• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Guru Pendidikan Agama Katolik

2. Guru PAK Di Sekolah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Berdasarkan undang-undang tersebut, guru agama Katolik adalah seorang pribadi yang memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar dan memiliki wewenang mengajar secara khusus mata pelajaran pendidikan agama katolik baik di sekolah swasta maupun negeri. Memenuhi kualifikasi artinya untuk menjadi seorang guru agama katolik, seseorang harus memiliki kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan agama katolik. Dan wewenang mengajar adalah kuasa mengajar yang diperoleh karena telah memenuhi kualifikasi sebagai guru pendidikan agama katolik. Dengan

demikian guru agama Katolik memiliki hak dan kewajiban layaknya profesi guru pada umumnya.

Guru PAK di sekolah adalah seorang yang memiliki pekerjaan utama sebagai seorang pengajar/pendidik iman. Ia mengajar dan menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan agama Katolik. Dalam hal ini guru agama tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga menjadi saksi Kristus di lingkungan sekolah (Setyakarjana, 1997:69).

Guru PAK di sekolah adalah orang beriman kristiani yang dipanggil secara khusus dan diutus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonicadari Gereja terutama ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman peserta didik di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Dalam mengemban tugas pewartaan itu seorang guru PAK di sekolah berperan sebagai: penafsir, pewarta, pendamping, penggerak, fasilitator, dan pemberdaya yang profesional (Komkat KWI, 2005:133).

Guru PAK adalah pembina iman yang mengkhususkan diri untuk pembinaan peserta didik melalui pembelajaran agama Katolik di sekolah (Marinus Telaumbanua, 1997:4). Adapun beberapa tugas guru PAK disekolah yang uraikan oleh Marinus (1997:164) adalah diantaranya: tugas pertama, mengajar dan mendidik; yaitu menyampaikan ajaran agama dan tujuan pewartaan yang berkisar pada pengetahuan, supaya peserta didik mengetahui baik ajaran Gereja Katolik maupun Gereja reformasi. Tugas kedua, mengantar peserta didik ke alam liturgi dan praktek hidup beragama dengan cara membimbing peserta didik untuk

memahami isi perayaan liturgi. Tugas ketiga, mengisahkan sejarah suci dengan memperkenalkan harta kekayaan iman Gereja. Tugas keempat, mengajarkan katekismus.

Dalam menjalankan tugasnya, selain sebagai seorang tenaga pendidik, guru PAK di sekolah adalah seorang pewarta Sabda Allah. Oleh karena itu, dalam pribadi seorang guru PAK harus ada iman, pengharapan, dan cinta kasih. Iman seorang guru PAK (1997:173) dapat dipupuk melalui: (a) pembiasaan diri berkontemplasi, (b) memiliki cita rasa biblis, (c) Memiliki cita rasa liturgis, (d) memiliki cita rasa teologis. Pengharapan seorang guru PAK dihasilkan dari; (a) perjuangannya di hadapan Allah, (b) bergulat dengan diri sendiri. Cinta kasih seorang guru PAK bertujuan pada mengusahakan kemuliaan Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Ia mewartakan sabda Allah kepada manusia yang merupakan hasil dari; (a) refleksi atas iman guru PAK sendiri, (b) refleksi atas pengharapan guru PAK, (c) refleksi atas cinta kasih guru PAK.

Identitas dan kekhasan peran guru PAK di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Guru PAK Sebagai Pendidik Iman

Seorang guru PAK di sekolah dapat dipandang sebagai seorang pendidik iman bagi para peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya, sebagai seorang pendidik berarti guru PAK membentuk alam pikir dan nilai-nilai hidup, membimbing ke arah kebebasan, serta membantu untuk memiliki kemampuan mengambil keputusan sehingga pada akhirnya ia mampu memberikan penilaian secara individu dan dewasa (CT, 18). Guru PAK di sekolah harus menempatkan

Kristus sebagai pusat dan dasar seluruh proses pembelajaran agama dan memperkenalkan Kristus kepada para peserta didik. Selain itu, guru PAK juga membimbing peserta didik menuju kepada pertobatan sejati yang berarti menjalin relasi yang mendalam dengan Kristus sendiri.

Sebagai seorang pendidik iman, maka segala upaya yang dilaksanakan dalam proses mencapai tujuan PAK haruslah bermuara pada iman, yakni mengantar orang untuk sampai kepada iman akan Allah yang telah mewahyukan diri kepada manusia. Jawaban atas wahyu ini secara konkret mesti terwujud dalam bentuk penyerahan diri manusia secara menyeluruh dan bebas kepada Allah Pewahyu: “Supaya iman ini ada, perlu uluran tangan dan bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin Roh Kudus, yang menggerakkan dan mengarahkan hati kepada Allah, membuka mata budi serta memberikan kepada semua orang kenikmatan dalam menyetujui dan mengimani kebenaran” (DV No.5).

Iman merupakan perjumpaan rahmat Allah yang tak terselami dan misteri kebebasan manusia. Di satu sisi perlu diakui bahwa dalam kenyataan iman terdapat tindakan atau keterlibatan manusia dalam suasana kebebasan. Di sisi lain, pertumbuhan dan perkembangan iman merupakan anugerah cuma-cuma Allah kepada manusia. Iman merupakan rahmat yang penuh misteri. Dalam hal ini, guru PAK di sekolahlah yang mempunyai proses sentral untuk mendidik dan membimbing para murid sampai kepada Allah dengan iman yang mantap.

b.Guru PAK sebagai Pewarta Iman

Sebagai pendidik iman para peserta didik, guru PAK di sekolah memiliki tanggung jawab membina iman peserta didik di sekolah. Seorang pembina iman harus memiliki kualifikasi atau kemampuan dengan beberapa syarat mutlak yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengalaman iman yang memadai serta kemampuan untuk mengkomunikasikan iman tersebut kepada para peserta didik atau orang- orang yang dijumpainya (Setyakarjana, 1997:69). Selain sebagai pendidik iman, aspek lain yang lebih mendasar ialah guru PAK di sekolah adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus Allah serta mendapat penugasan dari Gereja untuk mewartakan Injil. Karena itu, guru PAK sendiri mesti memiliki disposisi batin atau komitmen tetap sebagai seorang pewarta Injil atau saksi Kristus. Ada empat pilar penting yang menentukan efektivitas pewartaan Injil guru PAK di sekolah, yakni spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi.

1) Spiritualitas Guru PAK

Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung yakni Yesus Kristus. Dialah Guru sejati, sang gembala agung yang mengajar dengan sempurna baik perkataan dan perbuatan serta hidup-Nya. Sesuai dengan arti dasarnya, spirit yang berarti roh, spiritualitas menunjuk pada kehidupan yang berpusat pada dan digerakkan oleh Roh Kudus. Karena itu, spiritualitas memberikan identitas religius kepada seorang guru PAK. Seorang guru PAK di sekolah haruslah seorang beriman, menyadari dirinya dipanggil Tuhan menjadi

pewarta Injil-Nya. Panggilan ini dihayati dengan penuh kegembiraan bahkan menjadi sumber kegembiraan itu sendiri. Ia juga seorang yang rela berkorban, mencintai tugas, mau berkontemplasi dan bersaksi, memiliki daya pikat dan daya tahan, bersemangat dalam mencari dan terus mencari pengetahuan (enrichment) melalui proses pembelajaran tanpa henti agar menjadi pribadi yang berwawasan luas (Komkat KWI, 2005:152). Di satu pihak hal ini merupakan konsekuensi logis dari orientasi PAK sebagai proses pendidikan dan pembinaan sikap kristiani. Di lain pihak pendidikan iman kristiani mengisyaratkan pentingnya sikap-sikap dasar yang perlu dimiliki oleh guru PAK, yakni: setia kepada Allah dan setia kepada manusia.

Dengan setia kepada Allah, guru PAK dalam tugasnya senantiasa perlu meneladani Kristus, sang Guru Sejati dalam mengemban tugas perutusan-Nya (Yoh 5:36; 4:34; 9:4). Di samping setia kepada Allah, guru PAK harus setia juga pada panggilan, yakni ikut serta dalam karya Allah sebab sekarang pun Allah masih bekerja (Yoh 5:17). Penghayatan ini akan menumbuhkan pengharapan bahwa, daya kerja rahmat Allah akan bekerja dalam diri anak didik yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya.

Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) dengan jelas menyebut beberapa aspek spiritualitas, terutama menyangkut spiritualitas kenabian:

a). Memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan kehendak-Nya bagi Gereja dan dunia.

c). Mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusan.

d). Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang.

e). Mau belajar terus-menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa spiritualitas guru agama Katolik adalah meneladani Yesus Kristus Sang Guru Sejati. Berkat sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus diundang untuk mengambil bagian di dalam tugas pengutusan Yesus Kristus membangun Kerajaan Allah. Berkat sakramen Krisma kita dimampukan dengan bantuan Roh Kudus untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia. Panggilan-Nya dapat ditanggapi dengan berbagai macam bentuk pelayanan. Bagi kita, panggilan itu kita tanggapi antara lain dengan melaksanakan proses pembelajaran sebagai seorang guru PAK di sekolah dan sebagai katekis di lingkungan jemaat serta pelayanan kelompok profesi di lingkup atau lingkungan lainnya. Profesi kehidupan itu kita hayati sebagai panggilan Allah. Di samping profesi guru PAK di sekolah kita memahami bahwa profesi guru PAK adalah suatu jalan hidup untuk menjadi muridNya. Dengan mengaktualisasikan semua potensi diri sehingga berdasar rahmatNya hidup para peserta didik dan jemaat yang kita layani serta hidup kita sendiri dapat berkembang mencapai kepenuhannya di dalam Allah.

Dokumen terkait