• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA

A. Hak dan kewajiban pemegang izin usaha

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata cara prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban pemegang izin usaha pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No.10 Tahun 2002 ditinjau dari hukum administrasi negara. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutannya serta sebagai kontribusi bagi penyempurnaan perangkat peraturan mengenai masalah pemerintahan daerah.

2. Secara praktis

Penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai alat penyebarluasan informasi kepada masyarakat juga praktisi hukum lainnya agar mengetahui dan memahami pentingya penggunaan prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No.10 Tahun 2002 ditinjau dari hukum administrasi negara.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah asli (bukan jiplakan), sebab ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan ini penulis dapat bertanggungjawab atas keaslian penelitian skripsi ini belum pernah ada judul yang sama demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan. Dalam hal mendukung penelitian ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan perumusan masalah dan pembahasan yang disajikan.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penulis melakukan tinjauan kepustakaan berdasarkan referensi dari buku-buku. Berdasarkan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian menjadi landasan hukum dari hak menguasai negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya disebutkan bahwa:

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Kemudian dalam Pasal 2 ayat I UUPA disebutkan:

“Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.”

Dalam penjelasan UUPA secara tegas dinyatakan bahwa “dikuasai” bukan berarti dimiliki. “Asas pemilikan”, atau asas “domein” yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dahulu, tidak dikenal di dalam hukum agraria yang baru. Untuk mencapai apa yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD' 1945

tidak perlu dan tidak, pada tempatnya bahwa bangsa Indonesia atau negara bertindak sebagai pemilik tanah Negara hanya mengatur peruntukan bumi, air, dan ruang angkasa dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 UUPA yang menyatakan bahwa

“Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 Pasal ini memberi wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa:

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa:

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun yang tidak9.

Dengan kekuasaan yang diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara dapat memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan satu hak menurut keperluannya. Subyek Hak Menguasai dari Negara adalah Negara Republik Indonesia, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan hak menguasai dari Negara, maka tanah merupakan satu cakupan yang khusus. Hakikat dan sifat dari hak menguasai tanah oleh Negara adalah membangun, memelihara dan mengatur segala sesuatu mengenai tanah

9

Kartini muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), hal 78.

untuk kepentingan Negara, kepentingan umum, kepentingan rakyat dan membantu kepentingan perseorangan.

a. Membangun adalah suatu usaha untuk membuat tanah yang tidak bermanfaat bagi semua kepentingan tersebut di atas menjadi bermanfaat dengan bermacam-macam usaha.

b. Mengusahakan tanah dalam arti mempergunakan tanah yang telah dipergunakan bagi kepentingan bermacam-macam untuk memperoleh kepastian hukum.

c. Memelihara dan menjaga tanah, yaitu jangan sampai tanah tersebut: 1) Dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan negatif;

2) Melakukan segala pekerjaan untuk menghindarkan kemunduran tanah. d. Mengatur, yaitu mengadakan petunjuk-petunjuk, mengadakan ikatan-ikatan

mengenai tanah itu sehingga dapat terjamin segala usaha yang telah disebut dahulu menurut aturan-aturan yang tertentu.

1. Tinjauan Umum Tentang Perizinan

Perizinan adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi negara. Dengan dikeluarkannya izin, maka orang-orang atau perusahaan memohonkannya kepada pemerintah akan dapat melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan materi yang ada dalam konsep izin itu.

2. Pengertian Izin

Beberapa pengertian izin menurut para sarjana : 1). Philipus M. Hadjon :10

10

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.

2). Prins :

Izin adalah biasanya dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan yang ada pada umumnya berbahaya, yaitu suatu perbuatan yang pada hakekatnya terus dilarang, tetapi hal yang dilarang menjadi obyek dari perbuatan tersebut. Menurut sifatnya, tidak merugikan dan perbuatan tersebut dapat dilakukan asal saja dibawah pengawasan alat-alat perlengkapan Administrasi Negara.

3). Prajudi Atmosudirdjo :11

Izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari pada larangan oleh Undang-undang. Dispensasi disini adalah pernyataan dari pejabat Administrasi Negara yang berwenang bahwa suatu ketentuan Undang-undang tertentu, menjadi tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang dalam surat permohonannya.

4). Marbun dan Mahfud :12

Izin adalah apabila pembuat peraturan secara umum, tidak melarang suatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Perbuatan Administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

11

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta:Ghalia Indonesia,1988), hal 25

12

Marbun dan Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1987), hal 27

5). Lutfi Effendi :13

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuanketentuan larangan perundangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

Dalam memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohon izin untuk melakukan suatu tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi untuk kepentingan umum maka mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Ini adalah paparan luas dari pengertian izin. Pokok dari izin adalah bahwa sesuatu tindakan dilarang kecuali diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu. 3. Tujuan Izin

Dengan mengikatkan pada tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan, para pembuat undang-undang dapat mengejar berbagai macam tujuan dari izin, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengarahkan aktivitas masyarakat atau mengendalikan tingkah laku dari aktivitas masyarakat.

b. Untuk melindungi benda-benda yang bermanfaat atau obyek-obyek tertentu. c. Untuk melindungi atau mencegah bahaya lingkungan.

d. Untuk membagi benda-benda yang jumlahnya sedikit, tetapi peminatnya banyak, sadangkan wilayahnya terbatas.

13

e. Untuk membatasi perusahaan tertentu, karena dipandang dapat menimbulkan bahaya dari masyarakat atau membatasi jumlah produksi dan peredarannya.

4. Bentuk Dari Sistem Perizinan

Pada umumnya sistem perijinan terdiri dari larangan, persetujuan yang merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin. Menurut Philipus M. Hadjon sistem perijinan dibagi menjadi tiga bagian pokok yaitu:14

a) Larangan

Merupakan bagian pokok dari perizinan, karena izin ada karena adanya larangan dan ketentuan. Larangan harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. ketentuan-ketentuan dalam larangan menurut teknik perundang-undangan dapat diformulasikan dua cara, yaitu :

1. Larangan dan persetujuan dituangkan dalam suatu ketentuan. Contoh : Dilarang mendirikan bangunan tanpa izin tertulis.

2. Norma larangan ditetapkan dalam suatu ketentuan tersendiri, sehingga larangan itu memperoleh tekanan tertentu.

Contoh : Dilarang mendirikan pom bensin dijalur hijau. b) Izin.

Izin adalah bagian kedua dari sistem perijinan yang merupakan persetujuan atau perkenan dari pihak penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melanggar atau menyimpangi suatu larangan dalam keadaan

14

tertentu. Penguasa memberikan perkenaan berdasarkan kewenangan yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

c) Ketentuan-ketentuan .

Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organisasi pemerintahan memberi izin. Fakta bahwa dalam banyak hal izin dikaitkan pada syarat-syarat, berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan sebagai salah satu instrument pengarah (pengendalian) dari penguasa.

G. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundangundangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori.15 Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,16 sumber-sumber hukum,17

2. Spesifikasi Penelitian

peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisa yang dilakukan dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai prosedur

15

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), Hal 11.

16

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997), Hal. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

17

Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk Kalangan Sendiri, (Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007), Hal. 73.

perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No. 10 Tahun 2002 ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri dari:

b. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan.18

1) Kitab Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pendapatan Daerah

Data dari pemerintah yang berupa dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:

2) Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan

Negara.

4) Perda No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi izin usaha industri, perdagangan, gudang/ruangan dan tanda daftar perusahaan

c. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi.19

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), Hal 6. 19

d. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan.20

4. Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif21 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif,22

Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus , dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan.

a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya c. Deskripsikan konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No. 10 Tahun

20

Soerjono Soekanto, Ibid, hal 7. 21

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal.10

22

2002 ditinjau dari hukum administrasi negara. Selanjutnya akan diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum (hierarchi) dari aturan dan pengundangan dan atau pengumuman (lama atau baru) dari aturan hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:23

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

23

Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal. 63.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian ini.

BAB II : PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN USAHA

PADA RUMAH TOKO

Bab II ini terdiri dari tiga sub, yaitu: peraturan yang mengatur tentang izin usaha pada rumah toko, pihak yang berwenang mengeluarkan izin usaha pada rumah toko

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PADA USAHA

RUMAH TOKO DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab III ini Membahas secara menyeluruh mengenai objek penelitian ini yaitu mengenai persyaratan pemberian izin, mekanisme perolehan izin, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perolehan izin usaha pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi Negara dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi akibat hukum dari perolehan izin usaha rumah toko

BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PADA RUMAH TOKO

Bab IV ini membahas tentang bagaimana Hak dan kewajiban pemegang izin usaha, juga ketentuan sanksi dalam pemegang hak izin usaha pada rumah toko

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup yang membahas kesimpulan dari seluruh pembahasan serta saran-saran.

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN USAHA PADA RUMAH TOKO

A. Peraturan Yang Mengatur Tentang Izin Usaha Pada Rumah Toko

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 289/MPP/Kep/10/2000 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 46/M-Dag/Per/9/2009 Tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.24

1. Daerah adalah Kota Medan;

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan. Sedangkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud adalah :

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan;

5. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan;

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan;

7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan;

8. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan Tugas tertentu dibidang Perpajakan, dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Perundang-Undangan yang berlaku.

9. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, PerseroanKumenditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi Yayasan atau

24

Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Persiunan, Bentuk Usaha Tetap serta bentuk Badan Usaha lainnya.

10.Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan dan berkerja serta berkedudukan dalam wilayah Kota Medan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba.

11.Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan Industri.

12.Kawasan Indonesia adalah suatu areal yang disediakan secara khusus untuk melakukan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana dikelolah oleh suatu Badan Usaha tersendiri.

13.Izin usaha perdagangan adalah izin untuk dapat melakukan kegiatan usaha

14.Gudang adalah suatu tempat tidak bergerak yang dapat ditutup atau dibuka dan tidak untuk dikunjungi oleh umum yang dipergunakan untuk menyimpan barang – barang perniagaan

15.Ruangan adalah suatu tempat tertentu pada suatu perusahaan mempunyai batas – batas tertentu yang secara khusus dipergunakan atau diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan barang –barang perniagaan. 16.Perubahan perusahaan adalah dalam perusahaan yang meliputi

perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik / penanggung jawab perusahaan NPWP, Modal dan kekayaan bersih (Netto), kelembagaan, bidang usaha dan jenis barang dagangan utama.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, ada dua produk hukum yang dapat dibuat oleh suatu daerah, salah satunya adalah Peraturan Daerah. Kewenangan membuat peraturan daerah (Perda), merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan sebaliknya, peraturan daerah merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD, untuk penyelenggaraan otonomi yang dimiliki oleh provinsi /kabupaten/kota, serta tugas pembantuan. Perda pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda yang dibuat oleh

satu daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/ atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,dan baru mempunyai kekuatan mengikat setelah diundangkan dengan dimuat dalam lembaran daerah (Rozali Abdullah, 2005 : 131-132).

Perda merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan, pembentukan suatu perda harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, perda yang baik itu adalah yang memuat ketentuan, antara lain:

a. Memihak kepada rakyat banyak b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia c. Berwawasan lingkungan dan budaya.

Pemberian izin usaha industri, izin usaha perdagangan, izin usaha gudang / ruangan dan tanda daftar perusahaan dimaksudkan untuk mengatur, mengendalikan, mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap pertumbuhan dan berbagai aktifitas usaha dalam daerah.25 Izin usaha industri, izin usaha perdagangan, izin usaha gudang / ruangan dan tanda daftar perusahaan bertujuan untuk mewujudkan tertib usaha baik ditinjau dari segi lokasi maupun hubungan dengan perkembangan perekonomian dan kelestarian lingkungan.26

Aparat pemerintah perlu untuk mengatur didalam pelaksanaan kegiatan usaha agar tidak merugikan masyarakat dan lingkungan, karena pada dasarnya lingkungan hidup berpungsi antara lain sebagai sumber kehidupan dan juga

25

Pasal 2 Perda No. 10 Tahun 2002 26

tempat melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.27

1. Tugas mengatur

Suatu ketetapan yang positif adalah sutu keadaan hukum (rechtssituate) yang baru. Dan memuat suatu ketetapan positif adalah merupakan tugas pemerintah demi terciptanya cita-cita bangsa dalam hal pembangunan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum. Adapun pada dasarnya tugas pemerintah meliputi :

Menyangkut peraturan yang harus di penuhi masyarakat, dimana dalam hal ini pemerintah membuat perintah dan larangan.

2. Tugas mengurus

Mengurus bidang kesejahteraa rakyat, sosial, ekonomi, kesejahteraan dalam hal menyediakan sarana financial dan personal.28

Pasal 18 ayat 3 huruf c undang-undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000 tentang pajak dan restribusi daerah yang menyebutkan:

1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.

2. Perizinan itu benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum. 3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelengaraan izin tersebut dan

biaya untuk mengulangi dampak negative dan pemberian izin cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern adalah:

27

Agus Dwyanto Penduduk dan Pembangunan (Yogyakarta,:Aditya Media, 1996), hal 99 28

a. bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan;

b. bahwa untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan

Dokumen terkait