• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERJANJIAN PEMBORONGAN

D. Pihak-pihak dalam Perjanjian Pemborongan

Perjanjian Pemborongan merupakan dokumen yang memuat tentang ketentuan-ketentuan pelaksanaan perjanjian pemborongan yang telah disepakati oleh masing-masing pihak sebagai subyek dari perjanjian pemborongan.

Pihak-pihak yang dimaksud terdiri dari pihak-pihak yang terikat langsung dengan perjanjian pemborongan dan pihak yang terkait karena hanya perjanjian pemborongan tersebut.

Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah sebagai berikut :

1. Pihak Yang Memborongkan Pekerjaan / Pronsipal / Bowher/ Pemberi Tugas dan sebagainya.

2. PihakYangMemborongkan Pekerjaan / Pemborong/ Kontraktor / Rekanan/ Aannemer / pelaksana / penyedia jasa dan sebaginya.

3. Pihak Perencana / Arsitek / Konsultan Perencana. 4. Pihak Pengawas / Direksi / Konsultan Pengawas.

Ad . 1. Pihak Yang memborongkan Pekerjaan / Pronsipal /Bowher/Pemberi Tugas dan sebagainya.

Dalam perjanjian pemborongan, yang memborongkan dapat berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah mupun swasta.

Untuk proyek-proyek pemerintah, sebagai pihak yang memborongkan adalah Departemen atau lembaga pemegang mata anggaran. Yang memborongkan yang mempunyai rencana / prakarsa memborongkan proyek sesuai dengan Surat

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

Perjanjian Pemborongan / Kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat-syarat.

Bagi proyek-proyek pemerintah yang ditunjuk sebagai pimpinan proyek (Pimpro) di atur sebagai berikut :

1. Bagi proyek-proyek yang dibiayai APBN, sebagai Pimpro adalah pejabat yang ditetapkan oleh Menteri / Ketua departemen atau lembaga pemegang mata anggaran (PMA) untuk memimpin proyek dan mencatumkan namanya dalam Daftar Isian Proyek (DIP).

2. Bagi proyek-proyek yang dibiayai APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai Pimpro adalah pejabat yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I atau usul kepala instansi melalui Biro Pembangunan dan dicantumkan dalam Daftar Isian Proyek daerah (DIPDA).

3. Bagi proyek-proyek khusus dan strategis, sebagai Pimpro adalah pejabat Eselon II, Eselon III atau Kepala Instansi sebagai penanggung jawab program atas izin penunujukan Kepala Daerah.

Dalam pembangunan bangunan gedung Negara, maka sebagai Pimpro ditetapkan sebagai berikut :

1. Pembangunan gedung Negara di lingkungan Departemen Pekerjaan umum sebagai Pimpro adalah dari lingkungan pekerjaan umum sendiri.

2. Pembangunan bangunan gedung Negara yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum, sebagai Pimpro dari Departemen Pekerjaan Umum.

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

3. Pembangunan bangunan gedung Negara yang pelaksanaannya diberikan bantuan teknis oleh Departemen Pekerjaan Umum, sebagai Pimpro adalah dari lingkungan Instansi Pemegang Mata Anggaran dibantu Tenaga Pengelola Teknis dari Departemen Pekerjaan Umum.

Pimpinan Proyek (PIMPRO) dalam melaksanakan proyek dibantu oleh Tim / Kepanitiaan :

- Tim Bimbingan Pelaksanaan Kegiatan (TBPK) - Untuk pelaksanaan Pengadaan Jasa konsultasi :

a. Panitia pengadaan Rekanan Bidang jasa Konsultasi. b. Panitia Sayembara.

- Untuk pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultasi : Panitia Pengadaan Rekanan Bidang Pemborongan / Konstruksi.

- Untuk Pelaksanaan pembelian / Pengadaan barang. a. Panitia Pembelian / Pengadaan barang b. Panitia Pemeriksa / Penerima barang.

Ad.2. Pihak yang Memborong pekerjaan / Pemborong / Kontraktor / Rekanan / Aanemer / Pelaksana / Penyedia Jasa dan sebagainya

Pihak yang Memborong Pekerjaan / Pemborong / Kontraktor / Rekanan / Aanemer / Pelaksana / Penyedia Jasa dan sebagainya adalah perusahaan-perusahaan yang bersifat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan ( Dewan Teknis Pembangunan Indonesia ). Apabila Perjanjian Pemborongan dimaksud tentang

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

Jasa kontruksi maka harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor:18 Tahun 1999 tentang Jasa kontruksi.

Pemborong biasanya perorangan maupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta. Bagi proyek-proyek pemerintah, pemborong harus berbadan hukum.

Pemborong yang melaksanakan kegiatan di bidang usaha jasa kontruksi diwajibkan untuk memperoleh izin Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang ditunjuk (Kepmen PU No. 139/KPTS/1988 tentang Pelaksanaan Ketentuan Izin Usaha Konstruksi). Izin tersebut dinamakan Surat izin Usaha jasa Kontruksi (SIUJK).

Keppres No 80 tahun 2003 juga mengamanatkan bahwa disamping telah memiliki SIUJK, maka bagi perusahaan pemborongan yang bergerak daam pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, BUMN dan BUMD, maka perusahaan tersebut juga diwajibkan mengikuti proses sertifikasi dan aktreditasi dahulu prakualifikasi untuk menentukan kualifikasi dan klasifikasi sub bidang perusahaan. Sertifikasi tersebut diselenggarakan oleh asosiasi-asosiasi perusahaan jasa kontruksi, seperti ARDIN, GAPEKNAS dan lain sebagainya, dengan syarat bahwa asosiasi tersebut telah diakreditasi oleh Lembaga Perusahaaan Jasa Kontruksi.

Hubungan hukum antara yang membrongkan dengan pemborong, diatur sebagai berikut :

1. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

2. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemboronganya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akata dibawah tangan, Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian Kerja / Kontrak.

3. Apabila yang memborongkan maupumn pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan, Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian pemborongan / Kontrak.

Ad.3. Pihak Perencana / Arsitek / Konsultan Perencana

Perencana menurut Keputusan Dirjen Cipta Karya No. 1023/KPTS/CK/1992 adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melaksankan tugas konsultasi dalam bidang perencana lingkungan, perencana karya beserta kelengkapannya.

Perencana / Arsitek / Konsultan Perencana / Ahli dapat berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta, yang memperoleh izin dari Menteri Pekerjaan Umum / Pejabt yang ditunjuk, diaman izin tersebut disebut Surat Izin Usaha Jasa Konsultan (SIUJK).

Adapun tugas Perencana / Konsultan Perencana anatara lain sebagai berikut :

1. Membuat skema pemikira awal / tahap konsultan. 2. Membuat perencanaan :

a. Gambar-gambar sketsa dalam skala kecil pandangan-pandangan; b. tugas pengumpulan data lapangan lingkungan;

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

c. penyelidikan keadaan tanah diatasnya maupun didalamnya dengan alat sondear;

d. menyusun usulan kerja, uraian maksud dan tujuan perencanaan, uraian tentang persyaratan setempat;

e. penyusunan surat-surat izin yang diperlukan; f. membuat rencana pelaksanaan;

g. perencanaan gambar-ganbar bestek;

h. penjelasan rencana dan perhitungan-perhitungan struktur listrik, perpiaan, komunikasi dan sebagainya;

i. membuat gambar detail lengkap;

j. membuat bestek, berupa rencna kerja dan syarat-syarat (RKS); k. penysunan anggaran biaya;

l. penjelasan pelelangan penyusunan pencana pengawasan berkala.

Hubungan hukum antara yang memborngakan dengan Perencana / Konsultan perencana di atur sebagai berikut :

1. Apabila yang memborongkan maupun perencana kedua pihak pemerintah maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan;

2. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangan perencana pihak swasta, maka hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan jasa dimana dalam praktek dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan; 3. Apabila yang memborongkan maupun perencana maupun keduanya pihak

Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero), 2008.

USU Repository © 2009

1601 KUHPerdata) yang dalam pratek dituangkan dalam Surat Perjanjian Pekerjaan Perencanaan.

Ad.4. Pihak Pengawas / Direksi / Konsultan Pengawas

Sebagai Konsultan Pengawas, dapat ditunjuk juga dari Konsultan Perencana atau Konsultan lain baik pemerintah maupun swasta. Tugas konsultan pengawas atas tahap-tahap pekerjaan, dalam hal in konsultan pengawas sebagai pemandu antara bestek, pelaksanaan pekerjaan dan syarat-syarat teknis yang ada. Konsultan pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi seluruh kegiatan pekerjaan, mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan, pelaksanaan serta penilaiana akhir atas hasil peketrjaan sebelim penyerahan.

Perjanjian pemberi kuasa antara yang memborongkan denagn pengawas / direksi / konsultan pengawas didalam praktek disebut dengan surat perjanjian pekerjaan pengawasan. Kedudukan pengawas / direksi ./ konsultan pengawas terhadap yang memborongakan , yang dikenal dengan “Hak Substitusi” yaitu hak dari si kuasa untuk menguasakan lebih lanjut kepada orang lain.22

Sebelum mengadakan perjanjian, biasanya terlebih dahulu para pihak mengadakan negosiasi. Pada tahap negosiasi inilah materi dari perjanjian dibicarakan para pihak, khusus mengenai perjanjian pemborongan yang diadakan pihak yang memberikan pekerjaan.

Dokumen terkait