• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN IBU HAMIL SEBAGAI PEROKOK PASIF DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN IBU HAMIL SEBAGAI PEROKOK PASIF DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI SURAKARTA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

HUBUNGAN IBU HAMIL SEBAGAI PEROKOK PASIF

DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BENING RAHIMI TITISARI

G 0008203

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Surakarta

Bening Rahimi Titisari, NIM: G0008203, Tahun: 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Kamis, Tanggal 1 Desember 2011

Pembimbing Utama

Nama : Dr. Supriyadi Hari R., dr., Sp.OG

NIP : 19610309 198802 1 001 (...)

Pembimbing Pendamping

Nama : Endang Dewi L., dr., Sp.A (K) MPH

NIP : 19591201 198603 2 008 (...)

Penguji Utama

Nama : Dr. Abkar Raden, dr., Sp.OG (K)

NIP : 19461019 197603 1 001 (...)

Anggota Penguji

Nama : Nur Hafidha H., dr., MClinEpid

NIP : 19761225 200501 2 001 (...)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 1 Desember 2011

Bening Rahimi Titisari

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Bening Rahimi Titisari, G0008203, 2011. Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan lahir rendah di Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan case control yang dilaksanakan pada bulan Juni - September 2011 di RS dan RB PKU Muhammadiyah Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara fixed- disease sampling dengan kriteria inklusi adalah (1) Bayi BBLR dan bayi non BBLR aterm (2) Bayi lahir hidup (3) Primigravida (4) Janin tunggal.

Sampel mengisi lembar biodata dan informed consent sebagai tanda persetujuan serta mengisi kuesioner perokok pasif. Diperoleh 60 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji analisis bivariat Chi Square (2) Uji Regresi Logistik Ganda melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah 5.4 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok setelah mengontrol pengaruh ANC (OR = 5.37; IK 95% 1.51,19.12).

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan lahir rendah. Ibu hamil yang terkena paparan asap rokok memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Kesimpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh ANC.

(5)

commit to user

v ABSTRACT

Bening Rahimi Titisari, G0008203, 2011. The Relationship between Passive Smoker in Pregnancy and Low Birth Weight Babies in Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Objectives: This research aims to know the relationship between passive smoker in pregnancy and low birth weight babies in Surakarta.

Method: This research was analytical descriptive research case control approach and had been done in September 2011 in the RS and RB PKU Muhammadiyah Surakarta. Data was collected by using fixed-disease sampling within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were LBW babies and non-LBW babies at term, babies born alive, primigravidae, and a single fetus. Sample filled the biodata and informed consent as a sign of approval, and questionnaire passive smoker. Sixty sample were obtained and analyzed with Chi Square test and

Multiple Logistic Regression test through SPSS 17.0 for Windows.

Result: Pregnant women who exposed by smoke had a risk of having a baby of

low birth weight 5.4 times greater than pregnant women who are not exposed after controlling the influence of the ANC (OR = 5.37; IK 95% 1.51,19.12).

Conclusion: There is a significant relationship between passive smoker in pregnancy with low birth weight babies. Pregnant women who are exposed by smoke have a higher risk of having low birth weight babies. The conclusion was made after controlling the influence of the ANC.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Surakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Supriyadi Hari R., dr., Sp.OG, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 2. Endang Dewi L., dr., Sp.A (K) MPH, selaku Pembimbing Pendamping

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

3. Dr. Abkar Raden, dr., Sp.OG (K), selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Nur Hafidha H., dr., MClinEpid, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

5. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak, Ibu, Mbak Puput, Dek Cakra, Mas Yahya, Annisa, Nafika, Deanita, Marwan dan Trisna Adi yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 1 Desember 2011

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Rokok ... 5

2. Berat Badan Lahir Rendah ... 9

3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif ... 12

4. Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan BBLR... 14

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN ... 18

(8)

commit to user

viii

B. Lokasi Penelitian... 18

C. Subyek Penelitian... 18

D. Teknik Sampling ... 19

E. Besar Sampel ... 19

F. Identifikasi Variabel Penelitian... 20

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 20

H. Instrumen Penelitian ... 22

I. Rancangan Penelitian ... 23

J. Cara Kerja ... 23

K. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 26

A. Karakteristik Sampel Penelitian ... 26

B. Hasil Uji Analisis Bivariat ... 29

C. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda ... 34

BAB V. PEMBAHASAN ... 36

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Unsur Asap Rokok ... 6

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ... 26

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pekerjaan ... 27

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Status ANC ... 27

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif ... 28

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status BBLR ... 29

Tabel 4.6. Analisis Bivariat tentang Status Perokok Pasif dengan Kejadian BBLR …...………...30

Tabel 4.7. Analisis Bivariat tentang Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR.. 31

Tabel 4.8. Analisis Bivariat tentang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian BBLR……….. 32

Tabel 4.9. Analisis Bivariat tentang Hubungan ANC dengan Kejadian BBLR……….. 33

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alur Mekanisme Efek Paparan Asap Rokok terhadap Risiko

Terjadinya Kelahiran BBLR ... 15

Gambar 4.1. Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur……… 26

Gambar 4.2. Persentase Sampel Menurut Status Pekerjaan ... 27

Gambar 4.3. Persentase Sampel Menurut Status ANC ... 28

Gambar 4.4. Persentase Sampel Menurut Status PerokokPasif ... 28

Gambar 4.5. Persentase Sampel Menurut Status BBLR ... 29

Gambar 4.6 Grafik Persentase Status Perokok Pasif dengan Kejadian BBLR …...………...………... 30

Gambar 4.7. Persentase Kejadian BBLR Menurut Umur……….. 31

Gambar 4.8. Persentase Status Pekerjaan dengan Kejadian BBLR ………….. 32

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Bukti Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Lembar Biodata

Lampiran 5. Kuesioner Status Perokok Pasif

Lampiran 6. Data Responden

(12)

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN

AMS : Accelerator Mass Spectometry

ANC : Antenatal Care

BBLN : Berat Badan Lahir Normal

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

CNS : Central Nervous System

ETS : Enviromental Tobacco Smoke

KMK :Kecil untuk Masa Kehamilan

LILA : Lingkar Lengan Atas

NBK-KMK : Neonatus Berat Kurang – Kecil untuk Masa Kehamilan

(13)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi

masalah yang serius penduduk dunia, terbukti dengan jumlah kasus yang

masih cukup tinggi. Kurang lebih 30 juta bayi lahir dengan berat badan

rendah setiap tahunnya (23.8 % dari semua kelahiran) (WHO, 2005). Di

Indonesia jumlah berat badan lahir rendah juga masih cukup tinggi.

Berdasarkan hasil estimasi dan survei demografi dan kesehatan Indonesia,

angka BBLR secara nasional pada periode tahun 2002-2003 mencapai 7,6 %.

Selain tingginya angka kejadian, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, BBLR masih menimbulkan angka kematian bayi

baru lahir di Indonesia sekitar 12,8 % dari seluruh penyebab kematian bayi

baru lahir (Depkes, 2010).

BBLR dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor ibu, faktor janin

dan faktor lingkungan. Berkatian dengan faktor lingkungan, BBLR dapat

disebabkan karena tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, permasalahan

sosio-ekonomi dan paparan zat racun seperti zat yang terkandung dalam

rokok (Khosim, 2008). Rokok masih menjadi salah satu penyebab penting

tingginya angka kematian penduduk dunia. Data epidemi di dunia

menunjukkan, tembakau membunuh lebih lima juta orang setiap tahunnya.

(14)

commit to user

2

kematian, dengan 70 % kematian di negara sedang berkembang (Depkes,

2010).

Indonesia termasuk negara konsumen rokok terbesar urutan ke-3 di

dunia setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang per tahun

2005. Tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh

lebih (57 %) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok,

dan hampir semua perokok (91,8 %) merokok di rumah. Seseorang bukan

perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko terkena kanker

paru sebesar 20 % sampai 30 %, dan mempunyai risiko terkena penyakit

jantung (Depkes, 2010 ).

Salah satu dari bahaya merokok adalah gangguan pada kehamilan.

Rokok mengandung beberapa zat yang dapat membahayakan janin seperti

nikotin, radikal bebas dan oksidan. Zat ini dapat menyebabkan terjadinya

defisiensi folat, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan hipertensi dalam

kehamilan. Kelainan dalam kehamilan tersebut dapat menyebabkan BBLR

(Yuliana, 2009).

Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah

menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40 - 400 gram

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Sekitar 7 %

dari ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan

anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini meningkat

menjadi 12 % pada ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok

(15)

commit to user

3

Berdasarkan penelitian, satu dari tiga perempuan yang merokok lebih

dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang, namun hal

tersebut tidak hanya terjadi pada ibu hamil yang merokok saja, ternyata ibu

hamil yang tidak merokok pun bila sehari-hari selalu berada di antara

perokok dan selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), bisa mengalami efek

negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok aktif (Syahbana,

2001).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan

lahir rendah di Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan ibu hamil sebagai perokok

pasif dengan bayi berat badan lahir rendah di Surakarta.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan ibu

hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan lahir rendah di

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris (data)

tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi

(16)

commit to user

4 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti kepada

masyarakat tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif

dengan bayi berat badan lahir rendah di Surakarta dan meningkatkan

kewaspadaan ibu dan peran keluarga untuk secara aktif ikut menjaga

kesehatan ibu hamil dan janin terutama dalam hal menghindari paparan

(17)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

a. Pengertian

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui

dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik

sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor

risiko dari berbagai macam penyakit (Bustan, 2000).

Menurut data di Indonesia terdapat 6,5 juta orang dewasa

menderita penyakit akibat merokok. Berbagai penyakit tersebut antara

lain kanker, terutama kanker paru, penyakit jantung dan peredaran

darah, bayi lahir dengan berat badan rendah serta sindroma bayi

meninggal mendadak (sudden death) dari ibu yang merokok. Masalah

lain dari akibat rokok adalah korbannya tidak hanya menimpa pada

orang yang merokok atau perokok aktif, namun juga menimpa orang

lain yang tidak merokok atau perokok pasif (Depkes, 2003). Rokok

merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang diramu

secara khusus dari berbagai macam jenis dan mutu tembakau.

b. Zat yang terkandung dalam rokok

Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon

(18)

commit to user

6

(NH4OH), acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene,

methanol, coumarin, etilkatehol-4, dan ortokresol. Selain komponen

gas ada komponen padat atau partikel yang terdiri dari nikotin dan tar.

Bahan di ataslah yang menyebabkan terjadinya berbagai macam

kelainan dan penyakit. Beberapa penyakit dengan etiologi perokok,

baik perokok aktif maupun perokok pasif, adalah penyakit jantung

koroner, penyakit paru kronis, tumor paru, impotensi, dan gangguan

sistem reproduksi. Selain itu, salah satu bahaya merokok adalah

gangguan kehamilan dan janin (Yuliana, 2009).

Menurut Jaya (2009), asap rokok mengandung beberapa zat yang

berbahaya. Selain sebagai karsinogen dan kokarsinogen, 40 %

kandungan rokok merupakan bahan beracun yang berefek candu.

Kandungan asap rokok selengkapnya akan disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Unsur Asap Rokok

Senyawa Efek

(19)

commit to user

bentuk, yaitu gas phase yang terdiri dari nitrosamin, nitrosopirodin,

hidrasin, vinil chlorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida,

akrolein, asetaldehid, nitrogen oksida, amonia, piridin,

karbonmonoksida dan particulate matter yang terdiri dari bensopirin,

dibensakridin, dibensokarbasol, piren, fluoranten, hidrokarbon

aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosaim yang tidak mudah menguap,

nikel, arsren, nikotin, alkaloid tembakau, fenol, dan kresol (Fajriwan,

1999).

Menurut Van Meurs (1999), beberapa zat yang terkandung dalam

rokok dan bahayanya antara lain adalah:

1) Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida (CO) memiliki tingkat afinitas yang

lebih tinggi untuk hemoglobin (Hb) daripada oksigen (O2).

Daya gabung Hb dengan CO kira-kira 245 kali lebih besar

daripada daya gabung dengan O2. Koarbonmonoksida cepat

(20)

commit to user

8

carboxyhemoglobin ini tidak dapat membawa oksigen. Hal ini

dapat mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen ke janin

dan dapat menyebabkan hipoksia pada janin.

CO dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut O2

darah sebanyak 15 %. CO menimbulkan desaturasi Hb,

menurunkan langsung persediaan O2 untuk jaringan seluruh

tubuh termasuk otot jantung, CO menggantikan tempat O2 di

Hb, menganggu pelepasan okisgen, mempercepat

aterosklerosis, menurunkan kapasitas latihan fisik, dan

meningkatan viskositas darah sehingga mempermudah

penggumpalan darah. (Syahdrajat, 2007).

2) Nikotin

Nikotin mengaktifkan sistem adrenergik melalui pelepasan

katekolamin dari medula adrenal, ganglia otonom dan

persimpangan neuromuscular. Dua tipe yang berbeda pada

stimulasi Central Nervous System (CNS) berkaitan dengan

respon stimulasi positif terhadap ketergantungan nikotin.

Nikotin bereaksi terhadap sistem kardiovaskular,

menyebabkan pelepasan katekolamin pada sirkulasi ibu, dan

dampaknya menyebabkan takikardi, vasokontriksi perifer, dan

penurunan aliran darah plasenta. Hal ini menyebabkan asupan

nutrisi dan oksigenasi yang rendah pada janin. Cotinine sebagai

(21)

commit to user

9

prostaglandin E2 dan akumulasi cotinine pada aliran darah

janin mempengaruhi secara paksa terjadinya prematuritas dan

aborsi spontan di antara perokok. Perokok menunjukkan

kekurangan beberapa zat gizi seperti zinc, karotin, dan

kolesterol. Semua bahan tersebut dihisap melalui mukosa nasal

sehingga akan berdampak pada berat badan janin dari ibu hamil

yang terpapar rokok. Pengukuran kuantitas asap rokok dan

lama paparan asap rokok sangat sulit untuk diukur dan

diperkirakan (Kenner, 2007).

2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Definisi

Berat lahir adalah berat pertama fetus atau bayi baru lahir yang

ditimbang satu jam setelah lahir. Untuk kelahiran hidup, sebaiknya

berat lahir diukur pada jam pertama kelahiran, sebelum terjadi

kehilangan berat postnatal yang signifikan (Unicef, 2004).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir

yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan

2.499 gram) (Prawirohardjo, 2006).

b. Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2007), bayi Berat Badan Lahir Rendah

(22)

commit to user

10 1) Prematuritas murni

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan

berat badan sesuai dengan berat badan usia kehamilan atau

biasa disebut Neonatus Berat Kurang – Kecil untuk Masa

Kehamilan (NBK-KMK).

2) Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang

Kecil untuk Masa Kehamilannya (KMK).

c. Tanda-tanda BBLR

Menurut Maryunani dan Nurhayati, (2009) menyatakan bahwa

tanda-tanda BBLR yaitu:

1) Berat Badan < 2500 gr, PB < 45 cm

2) Lingkar kepala < 33 cm, lingkaran dada < 30 cm3)

3) Letak kuping menurun

4) Pembesaran dari satu atau dua ginjal

5) Masalah dalam pemberian makan (reflek menelan dan menghisap

berkurang)

6) Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

d. Faktor-faktor terjadinya BBLR

Menurut Thomson yang dikutip oleh Pajri (2002), beberapa

(23)

commit to user

11

1) Faktor biologis : jenis kelamin bayi, parietas, umur ibu, ras,

ukuran orang tua (berat dan tinggi badan), pertambahan

berat badan selama kehamilan, riwayat kehamilan terdahulu,

hipertensi dan preeklamsia, odema ibu, komplikasi

kehamilan, dan ukuran plasenta.

2) Faktor lingkungan : status sosio-ekonomi, status gizi, dan

rokok.

Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya persalinan preterm (premature) atau berat badan lahir

rendah bias terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor ibu (gizi saat

hamil kurang, umur < 20 tahun atau > 35 tahun, jarak hamil dan

persalinan terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti hipertensi,

gangguan pembuluh darah sebagai contoh perokok), faktor kehamilan

(Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,

Pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini), faktor janin (cacat bawaan,

infeksi dalam rahim), dan faktor yang masih belum dketahui.

Sedangkan menurut Llewellyn (2002), faktor risiko untuk

insiden bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain

sosio ekonomi, usia ibu < 17 tahun atau > 35 tahun, merokok, minum

alkohol berlebihan, riwayat kebidanan, anemia pada ibu.

Faktor lingkungan dengan adanya radiasi dan paparan zat-zat

racun juga dapat menyebabkan terjadinya bayi Berat Badan Lahir

(24)

commit to user

12

Ibu yang merokok selama kehamilan meningkatkan risiko

terjadinya kondisi prenatal dan pascanatal pada bayi. Angka insiden

bayi BBLR dari ibu yang merokok dua kali lebih besar daripada ibu

yang tidak merokok (Mc Kenzie, 2007).

Adanya paparan asap rokok di lingkungan (Environtmental

Tobacco Smoke) dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan. Efek terbesar dari paparan Environtmental Tobacco Smoke

(ETS) pada berat lahir ditemukan pada ibu yang tidak merokok,

rata-rata penurunannya 88 gram, pada ibu yang terpapar berat oleh ETS di

rumah dan di tempat kerja, berat lahir bayi lebih rendah 189 gram

dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak terpapar dan tidak

pernah merokok dan 70 gram lebih rendah dibandingkan dengan ibu

yang merokok selama kehamilan (Hruba, 2000).

3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif

Paparan asap rokok adalah semua bahan kimia yang berasal dari

pembakaran rokok yang mengenai perokok maupun bukan perokok. Orang

yang menghirup asap rokok lingkungan (Environtmental Tobacco Smoke)

disebut perokok pasif. Perokok pasif bukan tidak mungkin akan menderita

berbagai penyakit akibat rokok walaupun dirinya tidak merokok.

Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih tinggi

daripada asap rokok utama, antara lain karena tembakau yang terbakar

(25)

commit to user

13

pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan lebih banyak

bahan kimia (Aditama, 2001).

Zat toksik lebih banyak didapatkan pada asap samping, antara lain CO

lima kali lipat, benzopiren tiga kali lipat dan amoniak 50 kali lipat.

Beberapa bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam dalam ruangan

setelah rokok berhenti (Syahdrajat, 2007).

Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng (2005) yang

bertujuan untuk menilai distribusi jaringan dan bioavailabilitas

(kemampuan nikotin mencapai jaringan target) dan kemampuannya untuk

mengikat protein dan DNA pada level paparan tertentu dari sebatang

rokok. Penelitian ini menggunakan radioaktif berlabel nikotin

[14C-labeled nicotine] sebagai tiruan dan sampel dianalisis dengan Accelerator

Mass Spectometry (AMS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

[14C-labeled nicotine] muncul pada liver, paru-paru, testis, otak, dan

plasenta. Kadar tertinggi muncul pada plasenta. Level kerusakan jaringan

terlihat 15 - 60 menit setelah paparan dan menurun setelahnya.

Ibu hamil yang merokok mulai trimester I memiliki risiko 30 %

melahirkan bayi BBLR. Ibu hamil yang merokok sampai trimester II

memiliki risiko 70 % melahirkan bayi BBLR, sedangkan yang merokok

selama kehamilannya memiliki risiko 90 % melahirkan bayi BBLR

(26)

commit to user

14

4. Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan BBLR

Merokok pasif dikenal juga sebagai merokok tanpa sadar (involuntary

smoking), atau menghisap asap rokok lingkungan (Environtmental

Tobacco Smoke) adalah bernafas dengan udara yang dikeluarkan oleh

perokok dan sisa akhir pembakaran tembakau (Chollat, 1992; Fajriwan,

1999). Asap rokok yang berada di sekitar perokok mengandung bahan

toksik dan karsinogenik yang sama seperti aliran utama yang dihisap

perokok. Dengan demikian efek merokok pasif hampir sama dengan efek

yang timbul pada merokok aktif (Fajriwan, 1999).

Efek samping merokok pada kehamilan antara lain :

a. Peningkatan risiko abortus spontan

b. Peningkatan risiko bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan

kelahiran prematur

c. Menghambat pertumbuhan janin pada trimester ke tiga

d. Meningkatkan angka kematian bayi

Merokok pada kehamilan juga dihubungkan dengan peningkatan cacat

neonatus seperti neonatal asphyxia, perdarahan intraventrikuler,

penurunan fungsi paru, dan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

(Yeruchimovich, 1999; Gruslin, 2000; Dollverg, 2000).

Mekanisme jejas pada janin dipengaruhi banyak faktor, namun faktor

yang paling mempengaruhi adalah terjadinya hipoksia pada janin

(Yeruchimovich, 1999). Merokok pasif pada kehamilan menyebabkan

(27)

commit to user

15

darah ke uterus dan plasenta. Keadaan-keadaan ini akan menyebabkan

hipoksia pada janin (Gruslin, 2000).

Gambar 2.1 di bawah ini adalah alur mekanisme efek paparan asap

rokok terhadap risiko terjadinya kelahiran BBLR (Yuliana, 2009).

Gambar 2.1. Alur Mekanisme Efek Paparan Asap Rokok terhadap Risiko

(28)

commit to user

16

B. Kerangka Pemikiran

: diteliti

: tidak diteliti

BBLR

Asap rokok

Faktor kehamilan ibu :

-Antenatal Care (ANC)

-Umur

-Pekerjaan

-Riwayat hipertensi kehamilan

-Riwayat

Pre-eklamsia/eklamsia

Pola Hidup :

(29)

commit to user

17 C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan ibu hamil sebagai perokok

(30)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control.

Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

hanya berhenti pada taraf pendiskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf

pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik

untuk menganalisis data yang diperoleh. Yang dimaksud dengan pendekatan

case control yaitu penelitian observasional analitik untuk mempelajari

seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek (Arief, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah RS PKU

Muhammadiyah Surakarta dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah

Surakarta dalam waktu 3 bulan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua pasien yang bersalin

di RS dan RB PKU Muhammadiyah Surakarta dengan :

1. Kriteria inklusi :

a. Bayi BBLR dan bayi non BBLR aterm, lahir secara spontan maupun

tindakan (seksio sesaria, ektraksi vakum, dan lain-lain).

b. Bayi lahir hidup

(31)

commit to user d. Janin tunggal

2. Kriteria eksklusi :

a. Ibu perokok aktif

b. Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)

c. Preeklamsia/eklamsia

d. Riwayat hipertensi kehamilan

e. Cacat congenital

f. Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan

D. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed - disease

sampling. Fixed - disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur

pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan

subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed.

Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal

dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan

yang valid antara kedua kelompok studi.

E. Besar Sampel

Menurut Thabane dalam Murti 2006, salah satu teknik untuk

mengontrol pengaruh faktor perancu (confounding factor) adalah

memperhitungkan pengaruh itu dengan model analisis multivariat ketika

peneliti sudah mempunyai data. Penelitian ini akan menggunakan analisis

(32)

commit to user

Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15 - 20

observasi) (Hair dalam Murti, 2006). Dalam penelitian ini terdapat empat

variabel independen sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan

adalah 4 x 15 = 60 orang.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu hamil perokok pasif.

2. Variabel perancu yang dikendalikan dalam analisis

Variabel perancu yang dianalisis dalam penelitian ini adalah riwayat

pemeriksaan kehamilan (ANC), umur ibu, dan pekerjaan.

3. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR).

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat

bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.

a. Alat ukur : Rekam medik

(33)

commit to user 2. Variabel bebas

Status perokok pasif

Perokok pasif adalah orang-orang bukan perokok yang berada di

lingkungan yang tercemar asap rokok, dalam penelitian ini lingkungan

terbatas pada lingkungan rumah. Perokok pasif minimal terpapar 15 - 60

menit/hari. Diidentifikasi dari kuesioner nomor 8 dan 12 (lampiran.3).

Selain itu, jumlah orang yang melakukan langsung aktivitas merokok di

sekitar ibu hamil selama kehamilan (perokok aktif) juga perlu

diidentifikasi melalui kuesioner nomor 7 (lampiran.3). Sedangkan untuk

jumlah rokok yang dihisap perokok aktif dan ibu terpapar oleh asap

rokok diidentifikasi melalui kuesioner nomor 9 (lampiran.3). Variabel ini

berskala nominal, diketahui melalui kuesioner terstruktur yang sudah

divalidasi oleh Amini (2010).

3. Variabel perancu yang dikendalikan dalam analisis

a. Umur

Rentang waktu yang dialami ibu mulai tanggal kelahiran

sampai ulang tahun terakhir. Umur ibu berkisar 20-35 tahun (tidak

berisiko melahirkan bayi BBLR).

1) Alat ukur : kuesioner

2) Skala pengukuran : ordinal

b. Pekerjaan

Aktivitas responden di luar rumah sebagai profesi, sengaja

(34)

commit to user 1) Alat ukur : kuesioner

2) Skala pengukuran : nominal

c. Antenatal Care (ANC)

ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa

keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya

koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Frekuensi yang

disarankan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu :

1) Minimal satu kali pada trimester I

2) Minimal satu kali pada trimester II

3) Minimal dua kali pada trimester III

Hasil pengukuran didapatkan tiga kelompok yaitu :

1) ANC teratur jika sesuai dengan pedoman di atas

2) ANC tidak teratur jika frekuensi minimal empat kali atau kurang

3) Tidak pernah ANC

a) Alat ukur : rekam medis

b) Skala pengukuran : dikotomik.

H. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

1. Lembar biodata dan Informed Consent

(35)

commit to user

I. Rancangan Penelitian

J. Cara Kerja

1. Data mengenai bayi BBLR diambil dari data rekam medik responden.

2. Responden mengisi biodata.

3. Responden mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan paparan asap

rokok pada ibu hamil (perokok pasif) dengan risiko bayi berat badan lahir

rendah (BBLR).

K. Teknik Analisis Data

Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik

ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat

untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang BBLR BBLN

Terpapar asap rokok

Analisis data

Ibu hamil yang bersalin di RS dan RB PKU Muhammadiyah Surakarta

Quesioner

Terpapar asap rokok Tidak terpapar

asap rokok

(36)

commit to user P

1 P

diukur ordinal) dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor

perancu potensial.

Menurut Murti (2006), model regresi logistik selanjutnya dapat

digunakan untuk:

1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah

mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya.

2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis

ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi)

menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala

katagorial, maka rumus OR = Exp (bi).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2006) :

ln = a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4

di mana :

p : Probabilitas wanita dengan status kesehatan tinggi

1 - p : Probabilitas wanita dengan status kesehatan rendah.

a : Konstanta

b1..b4 : Konstanta regresi variabel bebas x1…x4

x1 : status

0 : bukan perokok

1 : perokok

(37)

commit to user x2 : Umur

0 : 20-35 tahun

1 : < 20 tahun

2 : > 35 tahun

x3 : pekerjaan

0 : tidak bekerja

1 : bekerja

x4 : ANC

0 : teratur

(38)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan

Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Surakarta telah dilaksanakan pada bulan Juni

sampai September 2011 di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dan Rumah

Bersalin PKU Muhammadiyah Sampangan Surakarta. Sampel penelitian

berjumlah 60 orang terdiri dari 30 sampel bayi BBLR dan 30 sampel bayi BBLN.

Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur Frekuensi

1.

(39)

commit to user

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa subjek penelitian

paling banyak adalah ibu hamil yang berumur 20 - 35 tahun (95 %),

sedangkan yang paling sedikit adalah ibu hamil yang berumur < 20 tahun

(2 %).

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pekerjaan

No. Status Pekerjaan Frekuensi

1.

Gambar 4.2 Persentase Sampel Menurut Status Pekerjaan

Tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukkan subjek penelitian sebagian

besar tidak bekerja (67 %).

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Status ANC

(40)

commit to user

Gambar 4.3 Persentase Sampel Menurut Status ANC

Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek penelitian teratur memeriksakan kehamilannya (75 %).

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif

No. Status Perokok Pasif Frekuensi

1.

2.

Bukan perokok pasif

Perokok pasif

Jumlah

40

20

60

Gambar 4.4 Persentase Sampel Menurut Status PerokokPasif

Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

hamil yang diteliti berstatus sebagai bukan perokok pasif (67 %).

75% 25%

teratur

tidak teratur

67%

33% bukan

perokok pasif

(41)

commit to user

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status BBLR

No. BBLR Frekuensi

1.

2.

BBLR

BBLN

Jumlah

30

30

60

Gambar 4.5 Persentase Sampel Menurut Status BBLR

Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa sampel BBLR dan

BBLN sama besar (50 %).

B. Hasil Uji Analisis Bivariat

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji analisis bivariat,

dengan uji tersebut dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara

kedua variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati

hubungan antara variabel bebas status perokok pasif dengan variabel

terikat berat badan bayi lahir lebih rendah serta variabel perancu berupa

umur, status pekerjaan, dan status ANC. Adanya variabel perancu

berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat. Untuk

mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Hasil uji analisis

50% 50%

Status BBLR

BBLR

(42)

commit to user

bivariat digunakan untuk menentukan apakah variabel perancu bisa

dimasukkan dalam analisis regresi logistik. Variabel perancu dengan nilai

p < 0.25 pada analisis bivariat memenuhi syarat analisis regresi logistik.

Tabel 4.6 Analisis Bivariat Status Perokok Pasif dengan Kejadian BBLR

Variabel

Gambar 4.6 Grafik Persentase Status Perokok Pasif dengan Kejadian

BBLR

Dari Tabel 4.6 dan gambar 4.6 kejadian BBLR positif lebih banyak

dijumpai pada ibu hamil perokok pasif (75 %). Analisis bivariat terhadap

hubungan antara status perokok pasif dengan kejadian BBLR,

menunjukkan bahwa kelompok sampel perokok pasif memiliki risiko 0%

50% 100%

(43)

commit to user

untuk melahirkan bayi BBLR 5.0 kali lebih besar daripada kelompok

sampel bukan perokok pasif secara signifikan (OR = 5.0; IK 95 % 1.51,

16.56; p = 0.01).

Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR

Variabel Umur

Gambar 4.7 Persentase Kejadian BBLR menurut Umur

Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.7kejadian BBLR positif lebih banyak

dijumpai pada ibu hamil kelompok umur < 20 dan > 35 tahun (66.7 %).

Analisis bivariat terhadap hubungan antara umur dengan kejadian BBLR

(44)

commit to user

perancu umur tidak memenuhi syarat untuk diikutkan dalam analisis

regresi logistik.

Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian BBLR

Variabel

Gambar 4.8 Persentase Status Pekerjaan dengan Kejadian BBLR

Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.8 didapatkan hasil bahwa kelompok

sampel yang tidak bekerja mengalami kejadian BBLR positif lebih sedikit

(45 %). Sebaliknya, kelompok sampel yang bekerja lebih sering

mengalami kejadian BBLR positif (60 %). Analisis bivariat terhadap

hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian BBLR menunjukkan

(45)

commit to user

status pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk diikutkan dalam analisis

regresi logistik.

Tabel 4.9 Analisis Bivariat Hubungan ANC dengan Kejadian BBLR

Variabel

Gambar 4.9 Persentase Status ANC dengan Kejadian BBLR

Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 didapatkan hasil bahwa kelompok

sampel yang teratur melakukan ANC mengalami kejadian positif lebih

sedikit (40 %). Sedangkan kelompok sampel yang tidak teratur melakukan

ANC lebih banyak mengalami kejadian BBLR positif (80 %). Analisis

bivariat terhadap hubungan antara status ANC dengan kejadian BBLR

(46)

commit to user

untuk melahirkan bayi BBLR 6.0 kali lebih besar daripada kelompok

sampel ANC teratur secara signifikan (OR = 6.0; IK 95 % 1.48, 24.30; p =

0.01) dan memenuhi syarat untuk analisis regresi logistik (p < 0.25)

sehingga variabel perancu status ANC dapat dimasukkan dalam analisis

regresi logistik.

C. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda

Berdasarkan analisis bivariat, variabel yang dapat dilakukan analisis

regresi logistik ganda adalah status perokok pasif dan status ANC.

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis

Bivariat tentang Hubungan antara Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif

dengan Kejadian BBLR

Variabel

Model 1

(Analisis Bivariat)

Model 2

(Analisis Multivariat Regresi Logistik)

(47)

commit to user

Tabel 4.10 menunjukkan perbandingan hasil analisis regresi logistik

ganda tentang hubungan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan

kejadian BBLR, dengan mengontrol faktor perancu yaitu status ANC

dengan hasil analisis bivariat antara kejadian BBLR dengan

masing-masing variabel prediktor (ibu hamil sebagai perokok pasif dan status

ANC).

Pada analisis bivariat, ibu hamil dengan status perokok pasif secara

signifikan mempunyai risiko 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil

bukan perokok pasif untuk melahirkan bayi BBLR (p = 0.01). Setelah

mengontrol variabel status ANC dengan analisis regresi logistik, risiko

tersebut naik menjadi 5.4 kali lebih besar dan secara statistik signifikan

(OR = 5.37; IK 95 % 1.51,19.12). Sedangkan pada ibu hamil dengan status

ANC tidak teratur secara signifikan mempunyai risiko 6 kali lebih besar

dibandingkan ibu hamil dengan status ANC teratur untuk melahirkan bayi

BBLR (p = 0.01). Setelah mengontrol variabel status perokok pasif dengan

analisis regresi logistik, risiko tersebut naik menjadi 6.5 kali lebih besar

(48)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok pasif

dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Surakarta” dilakukan sejak bulan Juni

sampai dengan September 2011 di RS PKU Muhammadiyah dan RB PKU

Muhammadiyah Surakarta. Dari total responden tersebut dilakukan pemisahan

untuk dikeluarkan dari penelitian yang memenuhi syarat eksklusi dan dimasukkan

dalam penelitian yang memenuhi syarat inklusi. Berdasarkan pemisahan ini dan

didapatkan 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel bayi BBLR dan 30 sampel bayi

BBLN.

Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya bayi BBLR.

Berdasarkan penelitian Alit (2003), wanita pada umur muda (kurang dari 20

tahun) memiliki risiko melahirkan bayi BBLR empat kali lebih besar

dibandingkan dengan wanita yang melahirkan pada usia reproduktif sehat (20 - 35

tahun). Hal ini disebabkan karena pada usia remaja perkembangan organ

reproduksi masih belum matang sehingga akan menyebabkan kompetisi dalam

mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap perkembangan dan

janinnya. Di samping itu, secara psikologis, wanita di usia remaja belum siap

dalam menghadapi tuntutan beban moral, mental, dan emosional yang

menyebabkan stress psikologis yang dapat mengganggu perkembangan janin.

Menurut Muchtar (2008), kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun juga

(49)

commit to user

dengan alat reproduksinya telah mengalami degenerasi dan terjadi gangguan

keseimbangan hormonal. Di samping itu, tidak adekuatnya fungsi plasenta

menyebabkan kurangnya produksi progesteron dan mempengaruhi iritabilitas

uterus, menyebabkan perubahan pada serviks yang pada akhirnya akan memicu

kelahiran prematur. Pada penelitian ini, hubungan antara umur ibu dengan

kejadian BBLR tidak signifikan (p = 0.55). Hal ini mungkin terjadi karena

sebagian besar responden pada kelompok kasus merupakan golongan umur yang

tidak berisiko.

Faktor pekerjaan dapat juga berpengaruh kepada kejadian BBLR.

Berdasarkan penelitian El Sheikh (1999), bekerja pada masa kehamilan tidak

begitu berperan pada berat badan lahir bayi. Namun, pada penelitian Anne (1988),

BBLR terjadi pada 5.5 % ibu hamil yang sebagian besar aktivitas kerjanya

dilakukan dengan berdiri. Pekerjaan yang diduga berpengaruh pada berat badan

lahir bayi adalah pekerjaan yang sebagian besar aktivitas kerjanya dilakukan

dengan berdiri sehingga memberikan beban berlebih pada kandungan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berprofesi sebagai ibu

rumah tangga yang berjumlah 40 orang (67 %) dan yang bekerja (guru,

wiraswasta, pegawai swasta, dan buruh) sebanyak 20 orang (33 %). Pada

penelitian ini, hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR tidak

signifikan (p = 0.27).

Pemeriksaan rutin kehamilan atau ANC juga berpengaruh pada kejadian

BBLR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

(50)

commit to user

tidak teratur melakukan ANC sebanyak 15 orang (25 %). Hasil penelitian ini

menunjukkan pemeriksaan ANC yang tidak teratur meningkatkan risiko kelahiran

bayi BBLR sebesar 6.0 kali. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zaenab dan

Joeharno (2006) di mana ibu hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan ANC

memiliki risiko lima kali lebih besar melahirkan bayi BBLR daripada ibu hamil

yang rutin melakukan pemeriksaan ANC. Menurut Sistiarani (2008), pelayanan

antenatal mempunyai empat fungsi bagi ibu selama kehamilan yaitu penilaian

risiko kehamilan, pengawasan yang dilakukan secara terus - menerus, promosi

kesehatan, dukungan psikososial kepada ibu hamil. Tujuan penilaian risiko

kehamilan adalah untuk mendeteksi risiko kehamilan yang dapat mempengaruhi

kehamilan ibu dan berat bayi yang dilahirkan, selain itu penilaian risiko

kehamilan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan pelayanan medis

yang cocok untuk dapat mencegah komplikasi akibat kehamilan yang dapat

mempengaruhi ibu dan janin.

Asap rokok merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya BBLR.

Dalam penelitian ini, kejadian BBLR lebih banyak dialami oleh ibu hamil yang

terpapar asap rokok (70 %). Hasil penelitian uji analisis bivariat menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil yang terpapar asap

rokok dengan kejadian BBLR dilihat dari uji bivariat (p = 0.01) dan BBLR terjadi

pada 25 % ibu hamil yang terpapar asap rokok. Selain itu, ibu hamil yang terpapar

asap rokok mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR sebesar lima kali

lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Hasil uji

(51)

commit to user

mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 5.4 kali lebih besar

dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok (OR = 5.37; KI 95 %

1.51,19.12). Hal ini pun sejalan dengan penelitian Martin dan Bracken (1986)

yang menyebutkan bahwa BBLR terjadi pada 23.6 % ibu hamil yang terpapar

asap rokok.

Asap rokok mengandung berbagai macam senyawa yang berbahaya bagi

kesehatan ibu hamil dan janin, di antaranya adalah karbomonoksida (CO) dan

Nikotin. Menurut Van Meurs (1999), karbonmonoksida memiliki tingkat afinitas

lebih tinggi dalam mengikat Hb dibandingkan dengan oksigen. Pada penelitian

Wickstrom (2007), aktivasi nikotin menyebabkan terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah dikarenakan pelepasan katekolamin oleh adrenal dan sel saraf.

Kedua hal ini akan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke janin

sehingga memungkinkan terjadinya hipoksia pada janin.

Hasil penelitian Mantzoroz (1997) menunjukkan bahwa ibu hamil yang

merokok selama kehamilan ataupun periode preterm signifikan dalam

menurunkan berat badan lahir bayi. Selain itu, ibu hamil yang merokok dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kelainan perilaku. Hasil serupa juga

ditunjukkan melalui penelitian Jaakkola (2002) menunjukkan bahwa ibu hamil

yang terpapar asap rokok memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR

dilihat dari kadar kotinin pada rambut bayi.

ANC merupakan variabel perancu yang dikendalikan. Pada penlitian ini,

ketidakteraturan melakukan ANC akan meningkatkan kejadian bayi BBLR pada

(52)

commit to user

Risiko ini lebih tinggi dibandingkan status perokok pasif (OR = 6.49; KI 95 %

1.48,28.38). ANC merupakan faktor yang lebih signifikan dalam menyebabkan

terjadinya bayi BBLR.

Setiap penelitian mempunyai keterbatasan. Keterbatasan inilah yang

menyebabkan hasil yang diperoleh kurang maksimal. Beberapa hal yang menjadi

keterbatasan penelitian ini yaitu:

1. Menurut Amiruddin (2007), kandungan nikotin yang terdapat pada rokok dapat

mempengaruhi kejadian BBLR. Setiap jenis rokok memiliki kandungan nikotin

yang berbeda. Pereduksian kadar nikotin pada rokok dapat mengurangi angka

kejadian BBLR sebanyak 74 kali. Namun, pada penelitian ini, penulis tidak

menanyakan kadar nikotin pada rokok yang dikonsumsi responden.

2. Status gizi ibu hamil berperan penting dalam menentukan berat badan lahir

bayi. Menurut Lubis (2003), kekurangan gizi pada masa kehamilan memiliki

dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin. Status gizi dapat

dinilai dengan beberapa cara, antara lain mengukur Lingkar Lengan Atas

(LILA) ibu, melihat pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan

mengukur kadar Hb ibu. Namun, karena keterbatasan peneliti dalam mengukur

status gizi ibu, maka peneliti tidak dapat memasukkan status gizi dalam

(53)

commit to user

41 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok

pasif dengan risiko terjadinya BBLR di Surakarta, di mana ibu hamil yang

terpapar asap rokok memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi

BBLR sebesar 5.4 kali.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis

adalah sebagai berikut:

1. Edukasi terhadap suami dan keluarga ibu hamil mengenai bahaya asap

rokok yang tidak hanya berdampak kepada perokok aktif tapi juga

berdampak pada perokok pasif yaitu ibu hamil dan janinnya.

2. Pemasangan tanda dilarang merokok pada lingkungan kerja. Edukasi pada

masyarakat perokok aktif di lingkungan kerja untuk melakukan aktivitas

merokok di tempat terpisah terutama tidak merokok di dekat ibu hamil.

3. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek asap rokok terhadap

janin dengan jumlah sampel yang representatif, populasi yang lebih luas,

Gambar

Tabel 2.1. Unsur Asap Rokok
Gambar 2.1. Alur Mekanisme Efek Paparan Asap Rokok terhadap Risiko
grafik. A. Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang dilakukan pihak pengelola Cagar Alam Gunung Papandayan sebagai upaya pencegahan terjadinya perubahan lahan diantaranya dengan sosialisasi dan

Dilihat dari perolehan atau besarnya indeks reliabilitas berada pada tingkat yang tinggi, artinya instrumen tersebut dapat dipercaya dan mempunyai tingkat

[r]

lizers of Article 7, paragraph c, and the importation of industrial equipment and spareparts mentioned in Article 7, paragraphe b.. Article 5 - The loans from

Jurusan mengajukan Surat Permohonan Kesediaan kepada dosen untuk menjadi penguji laporan hasil PKN (lampiran kesediaan dan waktu).. Jurusan mengajukan surat pemberitahuan ke bagian

mendesain elemen kolom dan hubungan balok kolom, bagian suatu Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus. Desain Struktur Beton Bertulang Tahan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH

Berdasarkan hasil kajian kasus yang ada maka di ketahui bahwa hasil evaluasi yang ada menentukan tindakan keperawatan berikutnya, setelah di lakukan evaluasi pada hari