• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Reksadana Syariah

BAB III BENTUK – BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Reksadana Syariah

Adapun hak pemodal (investor) sebagaimana tertuang dalam Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-DSN-MUI/IX/2000, yaitu sebagai:

1. Para pemodal secara kolektif mempunyai hak atas hasil investasi dalam reksadana syariah.

2. Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam reksadana syariah.

3. Pemodal berhak untuk sewaktu – waktu menambah atau menarik kembali penyertaanya dalam reksadana syariah melalui manajer investasi.

4. Pemodal berhak atas bagi hasil investasi sampai saat ditariknya kembali penyertaan tersebut. 86 Ibid. Dewan Syariah Perusahaan Investor Reksadana Syariah Mudharabah Bagi hasil

5. Pemodal yang telah memberikan dananya akan mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi oleh bank kustodian. 6. Pemodal akan mendapatkan bukti kepmilikan yang berupa penyertaan

reksadana syariah.

Selain itu, setiap pemodal (investor) yang memegang unit penyertaan reksadana syariah mempunyai hak – hak sebagai berikut: 87

1. Pemegang unit penyertaan berhak menjual kembali sebagian atau seluruh unit penyertaan kepada manajer invstasi dan manajer investasi wajib membeli kembali unit penyertaan tersebut. Manajer investasi berhak menunda penjualan kembali unit penyertaan apabila:

a. Jumlah nilai penjualan kembali dalam 1 (satu) hari bursa telah mencapai 10 % (sepuluh persen) dari NAB, maka permohonan akan diproses pada hari bursa berikutnya.

b. Keadaan kahar (force majeur) sebagaimana dimaksud dalam pasa 5 huruf k Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta peraturan pelaksananya.

2. Pemegang unit penyertaan berhak mendapatkan hasil pencairan kepemilikam unit penyertaan akibat kurang dari saldo minimum kepemilikan unit penyertaan.

3. Pemegang unit penyertaan berhak mendapatkan informasi tentang NAB per unit Pernyataan pada setiap hari bursa. NAB akan dihitung oleh bank

87

kustodian pada saat akhir hari bursa dan akan diumumkan secara luas melalui surat kabar yang mempunyai peredaran nasional pada hari bursa berikutnya. 4. Manajer investasi akan memberikan salinan laporan keuangan reksadana

syariah sekurang – kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun yang akan dimuat di dalam penerbitan prospektus setelah mendapat persetujuan Bapepam dan LK. Setiap bulan Pemgang unit penyertaan akan menerima laporan bulanan kepemilikan reksa dana dari bank kustodian selambat – lamabatnya pada hari ke 12 dari bulan berikutnya.Laporan tersebut akan memuat saldo awal kepmilikan, daftar transaksi, dan saldo akhir.

5. Hak Memperoleh Bagian atas Hasil Likuidasi.

Dalam hal reksadana syariah dibubarkan dan dilikuidasi maka hasil likuidasi harus dibagi secara proporsional menurut komprosisi jumlah unit penyertaan yang dimiliki oleh masing – masing pemegang unit penyertaan.

Sedangkan yang menjadi hak dan kewajiban manajer investasi dan bank kustodian, yaitu sebagai berikut: 88

1. Manajer investasi berkewajiban unutk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus.

2. Bank kustodian berkewajiban menyimpan, menjaga, dan mengawasi dana pemodal dan menghitung nilai bersih per unit penyertaan dalam reksadana syariah untuk setiap hari bursa.

88

Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

3. Atas pemberian jasa dalam pengelolaan investasi dan penyimpanan dana kolektif tersebut, manajer investasi dan bank kustodian berhak memperoleh imbal jasa yang dihitung atas persentase tertentu dari NAB reksadana syariah. 4. Dalam hal manajer investasi dan/atau bank kustodian tidak melaksanankan

amanat dari pemodal sesuai dengan mandat yang diberikan atau manajer investasi dan/atau bank kustodian dianggap lalai (gross negligence/trafrith), maka manajer investasi dan/atau bank kustodian bertanggungjawab atas risiko yang ditimbulkan tersebut.

Manajer investasi dan Bank kustodian merupakan pihak yang sangat bertanggungjawab dalam pengelolaan dana dari masyarakat yang diinvestasikan melalui reksadana syariah. Keduanya dibebani tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan, yaitu:

1. Tugas dan Kewajiban Manajer investasi

a. Mengelola portofolio investasi sesuai dengan kebijakan investasi yang tercantum dalam kontrak dan prospektus.

b. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua dana para calon pemegang unit penyertaan disampaikan kepada bank kustodian selambat – lambatnya pada akhir dana unit penyertaan,

c. Melakukan pengembalian dana unit penyertaan, dan

d. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan reksadana sebagaimana ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

2. Tugas dan Kewajiban Bank Kustodian

Bank kustodian sebagai pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, dan hak – hak lain, menyelesaikan transkasi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasbahnya. Bank kustodian memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:89

a. Memberikan pelayanan penitipan kolektif sehubungan dengan kekayaan reksadana.

b. Menghitung NAB dari unit penyertaan setiap hari bursa.

c. Membayar biaya – biaya yang berkaitan dengan reksadana atas perintah manajer investasi.

d. Menyimapan catatan secara terpisah yang menunujukkan semua perubahan dalam jumalah unit penyertaan, serta nama, kewargaanegaraan, alamat dan identitas lainnya dari para pemodal.

e. Mengurus penerbitan dan perusahaan dari unit penyertaan sesuai dengan kontrak.

f. Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemodal.

C. Penerapan Prinsip Syariah dalam Pengelolaan Reksadana Syariah

Pandangan syariah tentang reksadana syariah ini dapat dilihat pada hasil lokakarya Alim Ulama Indonesia tentang reksadana syariah yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Bank Muamalah Indonesia

89

pada tanggal 24 – 25 Rabiul Awwal 1417 H/29 – 30 Juli 1997 M di Jakarta. Dalam lokakarya ini telah diambil kesimpulan tentang pandangan hukum Islam terhadap reksadana syariah.90

Salah satu produk yang tengah berkembang saat ini di Indonesia adalah reksadana yang di luar negeri dikenal dengan unit trust atau mutual fund. Reksadana adalah sebuah wadah di mana masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya (manajer investasi) dana itu diinvestasikan ke portofolio efek. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif dan kemampuan menanggung risiko yang sedikit.

Dalam lokakarya ulama tentang reksadana syariah ini berintikan bahwa menghadapi globalisasi pada abad ke-21 umat Islam dihadapkan pada realita dunia yang serba cepat dan canggih. Tidak terkecuali di dalamnya masalah ekonomi dan keuangan. Produk – produk baru dikembangkan untuk menarik dana dari masyarakat. Namun bagi umat Islam, produk – produk tersebut perlu dicermati, karena dikembangkan dari jasa keuangan konvensional yang netral terhadap nilai dan ajaran agama.

91

Reksadana memiliki andil yang amat besar dalam perekonomian nasional kerena dapat memobiliasasi dana untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaan – perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta. Di sisi lain,

90

Heri Sudarsono, Op. Cit., hal. 215.

91

reksadana memberikan keuntungan kepada masyarakat berupa keamanan dan keuntungan materi yang meningkatkan kesejahteraan material.92

Dalam hukum ekonomi Islam terdapat beberapa prinsip muamalah mubah atau jaiz yang menjelaskan bahwa segala sesuatu di perbolehkan selama tidak secara tegas dilarang oleh Al-Qur’an dan sunnah.

Namun, bagi umat Islam reksadana merupakan hal yang perlu diteliti, karena masih mengandung hal – hal yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Misalnya investasi reksadana pada produk yang diharamkan Islam, seperti minuman keras, judi, pornografi, dan jasa keuangan non syariah. Di samping, itu mekanisme transaksi antara investor dengan reksadana, dan emiten (pemilik perusahaan) harus diklarifikasi menurut hukum Islam.

93

Pada dasarnya, hukum ekonomi Islam juga mengatur tentang urgensi kontrak sebagai dasar dari transaksi bisnis khususnya dalam hal pembentukan reksadana syaraiah. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an yang Dasar trnsaksi yang mendasari pembentukan reksadana syariah pertama kali adalah adanya kontrak. Kontrak terjadi anatara investor selaku pemilik dana dengan manajer investasi selaku pengelola dana. Dalam hal reksadana syariah tersebut berbentuk perseroan maka kontrak juga dilakaukan antara pihak direksi dana manajer investasi sebagai pihak pengelola dan bank kustodian sebagai pihak penyimpan kekayaan milik reksadana syariah. Lain halnya dengan reksadana syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang pembentukannya hanya didasarkan pada adanya kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.

92

Ibid.

93

menjelaskan bahwa “Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad – akad itu” (QS.5:1).

Untuk menjelaskan urgensi kontrak sebagai pedoman dalam melakukan transaski atau akad maka dalam HR Dawud, Ibn Majah, dan Tirmidzi dari Amr bin ‘Auf dijelaskan bahwa “Orang – orang islam wajib memenuhi syarat – syarat yang mereka sepakati, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.94

Sebagai suatu lembaga trust maka hubungan yang terdapat dalam reksadana syariah merupakan hubungan kepercayaan (fiducuary realtion) dan hubungan kehati – hatian (pridential realtion). Unsur utama dari reksadana syariah sebagai lembaga turst adalah adanya pelimpahan kepercayaan dari investor kepada pihak manajer investasi dan bank kustodian. Bentuk dari pelimpahan kepercayaan tersebut adalah adanya pemberian kuasa untuk mengelola dan menyimpan dana milik investor dengan didasarkan pada itikad baik. Terkait dengan kapasitasnya sebagai wakil dari investor maka manajer investasi ditunut untuk dapat melaksanakan kegiatan pengelolaannya secara optimal dan tidak menyimpang dari nilai – nilai syariah serta harus berpedoman pada prinsip kehati – hatian (prudential principle). Adapun dalam hukum ekonomi Islam, konsep perwakilan yang terdapat dalam reksadana syariah tersebut dikenal dengan prinsip al-wakalah.95

Oleh karena itu, sebagai wakil dari pihak investor, segala perbuatan yang dilakukan oleh manajer investasi dan bank kustodian hanya terbatas pada hal – hal

94

Ibid., hal. 52.

95

yang dikuasakan saja. Dalam perspektif hukum ekonomi Islam maka eksistensi reksadana syariah dalam kapsitasnya sebagai lembaga dapat dipersamakan dengan prinsip mudharabah.96

Reksadana syariah akan bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) yang berkewajiban untuk melakukan pengelolaan atas dana milik para investor. Pengelolaan tersebut dilakukan dalam bentuk menempatkan kembali dana (investment) milik para investor dalam berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan nilai – nilai syariah, yaitu instrumen investasi yang di dalamnya mengandung unsur yang dilarang dalam Islam berupa riba, haram, perjudian (maisyir), dan unsur ketidak pastian (gharar). Dengan didasarkan pada pola hubungan yang demikian tersebut, maka prinsip mudharabah yang diaplikasikan dalam reksadana syariah sering disebut dengan mudharabah bertingakt. Hal ini dikarenakan pada alasan bahwa reksadana syariah bukan merupakan mudharib yang hanya melakukan investasi kembali dana milik para investor dalam sektor riil saja.97

D. Bentuk Pelaksanaan Perjanjian (Akad) dalam Mekanisme Investasi Reksadana Syariah

Ada beberapa istilah yang sering dipakai sebagai rujukan di samping “Hukum perjanjian” untuk menggambarkan ketentuan hukum yang mengatur transaksi dalam masyarakat. Ada yang menggunakan istilah “Hukum Perutangan”, “Hukum Perikatan” ataupun “Hukum Kontrak”. Masing – masing istilah tersebut memiliki titik tekan yang berbeda satu denagn yang lainnya.

96

Ibid., hal. 53.

97

Istilah Hukum Perutangan biasanya diambil karena suatu transaksi mengakibatkan adanya konsekuensi yang berupa suatu peristiwa tunut – menuntut.98 Hukum perjanjian digunakan apabila melihat bentuk nyata dari adanya transakasi. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana seorang berjanji untuk melaksanakan suatu hal.99

Hukum Perikatan Islam merupakan salah satu sumber dari hukum nasional di bidang perikatan, di samping Hukum Perikatan Adat dan Hukum Perikatan menurut KUHPerdata. Walaupun secara formal yuridis hingga saat ini belum ada pengaturan tersendiri tentang Hukum Perikatan Islam di Indonesia, namun berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang – Undang Dasar 1945, umat Islam dapat menjalankan ketentuan perikatan atas dasar keyakinan agama mereka. Dalam tata urutan peraturan perundang – undangan nasional sudah tampak pasal – pasal undang – undang yang mengatur tentang berlakunya Hukum Perikatan Islam, seperti Pasal 1 butir 13 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Apabila pengaturan hukum tersebut mengenai perjanjian dalam bentuk tertulis, orang juga sering menyebutnya sebagai Hukum Kontrak. Sedangkan digunakanya Hukum Perikatan untuk menggambarkan bentuk abstrak dari terjadinya keterikatan para pihak yang mengadakan transaksi tersebut, yang tidak hanya timbul dari adanya perjanjian antara pihak, namun juga dari ketentuan yang berlaku di luar perjanjian tersebut yang menyebabkan terikatnya para pihak untuk melaksanakan tindakan hukum tertentu.

98

Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), hal. 1.

99

Setidaknya ada 2 (dua) istilah dalam Al Qur’an yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.100 Menurut Fathurrahman Djamil, istilah al-aqdu ini dapat disamakan dengan istilah

verbintenis dalam KUHPerdata.101 Sedangkan istilah al-ahdu dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain.102

Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) memberikan defenisi akad sebagai pertalian antara ijab dan kabul yang dibenarkan oleh syariat yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.

103

1. Antara Pemodal dengan Manajer Investasi dengan Manajer Investasi Dilakukan dengan Sisitem Wakalah.

Dalam reksadana berdasarkan prinsip syariah ini terkait dengan pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi terdiri atas 2 (dua) macam perbuatan hukum berupa perjanjian, yaitu:

Pada dasarnya wakalah memiliki makna yang berupa penyerahan sesuatu pekerjaan, pendelegasian atau pemberian mandat dari seseorang kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud. Selain itu, konsep wakalah juga dapat

100 Ibid., hal. 45. 101 Ibid. 102 Ibid. 103 Ibid., hal. 45-46.

didefenisikan sebagai suatu permohonan seseorang kepada orang lain untuk menggantikan dirinya dalam suatu urusan atau perbuatan seperti, menjual, membeli, dana lian – lain. 104

Akad wakalah yang dipakai dalam kontrak antara pihak investor dengan manajer investasi pada intinya adalah perjanjian pemberian kuasa kepada manajer investasi untuk melaksanakan pengelolaan dana yang telah dipercayakan olehnya, dengan harapan pihak investor akan mendapatkan keuntungan dari dana yang diinvestasikannya. Dengan demikian investor berperan sebagai sahihbul maal, sedangkan manajer investasi berperan sebagi mudharibnya.105

a. Ketentuan tentang wakalah

Wakalah atau perjanjian pemberian kuasa diatur dalam fatwa DSN-MUI

No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah. Secara detil ketentuan mengenai

wakalah sebagai brikut:

1) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

2) Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan

secara sepihak.

b. Rukun dan Syarat wakalah

1) Syarat – syarat muwakkil (yang mewakilkan),adalah:

a) Harus seorang pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuai yang ia wakilkan.

104

Abdul Ghofur Anshori, Lot. Cit., hal. 53

105

b) Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas – batas tertentu, yakni dal hal – hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

2) Syarat – syarat wakil (yang mewakili) a) Cakap hukum,

b) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, c) Wakil adalah orang yang diberi amanat.

3) Hal – hal yang diwakilkan

a) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, b) Tidak bertentangan dengan syariah Islam,

c) Dapat diwakilkan menurut syariah islam.

c. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Dalam peraturan Nomor IX.A.14 disebutkan bahwa akad wakalah adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang memberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa pada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.106

106

Angka 1 huruf d Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad – akad yang Digunakan dalam Pnerbitan Efek Syariah di Pasar Modal, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Ketua Bapepam Dan LK Nomor Kep- 131/BL/2006 tanggal 23 November 2006.

Akad wakalah yang digunakan sebagai dasar dalam penerbitan efek syariah di pasar modal harus memenuhi ketentuan – ketentuan sebagai berikut:

a. Persyaratan pihak yang dapat menjadi pemberi kuasa (muwakkil) dan yang penerima kuasa.

Pihak yang memberi kuasa (muwakkil) dan pihak yang menerima kuasa (wakil) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah Islam maupun peraturan perundang – undangan yang berlaku.

b. Kewajiban pihak yang memberi kuasa (muwakkil) dan pihak yang menerima kuasa (wakil) dalam wakalah.

1) Kewajiban pihak yang memberi kuasa (muwakkil) adalah sebagai berikut: a) Memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap hal

– hal yang boleh dikuasakan;

b) Menyatakan secara tertulis bahwa pihak yang memberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakil) untuk melakukan perbuatan hukum tertentu (pernyataan ijab)

2) Kewajiban pihak yang menerima kuasa (wakil) adalah sebagai berikut: a) Memiliki kemampuan untuk melasanakan perbuatan hukum yang

dikuasakan kepadanya,

b) Melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan kepadanya serta dilarang memberi kuasa kepada pihak lain kecuali atas persetujuan pihak yang memberi kuasa (muwakkil), dan

c) Menyatakan secara tertulis bahwa pihak yang menerima kuasa (wakil) menerima kuasa dari pihak yang memberi kuasa (muwakkil) untuk melakukan perbuatan hukum tertentu (pernyataan qabul).

3) Persyaratan objek wakalah

Objek wakalah adalah perbuatan hukum yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Diketahui dengan jelas jenis perbuatan hukum yang dikuasakan serta cara melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan tersebut,

b) Tidak bertentangan dengan syariah Islam, c) Dapat dikuasakan menurut syariah Islam. 4) Ketentuan lain yang dapat diatur dalam wakalah

Selain wajib memenuhi ketentuan pada angka 5 peraturan ini, dalam

wakalah dapat disepakti antara lain hal – hal sebagai berikut :

a) Para pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan perbuatan hukum yang dikuasakan. Dalam hal para pihak menyepakati adanya imbalan (fee), maka wakalah tersebut bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

b) Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara para pihak dalam kafalah, dan

c) Jangka waktu pemberian kuasa.

2. Antara Manajer Investasi dan Pengguna Investasi Dilakukan dengan Sisitem Mudharabah

Mudharabah merupakan kontrak yang melibatkan antara dua keompok,

yaitu pemilik modal (investor) yang mempercayakan modalnya kepada pengelola (mudharib) untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan. Mudharib dalam hal ini memberikan kontibusi pekerjaan, waktu, dan mengelola usahanya sesuai dengan ketentuan yang dicapai dalam kontrak. Salah satunya adalah untuk

mencapai keuntungan (profit) yang dibagi antara pihak investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disetujui bersama. Namaun apabila terjadi kerugian yang menanggung adalah pihak investor.107

Secara teknis mudharabah adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang menyediakan dana (sahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelolaan (mudharib) berjanji untuk mengelola tersebut.108 Perlu diketahui bahwa modal yang diberikan oleh shahib al-mal adalah 100 % (seratur persen), sementara dari pihak pengelola hanya memasukkan tenaga dan keahlian yang dimilikinya.109

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak sebesar nisbah yang disepakati di awal, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut akan akibat kelalaian yang dilakukan oleh pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 110

Adapun akad yang dibuat antara manajer investasi dan pengguna investasi dengan sistem mudharabah mempunyai karakteristik – karakteristik sebagai berikut:111

a. Pembagian keuntungan antara pemodal (shahibul maal) yang diwakili oleh manajer investasi dan pengguna invstasi berdasarkan pada proporsi yang telah

107

Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal.28.

108 Ibid., hal. 53. 109 Ibid. 110 Ibid., hal. 55. 111

Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

disepakati kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal.

b. Pemodal hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan.

c. Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross

negligence/tafrith)

Kemudian sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pihak manajer investasi dengan pihak pengguna investasi melakukan hubungan hukum dengan membuat perjanjian/akad berdasarkan prinsip mudaharabah. Adapun ketentuan dan tata cara pembuatan akad mudaharabh dalam transaksi efek yang berlangsung di pasar modal adalah sebagai berikut:112

a. Persyaratan pihak yang dapat menjadi shahib al-mal dan mudharib

Pihak yang dapat menjadi shahib al-mal dan mudharib wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah Islam maupun peraturan perundangan – undangan yang berlaku. b. Hak dan Kewajiban shahib al-mal dan mudharib

1) Hak dan kewajiban shahib al-mal adalah:

a) Menerima bagian laba tertentu sesuai yang disepakati dalam

mudharabah,

b) Meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga yang dapat digunakan apabila mudharib melakukan pelanggaran atas akad

mudharabah. Jaminan tersebut dapat berupa jaminan kebendaan dan

112

Angka 4 Peraturan Nomor IX.A. 14: Penerbit Efek Syariah, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Ketua Bapepam Dan LK Nomor Kep- 131/BL/2006 tanggal 23 November 2006.

atau jaminan umum, seperti jaminan perusahaan (corporate guarantee) dan jaminan pribadi (personal guarantee),

c) Mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh

mudharib,

d) Menyediakan seluruh modal yang disepakati,

e) Menanggung seluruh kerugian usaha yang tidak diakibatkan olek kelalaian, kesengajaan dan atau pelanggaran mudharib atas

mudharabah ,

f) Menyatakan secara tertulis bahwa shahib al-mal menyerahakan modal kepada mudharib untuk dikelola oleh mudahrib sesuai dengan kesepakatan (pernyataan ijab).

2) Hak dan Kewajiban mudharib adalah:

a) Menerima bagian laba tertentu sesuai yang disepakati dalam

mudharabah,

b) Mengelola kegiatan usaha untuk tercapainya tujuan mudharabah tanpa campur tangan shahib al-mal,

c) Mengelola modal yang telah diterima dari shahib al-mal sesuai dengan kesepakatan, dan memperhatikan syariah Islam serta kebiasaan yang

Dokumen terkait