• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya pelayanan kesehatan menyeluruh. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berkesinambungan yang diikuti dengan penyediaan berbagai sumberdaya, diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan dan pembiayaan (Depkes RI, 2007).

Pembangunan kesehatan di Indonesia pada tahun 2010-2014 sasarannya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup : 1) meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun, 2) menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, 3) menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, 4) menurunkan

Angka Kematian Neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, 5) meningkatkan cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, yang menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk 225.642.000 jiwa berarti ada 9.774 ibu meninggal pertahun atau 1 orang ibu

(2)

meninggal per jam dan 17 orang bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

Kesepakatan global (Millenium Development Goals / MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKI dan AKB menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990–2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun komitmen tersebut belum konsisten dengan target penurunan AKI yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010-2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2015 terget MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDGs (Millenium

Development Goals) untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akan sulit

terwujud kecuali dengan dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.

Pemerintah secara intern maupun bekerjasama dengan UNICEF telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu, bentuk upaya tersebut tertuang dalam program Safe Motherhood Initiative. Program ini bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan memastikan bahwa setiap ibu mendapatkan kesempatan untuk melahirkan bayi dalam kondisi yang aman dan sehat.

Walaupun upaya telah banyak dilakukan namun Angka Kematian Ibu (AKI) selama dua dekade terakhir ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan

(3)

atau morbiditas, demikian pula dengan penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil ketika akan, sedang atau setelah persalinan masih tetap menjadi masalah kesehatan (Depkes RI, 2005).

Upaya pemerintah dalam menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari puskesmas. Pemerintah akan berfokuskan pada intervensi utama disektor kesehatan dan kegiatan yang berbasis masyarakat, dengan penekanan pada persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, tepat dan efektif.

Untuk meningkatkan upaya penurunan AKI dan AKB dibutuhkan sumber daya yang dapat meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya, maka pemerintah mulai tahun 1989/1990 berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Binkesmas No.429/Binkesmas/DJ/II/89 diharapkan seluruh desa di Indonesia telah memiliki bidan desa. Surat edaran tersebut menyatakan tujuan penempatan Bidan Desa adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.

Tugas pokok bidan di desa adalah melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan anak balita, serta pelayanan KB. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, bidan dituntut mengupayakan kelangsungan hidup untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi

(4)

minimal, sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Pelayanan KIA saat ini diutamakan pada peningkatan pelayanan antenatal atau ANC (Antenatal Care) pada ibu hamil disemua fasilitas kesehatan, peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, peningkatan pelayanan bagi ibu nifas, bayi, balita, dan Pelayanan KB sesuai standar.

Pemerintah daerah Kabupaten Batubara melalui Dinas Kesehatan telah melaksanakan upaya penanggulangan AKI dan AKB dengan upaya pemenuhan kualitas dan kuantitas bidan dengan menempatkan bidan desa di 100 desa yang berjumlah 304 orang bidan. Namun upaya ini masih belum menunjukkan hasil yang

optimal, hal ini dapat dilihat dari angka AKI dan AKB yang masih tinggi dalam 2 tahun terakhir, dimana dari 8.153 kelahiran hidup pada tahun 2009 terdapat 19 kematian ibu dan 74 kematian bayi, setelah dikonversi diperoleh angka AKI

sebesar 233/ 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 9/1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 dari 8.315 kelahiran hidup terdapat 13 kematian ibu dan 37 kematian bayi, setelah dikonversi diperoleh angka AKI sebesar 156/ 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 4/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan pencapaian pertolongan persalinan yang 100% dibantu oleh bidan dan pencapaian pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) mencapai 96,90% dan kunjungan keempat ibu hamil (K4) mencapai 91,81%, maka tingkat kematian ibu maupun bayi seharusnya masih dapat diturunkan.

(5)

Untuk wilayah kerja Puskesmas Indrapura yang meliputi 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Sei. Suka dan sebagian dari Kecamatan Air Putih, terdiri 18 desa dan jumlah penduduk sekitar 77.080 jiwa dengan jumlah bidan desa sebanyak 62 orang tentunya hal ini akan memengaruhi kinerja bidan dalam melayani masyarakat, belum optimalnya kinerja bidan desa di Kecamatan ini dapat dilihat dari data tahun 2009 AKI sebesar 118/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 4/1.000 kelahiran hidup, untuk tahun 2010, AKI sebesar 124/100.000 kelahiran hidup, AKB sebesar 4/1.000 kelahiran hidup. Data pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil Kl sebesar 94% dan K4 sebesar 91%.

Melihat masih adanya masalah kematian ibu dan bayi pada masa persalinan yang merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh bidan desa tentunya menuntut bidan memiliki kinerja yang optimal dalam memberi pelayanannya.

Tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah Kabupaten/ Kota adalah berdasarkan Permenkes RI No 741/MENKES/PER/VII/2008 yang disebut Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi beberapa indikator kinerja tahun 2010 – 2015 yaitu : a. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) adalah 95% pada tahun 2015

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi bidan adalah 90% pada tahun 2015

c. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah 80% pada tahun 2015 d. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Imunization (UCI) 100% ditahun 2010 e. Cakupan kesehatan rujukan dan penanggulangan KLB 100% ditahun 2015

(6)

f. Dan beberapa standar lain yang menunjukkan kinerja petugas puskesmas.

Kinerja secara umum dipahami sebagai suatu catatan keluaran hasil suatu fungsi jabatan kerja atau seluruh aktivitas kerjanya dalam periode tertentu. Menurut Steer dan Porter (1991), kinerja adalah hasil pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang. Sementara Soeprihanto (1996) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Maier dalam As’ad (2003) menyatakan perbedaan kinerja antara orang yang satu dengan yang lain di dalam suatu situasi kerja adalah karena perbedaaan karakteristik individu. Sedangkan faktor organisasional seperti penghargaan dan supervisi juga memengaruhi kinerja seseorang.

Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja, seperti penelitian Muchin tahun 2003, yang meneliti pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja dokter PTT di puskesmas dalam Kota Banda Aceh. Basri (2008) yang meneliti kinerja bidan desa di Kabupaten Aceh Tenggara juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja.

Dengan melihat fenomena-fenomena di atas, perlu dilakukan studi tentang pengaruh karakteristik individu (tempat tinggal, status perkawinan, pengetahuan) dan

(7)

karakteristik organisasi (penghargaan, supervisi) terhadap kinerja bidan desa, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam meningkatkan upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi di wilayah kerja Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh karakteristik individu (tempat tinggal, status perkawinan, pengetahuan) dan karakteristik organisasi (penghargaan, supervisi) terhadap kinerja bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh karakteristik individu (tempat tinggal, status perkawinan, pengetahuan) dan karakteristik organisasi (penghargaan, supervisi) terhadap kinerja bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik individu (tempat tinggal, status perkawinan, pengetahuan) dan karakteristik organisasi (penghargaan, supervisi) terhadap kinerja bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara.

(8)

1.5 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Menambah wawasan, memperkaya konsep dan pemahaman tentang peran kinerja bidan desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.

2) Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara dalam mengoptimalkan kinerja bidan desa di unit pelayanan desa setingkat poskesdes.

b. Memberikan masukan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan langkah-langkah yang strategis dalam memberikan pengarahan dan bimbingan serta evaluasi terhadap bidan desa dalam upaya peningkatan kinerja bidan desa. c. Sebagai sarana bagi peneliti mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

rangka meningkatkan kinerja bidan, sehingga diharapkan dapat menambah referensi dan bahan kajian tentang sumber daya manusia kesehatan khususnya tenaga kebidanan

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengetahuan dilihat dari segi usia menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar dari kategori usia 30-35 tahun yaitu 23.3%, dilihat

Survey yang telah dilakukan yaitu survey inventarisasi jalan, survey panjang antrian dan Survey yang telah dilakukan yaitu survey inventarisasi jalan, survey panjang antrian dan waktu

Hal tersebut didukung hasil penelitian dari Elangovan (2001) sebagaimana dikutip oleh Fisnik Bytyqi (2010:157) , mengemukakan bahwa: ” Adanya hubungan yang kuat antara

Hasil survei menunjukan hasil pembelajaran siswa pada Mts Negeri Tulehu di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari diri siswa antara lain: minat, bakat, sikap,

Angka yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai yang diprediksikan dengan hasil pengukuran laboratorium tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% (p>0.05) sehingga

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Sang Maharani karya Agnes Jessica, dan (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel

Kadar air benih weru cukup rendah, yaitu di bawah 10%, sehingga masuk dalam kategori benih ortodoks, sedangkan perlakuan pendahuluan dan metode uji perkecambahan

(4) Tarif layanan akreditasi Lembaga Pemeriksa Halal, tarif layanan pelatihan auditor halal clan penyelia halal, clan tarif l_ayanan sertifikasi kompetensi auditor