• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wajahmu lembut Penuh kasih sayang

Kau selalu tersenyum

Walau kami membuatmu kesal

Guru kau selalu membantuku Ketika kita sedang kesusahan Guru ilmumu selalu kau berikan Kepada murid-muridmu

Guru lemahmu tak kau rasakan Demi mengajar murid-muridmu Jasamu sungguh luar biasa Terima kasih guru

Jika diapresiasi dari segi temanya, terlihat ada ketepatan yang

berhubungan dengan tokoh idola. Judul puisi “Guru Terbaik” sudah mewaklili

apa yang akan diceritakan dalam tema tokoh idola.

Bentuk puisi bersifat bebas, yang penting kata-kata di dalamnya berbeda dengan kata-kata yang ditampilkan dalam paragraf biasa. Jika dilihat dari kata-kata yang dipakainya. Bentuk puisi tersebut di atas sudah mewakili sebagai sebuah bentuk puisi. Hal itu dikarenakan puisi yang ditulis terdiri dari bait-bait yang merupakan salah satu syarat utama hadirnya sebuah puisi.

Amanat sebuah puisi adalah tidak mutlak, selama itu bisa dirasakan oleh pembacanya dalam suasana sedih atau bahagia. Maka puisi tersebut dikatakan berhasil membuat makna dalam puisinya. Dalam puisi di atas, walaupun amanatnya tercantum di tiap bait. Misalnya pada baris Guru kau selalu membantuku/Ketika sedang kesusahan/Guru ilmumu selalu kau berikan/Kepada murid-muridmu. Bait tersebut menyampaikan sebuah amanat yang cukup baik tentang jasa seorang guru. Tetapi tidak hanya amanat yang harus ditampilkan dalam puisi. Ada diksi yang harus dipilih hingga tidak telanjang begitu saja puisi tersebut.

Diksi dalam sebuah puisi merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki puisi dibanding karya lain seperti prosa atau artikel. Kata-kata guru, mengajar, jasa, terima kasih, sudah sering dipakai dalam teks biasa. Jadi, tidak ada keistimewaan dalam puisi tersebut dilihat dari diksinya.

Majas dalam puisi penting untuk penyimbolan agar puisi tidak terasa telanjang dan gampang dipahami seperti teks lain. Karena itulah keberhasilan sebuah puisi, ketika metafor-metafor yang digunakan akan membuat bulu kuduk merinding. Dalam puisi di atas tidak ditampilkan metafor yang istimewa, kata-kata yang dipakai di dalamnya seperti teks biasa yang dibait-baitkan.

Nada dalam puisi terdiri dari rima dan ritma. Puisi diatas sudah cukup berusaha untuk membuat sebuah rima yang bisa diapresiasi sebagai sebuah puisi. Tetapi jika diolah kembali kata-kata tersebut di atas bisa menjadi sebuah puisi yang berhasil.

Nama Lengkap : Fauzi Ismail Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C15

Guru

Engkou bagaikan cahaya Yang menenrangi jiwa Bagi setiap manusia Dari segala gelap dunia

Kou membuka kesempatan

Atas bentuk kegagalan yang menghentikan Kou pamerkan lembar kemegahan

Kou berjasa tanpa berharap lebih Kou dahulukan mimipi pemilk bangsa Untuk membawa nama

Sebuah kebanggaan Terima kasih

Hanya itu sebuah kata

Yang hanya kupersembahkan Untuk Guruku

Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema

Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter

yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa

tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi di atas adalah tokoh idola dimana si aku liris mengidolakan orang yang berjasa dalam hidupnya ialah guru.

Guru

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh

Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.

Perasaan yang ada dalam puisi tersebut adalah rasa bangga atas jasa-jasa yang telah di berikan oleh guru.

Kou berjasa tanpa berharap lebih Kou dahulukan mimpi pemilik bangsa Untuk membawa nama

3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang

dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

Nada yang ada dalam puisi tersebut adalah bersikap lugas dalam menyampaikan rasa bangga dan kagumnya terhadap orang yang paling berjasa yaitu guru yang telah menjadikannya terang dalam menghadapi hidup atas ilmu yang telah ia peroleh.

Engkou bagaikan cahaya Yang menerangi jiwa Dari segala gealap dunia Untuk membawa nama Sebuah kebanggaan

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.

Suasana dalam puisi tersebut adalah rasa haru dan bangga atas pengorbanan seorang guru.

Kou berjasa tanpa berharap lebih Kou dahulukan mimipi pemilk bangsa Untuk membawa nama

Sebuah kebanggaan 4. Pesan (Amanat)

Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak

disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair”.

Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.

Pesan yang ingin disampaikan adalah rasa terima kasih yang teramat dalam untuk guru yang telah menerangi jiwanya dari kegelapan.

Terima kasih…… Hanya itu sebuah kata Yang hanya kupersembahkan Untuk guruku

5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah

1). Tahu balas budi Terima kasih…… Hanya itu sebuah kata Yang hanya kupersembahkan Untuk guruku

2). Berjiwa besar

Kou berjasa tanpa berharap lebih Kou dahulukan mimipi pemilik bangsa Untuk membawa nama

Sebuah kebanggaan 3). Jujur

Kou membuka kesempatan

Atas bentuk kegagalan yang menghentikan Kou pamerkan lembar kemegahan

Atas usaha sebuah keberhasilan 4). Berkemauan keras untuk lebih baik

Kou membuka kesempatan

Atas bentuk kegagalan yang menghentikan Kou pamerkan lembar kemegahan

Atas usaha sebuah keberhasilan 6. Diksi

Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

Pemilihan kata dala puisi tersebut menggunakan bahasa sehari-haari dan bahasa yang bermajas perumpamaan. Peraduan keduanya menjadikan puisi itu bermakna.

Engkau bagaikan cahaya Yang menerangi jiwa Dari segala gelap dunia 7. Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih

konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.

Imaji penglihatan

Kou membuka kesempatan

Atas bentuk kegagalan yang menghentikan 8. Rima

Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.

Pada bait pertama dan kedua berima yaitu; a-a-a-a dan b-b-b-b tetapi pada bait ke-3 dan ke-4 tidak ada permainan rima.

9. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Puisi tersebut berbentuk konvensional.

Judul _____________ _____________ _____________ _____________ ________________ ________________ ________________ ________________ _______________ _______________ _______________ _______________

________________ ________________ ________________ ________________ Nama Lengkap : FITRIAH Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C16

Nabi Muhammad SAW

Ya Rosululloh

Engkau telah memperjuangkan agama islam Engkau bangkitkan umat islam dari kaum quraisy Engkau hadang rintangan demi rintangan

Untuk membela agama islam

Engkau hadapi dengan tekad yang kuat

Ya Rosululloh

Engkaulah surya yang menyinari kelamnya hati manusia Engkaoulah purnama penerang gelapnya jiwa manusia Engkoulah cahaya diatas cahaya

Betapa mulia akhlaqmu

Besarnya perjuanganmu menegakkan agama Agungnya cintamu menyanyangi sesame

Ya Rosulloh

Betapa indah akhlaqmu

Rindu kami padamu sepanjang masa Engkou cermin bagi hidup kami Engkoulah petunjuk perjalanan kami Engkoulah mata air hati dan pikiran kami Wahai teladan yang tak pernah padam

Ya Rosululloh

Betapa suci akhlaqmu

Bagai cahaya kesucian al-Quran

Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami Ajarkanlah ketabahan dalam doa kami Mengalirlah jihadmu dalam hati kami Tumbuhkanlah akhlakmu dalam hidup kami

Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema

Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject

-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut

mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi di atas adalah tokoh idola dimana si aku liris mengidolakan orang yang sangat besar yaitu seorang Nabi Muhammad SAW.

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang

perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh

pembaca”.

Perasaan yang ada adalah rasa bangga dan kekaguman terhadap orang yang sangat besar yaitu Nabi Muhammad SAW.

Engkau telah memperjuangkan agama islam Engkau bangkitkan umat islam dari kaum quraisy Engkau hadang rintangan demi rintangan

Untuk membela agama islam

Engkau hadapi dengan tekad yang kuat 3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang

dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap

menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

Nada yang disampaian adalah bersikap lugas dalam menyampaikan rasa kebanggaannya terhadap peribadi Rosululloh sehingga si aku berkeinginan agar Rosululloh hadir dalam ibadah dan kehidupannya dengan mencontoh akhlaq Rosululloh.

Ya Rosululloh

Betapa suci akhlaqmu

Bagai cahaya kesucian al-Quran

Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami Ajarkanlah ketabahan dalam doa kami Mengalirlah jihadmu dalam hati kami Tumbuhkanlah akhlakmu dalam hidup kami

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.

Suasana dalam puisi tersebut adalah nyaman dan tenang jika kita hidup mencontoh Rosululloh dan tujuan hidup pun pasti terarah.

Engkoulah cermin bagi kami Engkoulah punjuk perjalanan kami Engkolah mata air dan pikiran kami Wahai teladan yang tak pernah padam

4. Pesan (Amanat)

Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak

disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair”.

Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.

Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa agar kita dalam hidup harus mencontoh pribadi Rosululloh agar kita menjadi manusia yang baik dan bermakna bagi orang banyak.

Engkoulah cermin bagi kami Engkoulah punjuk perjalanan kami Engkolah mata air dan pikiran kami Wahai teladan yang tak pernah padam 5. Nilai-nilai moral dalam puisi adalah 1) Beriman

Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami 2) Berusaha menjadi baik

Engkaulah cermin bagi hidup kami 3) Rajin beribadah

Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami Ajarkanlah ketabahan dalam doa kami Mengalirlah jihadmu dalam hati kami Tumbuhkanlah akhlaqmu dalam hidup kami 4) Berjiwa besar

Karena penulis telah mengidolakan tokoh yang sangat besar dalam hidupnya sehingga si aku liris berusaha untuk mencontoh akhlaq Rosululloh

Ajarkanlah ketabahan dalam doa kami Mengalirlah jihadmu dalam hati kami Tumbuhkanlah akhlaqmu dalam hidup kami 5) Penyabar

6. Diksi

Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

Pemilihan kata dalam puisi tersebut menggunakan bahasa sehari-hari tetapi bernilai dan bermakna. Jika puisi tersebut di ubah dan lebih bermakna padat maka hasil puisi akan lebih indah.

Ya Rosululloh

Engkau telah memperjuangkan agama islam Engkau bangkitkan umat islam dari kaum quraisy Engkau hadang rintangan demi rintangan

Untuk membela agama islam

Engkau hadapi dengan tekad yang kuat 7. Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.

Imaji penglihatan

Engkau telah memperjuangkan agama islam Engkau bangkitkan umat islam dari kaum quraisy Engkau hadang rintangan demi rintangan

Untuk membela agama islam

Engkau hadapi dengan tekad yang kuat 8. Rima

Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.

9. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Puisi tersebut berbentuk konvensional.

Judul _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________

Nama Lengkap : Hanisah Apriliani Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C18

Yang Tak Pernah Tersampaikan

Aku titipkan perasaanku kepada tanah Namun kou menginjaknya

Aku titipkan perasaanku kepada air Namun kou mengeringankannya

Aku titipkan perasaanku kepada api Namun kou memadamkannya

Aku titipkan perasaanku kepada angin Namun kou tak melihatnya

Kini

Haruskah ku menanti kejaiban

Berharap dirimu bisa merasakan perasaanku Hingga akhir nafas ini

Ku tak akan urungkan niat bersamamu

Disini, kou hadirkan ingatan yang membuatku tenang Ingatan yang membuatku bahagia ketika mengingatmu Namun satu pintaku kepadamu

Walaupun rasa ini tak pernah tersampaikan Ku berharap selalu melihatmu bahagia disana

Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:

1. Tema

Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject

-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut

mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi diatas adalah tentang percintaan yang merupakan cinta bertepuk sebelah tangan. Si aku disini mencintai orang dimana orang tersebut tidak menghiraukannya.

Aku titipkan perasaanku kepada tanah Namun kou menginjaknya

Aku titipkan perasaanku kepada air Namun kou mengeringankannya Aku titipkan perasaanku kepada api Namun kou memadamkannya

Aku titipkan perasaanku kepada angin Namun kou tak melihatnya

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana

perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh

pembaca”.

Perasaan yang ada adalah rasa kecewa si aku akan cintanya namun si aku berharap agar si kamu dapat merasakan hal yang sama tapi jika tidak si aku akan tetap mencintai si kamu sampai akhir nafas ini.

Berharap dirimu bisa merasakan perasaanku Hingga akhir nafas ini

3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang

dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

Nada dalam puisi tersebut adalah bersikap lugas menyatakan perasaan cintanya kepada si mu orang yang dicintainya.

Disini, kou hadirkan ingatan yang membuatku tenang Ingatan yang membuatku bahagia ketika mengingatmu Namun satu pintaku kepadamu

Walaupun rasa ini tak pernah tersampaikan Ku berharap selalu melihatmu bahagia disana

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Suasananya adalah rasa haru dan bangga karena rasa cinta yang dimiliki si aku sangat tulus walaupun tak berbalas. Dan si aku tetap mendoakan si mu agar selalu bahagia.

Walaupun rasa ini tak pernah tersampaikan Ku berharap selalu melihatmu bahagia disana 4. Pesan (Amanat)

Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak

disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair”.

Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.

Amanat yang ingin disampaikan oleh si aku liris adalah walaupun rasa yang dimilikinya tidak berbalas si aku berharap agar kekasihnya itu selalu hidup bahagia.

Namun satu pintaku kepadamu

Walaupun rasa ini tak pernah tersampaikan Ku berharap selalu melihatmu bahagia disana

5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah:

1). Tidak memaksakan kehendak

Walau rasa ini tak pernah tersampaikan

Ku berharap ku selalu melihatmu bahagia disana 2). Berjiwa besar

Kini

Haruskah ku menanti kejaiban

Berharap dirimu bisa merasakan perasaanku Hingga akhir nafas ini

Ku tak akan urungkan niat bersamamu 3). Berani berkorban

Aku titipkan perasaanku kepada tanah Namun kou menginjaknya

Aku titipkan perasaanku kepada air Namun kou mengeringankannya Aku titipkan perasaanku kepada api Namun kou memadamkannya

Aku titipkan perasaanku kepada angin Namun kou tak melihatnya

4). Tidak putus asa

Ku takkan urungkan niat bersamamu. 5). Mencintai dan menyanyangi orang lain

Disini, kou hadirkan ingatan yang membuatku tenang Ingatan yang membuatku bahagia ketika mengingatmu. 6. Diksi

Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

Puisi diatas menggunakan kata bermajas perumpamaan dan menggunakan bahasa sehari-hari.

Aku titipkan perasaanku kepada tanah Namun kou menginjaknya

Aku titipkan perasaanku kepada air Namun kou mengeringankannya

Aku titipkan perasaanku kepada api Namun kou memadamkannya

Aku titipkan perasaanku kepada angin Namun kou tak melihatnya

7. Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.

Imaji penglihatan

Aku titipkan perasaanku kepada tanah Namun kou menginjaknya

Aku titipkan perasaanku kepada air Namun kou mengeringkannya Namun kou memadamkannya Namun kou tak melihatnya 8. Rima

Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.

Pada bait pertama dan bait kedua berima a-b-a-b, sedangkan pada bait ke-3 dan ke-4 tidak ada permainan rima namun ada pengulangan pronominal mu yang menegaskan betapa berartinya kamu untuk si aku. Perasaanku, bersamamu, mengingatmu, kepadamu, melihatmu.

9. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Puisi tersebut berbentuk konvensional. Judul

_______________ ________________ ________________ ________________ _____________ _____________ _____________ ______________ ______________ ______________ ______________ ______________ ______________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________

Nama Lengkap : Komalasari Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C22

IBU

Tak henti-hentinya aku mengucap syukur karena telah memiliki sosok ibu sepertimu

Kou rela memperjuangkan hidup dan matimu untuk melahirkanku kedunia ini Rela menjagaku selama Sembilan bulan meski masih dalam kandungan Dan rela menyitakan waktumu hanya untuk membesarkan dan mendidikku

Ibu….kasih sayangmu tak akan terlupakan

Kepedulianmu selalu dihati Jiwaku hilang jika tanpamu Baktiku hanya untukmu

Ketulusan hatiku kan kulakukan hanya untuk membuatmu tersenyum Meski lakuku selalu membuatmu sedih

Namun kou selalu mendoakanku dalam setiap doa yang kou panjatkan Kehadiranmu tak akan bisa digantikan

Kebahagiaanmu adalah obat untuk langkah hidupku

Ibu…. Kou selalu mengajarkan kebaikan untukku

Belaian kasihmu mampu mendamaikan hatiku

Terima kasih atas semua yang telah kou berikan padaku

Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema

Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter

yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa

tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idola, si aku mengidolakan ibunya.

IBU

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh

Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.

Perasaan yang dirasakan oleh penulis puisi adalah rasa kagum dan bahagia karena memiliki ibu yang sanga luar biasa.

Tak henti-hentinya aku menucap syukur karena telah memiliki sosok ibu sepertimu

Belaian kasihmu mampu mendamaikan hatiku 3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang

Dokumen terkait