• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN

C. Hak dan Kewajiban Konsumen

Definisi konsumen yang terlalu umum dan luas menurut ahli bahasa dan kamus bahasa, membuat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia membatasi defenisi konsumen sebagai pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen sendiri pada Pasal 1 angka 2 memberikan pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

      

22

Adapun unsur-unsur defenisi konsumen tersebut adalah : 1. Setiap orang

Setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah ‘orang’ tidak hanya mencakup orang individual tetapi juga badan

usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum. 2. Pemakai

Pada Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlulindungan Konsumen, kata pemakai menekankan bahwa konsumen yang dimaksudkan adalah konsumen akhir dan menunjukkan barang dan/atau jasa yang dipakai tidak harus serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya konsumen tidak selalu harus membayar untuk memproleh barang dan / atau jasa itu, dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus bersifat kontraktual.

3. Barang dan/atau jasa

Istilah barang dan/atau jasa digunakan untuk mengganti penggunaan kata produk yang hanya mengacu pada pengertian barang saja. Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengertikan barang sebagai benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Yang tersedia dalam masyarakat

Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran, namun dalam perdagangan yang semakin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. 5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain

Unsur yang diletakkan pada defenisi itu mencoba untuk memperluas kepentingan bahwa kepentingan tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain bahkan untuk mahluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan.

6. Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan

Pengertian konsumen disini dipertegas hanya konsumen akhir, secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen. 23

Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapat perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain perlindungan konsumen

sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.24

      

23

Shidarta, Op.Cit, hal. 4. 

24

Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu : a. Hak untuk mendapatkan keamanan

b. Hak untuk mendapat informasi c. Hak untuk memilih

d. Hak untuk didengar.25

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya ada beberapa hak lain yang juga diakui secara internasional seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. YLKI hanya menambahkan

satu tambahan hak yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sehingga keseluruhannya dikenal sebagai panca hak konsumen.26 Hak ini dimaksukkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen karena Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara khusus mengecualikan hak-hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan dibidang pengelolaan lingkungan.

Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 Nomor 8 Tahun 1999 Undang-Undang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam memgkonsumsi barang dan/atau jasa

Barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani dan rohani.Terhadap barang dan jasa yang dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko tinggi terhadap keamanan konsumen, pemerintah selayaknya mengadakan pengawasan secara cepat.        25 Ibid  26 Ibid, hal. 31. 

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan Hak untuk memilih dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilih barang dan/atau jasa tertentu sesuai dengan kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak ini konsumen berhak memutuskan untuk membeli suatu barang atau tidak, demikian pula keputusan untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis barang yang dipilihnya.Selain dapat memilih barang dan/atau jasa sesuai keinginan, konsumen juga memiliki hak untuk mendapatkan barang sesuai nilai tukar yang dijanjikan.Ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar. Dalam keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang diprolehnya.

3. Hak atau informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

Hak ini sangat penting, karena tidak memadainya informasi yang disampaikan kepada konsumen ini dapat juga merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal dengan cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu barang supaya dapat memilih barang sesuai kebutuhan dan terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan barang.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

Hak ini dapat berupa pertayaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa tertentu apabila informasi yang diproleh tentang barang dan/atau jasa tersebut kurang memadai, ataukah berupa pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu barang.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak dari pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokas. Dengan kata lain, konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi barang tersebut.

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

Pendidikan disini tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Bentuk informasi yang lebih komprehensif dengan tidak semata-mata menonjolkan usur komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari pendidikan konsumen. Hal ini dimaksudkan agar konsumen memproleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan barang, karena dengan pendidikan konsumen tersebut konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin, dan status social lainya.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

Hak atas ganti kerugian ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen, termasuk di dalamnya baik kerugian materi maupun kerugian yang menyangkut diri konsumen itu sendiri. Biasanya untuk menghindari kewajiban ini pelaku usaha mencantumkan klausal-klausal eksonerasi di dalam hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen, namun pencantuman secara sepihak demikian tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan ganti kerugian. 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa c. Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Adanya kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan merupakan hal yang penting untuk mendapat pengaturan. Seringkali pelaku usaha telah menyampaikan peringatan secara jelas pada suatu produk, namun memberikan konsekuensi pelaku usaha tidak bertanggung jawab jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian akibat mengabaikan kewajiban tersebut, namun jika produsen tidak menggunakan cara yang wajar dan efektif untuk mengkomunikasikan peringatan itu yang menyebabkan konsumen tidak membacanya, maka hal itu tidak mengahalangi pemberian ganti kerugian pada konsumen yang telah dirugikan.

Dokumen terkait