• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lamun merupakan kelompok tumbuhan angiospermae yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap salinitas yang tinggi, menempati perairan laut dengan suhu sekitar 38-42oC dan berada di daerah intertidal sampai kedalaman 70m.

Lamun berperan sebagai penghubung ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang. Lamun adalah produsen primer dalam ekosistem padang lamun, sehingga merupakan komponen yang penting di wilayah perairan laut karena menghasilkan oksigen dan materi organik dari hasil fotosintesis. Padang lamun digunakan oleh biota laut sebagai tempat mencari makan (feeding ground), pemijahan (spawning ground), dan asuhan (nursery ground). Padang lamun juga berfungsi sebagai penyaring nutrient yang berasal dari sungai atau laut, pemecah gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu pengendapan substrat dan menstabilkan sedimen (Purnomo et al., 2017).

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari. Habitat lamun dapat dilihat sebagai suatu komunitas, dalam hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dilihat sabagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi. Ekosistem padang lamun pada daerah tropik dapat menempati berbagai habitat, dalam hal ini status nutrien yang diperlukan sangat

berpengaruh. Lamun dapat hidup mulai dari rendah nutrien dan melimpah pada habitat yang tinggi nutrien (Rajab et al., 2015).

Ekosistem lamun merupakan ekosistem yang dinamis sehingga apabila terjadi ganguan tersebut akan menurunkan keseimbangan ekologisnya. Gangguan tersebut dapat berupa ganguan fisik, seperti badai dan pasang rendah yang membuka dan mengeringkan ekosistem lamun sehingga dapat berubah struktur komunitas dan luasan wilayah ekosistem lamun. Ganguan biologi yang ditimbulkan aktivitas hewan pengali lubang (udang, kepeting, dan beberapa jenis ikan) serta aktivitas hewan pemakan lamun (bintang laut, bulu babi, dan duyung). Gangguan lain dalam, kerusakan ekosistem lamun juga disebabkan oleh kegiatan manusia terutama pulau-pulau yang dijadikan wisata, pemukiman dan kegiatan penambangan pasir laut. Kondisi substrat dasar, kecerahan perairan, dan adanya pencemaran sangat berperan dalam menentukan komposisi jenis, kerapatan jenis dan biomasa lamun (Minerva et al., 2014).

2.4.1. Substrat

Menurut Dahuri et.al. (2013), tumbuhan lamun mampu hidup pada berbagai macam tipe substrat mulai dari lumpur hingga karang. Kebutuhan substrat yang paling utama adalah kedalaman substrat yang cukup. Peranan kedalaman pada substrat dalam stabilitas sedimen, yaitu sebagai pelindung tanaman dari arus laut dan sebagai tempat pengolahan serta pemasok nutrien. Hampir semua tipe substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.

2.4.2. Arus Laut

Arus laut merupakan pergerakan massa air yang mengalir yang disebabkan oleh perbedaan densitas air laut, angin, serta pergerakan periodik jangka panjang. Penyebab dari periodik jangka panjang adalah pasang surut (Nontji, 2009). Pasang surut mempengaruhi daya cahaya matahari yang menembus kedasar perairan serta berpengaruh terhadap kecepatan arus air laut (Syukur, 2015).

Peranan arus dalam pertumbuhan lamun dan biomassa yaitu membantu dalam distribusi nutrien, suhu, dan salinitas di perairan. Arus juga dapat merubah bentuk permukaan substrat secara perlahan yang membawa substrat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan substrat akan menjadi masalah bagi jenis lamun yang berukuran kecil karena dapat menyebabkan lamun terkena sedimentasi dan tidak dapat melakukan fotosintesis (Dahuri et al., 2013).

2.4.3. Kedalaman

Kedalaman berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun dilihat dari kebutuhan lamun untuk mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dalam proses fotosintesis.

Kedalaman yang sesuai untuk pertumbuhan lamun tergantung pada intensitas cahaya yang masuk. Kedalaman perairan yang menjadi tempat tumbuhnya lamun adalah daerah pasang surut hingga mencapai kedalaman 90 meter (Ariyati et al., 2007).

2.5 Kualitas Air 1. Suhu

Daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30 °C. Perubahan suhu dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun.

pengaruh suhu bagi lamun di perairan sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses fisiologis, yaitu proses fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologis tersebut akan menurun tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal (Frediksen et al. 2010). Barber (1985) dalam peneletian sebelumnya mengatakan bahwa suhu yang tinggi dapat meningkatkan daya produksi lamun. Karena pada suhu kisaran 10-35 °C mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tumbuh kembang dan daya produksi lamun.

2. Salinitas

Lamun tumbuh pada daerah air asin atau yang memiliki salinitas tinggi, pada daerah subtidal lamun mampu menyesuaikan diri pada salinitas sekitar 35‰, dan juga mampu bertahan pada daerah estuari atau perairan payau. Lamun secara umum bersifat uerihalin atau memiliki kisaran salinitas yang lebar yaitu berkisar 10-45 ‰. Lamun yang berada pada kondisi hiposalin (<10 ‰) atau hipersalin (>45 ‰), akan mengalami stress dan mati (Zulkifli, 2003).

3. Kecerahan

Proses fotosintesis merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan lamun sebagai produsen primer dalam kehidupan laut. Lamun membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis. Kecerahan perairan mempengaruhi intensitas cahaya yang

masuk ke kolom perairan. Perairan dengan kecerahan tinggi maka intensitas cahaya yang masuk ke kolom air akan semakin dalam dan jika tingkat kecerahan perairan rendah, intensitas cahaya yang masuk akan dangkal. Faktor yang mempengaruhi kecerahan yaitu kekeruhan atau material tersuspensi, perairan dengan substrat lumpur akan memiliki tingkat kecerahan rendah dan tingkat kekeruhan tinggi. Perairan dengan substrat pasir atau batu, sebaliknya akan memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi dan kekeruhan yang rendah. Cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan lamun pada perairan pantai yang keruh. Penetrasi cahaya yang kurang dapat menimbulkan gangguan terhadap produksi primer lamun (Dahuri et al., 2013).

4. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau dissolved oxigen (DO) merupakan salah satu parameter perairan yang sangat penting bagi pertumbuhan lamun. Oksigen terlarut digunakan untuk respirasi akar dan rhizome lamun, respirasi biota air dan proses nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang lamun. Oksigen terlarut di perairan berasal dari hasil fotosintesis lamun serta difusi dari udara (Haviarini et al., 2019). Feryatun et al., (2012) menyebutkan bahaw variabel oksigen terlarut yang berfungsi sebagai salah satu parameter kualitas perairan memiliki baku mutu yang sudah diatur untuk disamaratakan diseluruh perairan. Baku mutu oksigen terlarut suatu perairan adalah >

4 mg/l. Nilai kandungan oksigen terlarut (DO) yang termasuk dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan lamun adalah > 5 mg/l.

5. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan salah satu parameter kualitas perairan dimana nilainya dapat mewakili intensitas keasaman atau kebebasan dari suatu cairan yang mewakili konsentrasi ion hidrogennya. Variabel tersebut digunakan untuk mengetahui keasaman suatu perairan (Effendi, 2003). Hutomo (1999), menjelaskan bahwa suatu perairan dapat dikategorikan dengan nilai derajat keasaman yaitu pH 5,5 - 6,5 adalah perairan yang tidak produktif, pH 6,5 - 7,5 adalah perairan yang produktif, pH 7,5 – 8,5 adalah perairan yang memiliki produktifitas yang sangat tinggi. pH diatas 8,5 termasuk perairan yang sudah tidak produktif lagi, sedangkan menurut Nybakken (1992), nilai pH yang optimal untuk perairan yaitu terdapat di kisaran 7,5 – 8,5.

Odum (2007), mendefinisikan derajat keasaman (pH) adalah salah satu parameter kualitas perairan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh langsung dalam pengaturan system enzim pada organisme perairan. Philip dan Menez (1988), menyebutkan nilai derajat keasaman yang optimal bagi tumbuh kembangnya vegetasi lamun adalah pada saat pH air normal dengan nilai 7,8 – 8,5 dikarenakan pada saat kondisi tersebut ion karbonat yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis oleh lamun ada pada kondisi melimpah.

Dokumen terkait