidak terampil menyampaikannya.
Penyampaian materi ajar merupakan seni dalam mengajar, karena terkait dengan
kemampuan lain diantaranya penguasaan guru terhadap pedagogik (pedagogic
knowledge). Guru perlu memiliki pengetahuan tentang cara mengelola
pembelajaran hingga peserta didik dapat menerima materi yang diajarkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang bervariasi,
materi ajar dan pedagogic dikenal sebagai Pedagogic Content Knowledge (PCK).
Menurut Kartika Budi (2005:102) Guru yang profesional harus memiliki
dua keahlian, yaitu keahlian yang berkaitan dengan materi pembelajaran sesuai
bidang studi (mata pelajaran) yang diampunya (content knowledge) dan keahlian
yang berkaitan dengan bidang keguruan (pedagogy knowledge). Sejauh ini dua
keahlian tersebut dipandang sebagai dua keahlian yang berbeda baik dalam tataran
gagasan (kerangka berpikir), dokumen, maupun praksis. Dalam tataran gagasan
orang berpikir bahwa untuk dapat menjadi guru yang baik, terlebih dahulu orang
harus menguasai materi (content), baru kemudian menguasai ilmu
pendidikan/keguruan (pedagogy) secara umum dan strategi pembelajaran secara
khusus. Bahkan pemahaman materi sering ditempatkan pada posisi yang lebih
penting dibandingkan pengetahuan dan kemampuan pembelajarannya.
Menurut Shulman (dalam Heri Wahyudi 2013) Pedagogical Content
Knowledge merupakan irisan antara penguasaan materi pembelajaran dan
keterampilan mendidik seorang guru untuk membantu peserta didik dalam
memahami materi pelajaran. Dengan demikian pedagogical content knowledge
dapat dipertimbangkan sebagai salah satu indikator untuk mengukur
keprofesionalan seorang guru. Menurut Cochran et al (dalam Nurbono 2013)
merumuskan Pedagogical Content Knowledge/PCK sebagai:“Concern the manner
in which teachers relate their subject matter knowledge (what they know about
what they teach) to their pedagogical knowledge (what they know about teaching)
guru menghubungkan pengetahuan subjek (isi materi) mereka (apa yang guru
ketahui tentang apa yang mereka ajarkan) dengan pengetahuan mengajar mereka
(apa yang guru ketahui tentang mengajar) dan alasan bagaimana pengetahuan
subjek (materi) menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Dari uraian diatas, pemahaman tentang Pedagogical Content Knowledge
sangat tepat untuk diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran Fisika di kelas.
Keberhasilan pembelajaran Fisika turut memegang peranan penting dalam
pembangunan nasional khususnya bidang sains dan teknologi. Fisika memiliki
karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori dalam Fisika merupakan produk yang diperoleh melalui suatu
proses yang sistematis dan terencana diawali dari rasa ingin tahu terhadap
fenomena alam. Bertanya sebagai wujud rasa ingin tahu dilanjutkan dengan
merumuskan masalah, berhipotesis, merancang dan melakukan percobaan,
pengambilan data serta menyimpulkan hingga diperoleh solusi terhadap
permasalahan yang telah dirumuskan.(Parsaoran Siahaan 2013)
Menurut Sarkim (2013) “pengetahuan guru adalah hal yang paling
utama berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran Fisika. Karena
pengetahuan melekat erat dalam benak guru, selanjutnya bagaimana guru akan
mengembangkan pengetahuannya atau tidak. Apa yang dilakukan guru sebelum
dan selama proses pembelajaran Fisika di kelas didasari atas pengetahuan yang
dimilikinya”. Menurut Ball & McDiarmid (dalam Kusuma 2004) materi
yang akan diajarkan merupakan kebutuhan sentral dalam pembelajaran.
Mengacu pada hakikat Fisika, maka bahan ajar Fisika pun tidak hanya
menyajikan produk saja (fakta, konsep, prinsip dan teori) tetapi bagaimana
prosesnya dalam pembelajaran Fisika. Maka, guru Fisika harus memiliki
kemampuan dalam menjelaskan materi pembelajaran hingga siswa dapat aktif
melakukan serangkaian kegiatan yang pada gilirannya dapat mengkonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan karakteristik siswa. Kemampuan guru Fisika
dalam menjelaskan materi pembelajaran harus didukung dengan pemahaman dan
pengetahuan tentang bahan ajar Fisika secara luas dan mendalam.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
permasalahan yaitu : Bagaimanakah Profil Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan
Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA di
Yogyakarta)?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengungkap dan
mendeskripsikan kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran
Fisika oleh 3 guru SMA di Yogyakarta menggunakan metode analisa video
1. Bagi Guru
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan refleksi sejauh mana tingkat
kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika secara efektif
sehingga hukum, teori, prinsip, konsep, dll dapat ditransformasikan kepada siswa
dengan maksimal. Kemudian dengan penelitian ini diharapkan guru dapat lebih
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman guru tentang materi pembelajaran,
sehingga akan mendukung kemampuan guru dalam menjelaskan materi dengan
baik sehingga akan lebih mudah membantu kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapi siswa.
2. Bagi peneliti sebagai calon guru Fisika
Peneliti dapat mengerti bagaimana cara guru Fisika mengajarkan materi
pembelajaran kepada muridnya,sehingga lebih selektif dan efektif dalam
menjelaskan materi pembelajaran. Peneliti juga mendapatkan pengalaman dan
masukan dari guru yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti
sebagai calon guru Fisika melalui proses observasi dari pembelajaran Fisika di
LANDASAN TEORI A.Pengertian Profil
Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang pengertian profil. Profil
menurut Victoria Neufeld (dalam Tri, 2012: 7) profil merupakan grafik, diagram,
atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang
atau sesuatu. Menurut KBBI (2014) profil adalah grafik atau ikhtisar yg
memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Menurut Tri (2014:7) profil adalah
suatu gambaran secara garis besar tergantung dari segi mana memandangnya.
Misalkan dari segi seninya profil dapat diartikan sebagai gambaran atau sketsa
tampang atau wajah seseorang yang dilihat dari samping. Sedangkan bila dilihat
dari segi statistiknya profil adalah sekumpulan data yang menjelaskan sesuatu
dalam bentuk grafik atau tabel.
B.Pengertian Kemampuan
Menurut Siagian (dalam Suratno 2014:1) kemampuan adalah perpaduan
antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk
peningkatan kemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja. Siagian (dalam Suratno 2014:1) menambahkan
kemampuan dapat ditinjau dari dua sorotan pandangan, yaitu kemampuan teknis,
dan kemampuan manajerial. Kemampuan teknis biasanya tercermin pada
keterampilan tertentu, sudah tentu jelas bahwa keterampilan teknis dituntut dari
aparatur yang ditugaskan menyelenggarakan berbagai kegiatan operasional.
manajerial dituntut dari aparatur yang menduduki berbagai jenjang jabatan
kepemimpinan organisasi. Menurut Terry (dalam Suratno 2014:4) menyatakan
tentang kemampuan teknis yang mencakup keahlian dan pengetahuan mengenai
sebuah aktivitas/kegiatan kerja atau bidang pekerjaan yang spesifik, yang
berhubungan dengan suatu proses, prosedur atau teknik tertentu.
Schermerhorn dkk dalam Heri (2013) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior bahwa “Cognitive ability, intelligence, social
intelligence:Ability to gather, integrate, and interpret information; intelligence,
understanding of social setting”. Menurut Schermerhorn kemampuan kognitif, intelejensia, dan intelejensia sosial adalah kemampuan untuk mengumpulkan,
menyatukan, dan mengintepretasikan informasi, dan pengertian kepada lingkup
sosial. Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa schermerhorn
berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam hal
mengumpulkan atau memperolah sebuah informasi. Lalu bagaimana orang
tersebut menyatukan informasi itu dalam pemahamannya, setelah itu bagaimana
orang tersebut mengintepretasikan atau mentransfer informasi tersebut kepada
orang lain.
C.Hakikat Guru dan Kompetensi Guru Fisika
Menurut (Malingi, 2009 dalam Asmani, 2009:42) sesuai Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
Menurut (Latuconsina, 2012:41-42) Guru dijadikan tumpuan dan kepercayaan
yang besar dalam mengubah dan meningkat kualitas peserta didik. Guru memiliki
dua fungsi yang tidak bisa dipisahkan yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik
artinya guru mengubah dan membentuk perilaku dan kepribadian peserta didik.
Pengetahuan yang diterimanya dari seorang guru bukanlah akhir dari proses
pembelajaran, akan tetapi nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan diwujudnyatakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru dalam fungsinya sebagai pengajar artinya mentransformasikan
berbagai ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan, model, strategi,
metode dan teknik yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik. Dalam hal tersebut dia dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang
banyak dan luas sebagai upaya untuk memudahkan penyampaian dalam proses
pembelajaran. Selain itu, guru bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan yang
banyak akan tetapi mengetahui pula kebutuhan, problem dan kemampuan yang
dimiliki peserta didik. Karena itu pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat
memberikan perubahan pada peserta didik pada aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan dan perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik
sangat ditentukan oleh peranan guru disekolah. Membelajarkan secara profesional
yang dalam prosesnya dapat diukur perubahan-perubahn yang telah dicapainya.
Tidak hanya hal tersebut yang harus dimainkan oleh guru sehingga peserta didik
dirumah dengan kesadarannya sendiri.
C.1. Kompetensi Guru Fisika SMA
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru (dalam Sudrajat, 2013) ada empat belas kompetensi guru mata pelajaran
Fisika pada SMA/MA, SMK/MAK, diantaranya adalah :
1. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori Fisika serta
penerapannya secara fleksibel.
2. Memahami proses berpikir Fisika dalam mempelajari proses dan gejala
alam.
3. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan
gejala alam.
4. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu
Fisika dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
5. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum
Fisika.
6. Menerapkan konsep, hukum, dan teori Fisika untuk menjelaskan
fenomena biologi, dan kimia.
7. Menjelaskan penerapan hukum-hukum Fisika dalam teknologi terutama
yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Fisika dan ilmu-ilmu yang terkait.
10. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan
kerja/belajar di laboratorium Fisika sekolah.
11. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran Fisika di kelas,
laboratorium, dan lapangan.
12. Merancang eksperimen Fisika untuk keperluan pembelajaran atau
penelitian.
13. Melaksanakan eksperimen Fisika dengan cara yang benar.
14. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khususnya
Fisika dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.
D.Pengertian Pedagogical Content Knowledge
Jika membahas tentang kemampuan Menurut (Shulman, 1987:8 dalam
Gess-Newsome,2002:4) Pedagogical Content Knowledge adalah campuran
khusus antara pengetahuan isi dan ilmu pengajaran yang merupakan sebuah hal
baik yang unik dari seorang guru, keistimewaan guru dari pemahaman yang
professional. Didalam Pedagogical Content Knowledge (PCK) juga
memperkenalkan pokok–pokok khusus dari pengetahuan untuk mengajar. PCK
menggambarkan tentang campuran dari isi dan pedagogi kedalam sebuah
pemahaman tentang bagaimana topik-topik tertentu, masalah-masalah, atau
persoalan–persoalan khusus diorganisir, digambarkan, dan disesuaikan dengan
kategori Pedagogical Content Knowledge bagi guru, yaitu:
1. Pengetahuan materi subyek
2. Pengetahuan pedagogis materi subjek
3. Pengetahuan kurikuler
Shulman menjelaskan bahwa pengetahuan materi subyek adalah jumlah
dan organisasi pengetahuan yang pada hakikatnya ada dalam pikiran guru.
Shulman mengambil contoh seorang guru biologi memiliki pengetahuan yang
setara dengan profesi yang bukan guru biologi. Shulman mendefinisikan
pengetahuan pedagogis materi subjek sebagai cara untuk menjelaskan dan
merumuskan subjek yang membuatnya dipahami orang lain, yaitu dengan
memberikan analogi, ilustrasi, contoh, penjelasan dan ide-ide yang guru gunakan
dalam pelajaran. Kategori ketiga, pengetahuan kurikuler setara dengan
pengetahuan dokter tentang teknik dan atau perawatan untuk meringankan
penyakit: dalam hal pengajaran, meliputi bahan–bahan buku teks, perangkat
lunak, demonstrasi laboratorium dan semua yang tersedia untuk digunakan di
dalam kelas.Menurut (Shulman, seperti dikutip dalam Sarkim 2005:45) PCK
adalah perpaduan antara pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan dan
pengetahuan tentang pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topik
pelajaran sacara terorganisir sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, tingkat
Menurut (Shulman,1987 dalam Rosnita,2013) konsep tentang
pengetahuan pedagogis materi subjek mencakup ide tentang keberhasilan guru
dalam pembelajaran dengan pemahaman konten akademik dan pedagogi secara
khusus. Pengetahuan pedagogis materi subjek merupakan bentuk representasi dari
materi subyek yang sangat berguna karena mengandung banyak analogi, ilustrasi,
contoh, eksplanasi dan demonstrasi. Pengetahuan pedagogis materi subjeks tidak
hanya sekedar pengetahuan tentang konsep-konsep, prinsip dan topik dalam suatu
disiplin ilmu namun juga meliputi bagaimana materi subjek tersebut diajarkan.
Zhulman membagi materi subyek dalam tiga aspek (konten, subtantif
dan sintatikal). Aspek konten adalah materi pembelajaran yang akan disampaikan
guru. Pada konteks pedagogi aspek sintatikal diadaptasikan sebagai upaya
pengukuhan yang diwujudkan dengan menyusun konten menjadi bangunan
subtansi berdasarkan hukum, teori, aturan, dsb tanpa suatu aturan untuk
memvalidasinya namun upaya memvalidasi dapat dilakukan oleh keterampilan
intelektual karena keberhasilan pengetahuan yang dibangun dapat ditentukan oleh
keterpaduan konten saat mewujudkan subtansinya. Hal ini di petakan oleh
Gardner (1975) dalam tahapan tertentu yang merujuk pada struktur keilmuannya
hubungan aspek sintatikal dan aspek subtantif dapat di lihat dibawah ini:
1. Aspek Subtantif meliputi :
a) Konsep teoritis: rujukan terhadap proses atau entitas yang merupakan
dalam persamaan atau pernyataan.
c) Definisi Operasional: pernyataan yang merujukkan bagaimana konsep
teoritis dihubungkan dengan observasi.
d) Model teoritis: gambaran mental, analogi atau hubungan matematis
yang mudah divisualisasikan.
2. Aspek Sintatikal meliputi :
a) Mendefinisikan : proses menemukan konsep teoritis yang baru, atau
meminjam konsep yang sudah ada untuk mengembangkan teori baru
(Abduction).
b) Menghubungkan : proses penalaran yang digunakan dalam teori untuk
merumuskan pertanyaan hubungan antar konstruk dan teori, biasanya
melibatkan operasional matematis (Introduction).
c) Menguji : proses menghubungkan konsep teoritis dengan definisi
operasional (Transduction).
d) Memproduksi: proses untuk memprediksi teori yang dapat diuji secara
empirik biasanya melalui deduksi (Production).
Aspek sintatikal pada dasarnya adalah keterampilan intelektual dalam
mewujudkan fungsi spesifik dalam menyusun struktur ilmu.Dengan demikian
struktur ilmu perlu ditampilkan untuk memperlihatkan fungsi kendali pengetahuan
sintatikal terhadap pengetahuan subtantif. Aspek sintatikal juga kemampuan
mengkontruksi pengetahuan dalam bentuk yang lebih sederhana, karena dalam
2010: 20) kesimpulan untuk pengetahuan isi atau materi diperoleh dari struktur
subtantif dan struktur sintaktis. Struktur substantif adalah disiplin ilmu yang
mengacu pada cara dimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar diorganisir.
Sedangkan Struktur sintaktis dari mata pelajaran adalah dengan penentuan cara
oleh guru dimana dengan melihat kebenaran atau kesalahan, berlaku atau tidak
berlakunya mata pelajaran atau materi yang akan disampaikan oleh guru.
E.Pengertian Materi Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2010:141) bahan atau materi pembelajaran adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai
dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap
mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi merupakan inti dari
kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat
tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.
Menurut Amri (2013:59-87) Materi Pembelajaran pada hakikatnya
merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan
proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional
materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai
peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi
pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum,
yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.
kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis,
cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna,
dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi
pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur
pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.
E.1. Cakupan Materi Pembelajaran
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan
penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam
menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan
menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu
dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan
memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Dalam menentukan
cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran perlu memperhatikan beberapa
aspek, yaitu:
1. Aspek kognitif
2. Aspek afektif,
maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media
pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan
materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi
yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi
menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus
dipelajari oleh peserta didik. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan
di SD, SMP dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman
pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi
jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang
dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP
aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA
reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari
proses fotosintesis semakin diperdalam.
Cukup atau tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan
kemampuan kepada siswa tentang ekosistem, maka uraian materinya mencakup
penguasaan atas:
1. Konsep-konsep/pengertian dalam ekosistem,
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah
materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai
sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
E.2. Urutan Penyampaian Materi Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses
pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan
menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya, materi operasi
bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik
akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan
belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian
jika materi perkalian belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah
ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua
pendekatan pokok, yaitu:
1. Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan
langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah-langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam mengoperasikan peralatan
kamera video, cara menginstalasi program computer, dan sebagainya.
2. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan
perhitungan laba rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih
dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian,
modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari
rumus/dalil menghitung laba, rugi (penguasaan rumus). Selanjutnya siswa
menerapkan dalil atau prinsip jual neli (penguasaan penerapan dalil).
E.3. Langkah–Langkah Penentuan Materi Pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran, yaitu menentukan materi pembelajaran. Penentuan materi
pembelajaran dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dari aspek satndar
kompetensi dan dari aspek jenis materi nya.
1. Identifikasi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau
dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang
berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
a) Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
awal, semirutin, dan rutin.
c) Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian
respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2. Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran
a) Ranah Kognitif
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya. Materi
yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk
ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
a.1. Identifikasi materi pokok pada kompetensi dasar
Materi pokok merupakan berisikan butir-butir bahan pembelajaran
pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi
dasar. Setiap kompetensi dasar sekurang-kurangnya menakup dua aspek,
yaitu tuntutan atau tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. Dengan
demikian dalam identifikasi materi pokok maka dengan mencermati unsur
materi pelajaran pada kompetensi dasar.
a.2. Analisa Struktur isi pada materi pokok
Dari materi pokok dapat dianalisis struktur isinya yang meliputi fakta,
dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan pada materi pokok.
b) Ranah Afektif
Materi pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan
berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan
demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan
penghayatan, seperti pemberian respons, penerimaan, internalisasi, dan
penilaian.
c) Ranah Psikomotorik
Materi pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotorik ditentukan
berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.
Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotorik
terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi
yang harus kita belajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap,
atau keterampilan motorik.
Dibawah ini dijelaskan hubungan antara kompetensi dasar dan jenis materi
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
organ tubuh manusia.
b) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas
sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” berarti
materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh : Seorang guru
Biologi menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian peserta
didik diminta untuk menglasifikasikan atau mengelompokkan mana
yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar
tunggang.
c) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus
diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh:
1. Seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan membelajarkan
bagaimana proses penyusunan langkah-langkah untuk mengatasi
permasalahan dalam mewujudkan persamaan Hak Asasi Manusia.
2. Seorang guru Fisika menjelaskan tentang bagaimana membuat
magnet buatan. Seorang guru Kimia mengajarkan bagaimana
menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”,
berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh :
1. Seorang guru Matematika menjelaskan cara menghitung luas
segitiga menggunakan aturan Trigonometri. Rumus luas segitiga
adalah setengah dari perkalian dua sisi berdekatan kali sinus sudut
yang diapit .
2. Seorang guru Ekonomi menjelaskan hubungan antara penawaran
dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika
permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan
naik.
e) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek sikap atau
nilai. Contoh: Budi memilih tidak menaati rambu-rambu lalulintas
daripada terlambat ke sekolah walau telah dibelajarkan pentingnya
menaati peraturan lalu lintas.
Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, peserta didik diharapkan
mampu melompati mistar setinggi 125 centimeter. Materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
Agar menjadi lebih jelas dalam mengidentifikasi materi pembelajaran
apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), aspek
afektif dan aspek psikomotorik, berikut disajikan bagan alur (flowchart)
langkah-langkah penentuan materi pembelajaran. Selain menggambarkan langkah-langkah-langkah-langkah
yang menunjukkan cara berpikir, diagram di bawah ini juga menunjukkan
kata-kata kunci untuk menentukan jenis atau tipe materi pembelajaran dalam
hubungannya dengan perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
Sumber: Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran, hlm.13, 1 Agustus 2013 Materi Pembelajaran Fakta
Contoh : Jenis–jenis binatang
memamahbiak, tanaman berbiji tunggal, nama–nama bulan dalam setahun. Kata kunci: Nama, jenis, jumlah, tempat, lambang.
Apakah kompetensi dasar berupa mengingat fakta?
Materi Pembelajaran Konsep.
Contoh : Bujur sangkar adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjangKata kunci: Definisi, klasifikasi, identifikasi, ciri khusus aksioma.
Apakah kompetensi dasar berupa penawaran tetap, maka harga akan naik Kata kunci: dalil, rumus, postulat, hubungan, sebab-akibat, jika... maka….
Materi Pembelajaran Prosedur. Contoh: Cara mengukur suhu badan menggunakan termometer.
Kata kunci: Langkah–langkah mengerjakan tugas secara urut/procedural.
Apakah kompetensi dasar berupa menjelaskan langkah-langkah mengerjakan sesuatu prosedur tertentu?
Materi Pembelajaran aspek afektif/sikap
Contoh: Sikap jujur, motivasi tinggi, minat belajar besar, menjauhi perbuatan tercela, dsb.
Kata kunci: Sikapataunilai Apakah Peserta didik
diminta untuk memilih sikap tertentu terhadap suatu objek kejadian?
Materi Pembelajaran aspek psikomotorik
Contoh:Lompat tinggi,lompat galah, lari 100 meter, berenang, tinju, pencak silat, dsb.
Kata kunci: Kegiatan fisik Apakah peserta didik
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau
dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari
fenomena alam. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang
objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains
merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan
klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverivikasi dalam hukum-hukum yang
bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penlaran matematis dan analisis data
terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta,
konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian
kegiatan dalam metode ilmiah. Sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan
sisi lain sebagai produk. Proses sains merupakan upaya pengumpulan dan
penggunan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada
mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan
imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti
sangat pokok dalam kegiatan sains termasuk Fisika.
Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.
Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang
dan waktu. Para Fisikawan atau ahli Fisika mempelajari perilaku dan sifat materi
sebagai satu kesatuan kosmos. Beberapa sifat yang dipelajari dalam Fisika
merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum
kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum Fisika. Fisika
sering disebut sebagai ilmu paling mendasar, karena setiap ilmu alam lainnya
(biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu
yang mematuhi hukum Fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan
zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul
yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu Fisika seperti mekanika
kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika. Fisika juga berkaitan erat dengan
matematika. Teori Fisika banyak dinyatakan dalam notasi matematis, dan
matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang
digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara Fisika dan matematika
adalah: Fisika berkaitan dengan pemerian dunia material, sedangkan matematika
berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia
material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas
penelitan yang beririsan antara Fisika dan matematika, yakni Fisika matematis,
yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori Fisika.(Danceyanq,
2013)
F.1. Kompetensi Dasar Materi Dalam Penelitian
Penelitian ini akan mengungkap dan mendeskripsikan pengetahuan tiga guru
SMA tentang materi pembelajaran yang berbeda untuk masing-masing guru.
Materi yang diajarkan oleh ketiga guru adalah sebagai berikut:
1. Guru A mengajarkan materi “Hukum Newton tentang Gravitasi”.
2. Guru B mengajarkan materi “Usaha dan Energi”.
3. Guru C mengajarkan materi “Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana”.
Dibawah ini dijelaskan Kompetensi Dasar yang mencakup 3 materi di atas:
Tabel. 2.1. Kompetensi Dasar Menurut Kanginan, M (2004)
Kompetensi Dasar
- Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda
- Membedakan konsep energi, usaha, dan daya serta mampu mencari hubungan
antara usaha dan perubahan energi kinetik.
- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik dalam kehidupan sehari-hari
Tabel.2.2. Komptensi Dasar Menurut Foster, B (2011)
Kompetensi Dasar
- Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum-hukum
Newton
- Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan
- Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran
- Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan
energi mekanik
- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam