BAB II PERKEMBANGAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Dan Konsumen Dalam Transaksi
Hak dan kewajiban dalam jual beli menurut hukum Perdata adalah sebagai berikut:
a. Hak Penjual
Hak penjual dalam pelaksanaan perjanjian jual beli melalui jasa perantara ini adalah menerima pembayaran dari harga yang telah disepakati oleh pembeli dari barang yang ia jual. Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat yang ditetapkan dalam persetujuan, hal tersebut merupakan hak yang harus diterima oleh penjual seperti pada umumnya.69
67Resa Raditio, Aspek hukum Transaksi Elektronik, (Jakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 8.
68 Indonesia (KUH Perdata), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1338
69 Lihat Indonesia, KUH Perdata, Op.Cit., Pasal 1513 KUHPerdata
Kemudian jika pembeli tidak membayar harga pembelian, maka penjual dapat
menuntut pembatalan jual beli sesuai dengan pasal 1266-1267 KUH Perdata.70
b. Kewajiban penjual
Pembatalan jual beli dapat dilakukan oleh penjual jika pembeli tidak ada itikad baik melakukan pembayaran.
Berdasarkan KUH Perdata antara penjual dan pembeli memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Umumnya dalam hal jual beli, pihak penjual mempunyai kedudukan lebih kuat dibanding dengan kedudukan pembeli yang lebih lemah.
Kewajiban penjual terdiri atas dua:71
1) Kewajiban penjual untuk menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli 2) Kewajiban penjual untuk menanggung atau menjamin (vrijwaring) atas
barang yang dijual.
Penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan barang yang dijual secara aman dan tentram, kedua tidak adanya cacat yang tersembunyi pada barang tersebut atau yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan alasan untuk pembatalan pembelian yang dikarenakan penjual tidak memenuhi prestasi yang telah diperjanjikan sebelumnya dalam pelaksanaan jual beli melalui perantara.72
c. Hak Pembeli
Hak pembeli dalam pelaksanaan perjanjian jual beli:73 1) Hak menerima barang
70Ibid, Pasal 1517
71Ibid, Pasal 1474
72Ibid, Pasal 1491
73Ibid, Pasal 1481
Pembeli memiliki hak untuk menerima barang setelah terjadi transaksi penjualan, sesuai dengan pasal 1481 KUH Perdata yang berbunyi ”Barang yang bersangkutan harus diserahkan dalam keadaaan seperti pada waktu penjualan, Sejak saat penyerahan, segala hasilmenjadi kepunyaan pembeli”.
Penyerahan barang dalam jual beli, merupakan tindakan pemindahan barang yang dijual ke dalam kekuasaan dan pemilikan pembeli. Jika pada penyerahan barang diperlukan penyerahan secara yuridis disamping penyerahan nyatanya, agar pemilikan pembeli menjadi sempurna, pembeli harus menyelesaikan penyerahan tersebuat sesuai dengan Pasal 1475 KUH Perdata.
2) Hak Menunda Pembayaran
Hak menangguh/menunda pembayaran terjadi sebagai akibat gangguan yang dialami oleh pembeli atas barang yang dibelinya. Gangguan itu berupa gugatan/tuntutan berupa hak hipotik pihak ketiga yang masih melekat pada barang. Hak menunda pembayaran ini terjadi pada benda tidak bergerak misalnya pada pelaksanaan jual beli tanah. Seperti pada pasal 1516 KUH Perdata menyebutkan “Jika dalam menguasai barang itu pembeli diganggu oleh suatu tuntutan hukum yang didasarkan hipotek atau suatu tuntutan untuk memperoleh kembali barang tersebut,atau jika pembeli mempunyai suatu alasan yang patut untuk diganggu dalam penguasaannya. Maka ia dapat menangguhkan pembayaran harga pembelian sampai penjual menghentikan gangguan tersebut, kecuali jika
penjual memilih memberikan jaminan atau jika telah diperjanjikan bahwa pembeli wajib membayar tanpa mendapat jaminan atas segala gangguan.”
d. Kewajiban Pembeli
Setiap perjanjian jual beli akan menimbulkan kewajiban-kewajiban dan hak-hak bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Kewajiban pihak penjual yaitu:
1.) Menyerahkan barang yang diperjual belikan.
Cara penyerahan benda yang diperjualbelikan berbeda berdasarkan kualifi kasi barang yang diperjualbelikan tersebut. Adapun cara penyerahan tersebut seba gai berikut:
a) Barang bergerak bertubuh cara penyerahannya adalah penyerahan nyata dari tangan penjual atau atas nama penjual ke tangan pembeli, akan tetapi penyerahan secara langsung dari tangan ke tangan tersebut tidak terjadi jikka barang tersebut dalam jumlah yang sangat banyak sehingga tidak mungkin diserahkan satu persatu, maka dapat dilakukan dengan simbol-simbol tertentu.
b) Barang bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara penyerahannya adalah melalui akta dibawah tangan atau akta autentik.
Tetapi, penyerahan piutang atas nama tersebut mengikat bagi si berutang.
c) Barang tidak bergerak atau tanah, cara penyerahannya melalui pendaftaran atau balik nama
2.) Menanggung atau menjamin barang
Ada dua hal yang wajib ditangggung atau dijamin olehpenjual terhadap ba rang yang dijualnya, yaitu:74
a) Menjamin penguasaan barang yang dijual secara aman dan tenteram;
b) Menjamin cacat tersembunyi atas barang tersebut, yang sedemikian rupa d apat menjadi alasan pembatalan.
Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat yang telah diperjanjikan. Akan tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran tidak ditetapkan.dalam perjanjian, maka pembayaran harus dilakukan di tempat dan waktu penyerahan barang dilakukan. Apabila pembeli tidak membayar harga barang tersebut, si penjual dapat menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian jika penjual tidak menyerahkan barangnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara konvensional, dimana antara penjual dengan pembeli saling bertemu secara langsung, namun dapat juga hanya melalui media internet, sehingga orang yang saling berjauhan atau berada pada lokasi yang berbeda tetap dapat melakukan transaksi jual beli tanpa harus bersusah payah untuk saling bertemu secara langsung, sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu serta biaya baik bagi pihak penjual maupun pembeli.
Konsumen adalah pengguna terakhir, tanpa melihat apakah si konsumen adalah pembeli dari barang dan/atau jasa tersebut.75
74Ibid, Pasal 1491
75 Abdul Halim Barkatullah,Bisnis E-Commerce (Studi Sistem Keamanan Dan Hukum Di Indonesia),Op. Cit., hal. 8
Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari pakar masalah konsumen yang menyimpulkan bahwa “para ahli
hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa (pengertian konsumen dalam arti sempit).”76Melalui Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menetapkanhak konsumen,yaitu:77
1. Hak atas kenyamanan,keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang di janjikan.
3. Hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.
4. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan.
5. Hak untuk mendapat advokasi perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan, dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi,ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang di terima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
76 Shidarta, Op. Cit., hal. 3.
77Lihat Indonesia (UU PK), Op.Cit., Pasal 4
Selain memperoleh hak-hak seperti yang disebutkan di atas, konsumen juga diwajibkan untuk:78
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa.
3. Membayar sesuai nilai tukar yang di sepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menetapkan hak pelaku usaha adalah:79
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.
4. Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Selain hak-hak diatas terdapat pula kewajiban pelaku usaha yang di atur dalam peraturan perundang-undangan, yaitu:80
78Lihat Indonesia (UU PK), Op.Cit., Pasal 5
79Ibid, Pasal 6
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:81
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
80Ibid, Pasal 7
81Ibid, Pasal 8
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat atau isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar. Pelaku usaha juga dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah:82
1. Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu.
2. Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru.
3. Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesoris tertentu.
4. Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi.
5. Barang dan/atau jasa tersebut tersedia.
6. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.
7. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu.
8. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
9. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lainnya.
82Ibid, Pasal 9
Pengawasan dan perlindungan konsumen oleh pemerintah maupun badan yang terkait dalam transaksi jual beli online ini telah diatur dalam Pasal 40 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kewajiban pemerintah untuk melakukan pengawasan dan perlindungan dalam undang-undang ini dinyatakan bahwa “pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik dan transaksi elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Perlindungan oleh pemerintah terlihat bahwa instansi yang memiliki data elektronik yang strategis wajib membuat cadangan (backup) terhadap data elektronik tersebut dengan tujuan untuk kepentingan perlindungan data apabila terjadi kerusakan, kehilangan atau serangan terhadap data elektronik tersebut.
Pengawasan yang dilakukan pemerintah sudah terlaksana, hal ini terlihat dalam hal dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang memblokir konten-konten internet yang mengandung unsur pornografi dan konten yang berbau sara.
Pasal 30 Ayat (1) UUPK menyatakan bahwa “pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.” Pelaksanaan terhadap ketentuan ini lebih banyak dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat misalnya oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja badan pemerintah yang bergerak dalam perlindungan konsumen, mulai dari kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada konsumen.
Mekanisme pengaduan melalui lembaga pemerintahmasih jarang dilakukan konsumen karena ketidaktahuan terhadap bentuk penyaluran pengaduan yang tenyata disediakan oleh dinas perindustrian dan perdagangan tersebut.
Pemerintah juga melakukan upaya pembinaan konsumen, dinyatakan bahwa
“pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.”83
1. Terciptanya iklim usaha dan hubungan yang sehat antara pelaku usaha dengan konsumen.
Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen bertujuan untuk:
2. Berkembangnya lembaga konsumen swadaya masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.
Pembinaan terhadap konsumen bertujuan agar konsumen mengetahui hak haknya sebagai konsumen dan mendorong pelaku usaha agar berusaha secara sehat, dimana dalam era informasi teknologi seperti saat ini, pembinaan konsumen harus ditingkatkan mengingat bahwa edukasi adalah pertahanan terbaik untuk mengatasi cybercrime, karena ancaman pelanggaran terhadap hak-hak konsumen tidak hanya berasal dari pelaku usaha saja tapi bisa juga datang dari pihak ketiga melalui kejahatan-kejahatan internet (cyber crimes).84
Berdasarkan hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan transaksi jual beli melalui media sosial Instagram dalam sistem transaksi
83Ibid, Pasal 29
84Muhammad Amirullah, Perlindungan Merek dalam Cyberspace (Bandung: Refika Aditama, 2017), hal. 36
perdagangan semakin berkembang pesatsama seperti sistem jual beli konvesional, dimana jual beli terjadi ketika ada kesepakatan mengenai barang atau jasa yang diperdagangkan serta harga atas barang atau jasa tersebut.Jual beli secara online dan jual beli pada umumnya (konvensional) yang membedakan hanya pada media yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa jual beli melalui internet tetap sah sehingga mengikat dan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya sepanjang para pihak tersebut tidak mempermasalahkan mengenai tidak terpenuhinya salah satu syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata serta para pihak tetap melaksanakan perjanjian yang telah dibuatnya.
BAB III
SISTEM JUAL BELI DAN METODE PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
A. Kontrak Jual Beli dalam Transaksi Melalui Media Sosial Instagram Kontrak elektronik yaitu “Perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik”.85 Sistem elektronik yang menjadi media pembuatan kontrak yaitu serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan dan/atau menyebarkan informasi elektronik.86
Perbedaan kontrak elektronik dengan kontrak pada umumnya ialah kontrakelektronik dibuat melalui sistem elektronik, sedangkan kontrak pada umumnyadibuat tidak melalui sistem elektronik. Kontrak elektronik merupakan kontraktidak bernama yang pembuatannya diwujudkan melalui perbuatan hukum berupa transaksi elektronik yang di lakukan oleh para pihak.
Sistem elektronik yang digunakan sebagai media oleh para pihak yang membuat kontrak elektronik, berdasarkan Penjelasan Umum UU ITE digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi berbasis jaringan telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik.
87
85 Indonesia, (UU ITE), Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008, Pasal 1 ayat (17)
86Ibid, Pasal 1 ayat (5)
87Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, (Bandung: CV Mandar Jaya, 2016), hal. 239.
Beberapa pihak yang terlibat dalam kontrak elektronik yang didasarkan atastransaksi bisnis secara elektronik, yaitu:
a. penjual (merchant);
b. pembeli (buyer);
c. penyedia jasa layanan jaringan internet; dan d. bank sebagai sarana pembayaran.
Unsur-unsur kontrak elektronik adalah sebagai berikut:88
a. Ada kontrak yang sifatnya campuran yang berkaitan dengan jual beli ataupenyediaan barang dan jasa atau peralihan hak;
b. Kontrak itu dibuat dan dilaksanakan melalui sistem elektronik atau mediaelektronik;
c. Pembuatan dan pelaksanaan kontraknya tidak memerlukan kehadiransecara fisik dari para pihak yang membuat dan melaksanakannya;
d. Terjadinya kontrak secara elektronik dalam sistem atau jaringan publik;
e. Sistem atau jaringan publik yang menjadi tempat berbelanja kontrakbersifat terbuka;
f. Kontrak itu terlepas dari batas wilayah atau yurisdiksi nasional danpersyaratan lokal.
Transaksi bisnis dapat dilakukan dalam bentuk transaksi elektronik yangdituangkan ke dalam kontrak elektronik atau aktivitas bisnis komersial secara
88Ibid
elektronik. Menurut RichardusEko Indrajit, aktivitas bisnis komersial secara elektronik dilihat dari jenis transaksinya mempunyaidua pola, yaitu89
a. Bussiness to bussiness
:
Pola yang terjadi antara company to companyyang memiliki jalur komunikasi yang disebut ekstranet yaitu penggabungandua atau lebih internet, yang terjadi karena adanya hubungan bisnis antar duaatau lebih lembaga.
Contohnya, perusahaan yang membangun interface dengansistem perusahaan rekannya (pemasok, agen, distributor, dan sebagainya)format ekstranet inilah yang menjadi B to B (bussiness to bussines).
b. Business to consumers
Pola transaksi perdagangan produk maupun jasa antara perusahaan dengankonsumen secara langsung, yang menggunakan transaksi elektronik yangmenghubungkan sistem yang ada dengan public dalam hal ini diwakili olehteknologi internet.
Menurut Edmon Makarim terdapat pula model transaksi bisnis secaraelektronik, yaitu90
a. Customer to custom :
Model transaksi bisnis secara elektronik antar konsumen untuk mengetahuisuatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula, yang lebih luas.
b. Customer to bussiness
Model transaksi bisnis secara elektronik yang memungkinkan individu menjualsuatu barang kepada perusahaan.
89Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat Dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya,(Jakarta: Gramedia, 2001), hal 16.
90Edmon Makarim, Op. Cit, hal. 74.
B. Keabsahan Transaksi Jual Beli Melalui Media Sosial Instagram
Perjanjian jual beli melalui media sosial Instagram tidak terlepas dari konsep perjanjian secara mendasar yang tercantum dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.Jual beli melalui Instagram (e-commerce) pada dasarnya sama dengan jual beli pada umumnya, dimana suatu jual beli terjadi ketika ada kesepakatan mengenai barang atau jasa yang diperdagangkan serta harga atas barang atau jasa tersebut. Jual beli melalui Instagram dan jual beli pada umumnya (konvensional) yang membedakan hanya pada media yang digunakan, jika pada jual beli konvensional para pihak harus bertemu langsung di suatu tempat guna menyepakati mengenai apa yang akan diperjualbelikan serta berapa harga atas barang atau jasa tersebut.
Dalam media sosial Instagram proses transaksi yang terjadi memerlukan suatu media internet sebagai media utamanya, sehingga proses transaksi perdagangan terjadi tanpa perlu adanya pertemuan langsung atau face to face antar
Info elektronik dan/dokumen elektronik atau alat cetaknya merupakan aklat bukti hukum yang sah karena merupakan perluasan dari alat bukti hukum yang sah yang sesuai dengan Undang`Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE tidak berlaku pada surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris.
elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar olehpengirim ke suatu sistem elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan penerimadan telah memasuki sistem elektronik yang berada di luar kendali pengirim.Disamping itu, kecuali
diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu informasielektronik dan/atau dokumen elektronik ditentukan pada saat informasielektronik dan/atau dokumen elektronik memasuki sistem elektronik dibawahkendali penerima yang berhak.
Manfaat adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE adalah:
1. Bila ada perusahaan yang mendaftarkan nama domain dengan maksudmenjelekkan produk/merk/nama tertentu, perusahaan tersebut bisa dituntut
untuk membatalkan nama domain.
2. Mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan masyarakatpada umumnya guna mendapatkan kepastian hukum, dengan diakuinyabukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai bukti yang sah dipengadilan.
3. Dapat memberikan peluang bagi bisnis baru dan bagi para wiraswastawandi Indonesia karena penyelenggaraan sistem elektronik diwajibkanberbadan hukum yang berdomisili di Indonesia.
4. Memungkinkan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang diluar Indonesia maupun di Indonesia dapat diadili.
5. Bila ada yang melakukan transaksi kartu kredit tanpa sepengetahuanpemilik kartu, secara jelas bisa dituntut melalui hukum.
C. Sistem Pembayaran dalam Transaksi Jual beli Melalui media Sosial Instagram
Tidak dipungkiribahwa saat ini, transaksi jual beli online menjadi kegiatan yang banyak dilakukan masarakat dari semua kalangan. Macam-macam metode pembayaran dalam jual beli online pun beragam, sehingga masyarakat bisa memilih metode pembayaran sesuai dengan kemampuannya. Belanja secara online memang lebih mudah, praktis, cepat dan efektif. Belanja online memungkinkan untuk berbelanja dengan banyak pilihan.
Tidak dipungkiribahwa saat ini, transaksi jual beli online menjadi kegiatan yang banyak dilakukan masarakat dari semua kalangan. Macam-macam metode pembayaran dalam jual beli online pun beragam, sehingga masyarakat bisa memilih metode pembayaran sesuai dengan kemampuannya. Belanja secara online memang lebih mudah, praktis, cepat dan efektif. Belanja online memungkinkan untuk berbelanja dengan banyak pilihan.