• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PULU RAJA) JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PULU RAJA) JURNAL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

MUH. WILLY SINARTA TANJUNG 130200242

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)

ABSTRAK

Muh. Willy Sinarta Tanjung*) Hasim Purba**)

Syamsul Rizal ***)

Kontrak kerja atau perjanjian kerja merupakan sarana pendahulu sebelum berlangsungnya hubungan kerja yang mencerminkan keadilan bagi pengusaha maupun bagi pekerja karena keduanya akan terlibat dalam suatu hubungan kerja.

Hukum kontrak atau hukum perjanjian merupakan salah satu bidang kajian hukum yang selalu berkembang seirama dengan pertumbuhan masyarakat karena pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan pesatnya transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah dengan pihak lainnya. Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, apa faktor-faktor penyebab sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, dan bagaimana penyelesaian sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum. Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan di PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja adalah berupa perjanjian kerja bersama (PKB). Untuk meningkatkan produktivitas dan hubungan yang harmonis, dinamis dan berkeadilan antara Direksi dan Karyawan, maka PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja dalam lingkup BUMN Perkebunan memandang perlu menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang rumusnya memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban antara Direksi dan Karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja semuanya sama dengan yang dialami perusahaan lain didalam perjanjian kerja. Diantaranya yaitu tindakan wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial dimuat pasal 64 pada PKB antara PT Perkebunan Nusantara IV dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) PT Perkebunan Nusantara IV.

Kata kunci : Pelaksanaan, Kontrak Kerja

*) Mahasiswa FH USU

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(3)

ABSTRACT

Muh. Willy Sinarta Tanjung*) Hasim Purba**)

Syamsul Rizal ***)

A work contract or employment agreement is a pre-emptive tool prior to an employment relationship reflecting fairness for employers and for workers as they will engage in a working relationship. Contract law is one of the areas of legal studies that is always evolving in tandem with the growth of society because of the rapid business activities undertaken in modern society and the rapid transactions made by the Government with other parties. The problem in this research is how the rights and obligations of the parties in the work agreement between workers and PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, what are the factors causing disputes in the agreement between workers with PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, and how to settle the dispute in the agreement between workers and PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja.

The type of research used in this study is the juridical normative approach and empirical juridical research. Normative juridical research is a method of research that refers to the legal norms contained in the legislation. This study also uses an empirical juridical approach, ie research that emphasizes the behavior of individuals or communities in relation to the law. In the implementation of employment contracts between workers and companies in PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja is a collective labor agreement (PKB). To improve productivity and harmonious, dynamic and fair relationships between the Directors and Employees, PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja within the scope of BUMN Perkebunan considers it necessary to draw up a Collective Labor Agreement (PKB) whose formulation contains the terms of employment, rights and obligations between the Board of Directors and Employees.

The factors causing the dispute in the agreement between the workers and PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja are all the same as those experienced by other companies in the work agreement. Among them are acts of default, unlawful acts, intentionally damaging or letting in the event of a dangerous property of the Company causing harm to the Company. The settlement of industrial relations disputes contains article 64 on PKB between PT Perkebunan Nusantara IV and Plantation Workers' Union (SPBUN) of PT Perkebunan Nusantara IV.

Keywords: Implementation, Work Contract

*) Student of Law Faculty

**) Adviser I

***) Adviser II

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 3

C. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN SECARA UMUM ... 6

A. Pengertian Perjanjian ... 6

B. Syarat – Syarat Sahnya Perjanjian ... 7

C. Berakhirnya Perjanjian ... 8

BAB III TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN KERJA ... 10

A. Dasar Hukum Perjanjian Kerja ... 10

B. Pengertian Perjanjian Kerja ... 10

C. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Kerja ... 12

BAB IV PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PULU RAJA) ... 17

(5)

A. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Kerja antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu

Raja... 17

B. Faktor-Faktor Penyebab Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja... 18

C. Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

A. Kesimpulan ... 22

B. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ...24

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu contract of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan overeenscomstrecht.

Lawrence M. Friedman mengartikan hukum kontrak adalah perangkat hukum yang mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.

Kontrak kerja atau perjanjian kerja merupakan sarana pendahulu sebelum berlangsungnya hubungan kerja yang mencerminkan keadilan bagi pengusaha maupun bagi pekerja karena keduanya akan terlibat dalam suatu hubungan kerja.

Pertama-tama harus dikemukakan bahwa Hukum Perjanjian ini adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, oleh karena Hukum Perdata banyak mengandung peraturan-peraturan hukum yang berdasar atas janji seorang. Dalam Hukum Pidana dan Hukum Tata Negara ada juga beberapa hal, dimana suatu janji seorang merupakan unsur, seperti dalam hal kejahatan “penggelapan” dari pasal 372 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (K.U.H.P), atau dalam hal kepegawaian Negara akan tetapi hal-hal seperti ini sedikit jumlahnya.

(7)

Sedang dalam Hukum Perdata dapat dikemukakan sekelompok dari peraturan- peraturan hukum, yang berdasarkan atas janji seorang.¹

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.²

Masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak kerja tersebut membuat penulis tertarik mengadakan penulisan skripsi ini, karena melalui skripsi ini dapat diketahui apakah proses pelaksanaan kontrak kerja telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku atau tidak, atau apakah pelaksanaannya menyimpang dari ketentuan-ketentuan hukum kontrak yang berlaku. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik menulis dalam bentuk skripsi dengan judul:

Pelaksanaan Kontrak Kerja Antara Pekerja Dengan Perusahaan (Studi Pada PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja).

¹ R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal. 2

² Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004, hal. 1

(8)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja ?

2. Apa faktor-faktor penyebab sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja ?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja ?

C. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(9)

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN SECARA UMUM

Bab ini berisikan pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian, subjek dan objek hukum dalam perjanjian, jenis-jenis perjanjian, dan berakhirnya perjanjian.

BAB III TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN KERJA

Bab ini berisikan tentang dasar hukum perjanjian kerja, pengertian perjanjian kerja, unsur-unsur dalam perjanjian kerja, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja, dan jenis-jenis perjanjian kerja.

BAB IV PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PULU RAJA)

Bab ini berisikan mengenai pengetahuan tentang hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, faktor-faktor penyebab sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, serta penyelesaian sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja.

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran terhadap hasil pembahasan yang dilakukan. Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi yang telah dibahas dan dilengkap dengan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB II

TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN SECARA UMUM

A. Pengertian Perjanjian

Suatu kontrak atau perjanjian adalah suatu “peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.

Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang- undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja. Secara hukum, kontrak dapat dipaksakan berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran kontrak atau ingkar janji (wanprestasi).

Pengaturan tentang kontrak diatur terutama didalam KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Burgerlijk Wetboek (BW), tepatnya dalam Buku III, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari undang- undang misalnya tentang perbuatan melawan hukum.

Dalam KUHPerdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja

(12)

(perjanjian khusus) yang namanya sudah diberikan undang-undang. Contoh perjanjian khusus: jual beli, sewa menyewa, tukar-menukar, pinjam-meminjam, pemborongan, pemberian kuasa dan perburuhan.³

B. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu “Suatu perjanjian adalah satu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”, menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Mengenai syarat sah perjanjian, Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu :⁴

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak;

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;

3. Adanya objek; dan

4. Adanya kausa yang halal.

³ Burhanudin Ali SDB dan Poernama S, 5 Menit Langsung Jadi Membuat Perjanjian dan Surat Kontrak, Jakarta, 2016, hal. 1

⁴ BN. Marbun, Membuat Perjanjian yang aman dan sesuai Hukum, Puspa Swara, Jakarta, 2009, hal. 8

(13)

C. Berakhirnya Perjanjian

1. Dasar hukum berakhirnya perjanjian

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, berakhirnya perjanjian juga memilki sinonim lain, seperti berakhirnya kontrak dan hapusnya perikatan (KUHPerdata, Pasal 1381. Secara umum, berakhirnya perjanjian merupakan selesai atau hapusnya suatu perjanjian yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur, tentang sesuatu hal. Pihak kreditur dipahami sebagai pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi sesuai dengan isi perjanjian. Pihak debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Apabila perjanjian berjalan lancar dan dipenuhi dengan saksama maka pemenuhan itu adalah tanda pengakhiran suatu perjanjian secara otomatis.

Pedoman atau dasar hukum yang dipakai sebagai landasan berakhirnya perjanjian (perikatan) masih merujuk pada isi Pasal 1381 KUHPerdata. Dalam BW tidak diatur secara khusus tentang berakhirnya kontrak tapiyang diatur dalam Bab IV Buku II BW hanya hapusnya perikatan-perikatan. Walaupun demikian, ketentuan tentang hapusnya perikatan tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya kontrak karena perikatan yang dimaksud dalam Bab IV BW tersebut adalah perikatan pada umumnya baik itu lahir dari kontrak maupun yang lahir dari perbuatan melanggar hukum.

Namun sebagai pedoman umum, pasal-pasal KUHPerdata tentang berakhirnya perjanjian (perikatan) relatif luas, yang singkatnya dituangkan dalam 10 ketentuan yang dijelaskan, yaitu a. pembayaran; b. penawaran pembayaran

(14)

tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; c. pembaruan utang; d.

kompensasi; e. konfusio (percampuran utang); f. pembebasan utang; g.

musnahnya barang terutang; h. kebatalan atau pembatalan; i. berlaku syarat batal;

j. daluwarsa.⁵

⁵ Ahmadi Miru, Hukum Kontrak bernuansa Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 109

(15)

BAB III

TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN KERJA

A. Dasar Hukum Perjanjian Kerja

Dasar penulisan tentang hukum perjanjian kerja bersumber pada titel 7A dari Buku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena titel 7A tersebut berlaku terhadap sebagian besar rakyat Indonesia dan terhadap lain-lain hal yang bersangkutan dengan perjanjian kerja, ketentuan-ketentuan yang lain dipandang sebagai pedoman.⁶

Mula-mula Perjanjian Kerja diatur dalam Bab 7 A Buku III KUHPerdata serta dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Waktu Tertentu yang sudah tidak berlaku lagi dengan adanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang di dalamnya diatur tentang Perjanjian Kerja. Perjanjian Kerja diatur dalam Bab IX Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003.⁷

B. Pengertian Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut Arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601 a Kitab Undang-Undang Hukum

⁶ Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 9

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 7

(16)

Perdata memberikan pengertian sebagai berikut :

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh), mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian yakni :

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak”.

Selain pengertian normatif seperti tersebut, Iman Soepomo berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.⁸

Pada dasarnya perjanjian kerja hanya dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pengusaha atau pemberi kerja dengan pekerja atau buruh. Mengenai hal-hal apa saja yang diperejanjiakan diserahkan sepenuhnya kepada kedua belah pihak yakni antara pengusaha atau pemberi kerja dan pekerja atau buruh. Apabila salah satu dari para pihak tidak menyetujuinya maka pada ketentuannya tidak akan terjadi perjanjian kerja, karena pada aturan pelaksanaan perjanjian kerja akan

⁸ Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 64

(17)

terjalin dengan baik apabila sepenuhnya kedua belah pihak setuju tanpa adanya paksaan. Perjanjian kerja dapat dibuat baik secara tertulis maupun lisan.

Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis maupun lisan harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara yuridis, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (15) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja merupakan hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerja, upah, dan perintah. Jika ditinjau berdasarkan pengertian diatas antara perjanjian kerja dengan hubungan kerja memiliki kaitan yang saling berhubungan, hal ini akan mengakibatkan adanya hubungan kerja yang terjadi antara pemberi kerja/pengusaha dengan pekerja/buruh.⁹

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja

1. Kewajiban buruh/pekerja

Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur dalam Pasal 1603, 1603a, 1603b, dan 1603c, KUHPerdata yang pada intinya adalah sebagai berikut :

a. Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan; melakukan pekerjaan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian

⁹ Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal. 88

(18)

dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan jika pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).

b. Buruh/pekerja wajib mentaati aturan dan petunjuk majikan/pengusaha; dalam melakukan pekerjaan buruh/pekerja wajib menaati petunjuk yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk tersebut.

c. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda; jika buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti rugi dan denda.

2. Kewajiban pengusaha

a. Kewajiban membayar upah; dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat waktu.

Ketentuan tentang upah ini juga telah mengalami perubahan pengaturan ke arah hukum publik. Hal ini terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah yang harus dibayar oleh pengusaha yang dikenal dengan nama upah minimum, maupun pengaturan upah dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.

(19)

b. Kewajiban memberikan istirahat/cuti; pihak majikan/pengusaha diwajibkan untuk memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas istirahat ini penting artinya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Dengan demikian diharapkan gairah kerja akan tetap stabil. Cuti tahunan yang lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja juga berhak atas cuti panjang selama 2 bulan setelah bekerja terus-menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan.

c. Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan; majikan/pengusaha wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.

d. Kewajiban memberikan surat keterangan; kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602a KUHPerdata yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan itu juga diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja.

(20)

Surat keterangan tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai dengan pengalaman kerjanya.¹⁰

3. Hak-hak buruh dalam perjanjian kerja

Hak adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang. Demikian buruh juga mempunyai hak- hak karena statusnya itu. Adapun hak-hak dari buruh itu dapat dirinci sebagai berikut, yaitu:¹¹

a. Hak mendapat upah;

b. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan;

c. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya;

d. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan;

e. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama;

¹⁰ Lalu Husni, op.cit., hal. 72

¹¹ Nurwati, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Serikat Pekerja, Vol. 1, No. 2, 2006.

(21)

f. Hak mendapatkan pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila ketika ia di PHK ia sudah mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 6 bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir;

g. Hak atas upah penuh saat istirahat tahunan;

h. Hak mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja Nasional.

(22)

BAB IV

PELAKSANAAN KONTRAK KERJA ANTARA PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN ( STUDI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

PULU RAJA )

A. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Kerja antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan di PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, pelaksanaan kontrak kerjanya adalah berupa perjanjian kerja bersama (PKB) yang mana dalam setiap pelaksanaan kegiataannya diatur di dalamnya. Segala bentuk tanggungjawab antara pekerja dan perusahaan diatur dalam PKB. Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan.¹² Baik pengusaha maupun serikat pekerja atau serikat buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada didalam sebuah perjanjian kerja. Masing- masing pihak memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban pekerja atau buruh adalah hak yang harus diterima perusahaan atau pengusaha begitu juga sebaliknya kewajiban pengusaha atau perusahaan adalah hak yang diterima pekerja atau buruh.¹³

¹² Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹³ Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal. 67

(23)

Di sini dapat dipahami bahwa kontrak atau perjanjian, merupakan perbuatan hukum dimana dua pihak saling mengikatan diri untuk melaksanakan sesuatu hal, yang merupakan kewajiban bagi masing-masing pihak. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik.¹⁴ Perjanjian merupakan suatu kesepakatan yang diperjanjikan di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. Di samping itu kontrak juga sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut, dan oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut dianggap merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan. ¹⁵

B. Faktor-Faktor Penyebab Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Pada umumnya, faktor-faktor yang menyebabkan sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁴ R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, hal. 304

¹⁵ Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 9

(24)

semuanya sama dengan yang dialami perusahaan lain didalam perjanjian kerja.

Diantaranya yaitu tindakan wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan kerugian pada Perusahaan.¹⁶ Menurut Pasal 1339 KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh peraturan, kebiasaan atau undang-undang. Prestasi merupakan isi dari perikatan.¹⁷

C. Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian antara Pekerja dengan PT.

Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Didalam penyelesaian sengketa pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, biasanya diselesaikan melalui proses penyelesaian bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan melalui pengadilan. Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan oleh

¹⁶ Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁷ R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 40

(25)

semua pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam perjanjian keperdataan.¹⁸

1. Penyelesaian melalui Bipartit

Penyelesaian perselisihan bipartit berarti penyelesaian hubungan industrial antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha secara intern di dalam lingkungan perusahaan tanpa melibatkan pihak ketiga.¹⁹

2. Penyelesaian melalui Mediasi

Upaya penyelesaian perselisihan melalui mediasi diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 16 Undang-Undang No. 2 tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para pihak yang berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap permasalahan yang disengketakan. Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.²⁰

3. Penyelesaian melalui Konsiliasi

Definisi konsiliasi menurut UUPPHI adalah penyelesaian perselisihan

¹⁸ Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

¹⁹ Juanda Pangaribuan, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2005 hal. 8

²⁰ Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 178

(26)

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antara serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsoliator resmi.²¹

4. Penyelesaian melalui Arbitrase

Arbitrase memiliki perbedaan dengan mediasi dan konsiliasi. Perbedaan itu terletak pada tata cara pemeriksaan perselisihan dan akibat hukum hasil pemeriksaannya. Pemeriksaan pada arbitrase dilakukan dengan hukum acara yang mirip dengan hukum acara Pengadilan Hubungan Industrial. Hasil pemeriksaan arbiter dituangkan dalam suatu putusan tertulis. Sedangkan hasil pemeriksaan mediator dan konsoliator, dituangkan dalam bentuk anjuran tertulis.²²

5. Penyelesaian melalui Pengadilan

Pengadilan Hubungan Industrial sendiri merupakan pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memberi putusan terhadap suatu perselisihan hubungan industrial.

Pengadilan Hubungan Industrial berada pada setiap pengadilan negeri. Namun, untuk pertama kali menurut UUPPHI, maka akan dibentuk pada setiap pengadilan negeri kabupaten/kota yang merupakan ibukota provinsi dan di kabupaten/kota yang padat industri.²³

²¹ Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 16

²² Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 22

²³ Juanda Pangaribuan, Op. Cit., hal. 28

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan di PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, pelaksanaan kontrak kerjanya adalah berupa perjanjian kerja bersama (PKB) yang mana dalam setiap pelaksanaan kegiataannya diatur di dalamnya. Segala bentuk tanggungjawab antara pekerja dan perusahaan diatur dalam PKB. Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan. Baik pengusaha maupun serikat pekerja atau serikat buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada didalam sebuah perjanjian kerja. Masing- masing pihak memiliki hak dan kewajiban.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan sengketa dalam perjanjian antara pekerja dengan PT.Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja semuanya sama dengan yang dialami perusahaan lain didalam perjanjian kerja. Diantaranya yaitu tindakan wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan kerugian pada Perusahaan.

(28)

3. Didalam penyelesaian sengketa pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam perjanjian kerja antara pekerja dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja, biasanya diselesaikan melalui proses penyelesaian bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan melalui pengadilan. Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan oleh semua pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam perjanjian keperdataan.

B. Saran

1. Setiap pekerja/buruh dan pengusaha/perusahaan memiliki hak dan kewajiban yang tertuang di dalam Perjanjian Kerja Bersama. Perjanjian Kerja Bersama itu hendaknya dipatuhi dan ditaati oleh pihak pengusaha/perusahaan maupun pekerja terutama dalam hal ini pengusaha/perusahaan yang memiliki posisi lebih tinggi tidak boleh memperlakukan pekerjanya dengan tidak adil.

2. Setiap pekerja/buruh dan perusahaan haruslah saling menghormati dan memiliki itikad baik dalam melakukan perjanjian kerja. Sehingga tidak ada pihak yang akan dirugikan dikemudian hari.

3. Sebaiknya, dalam penyelesaian sengketa perjanjian kerja diselesaikan dengan cara kekeluargaan, yang mana cara tersebut dapat membuat para pihak semakin mengenal satu sama lain dan membuat permasalah dapat diselesaikan dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak.

(29)

DAFTAR PUSTAKA:

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak bernuansa Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

BN. Marbun, Membuat Perjanjian yang aman dan sesuai Hukum, Puspa Swara, Jakarta, 2009.

Burhanudin Ali SDB dan Poernama S, 5 Menit Langsung Jadi Membuat Perjanjian dan Surat Kontrak, Jakarta, 2016.

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004.

Hasil wawancara dengan Bapak Nurdiaman Purba sebagai SDM di PT Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja

Juanda Pangaribuan, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2005 hal. 8

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Nurwati, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Serikat Pekerja, Vol. 1, No. 2, 2006.

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011.

R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985.

R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 40

Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004.

Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Melalui program ini alat dikendalikan dengan data yang sudah baku dan sudah dirancang agar tampilan pada alat sesuai dengan menekan beberapa tombol

(3) Rincian tugas dan fungsi Biro Pemerintahan sesuai Susunan Organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIa yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

RECON - NAISSANCE and CON - SOLIDATION PARTISIPA - TORY CONS - TRUC - TION SELF ORGANI - ZING 1 2 3 ADDED VALUE INTEGRATION Community preparation phase I phase II. Base

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakahterdapat perbedaan yang cukup signifikan terhadap nilai persediaan dan laba sebelum dan sesudah penerapan PSAK 14 (pasca

Merupakan tumbuhan darat sejati yang menyukai tempat yang lembab, kecuali spaghnum (hidup di air).. Merupakan tumbuhan yang memiliki area penyebaran yang

argyrotaenia di perairan Sungai Banjaran ditemukan ikan dengan panjang standar yaitu 4–5,9 cm sebanyak 64 individu, 6–7,9 cm sebanyak 12 individu dan yang paling sedikit