• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN MATERI PEMBELAJARAN FISIKA: (STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN MATERI PEMBELAJARAN FISIKA: (STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)"

Copied!
380
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:

(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA

DI YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Y. Prian Budi Purwanto

NIM : 09 1424 008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:

(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA

DI YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Y. Prian Budi Purwanto

NIM : 09 1424 008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN

MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:

(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA

DI YOGYAKARTA)

Oleh :

Y. Prian Budi Purwanto NIM : 091424008

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(4)

KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN

MATERI PEMBELAJARAN FISIKA:

(STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA

DI YOGYAKARTA)

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Y. Prian Budi Purwanto

NIM : 091424008

Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji Pada tanggal : 29 Agustus 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. ... Sekretaris : Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. ... Anggota : Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. ... Anggota : Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. ... Anggota : Drs. Severinus Domi, M.Si. ...

Yogyakarta, 29 Agustus 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

(5)

Tiada Kemerdekaan Tanpa Perjuangan

(Katimen, 2013)

Karyaku ini kupersembahkan untuk :

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,12 Agustus 2014

Penulis

(7)

KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama :Y. Prian Budi Purwanto

NIM : 091424008

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya yang berjudul :

KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN MATERI

PEMBELAJARAN FISIKA: (STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Agustus 2014

Yang menyatakan

(8)

Y. Prian Budi Purwanto. 2014. Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan kemampuan tiga guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika di SMA BOPKRI 2, SMA Negeri 11, dan SMA Budya Wacana Yogyakrta.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Untuk guru pertama yang diteliti (sebut saja guru A) menjelaskan materi “Hukum Newton tentang Gravitasi”, untuk guru kedua yang diteliti (sebut saja guru B) menjelaskan materi “Usaha dan Energi”, dan untuk guru ketiga yang diteliti (sebut saja guru C) menjelaskan materi “Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana”.

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari rekaman video guru saat mengajar di kelas, fieldnotes, dan pertanyaan wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan handycam dan melakukan wawancara kepada tiga guru.

Hasil penelitian ini adalah profil kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika dari ketiga guru yang berbeda.Profil kemampuan guru A dalam mengajarkan materi Hukum Newton tentang Gravitasi(1) Kemampuan pada aspek penjelasan fakta-fakta yang relevan terhadap materi terungkap dengan baik saat mendeskripsikan kondisi nyata dan menjelaskan peristiwa sejarah yang berhubungan dengan materi Hukum Newton tentang Gravitasi di masa lampau.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat

menjelaskan konsep dengan menjelaskan kondisi nyata dan saat menjelaskan konsep

(9)

terungkap dengan baik saat menjelaskan kejadian pada kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa dan saatmengilustrasikan objek yang mudah dilihat oleh siswa.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat

menjelaskan konsep menggunakan bahasa lisan yang mudah dipahami dan menarik

perhatian siswa dan saat melakukan pengulangan penjelasan dengan menggunakan

bahasa tulisan yang unik.(3) Kemampuan pada aspek penjelasan prinsip terungkap dengan baik saat menjelaskan materi yang pokok dan penting yang menghubungkan antar konsep dan saat menjabarkan rumus dan persamaan dengan jelas dan detail.(4) Kemampuan pada aspek penjelasan materi dengan prosedur yang sistematis terungkap dengan baik saat menjelaskan dari materi sederhana menuju materi yang kompleks.(5) Kemampuan pada aspek penjelasan materi dengan analogi yang kuat terungkap dengan baik saat menjelaskan materi dengan analogi yang unik dan menarik.

Profil Kemampuan guru C dalam mengajarkan materi Elastisitas dan Gerak Harmonik(1) Kemampuan pada aspek penjelasan fakta-fakta yang relevan terhadap materi terungkap dengan baik saat menjelaskan menjelaskan penerapan prinsip elastisitas dan gerak harmonik pada benda-benda yang mudah dijumpai oleh

siswa.(2) Kemampuan pada aspek penjelasan konsep terungkap dengan baik saat

melakukan pengulangan penjelasan pada persamaan yang mempunyai fungsi serupa

dengan persamaan lain, saat menjelaskan konsep baru dengan menghubungkan konsep

yang sudah ada sebelumnya, dan saat memberikan penekanan konsep penting dengan

menggunakan bahasa tulisan agar mudah di ingat siswa.(3) Kemampuan pada aspek penjelasan prinsip terungkap dengan baik saat menjelaskan prinsip penting tentang persamaan hukum Hooke yang sulit dipahami oleh siswa sehingga membutuhkan

penjelasan secara berulang dan saat menjelaskan materi yang pokok dan penting yang

menghubungkan antar konsep

(10)

ABSTRACT Y. Prian Budi Purwanto. 2014. Teacher's Competency In Explaining Physics Material: (Case Study On 3 High School Physics Teachers In

Yogyakarta). Thesis. Physical Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta.

This research was aimed to find out and describe the three physics teacher’s competency in explaining physics material at SMA BOPKRI, SMA Negeri 11, and SMA Budya Wacana in Yogyakrta. This research was a descriptive qualitative research. The first examined teacher (call it Teacher A) explained about Newton law of gravity, the second examined teacher (call it Teacher B) explained about effort and Energy, and the third examined teacher (call it Teacher C) explained about elasticity and simple harmonic Motion.

This research applied the instrument which consisted of video recordings of the teachers who were teaching in the classroom, field notes, and interview questions. The data gathering technique was done by observing the learning activities in the classrooms by using a handy cam and conducting interviews to the three physics teachers. The results of this research were the competency profiles in explaining physics material from the three different teachers. Profile knowledge of the teacher A in teaching material of law Newton about gravity (1) Competency of explaining the relevant facts to the material was revealed well, when described the real conditions and the past events of conected to material of law Newton about gravity. (2) Competency of explaining the concept was revealed well when described the concept by explaining the real condition and the concept in the form of problem. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained the understanding of formulas or equations which prevailed in the Newton Laws material about Gravity clearly and in detail.

(11)

understandable and attractive. Moreover, the explaining repetition was done by using uniqe handwritings. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained about the main and important material which connected the several concept and explained the understanding of formulas or equations which prevailed clearly and in detail. (4) Competency of explaining the materials by systematic procedures was systemated well, when explained of simple materials into the complex materials. (5) Competency of explaining the materials with strong analogies revealed when explained the materials by using uniqe and interesting analogy.

Profile knowledge of teacher C in teaching elasticity and motion harmonic (1) Competency of explaining facts relevant to material was revealed when explained the application of the principle of elasticity and motion harmonic on the the object which easy for the students to see. (2) Competency of explaining about the concept was revealed when performed explaning repetition on equation which similary functions to other equation, when explained the new concept was connected existing previously concept, and when kind of emphasized to important concept by using writing language in order to students was easy to remember. (3) Competency of explaining the principles was revealed when explained the essential principle about Hooke law is difficult to understand by students so needed was repeated explaining and when explained the main and important materials which connected other concept.

(12)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat, rahmat dan kasihNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta).

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian tim yang beranggotakan 4 orang, yaitu, Matius

Tegar Prasojo, Patar Nasib Sianipar, Vincensius Yuda Aprianto, Y. Prian Budi Purwanto.

Perbedaan untuk setiap anggota adalah aspek pengetahuan yang diteliti.Pihak-pihak yang

terlibat dalam penelitian ini disamarkan.Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat

bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. R.Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dosen pembimbing, yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si, M.Si.selaku Dosen Pembimbing Akademik atas

bimbingannya selama masa perkuliahan.

4. Dr. Ignatius Edi Santosa selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika dan semua

dosen penguji, atas semua saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan

skripsi ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, atas didikan dan pengetahuan

kepada penulis.

6. Segenap staff karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan yang telah

diberikan.

(13)

diberikan kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dan tidak saya sebutkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Penulisan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(14)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMANPENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Pengertian Profil... 13

B. PengertianKemampuan ... 13

C. Hakikat Guru dan Kompetensi Guru Fisika ... 14

C.1. Kompetensi Guru Fisika SMA ... 16

D. Pengertian Pedagogical Content Knowledge ... 17

D.1. Pengetahuan Pedagogis Materi Subyek ... 19

E. Pengertian Materi Pembelajaran ... 21

E.1. Cakupan Materi Pembelajaran ... 22

(15)

E.3. Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran ... 25

1. Identifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 25

2. Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran... 26

F. Hakikat Materi Pembelajaran Fisika ... 32

F.1. Kompetensi Dasar Materi Dalam Penelitian... 33

G. Materi Pembelajaranm Pada Level Kognitif ... 35

1.Penjelasan Fakta yang Relevan Terhadap Materi ... 39

2.Penjelasan Konsep ... 40

3.Penjelasan Prinsip Yang Terkandung Dalam Materi ... 41

4.Penjelasan Materi Dengan Prosedur Yang Sistematis ... 42

5.Penjelasan Materi Dengan Analogi Yang Kuat ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46

A.Bentuk Penelitian ... 46

B.Pengertian Studi Kasus ... 47

C.Subyek Penelitian ... 49

D.Objek Penelitian ... 49

E.Tempat dan Waktu Penelitian... 49

F. Metode Pengumpulan Data ... 50

G.Instrumen Penelitian ... 53

1.Rekaman Video Guru Mengajar di Kelas ... 53

2.Fieldnotes ... 53

3.Pertanyaan Wawancara ... 54

H.Metode Analisa Data ... 54

1.Tahap Transkripsi Data ... 55

2.Tahap Kategorisasi Data dan Pembahasan ... 55

I. Kesimpulan ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 59

A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

(16)

3. Guru C ... 67

C. Data Penelitian ... 69

1. Hasil Rekaman Video Guru Mengajar di Kelas ... 69

2. Fieldnotes ... 70

3. Hasil Rekaman Suara Wawancara ... 70

D. Analisa Data ... 70

1. Transkripsi Data ... 71

2. Kategorisasi Data dan Pembahasan ... 71

a) Kategorisasi Aktivitas Guru A ... 73

b) Pembahasan Profil Kemampuan Guru A Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 133

c) Kategorisasi Aktivitas Guru B... 143

d) Pembahasan Profil Kemampuan Guru B Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 220

e) Kategorisasi Aktivitas Guru C... 238

f) Pembahasan Profil Kemampuan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 318

g) Pembahasan Profil Kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran... 330

BAB V PENUTUP ... 341

A. Kesimpulan ... 341

B. Saran ... 343

DAFTAR PUSTAKA ... 344

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat Izin Penelitian ... 349

B. Surat Keterangan Penelitian SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 350

C. Surat Keterangan Penelitian SMA Budya Wacana Yogyakarta ... 351

D. Surat Keterangan Penelitian SMA N 11 Yogyakarta ... 352

E. Fieldnotes ... 353

DAFTAR TABEL Tabel.2.1.Kompetensi Dasar Menurut Kanginan ... 34

Tabel.2.2.Kompetensi Dasar Menurut Foster... 34

Tabel.2.3.Kompetensi Dasar Menurut Tim Aviva ... 35

Tabel.2.4.Kompetensi Dasar Menurut Adipura ... 35

Tabel.2.5.Klasifikasi Isi Materi Pembelajaran dalam Ranah Kognitif ... 37

Tabel.2.6.Indikator Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 44

Tabel.3.1. Metode Pengelompokan Data ... 51

Tabel.3.2. Format Kategori Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Kemampuan Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 56

Tabel.3.3. Format Pembahasan Profil Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 57

Tabel.3.4. Format Profil Kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C Dalam Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 57

Tabel.4.1.Pelaksanaan Penelitian ... 60

Tabel.4.2. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 74

Tabel.4.3. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep .. 90

Tabel.4.4. Kategorisasi Aktivitas Guru A Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip ... 115

(18)

Tabel.4.7. Pembahasan Profil Kemampuan Guru A pada Aspek Penjelasan Prinsip ... 139 Tabel.4.8. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 144 Tabel.4.9. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep .. 153 Tabel.4.10. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip . 186 Tabel.4.11. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Materi

dengan Prosedur yang Sistematis ... 213 Tabel.4.12. Kategorisasi Aktivitas Guru B Berdasarkan Aspek Penjelasan Materi

dengan Analogi yang Kuat ... 214 Tabel.4.13. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan Fakta 220 Tabel.4.14. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan

Konsep ... 223 Tabel.4.15. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan

Prinsip ... 228 Tabel.4.16. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan

Materi dengan Prosedur yang Sistematis ... 233 Tabel.4.17. Pembahasan Profil Kemampuan Guru B pada Aspek Penjelasan

Materi dengan Analogi yang Kuat ... 236 Tabel.4.18. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Fakta ... 239 Tabel.4.19. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Konsep 246 Tabel.4.20. Kategorisasi Aktivitas Guru C Berdasarkan Aspek Penjelasan Prinsip . 287 Tabel.4.21. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan Fakta 318 Tabel.4.22. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan

Konsep ... 320 Tabel.4.23. Pembahasan Profil Pengetahuan Guru C pada Aspek Penjelasan

Prinsip ... 328 Tabel.4.24. Pembahasan Profil kemampuan Guru A, Guru B, dan Guru C dalam

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu faktor pendukung agar terciptanya bangsa Indonesia yang cerdas

adalah dengan sistem pembelajaran yang efektif. Menurut Hamalik (dalam

Sanjaya 2010:6) sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang

meliputi unsur–unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran

adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan keberhasilan tujuan

pembelajaran akan menjadi jalan terwujudnya bangsa indonesia yang cerdas.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan proses sistem pembelajaran, diantaranya :

1. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus

dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa

diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan

tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan

taktik pembelajaran. Diyakini setiap guru akan memiliki pengalaman,

pengetahuan, kemampuan, gaya dan bahkan pandangan yang berbeda dalam

mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan

(21)

masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan

strategi atau implementasi pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran

memegang peranan yang sangat penting. Sebab siswa adalah organisme

yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan dari

orang dewasa.

Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai

model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola

pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses

pembelajaran terletak di pundak guru. Karena keberhasilan suatu proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Norman Kibry (1981) menyatakan: ”One underlying should be noticeable:

that the quality of the teacher is the essential, constant feature in the success

of any educational system.” Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek

yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor

guru, yaitu :

a) Teacher formative experience

Meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang

menjadi latar belakang sosial, yang diantaranya: tempat kelahiran guru

termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga

(22)

Meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan

aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.

c) Techer properties

Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki

guru, misalnya, sikap guru terhapat profesinya, sikap guru terhadap

siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan

mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk

didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran

maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.

2. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan

tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh

aspek kepribadian. Akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing–

masing anak pada setiap aspek tidak terlalu sama. Seperti halnya guru,

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari

aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa dan sifat yang dimiliki

siswa. Aspek latar belakang meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran,

tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa dari keluarga yang

bagaimana siswa itu berasal,dll. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki

siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat di

sangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat

(23)

b) Siswa yang berkemampuan sedang, dan

c) Siswa yang berkemampuan rendah.

Perbedaan-perbedaan semacam itu menurut perlakuan yang berbeda

pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam

perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya

dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang

memadai tentang penggunaan bahasa yang standar, misalnya akan

mempengaruhi proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa

yang tidak memiliki tentang itu. Sikap dan penampilan siswa didalam kelas

juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.

Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula

siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki

motovasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses

pembelajaran di dalam kelas. Sebab bagaimanapun faktor siswa dan guru

merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.

3. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,

alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dll. Sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan

proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,

(24)

prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki

kelengkapan sarana dan prasarana :

Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan

gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari 2 dimensi,

yaitu:

a) Sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan

b) Sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa

untuk belajar.

Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka

dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat

menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Sedangkan manakala

mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa dapat

belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber

belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan

berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya

memiliki gaya belajar yang berbeda, yaitu :

a) Tipe siswa yang auditif, akan lebih mudah belajar melalui

(25)

Kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa

menentukan pilihan dalam belajar.

4. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua (2) faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran,yaitu:

a) Faktor organisasi kelas

Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam

satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses

pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh

beberapa pernyataan sebagai berikut:

1. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan

jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin

sempit.

2. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan

menggunakan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak

akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan

pikiran akan sulit didapat dari setiap siswa.

3. Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini

disebakan kelompok belajar yang terlalu banyak akan

mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru,dengan

(26)

sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan. Kelompok

yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub–sub

kelompok yang saling bertentangan,

5. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan

semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk

sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.

6. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin

banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan kelompok.

b) Faktor iklim sosial-psikologis

Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat

dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal

atau ekternal.

1. Iklim sosial–psikologis internal adalah hubungan anatara orang

yang terlibat dalam lingkungan sekolah,misalnya iklim sosial

antara siswa dan siswa,antara siswa dengan guru,antara guru

dengan guru,bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.

2. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan

sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan

lembaga-lembaga masyarakat,dll.

Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal,

(27)

sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya,

manakala hubungan yang tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan

ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis

siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang

baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran-kelancaran

program-program sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak

lain. (Sanjaya 2010:17-21)

Dalam upaya mencapai tujuan dari sistem pembelajaran yang baik, hal

yang menjadi sorotan utama adalah kualitas dari guru. Dari pengalaman peneliti

ketika memberikan les privat kepada salah satu murid SMP, bahwa ia tidak

mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Hal itu yang menjadi alasan siswa

tersebut tidak semangat mengikuti pelajaran di kelas. Penguasaan materi ajar

(content knowledge) merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Namun hal

tersebut tidak akan bermakna apabila guru tidak terampil menyampaikannya.

Penyampaian materi ajar merupakan seni dalam mengajar, karena terkait dengan

kemampuan lain diantaranya penguasaan guru terhadap pedagogik (pedagogic

knowledge). Guru perlu memiliki pengetahuan tentang cara mengelola

pembelajaran hingga peserta didik dapat menerima materi yang diajarkan. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang bervariasi,

(28)

materi ajar dan pedagogic dikenal sebagai Pedagogic Content Knowledge (PCK).

Menurut Kartika Budi (2005:102) Guru yang profesional harus memiliki

dua keahlian, yaitu keahlian yang berkaitan dengan materi pembelajaran sesuai

bidang studi (mata pelajaran) yang diampunya (content knowledge) dan keahlian

yang berkaitan dengan bidang keguruan (pedagogy knowledge). Sejauh ini dua

keahlian tersebut dipandang sebagai dua keahlian yang berbeda baik dalam tataran

gagasan (kerangka berpikir), dokumen, maupun praksis. Dalam tataran gagasan

orang berpikir bahwa untuk dapat menjadi guru yang baik, terlebih dahulu orang

harus menguasai materi (content), baru kemudian menguasai ilmu

pendidikan/keguruan (pedagogy) secara umum dan strategi pembelajaran secara

khusus. Bahkan pemahaman materi sering ditempatkan pada posisi yang lebih

penting dibandingkan pengetahuan dan kemampuan pembelajarannya.

Menurut Shulman (dalam Heri Wahyudi 2013) Pedagogical Content

Knowledge merupakan irisan antara penguasaan materi pembelajaran dan

keterampilan mendidik seorang guru untuk membantu peserta didik dalam

memahami materi pelajaran. Dengan demikian pedagogical content knowledge

dapat dipertimbangkan sebagai salah satu indikator untuk mengukur

keprofesionalan seorang guru. Menurut Cochran et al (dalam Nurbono 2013)

merumuskan Pedagogical Content Knowledge/PCK sebagai:“Concern the manner

in which teachers relate their subject matter knowledge (what they know about

what they teach) to their pedagogical knowledge (what they know about teaching)

(29)

guru menghubungkan pengetahuan subjek (isi materi) mereka (apa yang guru

ketahui tentang apa yang mereka ajarkan) dengan pengetahuan mengajar mereka

(apa yang guru ketahui tentang mengajar) dan alasan bagaimana pengetahuan

subjek (materi) menjadi bagian dari proses pembelajaran.

Dari uraian diatas, pemahaman tentang Pedagogical Content Knowledge

sangat tepat untuk diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran Fisika di kelas.

Keberhasilan pembelajaran Fisika turut memegang peranan penting dalam

pembangunan nasional khususnya bidang sains dan teknologi. Fisika memiliki

karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Fakta, konsep, prinsip,

hukum dan teori dalam Fisika merupakan produk yang diperoleh melalui suatu

proses yang sistematis dan terencana diawali dari rasa ingin tahu terhadap

fenomena alam. Bertanya sebagai wujud rasa ingin tahu dilanjutkan dengan

merumuskan masalah, berhipotesis, merancang dan melakukan percobaan,

pengambilan data serta menyimpulkan hingga diperoleh solusi terhadap

permasalahan yang telah dirumuskan.(Parsaoran Siahaan 2013)

Menurut Sarkim (2013) “pengetahuan guru adalah hal yang paling

utama berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran Fisika. Karena

pengetahuan melekat erat dalam benak guru, selanjutnya bagaimana guru akan

mengembangkan pengetahuannya atau tidak. Apa yang dilakukan guru sebelum

dan selama proses pembelajaran Fisika di kelas didasari atas pengetahuan yang

dimilikinya”. Menurut Ball & McDiarmid (dalam Kusuma 2004) materi

(30)

yang akan diajarkan merupakan kebutuhan sentral dalam pembelajaran.

Mengacu pada hakikat Fisika, maka bahan ajar Fisika pun tidak hanya

menyajikan produk saja (fakta, konsep, prinsip dan teori) tetapi bagaimana

prosesnya dalam pembelajaran Fisika. Maka, guru Fisika harus memiliki

kemampuan dalam menjelaskan materi pembelajaran hingga siswa dapat aktif

melakukan serangkaian kegiatan yang pada gilirannya dapat mengkonstruksi

pengetahuannya sesuai dengan karakteristik siswa. Kemampuan guru Fisika

dalam menjelaskan materi pembelajaran harus didukung dengan pemahaman dan

pengetahuan tentang bahan ajar Fisika secara luas dan mendalam.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan

permasalahan yaitu : Bagaimanakah Profil Kemampuan Guru Dalam Menjelaskan

Materi Pembelajaran Fisika: (Studi Kasus Pada 3 Guru Fisika SMA di

Yogyakarta)?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengungkap dan

mendeskripsikan kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran

Fisika oleh 3 guru SMA di Yogyakarta menggunakan metode analisa video

(31)

1. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan refleksi sejauh mana tingkat

kemampuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Fisika secara efektif

sehingga hukum, teori, prinsip, konsep, dll dapat ditransformasikan kepada siswa

dengan maksimal. Kemudian dengan penelitian ini diharapkan guru dapat lebih

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman guru tentang materi pembelajaran,

sehingga akan mendukung kemampuan guru dalam menjelaskan materi dengan

baik sehingga akan lebih mudah membantu kesulitan-kesulitan belajar yang

dihadapi siswa.

2. Bagi peneliti sebagai calon guru Fisika

Peneliti dapat mengerti bagaimana cara guru Fisika mengajarkan materi

pembelajaran kepada muridnya,sehingga lebih selektif dan efektif dalam

menjelaskan materi pembelajaran. Peneliti juga mendapatkan pengalaman dan

masukan dari guru yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti

sebagai calon guru Fisika melalui proses observasi dari pembelajaran Fisika di

(32)

LANDASAN TEORI A.Pengertian Profil

Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang pengertian profil. Profil

menurut Victoria Neufeld (dalam Tri, 2012: 7) profil merupakan grafik, diagram,

atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang

atau sesuatu. Menurut KBBI (2014) profil adalah grafik atau ikhtisar yg

memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Menurut Tri (2014:7) profil adalah

suatu gambaran secara garis besar tergantung dari segi mana memandangnya.

Misalkan dari segi seninya profil dapat diartikan sebagai gambaran atau sketsa

tampang atau wajah seseorang yang dilihat dari samping. Sedangkan bila dilihat

dari segi statistiknya profil adalah sekumpulan data yang menjelaskan sesuatu

dalam bentuk grafik atau tabel.

B.Pengertian Kemampuan

Menurut Siagian (dalam Suratno 2014:1) kemampuan adalah perpaduan

antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk

peningkatan kemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka

peningkatan produktivitas kerja. Siagian (dalam Suratno 2014:1) menambahkan

kemampuan dapat ditinjau dari dua sorotan pandangan, yaitu kemampuan teknis,

dan kemampuan manajerial. Kemampuan teknis biasanya tercermin pada

keterampilan tertentu, sudah tentu jelas bahwa keterampilan teknis dituntut dari

aparatur yang ditugaskan menyelenggarakan berbagai kegiatan operasional.

(33)

manajerial dituntut dari aparatur yang menduduki berbagai jenjang jabatan

kepemimpinan organisasi. Menurut Terry (dalam Suratno 2014:4) menyatakan

tentang kemampuan teknis yang mencakup keahlian dan pengetahuan mengenai

sebuah aktivitas/kegiatan kerja atau bidang pekerjaan yang spesifik, yang

berhubungan dengan suatu proses, prosedur atau teknik tertentu.

Schermerhorn dkk dalam Heri (2013) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior bahwa “Cognitive ability, intelligence, social

intelligence:Ability to gather, integrate, and interpret information; intelligence,

understanding of social setting”. Menurut Schermerhorn kemampuan kognitif, intelejensia, dan intelejensia sosial adalah kemampuan untuk mengumpulkan,

menyatukan, dan mengintepretasikan informasi, dan pengertian kepada lingkup

sosial. Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa schermerhorn

berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam hal

mengumpulkan atau memperolah sebuah informasi. Lalu bagaimana orang

tersebut menyatukan informasi itu dalam pemahamannya, setelah itu bagaimana

orang tersebut mengintepretasikan atau mentransfer informasi tersebut kepada

orang lain.

C.Hakikat Guru dan Kompetensi Guru Fisika

Menurut (Malingi, 2009 dalam Asmani, 2009:42) sesuai Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

(34)

Menurut (Latuconsina, 2012:41-42) Guru dijadikan tumpuan dan kepercayaan

yang besar dalam mengubah dan meningkat kualitas peserta didik. Guru memiliki

dua fungsi yang tidak bisa dipisahkan yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik

artinya guru mengubah dan membentuk perilaku dan kepribadian peserta didik.

Pengetahuan yang diterimanya dari seorang guru bukanlah akhir dari proses

pembelajaran, akan tetapi nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan diwujudnyatakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Guru dalam fungsinya sebagai pengajar artinya mentransformasikan

berbagai ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan, model, strategi,

metode dan teknik yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta

didik. Dalam hal tersebut dia dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang

banyak dan luas sebagai upaya untuk memudahkan penyampaian dalam proses

pembelajaran. Selain itu, guru bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan yang

banyak akan tetapi mengetahui pula kebutuhan, problem dan kemampuan yang

dimiliki peserta didik. Karena itu pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat

memberikan perubahan pada peserta didik pada aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan dan perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik

sangat ditentukan oleh peranan guru disekolah. Membelajarkan secara profesional

yang dalam prosesnya dapat diukur perubahan-perubahn yang telah dicapainya.

Tidak hanya hal tersebut yang harus dimainkan oleh guru sehingga peserta didik

(35)

dirumah dengan kesadarannya sendiri.

C.1. Kompetensi Guru Fisika SMA

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru (dalam Sudrajat, 2013) ada empat belas kompetensi guru mata pelajaran

Fisika pada SMA/MA, SMK/MAK, diantaranya adalah :

1. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori Fisika serta

penerapannya secara fleksibel.

2. Memahami proses berpikir Fisika dalam mempelajari proses dan gejala

alam.

3. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan

gejala alam.

4. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu

Fisika dan ilmu-ilmu lain yang terkait.

5. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum

Fisika.

6. Menerapkan konsep, hukum, dan teori Fisika untuk menjelaskan

fenomena biologi, dan kimia.

7. Menjelaskan penerapan hukum-hukum Fisika dalam teknologi terutama

yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

(36)

Fisika dan ilmu-ilmu yang terkait.

10. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan

kerja/belajar di laboratorium Fisika sekolah.

11. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak

komputer untuk meningkatkan pembelajaran Fisika di kelas,

laboratorium, dan lapangan.

12. Merancang eksperimen Fisika untuk keperluan pembelajaran atau

penelitian.

13. Melaksanakan eksperimen Fisika dengan cara yang benar.

14. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khususnya

Fisika dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

D.Pengertian Pedagogical Content Knowledge

Jika membahas tentang kemampuan Menurut (Shulman, 1987:8 dalam

Gess-Newsome,2002:4) Pedagogical Content Knowledge adalah campuran

khusus antara pengetahuan isi dan ilmu pengajaran yang merupakan sebuah hal

baik yang unik dari seorang guru, keistimewaan guru dari pemahaman yang

professional. Didalam Pedagogical Content Knowledge (PCK) juga

memperkenalkan pokok–pokok khusus dari pengetahuan untuk mengajar. PCK

menggambarkan tentang campuran dari isi dan pedagogi kedalam sebuah

pemahaman tentang bagaimana topik-topik tertentu, masalah-masalah, atau

persoalan–persoalan khusus diorganisir, digambarkan, dan disesuaikan dengan

(37)

kategori Pedagogical Content Knowledge bagi guru, yaitu:

1. Pengetahuan materi subyek

2. Pengetahuan pedagogis materi subjek

3. Pengetahuan kurikuler

Shulman menjelaskan bahwa pengetahuan materi subyek adalah jumlah

dan organisasi pengetahuan yang pada hakikatnya ada dalam pikiran guru.

Shulman mengambil contoh seorang guru biologi memiliki pengetahuan yang

setara dengan profesi yang bukan guru biologi. Shulman mendefinisikan

pengetahuan pedagogis materi subjek sebagai cara untuk menjelaskan dan

merumuskan subjek yang membuatnya dipahami orang lain, yaitu dengan

memberikan analogi, ilustrasi, contoh, penjelasan dan ide-ide yang guru gunakan

dalam pelajaran. Kategori ketiga, pengetahuan kurikuler setara dengan

pengetahuan dokter tentang teknik dan atau perawatan untuk meringankan

penyakit: dalam hal pengajaran, meliputi bahan–bahan buku teks, perangkat

lunak, demonstrasi laboratorium dan semua yang tersedia untuk digunakan di

dalam kelas.Menurut (Shulman, seperti dikutip dalam Sarkim 2005:45) PCK

adalah perpaduan antara pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan dan

pengetahuan tentang pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topik

pelajaran sacara terorganisir sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, tingkat

(38)

Menurut (Shulman,1987 dalam Rosnita,2013) konsep tentang

pengetahuan pedagogis materi subjek mencakup ide tentang keberhasilan guru

dalam pembelajaran dengan pemahaman konten akademik dan pedagogi secara

khusus. Pengetahuan pedagogis materi subjek merupakan bentuk representasi dari

materi subyek yang sangat berguna karena mengandung banyak analogi, ilustrasi,

contoh, eksplanasi dan demonstrasi. Pengetahuan pedagogis materi subjeks tidak

hanya sekedar pengetahuan tentang konsep-konsep, prinsip dan topik dalam suatu

disiplin ilmu namun juga meliputi bagaimana materi subjek tersebut diajarkan.

Zhulman membagi materi subyek dalam tiga aspek (konten, subtantif

dan sintatikal). Aspek konten adalah materi pembelajaran yang akan disampaikan

guru. Pada konteks pedagogi aspek sintatikal diadaptasikan sebagai upaya

pengukuhan yang diwujudkan dengan menyusun konten menjadi bangunan

subtansi berdasarkan hukum, teori, aturan, dsb tanpa suatu aturan untuk

memvalidasinya namun upaya memvalidasi dapat dilakukan oleh keterampilan

intelektual karena keberhasilan pengetahuan yang dibangun dapat ditentukan oleh

keterpaduan konten saat mewujudkan subtansinya. Hal ini di petakan oleh

Gardner (1975) dalam tahapan tertentu yang merujuk pada struktur keilmuannya

hubungan aspek sintatikal dan aspek subtantif dapat di lihat dibawah ini:

1. Aspek Subtantif meliputi :

a) Konsep teoritis: rujukan terhadap proses atau entitas yang merupakan

(39)

dalam persamaan atau pernyataan.

c) Definisi Operasional: pernyataan yang merujukkan bagaimana konsep

teoritis dihubungkan dengan observasi.

d) Model teoritis: gambaran mental, analogi atau hubungan matematis

yang mudah divisualisasikan.

2. Aspek Sintatikal meliputi :

a) Mendefinisikan : proses menemukan konsep teoritis yang baru, atau

meminjam konsep yang sudah ada untuk mengembangkan teori baru

(Abduction).

b) Menghubungkan : proses penalaran yang digunakan dalam teori untuk

merumuskan pertanyaan hubungan antar konstruk dan teori, biasanya

melibatkan operasional matematis (Introduction).

c) Menguji : proses menghubungkan konsep teoritis dengan definisi

operasional (Transduction).

d) Memproduksi: proses untuk memprediksi teori yang dapat diuji secara

empirik biasanya melalui deduksi (Production).

Aspek sintatikal pada dasarnya adalah keterampilan intelektual dalam

mewujudkan fungsi spesifik dalam menyusun struktur ilmu.Dengan demikian

struktur ilmu perlu ditampilkan untuk memperlihatkan fungsi kendali pengetahuan

sintatikal terhadap pengetahuan subtantif. Aspek sintatikal juga kemampuan

mengkontruksi pengetahuan dalam bentuk yang lebih sederhana, karena dalam

(40)

2010: 20) kesimpulan untuk pengetahuan isi atau materi diperoleh dari struktur

subtantif dan struktur sintaktis. Struktur substantif adalah disiplin ilmu yang

mengacu pada cara dimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar diorganisir.

Sedangkan Struktur sintaktis dari mata pelajaran adalah dengan penentuan cara

oleh guru dimana dengan melihat kebenaran atau kesalahan, berlaku atau tidak

berlakunya mata pelajaran atau materi yang akan disampaikan oleh guru.

E.Pengertian Materi Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2010:141) bahan atau materi pembelajaran adalah

segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai

dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap

mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi merupakan inti dari

kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat

tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.

Menurut Amri (2013:59-87) Materi Pembelajaran pada hakikatnya

merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan

proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional

materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai

peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi

pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum,

yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.

(41)

kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang

tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik

dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu

diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis,

cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna,

dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi

pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur

pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.

E.1. Cakupan Materi Pembelajaran

Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan

penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam

menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan

menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu

dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan

memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Dalam menentukan

cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran perlu memperhatikan beberapa

aspek, yaitu:

1. Aspek kognitif

2. Aspek afektif,

(42)

maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media

pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi juga harus

memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan

materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.

Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi

yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi

menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus

dipelajari oleh peserta didik. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan

di SD, SMP dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman

pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi

jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang

dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP

aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA

reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari

proses fotosintesis semakin diperdalam.

Cukup atau tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan

sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah

ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan

kemampuan kepada siswa tentang ekosistem, maka uraian materinya mencakup

penguasaan atas:

1. Konsep-konsep/pengertian dalam ekosistem,

(43)

Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah

materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai

sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

E.2. Urutan Penyampaian Materi Pembelajaran

Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses

pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi

pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan

menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya, materi operasi

bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik

akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan

belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian

jika materi perkalian belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah

ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua

pendekatan pokok, yaitu:

1. Pendekatan prosedural.

Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan

langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah-langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.

Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam mengoperasikan peralatan

kamera video, cara menginstalasi program computer, dan sebagainya.

2. Pendekatan hierarkis

Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan

(44)

perhitungan laba rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih

dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian,

modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari

rumus/dalil menghitung laba, rugi (penguasaan rumus). Selanjutnya siswa

menerapkan dalil atau prinsip jual neli (penguasaan penerapan dalil).

E.3. Langkah–Langkah Penentuan Materi Pembelajaran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melakukan

kegiatan pembelajaran, yaitu menentukan materi pembelajaran. Penentuan materi

pembelajaran dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dari aspek satndar

kompetensi dan dari aspek jenis materi nya.

1. Identifikasi Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu

diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau

dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap

standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang

berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik

termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.

a) Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi

(45)

awal, semirutin, dan rutin.

c) Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian

respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

2. Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran

a) Ranah Kognitif

Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi

pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya. Materi

yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk

ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

a.1. Identifikasi materi pokok pada kompetensi dasar

Materi pokok merupakan berisikan butir-butir bahan pembelajaran

pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi

dasar. Setiap kompetensi dasar sekurang-kurangnya menakup dua aspek,

yaitu tuntutan atau tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. Dengan

demikian dalam identifikasi materi pokok maka dengan mencermati unsur

materi pelajaran pada kompetensi dasar.

a.2. Analisa Struktur isi pada materi pokok

Dari materi pokok dapat dianalisis struktur isinya yang meliputi fakta,

(46)

dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan pada materi pokok.

b) Ranah Afektif

Materi pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan

berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,

seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan

demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan

penghayatan, seperti pemberian respons, penerimaan, internalisasi, dan

penilaian.

c) Ranah Psikomotorik

Materi pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotorik ditentukan

berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.

Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotorik

terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.

Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi

yang harus kita belajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap,

atau keterampilan motorik.

Dibawah ini dijelaskan hubungan antara kompetensi dasar dan jenis materi

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa

(47)

organ tubuh manusia.

b) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa

kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas

sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” berarti

materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh : Seorang guru

Biologi menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian peserta

didik diminta untuk menglasifikasikan atau mengelompokkan mana

yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar

tunggang.

c) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa

menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus

diajarkan adalah “prosedur”.

Contoh:

1. Seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan membelajarkan

bagaimana proses penyusunan langkah-langkah untuk mengatasi

permasalahan dalam mewujudkan persamaan Hak Asasi Manusia.

2. Seorang guru Fisika menjelaskan tentang bagaimana membuat

magnet buatan. Seorang guru Kimia mengajarkan bagaimana

(48)

menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”,

berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.

Contoh :

1. Seorang guru Matematika menjelaskan cara menghitung luas

segitiga menggunakan aturan Trigonometri. Rumus luas segitiga

adalah setengah dari perkalian dua sisi berdekatan kali sinus sudut

yang diapit .

2. Seorang guru Ekonomi menjelaskan hubungan antara penawaran

dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika

permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan

naik.

e) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa

memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka

materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek sikap atau

nilai. Contoh: Budi memilih tidak menaati rambu-rambu lalulintas

daripada terlambat ke sekolah walau telah dibelajarkan pentingnya

menaati peraturan lalu lintas.

(49)

Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, peserta didik diharapkan

mampu melompati mistar setinggi 125 centimeter. Materi

pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.

Agar menjadi lebih jelas dalam mengidentifikasi materi pembelajaran

apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), aspek

afektif dan aspek psikomotorik, berikut disajikan bagan alur (flowchart)

langkah-langkah penentuan materi pembelajaran. Selain menggambarkan langkah-langkah-langkah-langkah

yang menunjukkan cara berpikir, diagram di bawah ini juga menunjukkan

kata-kata kunci untuk menentukan jenis atau tipe materi pembelajaran dalam

hubungannya dengan perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta

(50)

Sumber: Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran, hlm.13, 1 Agustus 2013 Materi Pembelajaran Fakta

Contoh : Jenis–jenis binatang

memamahbiak, tanaman berbiji tunggal, nama–nama bulan dalam setahun. Kata kunci: Nama, jenis, jumlah, tempat, lambang.

Apakah kompetensi dasar berupa mengingat fakta?

Materi Pembelajaran Konsep.

Contoh : Bujur sangkar adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjangKata kunci: Definisi, klasifikasi, identifikasi, ciri khusus aksioma.

Apakah kompetensi dasar berupa penawaran tetap, maka harga akan naik Kata kunci: dalil, rumus, postulat, hubungan, sebab-akibat, jika... maka….

Materi Pembelajaran Prosedur. Contoh: Cara mengukur suhu badan menggunakan termometer.

Kata kunci: Langkah–langkah mengerjakan tugas secara urut/procedural.

Apakah kompetensi dasar berupa menjelaskan langkah-langkah mengerjakan sesuatu prosedur tertentu?

Materi Pembelajaran aspek afektif/sikap

Contoh: Sikap jujur, motivasi tinggi, minat belajar besar, menjauhi perbuatan tercela, dsb.

Kata kunci: Sikapataunilai Apakah Peserta didik

diminta untuk memilih sikap tertentu terhadap suatu objek kejadian?

Materi Pembelajaran aspek psikomotorik

Contoh:Lompat tinggi,lompat galah, lari 100 meter, berenang, tinju, pencak silat, dsb.

Kata kunci: Kegiatan fisik Apakah peserta didik

(51)

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau

dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari

fenomena alam. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang

objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan

ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan

menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains

merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan

klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverivikasi dalam hukum-hukum yang

bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penlaran matematis dan analisis data

terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika

merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta,

konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian

kegiatan dalam metode ilmiah. Sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan

sisi lain sebagai produk. Proses sains merupakan upaya pengumpulan dan

penggunan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada

mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan

imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti

sangat pokok dalam kegiatan sains termasuk Fisika.

Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.

Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang

dan waktu. Para Fisikawan atau ahli Fisika mempelajari perilaku dan sifat materi

(52)

sebagai satu kesatuan kosmos. Beberapa sifat yang dipelajari dalam Fisika

merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum

kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum Fisika. Fisika

sering disebut sebagai ilmu paling mendasar, karena setiap ilmu alam lainnya

(biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu

yang mematuhi hukum Fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan

zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul

yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu Fisika seperti mekanika

kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika. Fisika juga berkaitan erat dengan

matematika. Teori Fisika banyak dinyatakan dalam notasi matematis, dan

matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang

digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara Fisika dan matematika

adalah: Fisika berkaitan dengan pemerian dunia material, sedangkan matematika

berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia

material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas

penelitan yang beririsan antara Fisika dan matematika, yakni Fisika matematis,

yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori Fisika.(Danceyanq,

2013)

F.1. Kompetensi Dasar Materi Dalam Penelitian

Penelitian ini akan mengungkap dan mendeskripsikan pengetahuan tiga guru

SMA tentang materi pembelajaran yang berbeda untuk masing-masing guru.

(53)

Materi yang diajarkan oleh ketiga guru adalah sebagai berikut:

1. Guru A mengajarkan materi “Hukum Newton tentang Gravitasi”.

2. Guru B mengajarkan materi “Usaha dan Energi”.

3. Guru C mengajarkan materi “Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana”.

Dibawah ini dijelaskan Kompetensi Dasar yang mencakup 3 materi di atas:

Tabel. 2.1. Kompetensi Dasar Menurut Kanginan, M (2004)

Kompetensi Dasar

- Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

- Membedakan konsep energi, usaha, dan daya serta mampu mencari hubungan

antara usaha dan perubahan energi kinetik.

- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik dalam kehidupan sehari-hari

Tabel.2.2. Komptensi Dasar Menurut Foster, B (2011)

Kompetensi Dasar

- Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum-hukum

Newton

- Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan

- Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran

- Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan

energi mekanik

- Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam

Gambar

Gambar. 2.1. Diagram Proses Pemilihan Materi Pembelajaran
Tabel. 2.1. Kompetensi Dasar Menurut Kanginan, M (2004)
Tabel. 3.1. Metode Pengelompokan Data
tabel di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel religiusitas, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh

[r]

Media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena media mempunyai arti penting dalam dunia pendidikan, terutama

Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan (pemegang usaha waralaba di wilayah Tembalang), berupa data

Lokasi dengan karakteri stiknya Daerah Terpili h sebaga i sampel Hubung an Jenjang Penugas an dengan Pengeta huan mengen ai Pendeka tan Ilmiah Perbed aan Jender dalam

Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berkesinambungan yang diikuti dengan penyediaan berbagai sumberdaya, diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan

Bentuk-bentuk representasi yang tampak dalam cerpen ―Semua untuk Hindia‖ dan ―Selamat Tinggal Hindia‖ berkaitan dengan relasi kuasa pada masa pemerintahan

Pembimbingan penulisan skripsi saudari Humriani, NIM: 50400112024, Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, setelah