• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perolehan Izin Usaha Pada Rumah Toko Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Perolehan Izin Usaha Pada Rumah Toko Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN USAHA PADA RUMAH

TOKO DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

DONDRIS MANURUNG

NIM: 060200349

Departemen Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN USAHA PADA RUMAH

TOKO DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

DONDRIS MANURUNG

NIM: 060200349

Departemen Hukum Administrasi Negara

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

Suria Ningsih, S.H., M.Hum NIP. 196002141987032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suria Ningsih, S.H., M.Hum Erna Herlinda, S.H., M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 196705091993032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

K A T A P E N G A N T A R

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunian-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Hukum Sumatera Utara

dengan judul penelitian yaitu, ”Prosedur Perolehan Izin Usaha Pada Rumah

Toko Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara” Penelitian ini dapat

dikerjakan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Sehubungan dengan ini dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas,

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, CTM (K), Sp.A (K),

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.

Runtung, S.H., M.Hum;

3. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum

4. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak

Syafruddin, S.H., M.H., DFM

5. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak

Muhammad Husni, S.H., M.H

6. Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum sekaligus

sebagai Pembimbng I yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran

yang bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini

7. Ibu Erna Herlinda, S.H., M.Hum sebagai dosen Pembimbing II atas

petujuk yang diberikan kepada penulis

8. Sekretaris Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Ibu Mariati Zendrato, S.H., M.Hum

9. Bapak/ Ibu dosen pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah berjasa menyumbangkan ilmunya yang sangat berarti

(4)

10.Dalam kesempatan ini, dengan penuh sukacita, penulis mengucapkan

terima kasih kepada Orangtua tercinta ayahanda Robinson Manurung dan

ibu Remi Sirait atas segala jerih payah dan pengorbanannya yang tiada

terhingga dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing penulis. Penulis

juga mengucapkan terimakasih kepada kakak Martha Manurung dan adik

Immanuel Manurung dan juga kepada orang terkasih Yulia Ester Pakpahan

atas doa dan dukungan semangatnya kepada penulis.

11.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara, keluarga

dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Demikianlah sebagai kata pengantar, semoga penelitian ini memberi

manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan Ilmu

Pengetahuan. Khusus kepada penulis, semoga dapat memadukan dan

mengimplementasikan ilmu serta mampu menjawab tantangan atas perkembangan

hukum yang ada dalam maasyarakat.

Penulis menyadari pula, bahwa substansi Skripsi ini tidak luput dari

berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa

bantuan, nasehat, bimbingan, arahan, kritikan. Oleh karenanya, apapun yang

disampaikan dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini, penuh sukacita Penulis

terima dengan tangan terbuka.

Semoga skripsi ini dapat memenuhi maksud penelitiannya, dan dapat

bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat

dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Medan, Februari 2014.

Penulis,

(5)

Suria Ningsih, S.H., M.Hum1 Erna Herlinda, S.H., M.Hum2

Dondris Manurung3

Tanah merupakan bagian dari bumi yang sangat penting untuk mendukung aktivitas manusia, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi menyebabkan begitu banyak orang yang membutuhkan tanah, baik itu untuk tinggal, berusaha, dan juga sebagai salah satu investasi untuk meraih keuntungan. Perkembangan jaman juga menuntut agar tanah selain sebagai tempat untuk didirikan bangunan untuk tinggal juga dapat multi fungsi sehingga dapat juga untuk tempat berusaha, yang lazim juga di sebut sebagai Rumah Toko.

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan hukum tentang izin usaha rumah toko; 2. Bagaimana prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara; 3. Bagaimana Hak dan kewajiban pemegang izin usaha pada rumah toko.

Metode pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Kesimpulan pelaksanaan perolehan izin usaha rumah toko pada umumnya dilakukan secara tertulis, sering kali dengan mengisi formulir tertentu yang sudah disediakan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan izin. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan. Hukum di dalamnya mengatur peranan dari para subjek hukum yang berupa hak dan kewajiban. Hak adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, berbeda dengan kewajiban adalah peran yang bersifat imteratif artinya harus dilaksanakan.

Saran Peraturan daerah tentang hak dan kewajiban setiap pemegang izin usaha yang diatur oleh pemerintah pusat ataupun daerah kurang memadai, maka perlu dirubahnya peraturan daerah No. 10 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan tersebut. Setiap masyarakat atau warga dapat meningkatkan Hak dan kewajiban agar terhindar dari sanksi administrasi pemegang izin usaha tersebut.

Kata Kunci : Prosedur Perolehan Izin Usaha, Rumah Toko, Hukum Administrasi Negara

1

Dosen Pembimbing I, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2

Dosen Pembimbing II, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 3

Mahasiswa Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Tinjauan Kepustakaan ... 10

G. Metode Penelitian ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II : PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN USAHA PADA RUMAH TOKO ... 22

A. Peraturan yang mengatur tentang izin usaha pada rumah toko ... 22

B. Pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin ... 28

C. Ketentuan-ketentuan masalah perizinan ... 31

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN IZIN USAHA RUMAH TOKO BERDASARKAN PERDA NO. 10 TAHUN 2002 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 36

A. Persyaratan Pemberian izin usaha rumah toko... 36

B. Mekanisme Perolehan izin ... 42

(7)

D. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi akibat hukum

dari perolehan izin usaha rumah toko ... 50

BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA RUMAH TOKO ... 53

A. Hak dan kewajiban pemegang izin usaha ... 53

B. Ketentuan sanksi pemegang hak izin menyalahi aturan ... 61

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

(8)

Suria Ningsih, S.H., M.Hum1 Erna Herlinda, S.H., M.Hum2

Dondris Manurung3

Tanah merupakan bagian dari bumi yang sangat penting untuk mendukung aktivitas manusia, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi menyebabkan begitu banyak orang yang membutuhkan tanah, baik itu untuk tinggal, berusaha, dan juga sebagai salah satu investasi untuk meraih keuntungan. Perkembangan jaman juga menuntut agar tanah selain sebagai tempat untuk didirikan bangunan untuk tinggal juga dapat multi fungsi sehingga dapat juga untuk tempat berusaha, yang lazim juga di sebut sebagai Rumah Toko.

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan hukum tentang izin usaha rumah toko; 2. Bagaimana prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara; 3. Bagaimana Hak dan kewajiban pemegang izin usaha pada rumah toko.

Metode pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Kesimpulan pelaksanaan perolehan izin usaha rumah toko pada umumnya dilakukan secara tertulis, sering kali dengan mengisi formulir tertentu yang sudah disediakan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan izin. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan. Hukum di dalamnya mengatur peranan dari para subjek hukum yang berupa hak dan kewajiban. Hak adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, berbeda dengan kewajiban adalah peran yang bersifat imteratif artinya harus dilaksanakan.

Saran Peraturan daerah tentang hak dan kewajiban setiap pemegang izin usaha yang diatur oleh pemerintah pusat ataupun daerah kurang memadai, maka perlu dirubahnya peraturan daerah No. 10 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan tersebut. Setiap masyarakat atau warga dapat meningkatkan Hak dan kewajiban agar terhindar dari sanksi administrasi pemegang izin usaha tersebut.

Kata Kunci : Prosedur Perolehan Izin Usaha, Rumah Toko, Hukum Administrasi Negara

1

Dosen Pembimbing I, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2

Dosen Pembimbing II, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 3

Mahasiswa Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, hubungan antara manusia dan bumi, terus

berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.

Hubungan itu bahkan menjadi semakin rumit, sebagai akibat dari penguasaan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semakin berkembang pada satu pihak memberikan

kemampuan pada manusia untuk mengeksploitasi kekayaan alam yang terkandung

di dalam bumi secara lebih besar untuk memenuhi kebutuhannya tidak terbatas.

Pada pihak lain, ilmu pengetahuan dan teknologi itu telah memberikan kesadaran

bagi manusia, bahwa luas bumi dan kekayaan alam yang terkandung itu relatif

tetap dan terbatas jika dibandingkan dengan pertambahan umat manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan kesadaran,

bahwa hubungan antara manusia dengan bumi mutlak diperlukan penataan dan

pengaturan lebih seksama, karena bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah

menjadi sempit dan sedikit sedangkan permintaan terhadap tanah selalu

bertambah. Maka tidak heran kalau nilai tanah menjadi semakin tinggi. Tidak

seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan akan tanah itu telah

menimbulkan berbagai macam persoalan.4

4

(10)

Salah satu fungsi dari tanah adalah tempat untuk mendirikan bangunan,

baik itu tempat tinggal, tempat berkerja, dan juga tempat berusaha, kebutuhan

akan perumahan tidak kalah pentingnya, Sebagai Negara yang sedang

berkembang dan membangun, Indonesia giat melaksanakan pembangunan di

bidang sosial ekonomi yang tujuannya adalah dapat mencukupi kebutuhan

masyarakat khususnya kebutuhan akan perumahan.

Negara Indonesia adalah negara yang berkeadilan sosial maka

pemanfaatan tanah adalah untuk mencapai masyarakat yang adil makmur dan

sejahtera, hal ini sesuai ketentuan yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) yaitu :

“Bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Tanah merupakan bagian dari bumi yang sangat penting untuk mendukung

aktivitas manusia, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi menyebabkan

begitu banyak orang yang membutuhkan tanah, baik itu untuk tinggal, berusaha,

dan juga sebagai salah satu investasi untuk meraih keuntungan. Perkembangan

zaman juga menuntut agar tanah selain sebagai tempat untuk didirikan bangunan

untuk tinggal juga dapat multi fungsi sehingga dapat juga untuk tempat berusaha,

yang lazim juga di sebut sebagai Rumah Toko.

Dari waktu ke waktu, tanah merupakan benda yang sangat memiliki nilai

jual, dikarenakan sifatnya tetap, dan yang membutuhkan semakin banyak maka

harga tanah akan terus naik. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum

dalam pembangunan dan pemilikan, setiap pembangunan rumah hanya dapat

(11)

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku5

Oleh karena itu masyarakat pemegang Hak Guna Bangunan dapat

meningkatkan status menjadi Hak Milik sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku agar Rumah Toko yang dimiliki dan ditempatinya mendapat status hak

milik. Yang kedudukanya hukumnya paling kuat dan aman dibanding hak-hak

atas tanah yang lain.

. Rumah beserta tanahnya

yang merupakan kebutuhan mendasar dari kebutuhan manusia memerlukan

kepastian hukum sehingga harus dilakukan pendaftaran tanah oleh yang

bersangkutan. Untuk subjek Rumah Toko, karena pemohon biasanya adalah

Pengembang, dan kebanyakan dari Pengembang itu adalah Badan Hukum.

Menurut UUPA Badan Hukum tidak boleh untuk memohon hak milik atas tanah

maka dikeluarkanlah hak guna bangunan untuk objek Rumah Toko. Dengan Hak

Guna Bangunan oleh masyarakat dirasa kurang memadai karena jangka waktunya

terbatas dan perlu biaya lagi untuk memperpanjang haknya dan kedudukan

hukumnya kurang kuat bila dibandingkan dengan Hak Milik (HM).

Ramli Zein berpendapat bahwa secara psikologis masyarakat akan

berusaha meningkatkan hak atas tanahnya menjadi status Hak Milik yang akan

memberikan kewajiban bagi pemiliknya dan memberikan kewajiban bagi

pemiliknya dan memberi kemantapan akan status tanahnya karena tanah yang

berstatus Hak Milik merupakan hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh

dibandingkan dengan hak atas tanah lainnya.6

5

Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

6

(12)

Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan, karena

pembangunan yang kita laksanakan itu jelas merupakan rangkaian gerak

perubahan menuju kepada kemajuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan

mayarakat baik materil maupun sprituil. Realisasi dari pembangunan yang telah

dilaksanakan di Indonesia dapat kita temui dari adanya pembangunan sarana dan

prasarana seperti pembangunan perumahan rakyat, jembatan, jalan raya,

pelabuhan dan lain sebagainya. Pembangunan ini juga menghendaki adanya

hukum yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk terwujudnya usaha-usaha

untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Indonesia adalah negara hukum,

maka pembangunan yang sedang dilaksanakan tidaklah terlepas dari peraturan

hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dalam kenyataannya peraturan

hukum yang berkaitan dengan masalah pembagunan terdapat didalam banyak

peraturan, sehingga menimbulkan kurang adanya kepastian hukum.

Dalam lingkup Hukum Administrasi terdapat azas-azas umum

pemerintahan yang baik yang apabila diterapkan dalam segala aspek kegiatan

pemerintahan, maka apa yang menjadi krisis di negara ini kemungkinan tidak

akan terjadi. Azas-azas umum pemerintahan yang baik ini secara historis berasal

dari negeri Belanda. Di Indonesia sendiri, azas-azas umum pemerintahan yang

baik diperkenalkan oleh Kuntjoro Purbopranoto7

Disamping itu peraturan-peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah

hanya tertuju pada proyek-proyek pemerintah, sedangkan bagi proyek swasta

tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Bahkan peraturan yang dipakai pada .

7

(13)

proyek-proyek pemerintah yang sudah ketinggalan zaman tetapi masih dipakai

seperti A.V 1941 . Kenyataan sekarang dapat kita lihat dengan meningkatnya

jumlah gedung yang menjulang dan aneka bentuk bangunan serta meningkatnya

penggunaan alat-alat modern dan lain-lain akan menimbulkan permasalahan di

masa yang akan datang jika tidak diimbangi peraturan-peraturannya maupun

kemampuan dalam pelaksanaanya. Dengan diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka setiap daerah akan

mengupayakan pendapatan daerahnya dan mengusahakan pembangunan bagi

daerahnya sendiri-sendiri. Jadi setiap daerah harus meningkatkan potensi

daerahnya masing-masing untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk melaksanakan pembangunan tempat tinggal baik yang dilakukan

oleh pribadi maupun pihak swasta yang mempunyai bidang usaha di bidang

pembangunan diperlukan izin yang dikenal dengan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB). Namun kenyataannya banyak masyarakat yang belum menyadari

pentingnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari instansi yang berwenang.

Kadang-kadang sebagian masyarakat itu mendirikan, menambah atau mengurangi

suatu bangunan tanpa mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan alasan

yang bermacam-macam seperti tingginya biaya pengurusan, prosedur yang

berbelit-belit dan sebagainya8

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan

daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam

pengembangan daerah sudah barang tentu dibutuhkan peningkatan .

8

(14)

pendayagunaan potensi daerah secara optimal. Undang-undang No. 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi

pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang ini

disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai

dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pemerintahan Daerah, yang

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan

dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung

jawab kepada Pemerintah Daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan

tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta

sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah.

Dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, sudah tentu daerah

memerlukan biaya yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan

wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang

tentang Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32

(15)

1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu :

a. Hasil pajak daerah.

b. Hasil retribusi daerah.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

d. Lain-lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan, dan

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. ( Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan

pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN

USAHA PADA RUMAH TOKO DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan hukum tentang izin usaha rumah toko?

2. Bagaimanakah prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko ditinjau dari

hukum administrasi negara ?

3. Bagaimanakah Hak dan Kewajiban pemegang izin usaha pada rumah toko?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari

(16)

1. Untuk mengetahui dan mendalami pengaturan hukum tentang izin usaha pada

rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata cara prosedur perolehan izin usaha

pada rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban pemegang izin usaha pada

rumah toko ditinjau dari hukum administrasi negara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik

secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam

memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang

prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No.10 Tahun

2002 ditinjau dari hukum administrasi negara. Selain itu, penelitian ini dapat

menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutannya serta sebagai kontribusi bagi

penyempurnaan perangkat peraturan mengenai masalah pemerintahan daerah.

2. Secara praktis

Penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai alat penyebarluasan

informasi kepada masyarakat juga praktisi hukum lainnya agar mengetahui dan

memahami pentingya penggunaan prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko

(17)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah asli (bukan jiplakan), sebab ide, gagasan pemikiran

dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan

dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan ini

penulis dapat bertanggungjawab atas keaslian penelitian skripsi ini belum pernah

ada judul yang sama demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan. Dalam

hal mendukung penelitian ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang

diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada

hubungannya dengan perumusan masalah dan pembahasan yang disajikan.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penulis melakukan tinjauan kepustakaan berdasarkan referensi dari

buku-buku. Berdasarkan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian

menjadi landasan hukum dari hak menguasai negara atas bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya disebutkan bahwa:

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Kemudian dalam Pasal 2 ayat I UUPA disebutkan:

“Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.”

Dalam penjelasan UUPA secara tegas dinyatakan bahwa “dikuasai” bukan

berarti dimiliki. “Asas pemilikan”, atau asas “domein” yang dikembangkan oleh

pemerintah kolonial Belanda dahulu, tidak dikenal di dalam hukum agraria yang

(18)

tidak perlu dan tidak, pada tempatnya bahwa bangsa Indonesia atau negara

bertindak sebagai pemilik tanah Negara hanya mengatur peruntukan bumi, air,

dan ruang angkasa dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan

bumi, air, dan ruang angkasa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 UUPA

yang menyatakan bahwa

“Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 Pasal ini memberi

wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa:

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa:

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan

ruang angkasa baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun yang

tidak9.

Dengan kekuasaan yang diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

negara dapat memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan satu

hak menurut keperluannya. Subyek Hak Menguasai dari Negara adalah Negara

Republik Indonesia, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan hak menguasai dari Negara, maka tanah merupakan satu

cakupan yang khusus. Hakikat dan sifat dari hak menguasai tanah oleh Negara

adalah membangun, memelihara dan mengatur segala sesuatu mengenai tanah

9

(19)

untuk kepentingan Negara, kepentingan umum, kepentingan rakyat dan membantu

kepentingan perseorangan.

a. Membangun adalah suatu usaha untuk membuat tanah yang tidak

bermanfaat bagi semua kepentingan tersebut di atas menjadi bermanfaat

dengan bermacam-macam usaha.

b. Mengusahakan tanah dalam arti mempergunakan tanah yang telah

dipergunakan bagi kepentingan bermacam-macam untuk memperoleh

kepastian hukum.

c. Memelihara dan menjaga tanah, yaitu jangan sampai tanah tersebut:

1) Dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan negatif;

2) Melakukan segala pekerjaan untuk menghindarkan kemunduran tanah.

d. Mengatur, yaitu mengadakan petunjuk-petunjuk, mengadakan ikatan-ikatan

mengenai tanah itu sehingga dapat terjamin segala usaha yang telah

disebut dahulu menurut aturan-aturan yang tertentu.

1. Tinjauan Umum Tentang Perizinan

Perizinan adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam

hukum administrasi negara. Dengan dikeluarkannya izin, maka orang-orang atau

perusahaan memohonkannya kepada pemerintah akan dapat melaksanakan

aktivitasnya sesuai dengan materi yang ada dalam konsep izin itu.

2. Pengertian Izin

Beberapa pengertian izin menurut para sarjana :

1). Philipus M. Hadjon :10

10

(20)

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang

atau Peraturan Pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan

larangan perundangan dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang

yang memohonnya untuk dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu yang

sebenarnya dilarang.

2). Prins :

Izin adalah biasanya dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan yang

ada pada umumnya berbahaya, yaitu suatu perbuatan yang pada hakekatnya terus

dilarang, tetapi hal yang dilarang menjadi obyek dari perbuatan tersebut. Menurut

sifatnya, tidak merugikan dan perbuatan tersebut dapat dilakukan asal saja

dibawah pengawasan alat-alat perlengkapan Administrasi Negara.

3). Prajudi Atmosudirdjo :11

Izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari pada larangan

oleh Undang-undang. Dispensasi disini adalah pernyataan dari pejabat

Administrasi Negara yang berwenang bahwa suatu ketentuan Undang-undang

tertentu, menjadi tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang dalam

surat permohonannya.

4). Marbun dan Mahfud :12

Izin adalah apabila pembuat peraturan secara umum, tidak melarang suatu

perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Perbuatan Administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat

suatu izin.

11

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta:Ghalia Indonesia,1988), hal 25

12

(21)

5). Lutfi Effendi :13

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang

atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuanketentuan larangan perundangan. Izin dapat juga diartikan sebagai

dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

Dalam memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang

memohon izin untuk melakukan suatu tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya

dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi untuk

kepentingan umum maka mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Ini adalah

paparan luas dari pengertian izin. Pokok dari izin adalah bahwa sesuatu tindakan

dilarang kecuali diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang

disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu.

3. Tujuan Izin

Dengan mengikatkan pada tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan,

para pembuat undang-undang dapat mengejar berbagai macam tujuan dari izin,

yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengarahkan aktivitas masyarakat atau mengendalikan tingkah laku

dari aktivitas masyarakat.

b. Untuk melindungi benda-benda yang bermanfaat atau obyek-obyek tertentu.

c. Untuk melindungi atau mencegah bahaya lingkungan.

d. Untuk membagi benda-benda yang jumlahnya sedikit, tetapi peminatnya

banyak, sadangkan wilayahnya terbatas.

13

(22)

e. Untuk membatasi perusahaan tertentu, karena dipandang dapat

menimbulkan bahaya dari masyarakat atau membatasi jumlah produksi dan

peredarannya.

4. Bentuk Dari Sistem Perizinan

Pada umumnya sistem perijinan terdiri dari larangan, persetujuan yang

merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan izin. Menurut Philipus M. Hadjon sistem perijinan dibagi menjadi tiga

bagian pokok yaitu:14

a) Larangan

Merupakan bagian pokok dari perizinan, karena izin ada karena adanya

larangan dan ketentuan. Larangan harus ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan. ketentuan-ketentuan dalam larangan menurut teknik

perundang-undangan dapat diformulasikan dua cara, yaitu :

1. Larangan dan persetujuan dituangkan dalam suatu ketentuan.

Contoh : Dilarang mendirikan bangunan tanpa izin tertulis.

2. Norma larangan ditetapkan dalam suatu ketentuan tersendiri, sehingga

larangan itu memperoleh tekanan tertentu.

Contoh : Dilarang mendirikan pom bensin dijalur hijau.

b) Izin.

Izin adalah bagian kedua dari sistem perijinan yang merupakan persetujuan

atau perkenan dari pihak penguasa berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk melanggar atau menyimpangi suatu larangan dalam keadaan

14

(23)

tertentu. Penguasa memberikan perkenaan berdasarkan kewenangan yang

diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

c) Ketentuan-ketentuan .

Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organisasi

pemerintahan memberi izin. Fakta bahwa dalam banyak hal izin dikaitkan

pada syarat-syarat, berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan sebagai

salah satu instrument pengarah (pengendalian) dari penguasa.

G. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk

mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan

perundangundangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori.15

Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi

penelitian terhadap asas-asas hukum,16 sumber-sumber hukum,17

2. Spesifikasi Penelitian

peraturan

perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa

permasalahan yang akan dibahas.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisa yang dilakukan

dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai prosedur

15

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), Hal 11.

16

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997), Hal. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

17

(24)

perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No. 10 Tahun 2002

ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini

merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data

sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang

terdiri dari:

b. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan

lainnya yang berkaitan.18

1) Kitab Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pendapatan

Daerah

Data dari pemerintah yang berupa

dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:

2) Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan

Negara.

4) Perda No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi izin usaha industri,

perdagangan, gudang/ruangan dan tanda daftar perusahaan

c. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku,

penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun

disertasi.19

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), Hal 6.

19

(25)

d. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus

dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan

penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik

penulisan.20

4. Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara

kualitatif21 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan

menghubungan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan

maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga

dengan logika deduktif,22

Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan

dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang

lebih khusus , dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan

konstruksi hukum sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang

bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan.

a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum

b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya

c. Deskripsikan konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis

prosedur perolehan izin usaha pada rumah toko berdasarkan perda No. 10 Tahun

20

Soerjono Soekanto, Ibid, hal 7.

21

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal.10

22

(26)

2002 ditinjau dari hukum administrasi negara. Selanjutnya akan diperhatikan sifat

pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum (hierarchi)

dari aturan dan pengundangan dan atau pengumuman (lama atau baru) dari aturan

hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi

maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak

maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan

perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai

berikut:23

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang

relevan degan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak

maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan

perundang-undangan.

c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah

yang menjadi objek penelitian.

23

(27)

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan

sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian

dan sistematika penulisan penelitian ini.

BAB II : PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN USAHA

PADA RUMAH TOKO

Bab II ini terdiri dari tiga sub, yaitu: peraturan yang

mengatur tentang izin usaha pada rumah toko, pihak yang

berwenang mengeluarkan izin usaha pada rumah toko

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PADA USAHA

RUMAH TOKO DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

Bab III ini Membahas secara menyeluruh mengenai objek

penelitian ini yaitu mengenai persyaratan pemberian izin,

mekanisme perolehan izin, hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam perolehan izin usaha pada rumah toko

ditinjau dari hukum administrasi Negara dan upaya-upaya

yang dilakukan dalam mengatasi akibat hukum dari

(28)

BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA

PADA RUMAH TOKO

Bab IV ini membahas tentang bagaimana Hak dan

kewajiban pemegang izin usaha, juga ketentuan sanksi

dalam pemegang hak izin usaha pada rumah toko

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup yang membahas kesimpulan dari

(29)

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN USAHA PADA

RUMAH TOKO

A. Peraturan Yang Mengatur Tentang Izin Usaha Pada Rumah Toko

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

289/MPP/Kep/10/2000 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha

Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :

46/M-Dag/Per/9/2009 Tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha

Perdagangan.24

1. Daerah adalah Kota Medan;

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang

Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan

Tanda Daftar Perusahaan. Sedangkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10

Tahun 2002 pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini

yang dimaksud adalah :

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan;

5. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan;

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan;

7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan;

8. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan Tugas tertentu dibidang Perpajakan, dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Perundang-Undangan yang berlaku.

9. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, PerseroanKumenditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi Yayasan atau

24

(30)

Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Persiunan, Bentuk Usaha Tetap serta bentuk Badan Usaha lainnya.

10.Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan dan berkerja serta berkedudukan dalam wilayah Kota Medan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba.

11.Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan Industri.

12.Kawasan Indonesia adalah suatu areal yang disediakan secara khusus untuk melakukan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana dikelolah oleh suatu Badan Usaha tersendiri.

13.Izin usaha perdagangan adalah izin untuk dapat melakukan kegiatan usaha

14.Gudang adalah suatu tempat tidak bergerak yang dapat ditutup atau dibuka dan tidak untuk dikunjungi oleh umum yang dipergunakan untuk menyimpan barang – barang perniagaan

15.Ruangan adalah suatu tempat tertentu pada suatu perusahaan mempunyai batas – batas tertentu yang secara khusus dipergunakan atau diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan barang –barang perniagaan. 16.Perubahan perusahaan adalah dalam perusahaan yang meliputi

perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik / penanggung jawab perusahaan NPWP, Modal dan kekayaan bersih (Netto), kelembagaan, bidang usaha dan jenis barang dagangan utama.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, ada dua produk hukum yang

dapat dibuat oleh suatu daerah, salah satunya adalah Peraturan Daerah.

Kewenangan membuat peraturan daerah (Perda), merupakan wujud nyata

pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan sebaliknya,

peraturan daerah merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi

daerah. Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan

bersama DPRD, untuk penyelenggaraan otonomi yang dimiliki oleh provinsi

/kabupaten/kota, serta tugas pembantuan. Perda pada dasarnya merupakan

penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

(31)

satu daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/ atau

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,dan baru mempunyai kekuatan

mengikat setelah diundangkan dengan dimuat dalam lembaran daerah (Rozali

Abdullah, 2005 : 131-132).

Perda merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan,

pembentukan suatu perda harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundang-undangan. Oleh sebab itu, perda yang baik itu adalah yang memuat

ketentuan, antara lain:

a. Memihak kepada rakyat banyak

b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia

c. Berwawasan lingkungan dan budaya.

Pemberian izin usaha industri, izin usaha perdagangan, izin usaha gudang /

ruangan dan tanda daftar perusahaan dimaksudkan untuk mengatur,

mengendalikan, mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap pertumbuhan dan

berbagai aktifitas usaha dalam daerah.25 Izin usaha industri, izin usaha

perdagangan, izin usaha gudang / ruangan dan tanda daftar perusahaan bertujuan

untuk mewujudkan tertib usaha baik ditinjau dari segi lokasi maupun hubungan

dengan perkembangan perekonomian dan kelestarian lingkungan.26

Aparat pemerintah perlu untuk mengatur didalam pelaksanaan kegiatan

usaha agar tidak merugikan masyarakat dan lingkungan, karena pada dasarnya

lingkungan hidup berpungsi antara lain sebagai sumber kehidupan dan juga

25

Pasal 2 Perda No. 10 Tahun 2002

26

(32)

tempat melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.27

1. Tugas mengatur

Suatu ketetapan

yang positif adalah sutu keadaan hukum (rechtssituate) yang baru. Dan memuat suatu ketetapan positif adalah merupakan tugas pemerintah demi terciptanya

cita-cita bangsa dalam hal pembangunan nasional yaitu memajukan kesejahteraan

umum. Adapun pada dasarnya tugas pemerintah meliputi :

Menyangkut peraturan yang harus di penuhi masyarakat, dimana dalam hal ini

pemerintah membuat perintah dan larangan.

2. Tugas mengurus

Mengurus bidang kesejahteraa rakyat, sosial, ekonomi, kesejahteraan dalam hal

menyediakan sarana financial dan personal.28

Pasal 18 ayat 3 huruf c undang-undang Republik Indonesia No. 34 tahun

2000 tentang pajak dan restribusi daerah yang menyebutkan:

1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada

daerah dalam rangka asas desentralisasi.

2. Perizinan itu benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum.

3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelengaraan izin tersebut dan

biaya untuk mengulangi dampak negative dan pemberian izin cukup besar

sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang

Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko

Modern adalah:

27

Agus Dwyanto Penduduk dan Pembangunan (Yogyakarta,:Aditya Media, 1996), hal 99

28

(33)

a. bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan;

b. bahwa untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern dan konsumen;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Peraturan Presiden Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Pasal 1

a) “Pasar” adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya;

b) “Pasar Tradisional” adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;

c) “Pusat Perbelanjaan” adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang;

d) “Toko” adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual;

e) “Toko Modern” adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan;

(34)

manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya;

g) “Pemasok” adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang kepada Toko Modern dengan tujuan untuk dijual kembali melalui kerjasama usaha;

h) “Usaha Kecil” adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;

i) “Kemitraan” adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan;

j) “Syarat Perdagangan” (trading terms) adalah syarat-syarat dalam perjanjian kerjasama antara Pemasok dan Toko Modern/Pengelola Jaringan Minimarket yang berhubungan dengan pemasokan produk-produk yang diperdagangkan dalam Toko Modern yang bersangkutan; k) “Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional, Izin Usaha Pusat

Perbelanjaan dan Izin Usaha Toko Modern” adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat; l) “Peraturan Zonasi” adalah ketentuan-ketentuan Pemerintah Daerah

setempat yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang;

m) “Menteri” adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perdagangan.

B. Pihak-pihak Yang Berwenang Mengeluarkan Izin

Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang

mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang

demikian harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh

masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah

yang berwenang mengeluarkan izin tersebut. Misalnya izin keramaian atau izin

mengeluarkan pendapat di muka umum, maka izin tersebut di dapatkan rnelalui

kepolisian setempat dimana keramaian akan dilakukan. Dalam kajian pihak-pihak

(35)

kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang administrasi

negara pemberian izin kepada masyarakat.

Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara

dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan.

Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada

penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi

kepada pemerintah seperti Gubemur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar

hukum dan atau dasar kebijaksanaan.

Di samping keleluasaan tadi, kepada aparatur pemerintah selaku pelaksana

fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar

pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai

"onrechtmatig overheaddaat". Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum balk formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui

penyelewengan-kewenangan menurut undang-undang (kompetentie). Adapun bentuk-bentuk dari

perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu dalam bentuk memberikan izin

secara garis besar dapat dibagi atas :

1. Perbuatan membuat peraturan

2. Perbuatan melaksanakan peraturan.

Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang

perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling). 2. Berdasarkan hukum (recht handeling).

a) Perbuatan hukum privat.

(36)

1. Perbuatan hukum publik yang sepihak

2. Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak.29

Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif

ada 2 (dua) macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :

1. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung

menimbulkan akibat-akibat hukurn.

2. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan

akibat-akibat hukum.

Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah

seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu

dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yaitu :

1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa

(negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum

tersebut hams sepihak (eenzijdig) dan harus bersifat administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara

nyata kasual, individual.

2. Rencana (Planning).

Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang

menciptakan hubungan-hubungan hulcuin (yang mengikat) antara penguasa

dan para warga masyarakat.

3. Norma jabatan (Concrete Normgeving).

29

(37)

Merupakan suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan

undang-undang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan menurut

keadaan waktu dan tempat.

4. Legislasi Semu (Pseudo Weigeving).

Adalah pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara

yang berwenang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman

pelaksanaan policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang) akan tetapi

dipublikasikan secara meluas.30

Memperhatikan batasan, ruing lingkup serta perbuatan-perbuatan dari

Administrasi Negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu

adalah merupakan suatu perangkat ketentuan yang memuat sekaligus

memberikan cara bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang

lazim disebut "negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi

terwujudnya suatu tujuan yang dikehendaki bersama. Dalarn praktek kehidupan

sehari-hari sering kita menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat

kewenangan aparatur pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai

suatu "Keputusan Pemerintah". Selanjutnya menurut Ilukum Administrasi

Negara bahwa Pemerintah itu mempunyai tugas-tugas istimewa, yakni tugas

yang dapat dirumuskan secara singkat sebagai suatu tugas "Penyelenggaraan

Kepentingan Umum". Belum nampak badan pemerintah yang mengeluarkan

izin usaha rumah toko.

30

(38)

C. Ketentuan-ketentuan Masalah Perizinan

Pekerjaan pemberian izin oleh pemerintah pada dasarnya merupakan

perbuatan hukum publik yang bersegi 1 (satu) yang dilakukan dengan ketentuan

yang berlaku di lingkungan instansi pemerintahan yang mengeluarkan izin

tersebut. Sehingga membicarakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah

perizinan amat luas sekalanya karena beranekaragamnya jenis izin yang

dikeluarkan sesuai dengan kedudukan masing-masing instansi pemerintahan itu

sendiri.

Tetapi meskipun demikian secara umum dapat dikatakan

ketentuanketentuan mengenai masalah perizinan tersebut merupakan pekerjaan

pemerintah dalam bentuk nyata (konkret) yang diwujudkan dalarn perbuatan

mengeluarkan ketetapan yang mempunyai ciri konkret artinya nyata mengatur

orang tertentu yang disebutkan identitasnya sebagai pemohon izin untuk

memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah agar seseorang

tersebut dapat diberikan izin. Ketentuan-ketentuan yang umum diberikan dalarn

hal pengurusan izin meliputi:

1. Identitas pemohon

Termasuk nama, tempat tanggal lahir, serta domisili.

2. Tujuan permohonan izin.

Hal ini digantungkan kepada jenis yang dimohonkan, seperti IMB maka tujuan

permohonan izin tersebut adalah agar pemohon dapat melakukan aktivitas

(39)

3. Masa berlaku izin.

Merupakan suatu ketetapan oleh instansi yang mengeluarkan izin terhadap

masa berlaku objek yang dimohonkan izin.

Dalam hal ini dapat dimisalkan pemberian izin mendirikan bangunan

(IMB) kepada seorang tertentu yang hendak mendirikan bangunan dilakukan

berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Hinder Ordonantie Stb. 1926 No. 226 (Pasal

1 ayat (1)). Sebagai contoh lainnya : Bouwvergunning atau izin mendirikan bangunan itu diberikan berdasarkan undang-undang gangguan (hinder ordonantie)

Tahun 1926 Stb. 1926 — 226, yang lama. pada Pasal 1 ayat (1) ditetapkan secara

terperinci objek-objek mana tidak boleh didirikan tanpa izin dan pihak

pemerintah, yaitu objek-objek yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan

gangguan-gangguan bagi bangunan sekelilingnya. Jadi maksud pasal ini adalah

bahwa untuk mendirikan bangunan hams ada izin lebih dahulu dari pihak

pemerintah.

Dengan pasal ini dapat pula dibuat ketentuan dalam hal pemberian izin

mendirikan bangunan bahwa bangunan tersebut tidak menimbulkan bahaya,

kerugian dan gangguan bagi bangunan lainnya. Misalnya dalam ketentuan IMB

dilarang mendirikan bengkel besi di sebelah hotel sebab hal itu dapat

menimbulkan gangguan-gangguan kepada para pasien yang ada di hotel tersebut.

Ketentuan-ketentuan tentang perizinan ini sangat menyangkut perihal kepentingan

Hukum Administrasi Negara, khususnya dalam penegakan Hukum Administrasi

Negara.

Tentang isi dan ruang lingkup atau lapangan Hukum Adrninistrasi Negara

(40)

Hoven dalam bukumya yang berjudul : Omtrek van het administratifrecht. Setelah mengadakan peninjauan yang luas tentang pembidangan hukum terutama di

negara-negara Perancis, Jerman dan Amerika, Van Vollen Hoven telah

menggambarkan suatu skema mengenai Hukum administrasi Negara di dalam

kerangka Hukum seluruhnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut yang kemudian

terkenal dengan sebutan " Redidu Theorie ", Van Vollenhoven dalam skemanya

itu menyajikan pembandingan seluruh materi hukum tersebut sebagai berikut :

1. Straatrech (materiel) Hukum Tata Negara Material, meliputi a) Bestuur (pemerintahan).

b) Reschtspraak (peradilan). c) Politic (kepolisian).

d) Regeling (perundang-undangan).

2. Burgelijkerecht (material/Hukum Perdata materiel).

3. Strarecht (Materiel/Hukum Pidana Materiel).

4. Administratirfrecht (materiel dan formil), meliputi :

a. Bestturrecht (Hukum pernerintahan).

b. Justitiefrecht (Hukum peradilan) yang meliputi

1) Staatrechterlijke rechspleging/pradilan tata negara.

2) Administratief rechtpleging/Peradilan administrasi Negara. 3) Burgelijke rechtpleging/Hukum Acara Perdata.

4) Staatrecht/Hukum Negara c. Politierecht/Hukum Kepolisian.

d. Regellarsrecht/Hukum Proses perundang-undangan.31

31

Victor Situmorang, Op.Cit, hal. 23-24.

(41)

Kemudian menurut Prajudi Atmosudirjo, bahwa untuk keperluan studi

ilmiah, maka ruang lingkup studi Hukum Administrasi Negara meliputi :

1. Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum dari pada Administrasi

Negara (Grondbeginelen en grondbegrippen). 2. Hukum tentang organisasi dari Administasi Negara.

3. Hukum mengenai aktivitas-aktivitas dari administrasi negara, terutama yang

bersifat juridis.

4. Hukum tentang sarana-sarana dari administrasi negara, terutama mengenai

kepegawaian negara dan k.euangan negara.

5. Hukum administrasi pemerintahan daerah dan wilayah yang dibagi menjadi :

a. Hukum administrasi kepegawaian

b. Hukum administrasi keuangan

c. Hukum Administrasi perusahaan negara/daerah.32

32

(42)

BAB III

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN USAHA RUMAH TOKO

BERDASARKAN PERDA NO. 10 TAHUN 2002 DITINJAU DARI

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Persyaratan Pemberian Izin Usaha Rumah Toko

Perkembangan masyarakat Indonesia, khususnya didaerah perkotaan

menumbuhkan berkembangnya kebutuhan rumah tinggal dengan berbagai fasilitas

yang mendukungnya. Seseorang beserta keluarga akan memilih rumah tinggal

dalam sebuah kawasan perumahan dan permukiman yang didekatnya terdapat

fasilitas, seperti sekolah, pasar, rumah sakit dan lain sebagainya.33

Bersamaan dengan berkembangnya jenis rumah tinggal, berkembangnya

jenis rumah tinggal, berkembang pula pembangunan pusat perbelanjaan, hotel,

pusat perkantoran. Kondisi yang demikian maju pesat merangsang banyak orang

untuk menjadi pengembang dengan menjalankan usaha sebagai badan usaha

perumahan dan permukiman

Bahkan pilihan

jenis tempat tinggalpun kian hari semakin bervariasi, dari sebuah rumah tinggal

yang didirikan satu lantai diatas tanah berkembang menuju rumah tinggal dengan

memiliki beberapa lantai, bahkan tumbuh secara menakjubkan menjadi rumah

susun yang memiliki belasan bahkan puluhan lantai dengan ratusan kamar dalam

satu menara. Dan sekarang, rumah pun telah digunakan sebagai kegiatan industri,

yang lebih dikenal dengan Rumah Toko.

33

(43)

Di tengah-tengah masyarakat terdapat pribadi-pribadi yang menjalankan

usaha, membeli beberapa ratus meter tanah, lalu diatas tanah yang dibelinya itu

dibangun satu atau beberapa rumah toko yang kemudian dipasarkan kepada

masyarakat luas yang membutuhkan rumah tinggal. Demikian dilakukan dengan

berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain, yang umumnya memilih lokasi

tanah yang dekat dengan akses jalan maupun permukiman yang sudah

berkembang.

Izin merupakan sebuah keputusan pemerintah, atau menurut

undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) disebut keputusan tata usaha

negara. Sebagai sebuah keputusan pemerintah, izin lahir tidak dengan sendirinya,

melainkan terlebih dahulu mesti ada peermohonan dari seseorang atau suatu pihak

tertentu. Sebagai sebuah keputusan dari badan/ pejabat yang berwenang , izin lahir

melalui serangkaian proses, yang dimulai dari permohonan yang kemudian

diproses melalui serangkaian tahapan yang kadang kala terlalu begitu panjang.34

Pelaksanaan perolehan izin usaha rumah toko pada umumnya dilakukan

secara tertulis, sering kali dengan mengisi formulir tertentu yang sudah disediakan

oleh instansi yang berwenang mengeluarkan izin. Formulir yang tersedia pada

umumnya berisi kolom-kolom yang mesti diisi oleh pemohon. Formulir

permohonan izin karena memudahkan pihak pemohon dalam mengajukan

permohonan izin karena yang bersangkutan tidak harus merangkai kalimat sendiri

yang beirisi permohonan izin. Demikian juga bagi pihak aparatur yang menangani

permohonan, akan memudahkan dalam membaca dan mengelak permohonan

tersebut. Pelaksanaan permohonan pengajuan dan pengisian formulir yang harus

34

(44)

dilakukan oleh pemohon pada banyak bidang sudah dijelaaskan melalui media,

antara lain berupa papan petunjuk yang telah disediakan didepan penerima berkas,

ditempat permohonan itu diajukan berupa leaflet (selebaran) yang disediakan oleh

instansi yang menangani izin, juga melalui spanduk atau website

Permohonan mesti dialamatkan kepada instansi pemerintah yang

berwenang menangani dan mengeluarkan izin yang dimohonkan tersebut. Untuk

itu mesti sudah diketahui sebelumnya oleh pihak pemohon kemana permohonan

itu diajukan, dan seterusnya. Sedangkan dasar hukumnya tertuang dalam perda

No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi izin usaha industri, perdagangan,

gudang/ruangan dan tanda daftar perusahaan.

1. Persyaratan Pemberian Izin Usaha Yang Harus Dipenuhi35

a) izin Usaha Industri

1. Foto copy Akte Pendirian perusahaan (apabila perusahaan berbadan

hukum)

2. Foto copy HO bagi yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan izin

usaha industry

3. Foto copy NPWP

4. Foto copy kartu tanda penduduk (bukti diri lainnya)

5. Pas photo 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar berwarna

6. Khusus bagi industri kecil yang tidak mengeluarkan limbah B3,

dilengkapi surat pernyataan tidak keberatan diketahui oleh Kepala

Kelurahan.

35

(45)

b) Izin Usaha Perdangan

Perusahaan yang berbentuk perseroan Terbatas (PT)

1. Foto copy Akte Pendirian perusahaan

2. Foto copy Surat Keputusan Pengusaha Badan Hukum dari Menteri

Kehamiman dan HAM

3. Foto Copy kartu Tanda Penduduk (KTP), Direktur Utama / Direktur,

Komisaris utama / komisaris perusahaan

4. Foto copy NPWP Perusahaan

5. Foto copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang

dpersyaratan berdasarkan ketentuan Undang – Undang gangguan (HO).

6. Pas photo penanggung jawab perusahaan 3 x 4 sebanyak 3 lembar

berwarna

7. Neraca awal perusahaan

Perusahaan yang berbentuk persekutuan Komenditer (CV) dan Persekutuan Firma (Fa) atau bentuk usaha lainnya

1. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan yang telah didaftarkan di

Pengadilan Negara.

2. Foto copy kartu Tanda Penduduk Penanggung Jawab perusahaan dan

para persen

3. Foto copy NPWP

4. Foto copy HO dan Industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang

dpersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang – Undang Gangguan

(HO).

5. Pas photo penanggungjawaban perusahaan 3 x 4 sebanyak 2 lembar

(46)

Perusahaan Perorangan

1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk Pemilik / Penanggung jawab

perusahaan

2. Foto copy NPWP

3. Foto copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang

dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang – Undang Gangguan

(HO).

4. pas photo penanggung jawab perusahaan 3 x 4 sebanyak 2 lembar

berwarna.

5. Neraca awal perusahaan

c) Izin usaha Gudang / Ruangan

1. Foto copy izin usaha perdagangan atau izin lainnya yang dipersyaratkan

dengan itu.

2. Foto copy Tanda Daftar Perusahaan

3. Skets atau gambar situasi gudang / ruangan

4. Surat izin mendirikan bangunan KTP pemilik / penanggu jawab

5. Sketsa atau gambar situasi gudang / ruangan

6. Surat izin mendirikan bangunan (IMB)

7. Pas photo penanggung jawab gudang / ruangan 3 x 4 sebanyak 2 lembar

berwarna

8. Foto copy tanda bukti kepemilikan gudang (milik sendiri / sewa) atau

surat keterangan dipesamakan dengan itu.

(47)

d) Pendaftaran perusahaan

1. foto copy akte pendirian perusahaan

2. Asli data akte perusahaan yang telah berbadan hukum (copy data akte

bagi perusahaan yang belum berbadan hukum)

3. copy akte perusahaan pendirian perseorang terbatas (apabila ada)

4. asli keputusan pengesahan badan hukum (copy surat permohoanan

pengesahan badan hukum dari notaris kepada menteri kehakiman dan

HAM) serta bukit pembayaran administrasi proses pengesahan badan

hukum dari departemen kehakiman dan HAM.

5. Copy KTP pengurus / pemegang saham perusahaan

6. Copy izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu

yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang

7. copy surat izin gangguan HO

8. Copy NPWP

B. Mekanisme Perolehan Izin Usaha

Mekanisme perolehan izin dilakukan langsung oleh pemohon atau yang

diberi kuasa. Dengan persyaratan yang lengkap pemohon memasukkan

permohonan ke Kantor UPTSA. Kantor UPTSA memnyampaikan berkas kepada

BPPD untuk dilakukan penelitian administrasi serta bersama tim teknis lainnya

melakukan tinjauan ke lapangan. Setelah dilakukan peninjauan dilakukan rapat

tim teknis untuk memberikan rekomendasi kepada wali kota, berupa

pertimbangan diterima atau ditolak permohonan dari yang selanjutnya

(48)

selesai dikembalikan kepada BPPD, baik yang diterima maupun ditolak dan

selanjutnya dikirim kembali ke UPTSA.

Mekanisme perolehan izin usaha adalah sebagai berikut:

1. Pemohon menuju lokasi informasi;

2. Mengisi formulir pendaftaran;

3. Pemprosesan/pemeriksaan berkas persyaratan;

4. Peninjauan/pemeriksaan kelapangan (jika diperlukan);

5. Pembayaran di loket kasir; dan

6. Penyerahan izin

Mekanisme/ bagan alur pelayanan perizinan dibuat sederhana mungkin

sehingga masyarakat bisa cepat memahami dalam mengurus perizinan

dibutuhkan. Adapun bagan alur / mekanisme perolehan izin usaha, yaitu; 36

36

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dalam bentuk tes pilihan ganda.Tes digunakan untuk mengetahui

Konsumen 78 persen merasa puas dengan daging ayam yang dibeli dan sisanya 12 persen tidak puas dengan alasan timbangan yang kurang pas dan keadaan daging yang tidak

a) Dukungan penuh dari Kepala Sekolah dengan memberi sarana penunjang sesuai kemampuan sekolah dengan memberikan motivasi dan langkah tradisi yang diterapkan dalam

By the result that described above, we can conclude that the m ain structure played as the production zone in the Brady’s Hot Spring field is Brady’s fault which dip about

Sedangkan yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

Sungai tidak hanya merupakan sarana transportasi tetapi juga merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.Apalagi di jaman sekarang dimana

Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen,

  Pemohon   dikehendaki  mengemuka  surat  daripada  hos  mereka  sebagai  sebahagian  daripada  proses