• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN KERJA

C. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Kerja

1. Kewajiban buruh/pekerja

Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur dalam Pasal 1603, 1603a, 1603b, dan 1603c, KUHPerdata yang pada intinya adalah sebagai berikut :

a. Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan; melakukan pekerjaan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian

⁹ Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal. 88

dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).

b. Buruh/pekerja wajib mentaati aturan dan petunjuk majikan/pengusaha; dalam melakukan pekerjaan buruh/pekerja wajib menaati petunjuk yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk tersebut.

c. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda; jika buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti rugi dan denda.

2. Kewajiban pengusaha

a. Kewajiban membayar upah; dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat waktu.

Ketentuan tentang upah ini juga telah mengalami perubahan pengaturan ke arah hukum publik. Hal ini terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah yang harus dibayar oleh pengusaha yang dikenal dengan nama upah minimum, maupun pengaturan upah dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.

b. Kewajiban memberikan istirahat/cuti; pihak majikan/pengusaha diwajibkan untuk memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas istirahat ini penting artinya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Dengan demikian diharapkan gairah kerja akan tetap stabil. Cuti tahunan yang lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja juga berhak atas cuti panjang selama 2 bulan setelah bekerja terus-menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan.

c. Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan; majikan/pengusaha wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.

d. Kewajiban memberikan surat keterangan; kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602a KUHPerdata yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan itu juga diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja.

Surat keterangan tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai dengan pengalaman kerjanya.¹⁰

3. Hak-hak buruh dalam perjanjian kerja

Hak adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang. Demikian buruh juga mempunyai hak-hak karena statusnya itu. Adapun hak-hak-hak-hak dari buruh itu dapat dirinci sebagai berikut, yaitu:¹¹

a. Hak mendapat upah;

b. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan;

c. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya;

d. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan;

e. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama;

¹⁰ Lalu Husni, op.cit., hal. 72

¹¹ Nurwati, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Serikat Pekerja, Vol. 1, No. 2, 2006.

f. Hak mendapatkan pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila ketika ia di PHK ia sudah mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 6 bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir;

g. Hak atas upah penuh saat istirahat tahunan;

h. Hak mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja Nasional.

BAB IV

PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN ( STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

PULU RAJA )

A. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Kerja antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan di PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, pelaksanaan kontrak kerjanya adalah berupa perjanjian kerja bersama (PKB) yang mana dalam setiap pelaksanaan kegiataannya diatur di dalamnya. Segala bentuk tanggungjawab antara pekerja dan perusahaan diatur dalam PKB. Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan.¹² Baik pengusaha maupun serikat pekerja atau serikat buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada didalam sebuah perjanjian kerja. Masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban pekerja atau buruh adalah hak yang harus diterima perusahaan atau pengusaha begitu juga sebaliknya kewajiban pengusaha atau perusahaan adalah hak yang diterima pekerja atau buruh.¹³

¹² Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹³ Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal. 67

Di sini dapat dipahami bahwa kontrak atau perjanjian, merupakan perbuatan hukum dimana dua pihak saling mengikatan diri untuk melaksanakan sesuatu hal, yang merupakan kewajiban bagi masing-masing pihak. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik.¹⁴ Perjanjian merupakan suatu kesepakatan yang diperjanjikan di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. Di samping itu kontrak juga sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut, dan oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut dianggap merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan. ¹⁵

B. Faktor-Faktor Penyebab Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Pada umumnya, faktor-faktor yang menyebabkan sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁴ R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, hal. 304

¹⁵ Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 9

semuanya sama dengan yang dialami perusahaan lain didalam perjanjian kerja.

Diantaranya yaitu tindakan wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan kerugian pada Perusahaan.¹⁶ Menurut Pasal 1339 KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh peraturan, kebiasaan atau undang-undang. Prestasi merupakan isi dari perikatan.¹⁷

C. Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Didalam penyelesaian sengketa pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, biasanya diselesaikan melalui proses penyelesaian bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan melalui pengadilan. Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan oleh

¹⁶ Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁷ R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 40

semua pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam perjanjian keperdataan.¹⁸

1. Penyelesaian melalui Bipartit

Penyelesaian perselisihan bipartit berarti penyelesaian hubungan industrial antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha secara intern di dalam lingkungan perusahaan tanpa melibatkan pihak ketiga.¹⁹

2. Penyelesaian melalui Mediasi

Upaya penyelesaian perselisihan melalui mediasi diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 16 Undang-Undang No. 2 tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para pihak yang berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap permasalahan yang disengketakan. Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.²⁰

3. Penyelesaian melalui Konsiliasi

Definisi konsiliasi menurut UUPPHI adalah penyelesaian perselisihan

¹⁸ Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁹ Juanda Pangaribuan, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2005 hal. 8

²⁰ Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 178

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antara serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsoliator resmi.²¹

4. Penyelesaian melalui Arbitrase

Arbitrase memiliki perbedaan dengan mediasi dan konsiliasi. Perbedaan itu terletak pada tata cara pemeriksaan perselisihan dan akibat hukum hasil pemeriksaannya. Pemeriksaan pada arbitrase dilakukan dengan hukum acara yang mirip dengan hukum acara Pengadilan Hubungan Industrial. Hasil pemeriksaan arbiter dituangkan dalam suatu putusan tertulis. Sedangkan hasil pemeriksaan mediator dan konsoliator, dituangkan dalam bentuk anjuran tertulis.²²

5. Penyelesaian melalui Pengadilan

Pengadilan Hubungan Industrial sendiri merupakan pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memberi putusan terhadap suatu perselisihan hubungan industrial.

Pengadilan Hubungan Industrial berada pada setiap pengadilan negeri. Namun, untuk pertama kali menurut UUPPHI, maka akan dibentuk pada setiap pengadilan negeri kabupaten/kota yang merupakan ibukota provinsi dan di kabupaten/kota yang padat industri.²³

²¹ Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 16

²² Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 22

²³ Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 28

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan di PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, pelaksanaan kontrak kerjanya adalah berupa perjanjian kerja bersama (PKB) yang mana dalam setiap pelaksanaan kegiataannya diatur di dalamnya. Segala bentuk tanggungjawab antara pekerja dan perusahaan diatur dalam PKB. Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan. Baik pengusaha maupun serikat pekerja atau serikat buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada didalam sebuah perjanjian kerja. Masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja semuanya sama dengan yang dialami perusahaan lain didalam perjanjian kerja. Diantaranya yaitu tindakan wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan kerugian pada Perusahaan.

3. Didalam penyelesaian sengketa pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, biasanya diselesaikan melalui proses penyelesaian bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan melalui pengadilan. Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan oleh semua pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam perjanjian keperdataan.

B. Saran

1. Setiap pekerja/buruh dan pengusaha/perusahaan memiliki hak dan kewajiban yang tertuang di dalam Perjanjian Kerja Bersama. Perjanjian Kerja Bersama itu hendaknya dipatuhi dan ditaati oleh pihak pengusaha/perusahaan maupun pekerja terutama dalam hal ini pengusaha/perusahaan yang memiliki posisi lebih tinggi tidak boleh memperlakukan pekerjanya dengan tidak adil.

2. Setiap pekerja/buruh dan perusahaan haruslah saling menghormati dan memiliki itikad baik dalam melakukan perjanjian kerja. Sehingga tidak ada pihak yang akan dirugikan dikemudian hari.

3. Sebaiknya, dalam penyelesaian sengketa perjanjian kerja diselesaikan dengan cara kekeluargaan, yang mana cara tersebut dapat membuat para pihak semakin mengenal satu sama lain dan membuat permasalah dapat diselesaikan dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak.

DAFTAR PUSTAKA:

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak bernuansa Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

BN. Marbun, Membuat Perjanjian yang aman dan sesuai Hukum, Puspa Swara, Jakarta, 2009.

Burhanudin Ali SDB dan Poernama S, 5 Menit Langsung Jadi Membuat Perjanjian dan Surat Kontrak, Jakarta, 2016.

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004.

Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Juanda Pangaribuan, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2005 hal. 8

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Nurwati, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Serikat Pekerja, Vol. 1, No. 2, 2006.

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011.

R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985.

R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 40

Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004.

Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Dokumen terkait