• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: PENGGUNAAN HAK ATAS TANAH LAHAN PERKANTORAN

B. Hak Kepemilikan atas Tanah

Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat, dan terpenuh yanga dapat dimiliki seseorang atas tana. Turun menurun dalam hal ini, mempunyai arti bahwa hak milik tidak hanya berlangsung selama hidupnya orang yang mempunyai untuk pertama kali atas tanah tersebut, tetapi dapat dilanjutkan atau diwariskan kepada ahli waris apabila pemilik yang sebelumnya meninggal dunia. Terkuat dalam hal ini, hak milik atas tanah tidak dibatasi oleh waktu. Sampai kapan pun hak tersebut dapat dimiliki oleh seseorang. Juga dapat dikatakan terkuat karena hak milik atas tanah tersebut dapat dibuktikan dengan adanya tanda bukti hak, yang sekarang ini

51 Ibid, hlm 36 52 Ibid 53 Ibid

lazim disebut dengan sertifikat tanah. Terpenuh dalam hal ini, mempunyai arti sebagai berikut:54

1. Hak milik memberikan kekuasaan penuh kepada pemiliknya untuk mempergunakan tanah sesuai dengan kehendak. Jadi, dalam hal ini, tanah tersebut dapat diperjualbelikan, disewakan dan lain-lain tanpa ada pihak yang bisa menggugat.

2. Hak milik atas tanah bisa digadaikan

3. Hak milik atas tanah bisa diperjualbelikan, dihibahkan atau diwasiatkan dan dapat pula saling dipertukarkan

4. Hak milik dapat dilepaskan secara sukarela 5. Hak milik dapat diwakafkan

Pengertian dengan hak milik dapat pula diartikan hak yang dapat diwariskan secara turun temurun secara terus menerus dengan tidak harus memohon haknya kembali apabila terjadi perpindahan hak. Hak milik diartikan hak yang terkuat di antara sekian hak-hak yang ada, dalam pasal 570 KUHPerdata, hak milik ini dirumuskan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu, dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkan dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuannya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan Undang-undang dan pembayaran ganti rugi.55

54

Nurwidiatmo, Hak-hak Atas Tanah, Cetakan pertama, (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1996), hlm 4-9

55

Hak milik seseorang atas tanah, dapat meliputi sebidang atau beberapa bidang tanah. Berbagai bidang tanah yang masing-masing mempunyai milik tersendiri, dalam wujudnya pada pokoknya tidak berbeda satu dari yang lain. Semua merupakan bagian dari segala tanah dalam suatu benua atau suatu pulau. Perbedaan hanya terletak pada luas atau ciutnya masing-masing bidang tanah itu.56

Hak milik adalah hak yang “terkuat dan terpenuhi” yang dapat dipunyai orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti bahwa hak itu merupakan hak “mutlak”, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat sebagai hak eigendom menurut pengertian-pengertian yang asli dulu. Sifat yang demikian akan terang bertentangan dengan sifat hukum adat dan fungsi sosial dari tiap-tiap hak. Kata- kata “terkuat dan terpenuhi” itu bermaksud untuk membedakan dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan lain-lain, yaitu untuk menunjukkan, bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang hak miliklah yang terpaling kuat dan terpenuhi.57

Hak atas tanah merupakan hak untuk menguasai tanah yang diberikan kepada perorangan, kelompok atau badan hukum. Hak milik biasanya diperolehnya karena warisan (turun temurun) atau dari jual beli atas dasar kepercayaan, tanpa ada bukti dokumen/tertulis. Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dimilik orang atas tanah. Hak milik merupakan hak terkuat, terutama dalam hal mempertahankan hak atas tanahnya. Hak milik dapat beraliah dan dialihkan kepada orang lain dan hanya boleh dimiliki oleh warga negara Indonesia. Sementara itu, warga negara asing berhak

56

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, Cetakan kelima, (Jakarta: Penerbit PT Intermasa, 1986), hlm 23

57

memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta karena perkawinan. Bagi warga negara Indonesia yang sebelumnya memiliki hak milik, kemudian kehilangan kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak tersebut dalam kurun waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau sejak hilangnya kewarganegaraannya itu. Jiak sesudah jangka waktu tersebut lewat dari hak milik tidak dilepaskan maka hak tersebut secara otomatis terhapus karena hukum dan tanahnya menjadi milik negara dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.58

Masalah kepemilikan tanah erat kaitannya dengan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi masyarakat. Dalam hal ini UUPA yang merupakan hukum dasar pertanahan, mengatur masalah pokok keagrariaan Indonesia secara garis besar. 59

Dahulu hak milik dalam pengertian hukum barat adalah sesuatu yang bersifat mutlak. Hal ini sesuai dengan paham yang mereka anut yaitu individualisme, dimana kepentingan terhadap miliknya adakah segala-segala

Tanah dengan kedudukan hak milik sudah sejak dulu dikenal oleh masyarakat sehingga bukan merupakan suatu hal yang baru/asing di Indonesia. Landasan ideal dari hak milik ini adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi, secara yuridis formal, hak perseorangan terhadap sesuatu itu memang ada dan diakui oleh negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA.

58

Supriyadi Amir, Sukses Membeli Tanah tanpa Modal sebagai investasi paling aman dan

menguntungkan, Cetakan 1, (Jakarta: Penerbit Laskar Aksara, 2013), hlm 111-112 59

sehingga yang namanya hak milik tadi tidak dapat diganggu gugat. Akibat adanya ketentuan yang demikian, maka pemerintah pun tidak dapat bertindak banyak terhadap hal milik seseorang meskipun hal itu perlu untuk kepentingan umum.

Hak milik dapat pula diartikan hak yang dapat diwariskan secara turun- menurun, terus-menerus dengan tidak harus memohonkan haknya kembali apabila terjadi perpindahan hak. Dalam pengertian sekarang, hak milik atas tanah yang tercantum dalam pasal 20 ayat (1) UUPA adalah sebagai berikut :”hak milik adalah hak yang turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.”60

Dengan demikian pemilikan atas tanah telah memberikan manfaat dan kegunaan dalam berbagai aspek kehidupan kepada pemiliknya, baik dalam aspek ekonomi, aspek sosial, termasuk dalam hubungannya dengan pembangunan. Dari aspek ekonomi, tentunya tanah dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, perkantoran sebagai tempat usaha, dapat dijadikan agunan (hak tanggungan),

Hak milik sangat penting bagi manusia untuk dapat melaksanakan di dunia. Semakin tinggi nilai hak milik atas suatu benda, semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan terhadap benda tersebut. Tanah adalah salah satu milik yang sangat berharga bagi umat manusia, demikian pula untuk bangsa Indonesia. Hak milik tidak terbatas jangka waktunya. Dalam UUPA hak milik atas tanah bersifa t turun- menurun. Artinya si pemilik tanah dapat mewariskan tanah tersebut kepada keturunannya tanpa batas waktu dan tanpa batas generai. Kalau hal itu terjadi dengan orang asing, konsekuensinya ialah orang asing tersebut bisa mendominasi suatu negara melalui pemilikan dalam bidang pertanahan.

60

disewakan/dikontrakkan dan sebagainya. Dalam aspek sosial tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan untuk kepentingan kegiatan keagamaan dan sejenisnya.

Pelepasan hak milik ata tanah sering menimbulkan problem yang rumit, yang diduga dan bahkan tidak selalu disadari oleh para pihak yang menerimanya. Bagi pemilik tanah yang areal tanahnya masih cukup luas tentu tidak menimbulkan banyak masalah. Akan tetapi, bagi para pemilik tanah yang tanahnya hanya cukup untuk diolah sebagai sumber nafkah dan tempat tinggal pasti mengakibatkan problem sosial.61

Padahal kenyataannya pemilik modal atau pengusaha hampir selalu mengusahakan pelepasan hak milik atas tanah dari pemilikannya pemilik ke pengusaha, tanpa alasan hukum yang pasti mengapa harus demikian.

62

Dokumen terkait