• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Guru

1. Pengertian Guru

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata guru dalam bahasa Inggris disebut teacher, kata ini diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 2002).

Menurut Roestiyah (1982) guru memiliki bermacam-macam arti. Secara tradisional, guru diartikan sebagai seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru juga diartikan sebagai seorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau memberikan pengetahuan atau ketrampilan kepada orang lain.

Menurut Syah (2002) pengertian guru tersebut dapat diinterpretasikan secara bermacam-macam. Pertama, kata seseorang mengacu pada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya mengajar, jadi bukan hanya yang mengajar di sekolah saja tetapi juga yang mengajar di tempat lain misalnya kyai di pesantren, pendeta di gereja, dan instruktur di balai pendidikan dan pelatihan. Kedua, kata mengajar dapat ditafsirkan bermacam-macam, misalnya: menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif);

melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotorik); dan menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat afektif).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru bukan hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi merupakan tenaga profesional yang mampu menjadikan muridnya mampu merencanakan, menganalisa, dan menyimpulkan suatu masalah yang dihadapi. 2. Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait dengan dinas maupun yang di luar dinas. Piaget (dalam Gunarsa, 1989) mengemukakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan yang diberikan kepada anak, tetapi mencarikan, menunjukkan atau memberikan alat-alat yang menimbulkan minat dan merangsang anak untuk memecahkan persoalan sendiri.

Menurut Usman (1997) guru memiliki tiga jenis tugas, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

a) Tugas guru dalam sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.

b) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orangtua kedua. Ia harus mampu menarik simpati siswanya.

Setiap pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswa untuk belajar.

c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Menurut Mahmud (1990) peran guru adalah sebagai berikut: a) Guru sebagai pembuat keputusan

Seorang guru harus membuat keputusan-keputusan bahan pelajaran dan metode mengajar.

b) Guru sebagai motivator

Guru harus memberikan motivasi kepada murid-muridnya agar mereka dapat berhasil dalam belajarnya.

c) Guru sebagai menejer

Waktu yang dipergunakan oleh guru setiap harinya selain untuk berinteraksi secara verbal dengan murid-muridnya adalah untuk kegiatan pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud di sini antara lain memeriksa dan menilai pekerjaan murid, menyiapkan ujian, mengorganisasi pelajaran, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid, dan mengelola kelas. d) Guru sebagai pemimpin

Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan individual. Dalam peranannya sebagai pemimpin, guru diharapkan

menjadi wasit, teman, pencegah timbulnya permusuhan, sumber kasih sayang dan pemberi semangat.

e) Guru sebagai konselor

Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan gerak-gerik muridnya. Guru harus memberikan tanggapan yang konstruktif apabila muridnya mengalami kelesuan belajar. f) Guru sebagai insinyur atau perekayasa lingkungan

Peran guru di sini adalah dalam hal pengaturan ruang kelas, karena penataan ruang kelas yang bagus akan membantu proses belajar.

g) Guru sebagai model

Guru berperan sebagai model atau contoh bagi murid-muridnya. 3. Guru Sekolah Dasar

Guru sebagai pelaku pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Di Sekolah Dasar, tenaga kependidikan khususnya guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan peserta didik. Hal ini membuat guru menjadi lebih leluasa dalam mengarahkan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar, yang kemudian akan menentukan keberhasilan peserta didik.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, Sekolah Dasar menggunakan sistem guru kelas. Menurut Sastrapraja (dalam Stevanus, 2004), guru kelas adalah guru yang dikuasakan mempertanggung jawabkan murid sekelas dan memberikan hampir semua mata pelajaran untuk jangka satu

tahun pelajaran. Seorang guru SD adalah seorang guru kelas, oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai hal untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Setiap guru wajib memberikan pendidikan sesuai dengan tataran pendidikan peserta didiknya. Menurut Usman (1997), pendidikan dasar pada tataran Sekolah Dasar, menekankan pada kemampuan dan keterampilan dasar yaitu baca, tulis, dan hitung, sebagaimana tercermin dalam kemampuan dan keterampilan baca, tulis dan bicara serta berhitung (menambah, mengurang, membagi, mengali, mengukur sederhana, dan memahami bentuk geometri) yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan dasar yang diberikan oleh guru SD bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca-hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta persiapan untuk mengikuti pendidikan di SMP.

Seorang guru SD harus mampu menyampaikan suatu pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar. Karakteristik siswa Sekolah Dasar menurut Rachman (2001) adalah senang melakukan kegiatan manipulatif, ingin serba konkrit, dan terpadu. Hal tersebut tentunya sesuai dengan taraf perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget (dalam Irwanto, 1997) tahap perkembangan kognitif anak pada usia 7 – 12 tahun masuk pada tahap perkembangan operasional konkrit, dimana seorang anak mampu menalar suatu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya. Selain itu pada usia ini anak mampu mengklasifikasikan objek berdasarkan cirinya. Meskipun demikian, pemikiran logis anak masih

terpancang pada objek konkrit yang disajikan. Melihat hal tersebut tentunya seorang guru akan memiliki beban yang relatif berat karena dia adalah orang dewasa yang secara kognitif masuk pada taraf yang lebih tinggi, namun di sini harus mampu berperan dan menyampaikan pelajaran yang dapat dipahami oleh anak pada taraf operasional konkret.

Guru Sekolah Dasar memiliki tantangan yang tidak mudah dalam menghadapi peserta didiknya. Menurut Hurlock (1991) pada usia Sekolah Dasar, seorang anak dianggap masuk pada periode kritis dalam dorongan berprestasi. Periode ini merupakan masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Pada masa kritis ini pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta bimbingan Biasanya pada awal sekolah anak sangat bergairah ke sekolah, tetapi pada akhir kelas dua, banyak yang merasa bosan, mengembangkan sikap menentang dan kritis terhadap tugas-tugas akademis, meskipun anak masih menyukai kegiatan nonakademis. Menurut Hurlock (1991), sikap anak ini dipengaruhi oleh menarik atau tidaknya cara guru menyajikan bahan yang harus dipelajari dan bagaimana ia memandang bahan-bahan ini berkaitan dengan pekerjaan di masa depan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan guru Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah seorang yang mengajarkan pendidikan dasar di tingkat Sekolah Dasar yang berperan sebagai guru kelas.

4. Guru Sekolah Menengah Pertama

Di dalam sekolah menengah, tugas seorang guru berbeda dengan tugas seorang guru sekolah dasar. Di sekolah menengah pertama seorang guru tidak lagi berperan sebagai guru kelas, akan tetapi berperan sebagai guru mata pelajaran.

Yang dimaksud dengan guru mata pelajaran adalah guru yang dikuasakan untuk memberikan suatu mata pelajaran kepada murid. Jadi di sini guru Sekolah Menengah Pertama bertanggung jawab terhadap suatu mata pelajaran yang diberikannya kepada murid di beberapa kelas.

Menilik dari tugas guru SMP tersebut, maka seorang guru tidak dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan yang harus diberikan kepada muridnya. Meskipun demikian seorang guru SMP harus menguasai materi untuk tiga tingkatan kelas sekaligus.

Guru SMP memiliki peserta didik yang memiliki rentang usia sekitar 13 sampai 15 tahun. Usia ini secara kognitif masuk pada tahap perkembangan operasional formal. Dalam tahap ini seorang anak mampu berpikir secara abstrak dan simbolis. Pola berpikir anak juga menjadi lebih fleksibel dan mampu melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda (Piaget, dalam Irwanto, 1997). Hal ini tentu saja akan lebih mempermudahkan guru dalam menyampaikan mata pelajaran.

Dalam usia ini seorang anak masuk pada masa puber dan masa remaja yang tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan dan tantangan bagi guru. Masa puber merupakan masa transisi antara masa

kanak-kanak dan masa remaja. Pada masa ini seorang anak akan mengalami pertumbuhan yang pesat dan perubahan yang mencolok dalam proporsi tubuh. Menurut Hurlock (1991), perubahan pada masa puber ini akan mempengaruhi keadaan fisik, sikap, dan perilaku. Masa puber kadang disebut “fase negatif” karena akibat yang ditimbulkannya, terutama semasa awal puber, relatif buruk.

Melihat karakteristik dari anak usia SMP ini maka tugas guru juga relatif berat. Akan tetapi guru tidak setiap saat harus menghadapi siswa yang sama dengan perilaku yang sama, sehingga hal tersebut tentunya lebih meringankan beban guru SMP.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan guru SMP dalam penelitian ini adalah seorang yang mengajarkan pendidikan dasar di tingkat Sekolah Menengah Pertama, yang berperan sebagai guru mata pelajaran, di mana guru hanya mengajarkan mata pelajaran tertentu saja.

Dokumen terkait